Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

ADVOKASI UNTUK PROMOSI KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan Gigi dan Mulut

Dosen Pembimbing : Bapak Isa Insanudin, S.Si T, M.Kes

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

1. Anindya Talitha Zen (P17325121402) 9.Novi Sopiah (P17325121433)

2.Ardian Kurniawan Rosiadi (P17325121403) 10.Nurul Wahyuni Lutpiah (P17325121434)

3. Aulia Adila Nazhifa (P17325121405) 11.Patricia Pikarola Telaumbanua (P17325121435)

4. Dwinan Galih Prasasti (P17325121412) 12.Pidieana Nasbafani Rezanto (P17325121436)

5.Fitri Nur Rachmah (P17325121419) 13.Raisha Amelia (P17325121438)

6.Melda Nur Octavia (P17325121426) 14.Safitri Prizia Rahmani (P17325121444)

7.Muhammad Rizky Fahlevi (P17325121429) 15. Shidiq Aulia Gunawan (P17325121446)

8.Nabila Amalia (P17325121430) 16. Talita Tuzzahroh (P17325121450)

D4 TERAPIS GIGI DAN MULUT


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Advokasi untuk Promosi Kesehatan” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu

Kesehatan Masayarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Promosi

Kesehatan Gigi dan Mulut, Bapak Isa Insanudin, S.Si T, M.Kes yang telah

memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai

dengan mata kuliah yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun

demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Hormat Kami.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………… i

Daftar Isi …………………………………………………………………………ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ……………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………… 2

BAB II Pembahasan

2.1. Pengertian Advokasi ....................................................................... 3

2.2. Prinsip Advokasi .............................................................................. 5

2.3. Tujuan Advokasi .............................................................................. 6

2.4. Pelaksanaan Advokasi ……………………………………………. 7

2.5. Sasaran Advokasi …………………………………………………. 9

2.5. Langkah-langkah Advokasi ……………………………………… 13

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan ………………………………………………………. 15

3.2. Saran …………………………………………………………….... 16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….... 17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak orang masih beranggapan salah dengan menganggap bahwa

advokasi merupakan kerja-kerja pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh

pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan praktek beracara

di pengadilan. Anggapan ini menyebabkan lahirnya pengertian yang sempit

terhadap advokasi. Seolah-olah, advokasi merupakan urusan yang berkaitan dengan

hukum.

Pandangan semacam itu bukan selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya

benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup

kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak

lain memang berarti pengacara hukum atau pembela. Namun kalau kita mau

mengacu pada kata advocate dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian

advokasi akan menjadi lebih luas, yaitu berasal dari kata to advocate yang artinya

membela. Berbicara advokasi, sebenarnya tidak ada definisi yang baku. Pengertian

advokasi selalu berubah-ubah sepanjang waktu tergantung pada keadaan,

kekuasaan, dan politik pada suatu kawasan tertentu.

Perlu diketahui bahwa advokasi tidak hanya mengenai politik, maupun yang

lainnya. Tetapi advokasi juga terdapat dalam promosi kesehatan. Dalam bidang

kesehatan advokasi juga sangat diperlukan untuk menjaga komitmen dan

meningkatkan dukungan masyarakat maupun pemerintah terhadap kesehatan.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan advokasi

2. Apa saja prinsip advokasi ?

3. Apa saja tujuan advokasi ?

4. Bagaimana pelaksanaan advokasi ?

5. Apa saja sasaran advokasi?

6. Apa saja langkah-langkah advokasi ?

1.3.Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian advokasi

2. Menjelaskan prinsip advokasi ?

3. Menjelaskan tujuan advokasi ?

4. Menjelaskan pelaksanaan advokasi ?

5. Menjelaskan sasaran advokasi?

6. Menjelaskan langkah-langkah advokasi ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Advokasi

Pengertian umum dari kegiatan advokasi adalah, “strategi untuk

mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya pada saat mereka

menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan mengambil keputusan-

keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat”. Hal tersebut menunjukkan

bahwa Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang

dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau

kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi

adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat

keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.

Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa Advokasi secara harfiah

berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai

permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau

pengadilan. Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk

mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi

persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan

dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984

sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO

merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan

secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu: 1) Advocacy, 2) Social

support, 3) Empowerment.

3
2.2. Prinsip Advokasi

Realitas : Memilih isu dan agenda yang realistis, jangan buang waktu kita untuk

sesuatu yang tidak mungkin tercapai.

Sistematis : Advokasi memerlukan perencanaan yang akurat, kemas informasi

semenarik mungkin dan libatkan media yang efektif.

Taktis : Advokasi tidak mungkin bekerja sendiri, jalin koalisi dan alians terhadap

sekutu. Sekutu dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling percaya.

Strategis : Kita dapat melakukan perubahan untuk masyarakat dengar membuat

strategis jitu agar advokasi berjalan dengan sukses.

Berani : Jadikan isu dan strategis sebagai motor gerakan dan tetaplah berpijak pada

agenda Bersama

Unsur-unsur Advokasi

a. Penetapan tujuan advokasi kesehatan

Penentuan tujuan advokasi sangat diperlukan agar upaya advokasi dapat

berhasil, advokasi perlu dibuat lebih spesifik.

b. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi kesehatan (evidence based)

Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat

berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset

mungkin diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi,

identifikasi solusi pemecahan masalah maupun menentukan tujuan yang

realistis.

4
c. Identifikasi sasaran advokasi kesehatan

Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi

kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi

orang yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan, misalnya staf,

penasihat, orang tua yang berpengaruh, media massa dan masyarakat.

d. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi kesehatan

penting diketahui pesan apa yang diperlukan agar khalayak sasaran yang

dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator.

e. Membangun koalisi

Melibatkan orang dalam jumlah yang besar dan mewakili berbagai

kepentingan, sangat nermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan

politis. Bahkan dalam satu organisasi sendiri, koalisis internal yaitu

melibatkan berbagai orang dari berbagai divisi departemen dalam

mengembangkan program baru, dapat membantu consensus untuk aksi

kegiatan.

f. Membuat presentasi yang persuasive

Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali

terbatas waktunya. Kecermatan dan kehati-hatian dalam meyempaikan

argument yang meyakinkan atau model cara presentasi dapat mengubah

kesempatan terbatas ini menjadi upaya advokasi yang berhasil.

g. Penggalangan dana untuk advokasi kesehatan

Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana.

Mempertahankan upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang

5
memerlukan waktu, energi dalam penggalangan dana atau sumber daya lain

untuk menunjang upaya advokasi.

h. Pemantauan dan penilaian upaya advokasi kesehatan

Evaluasi upaya advokasi Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan

umpan balik berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah

dilakukan.

2.3. Tujuan Advokasi

Tujuan Advokasi dalam Promosi Kesehatan secara umum, Advokasi ini bertujuan

untuk terciptanya perubahan kebijakan, peraturan-peraturan, dukungan sumber

daya, dll untuk memecahkan isu tertentu. Hal ini perlu adanya dorongan seperti :

- Adanya pemahaman/kesadaran terhadap masalah

- Adanya ketertarikan dalam mengatasi masalah

- Adanya kemauan/kepedulian dalam mencari solusi

- Adanya tindak nyata dalam penggerakan solusi masalah

- Adanya tindak lanjut kegiatan

- Adanya komitmen dan dukungan

Secara mendetail, tujuan dari Advokasi meliputi hal-hal berikut ini :

1. Komitmen politik (Political commitment)

Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting

untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan kesehatan masyarakat, misalnya untuk pembahasan kenaikan

anggaran kesehatan, Contoh konkrit perencanaan Indonesia Sehat 2010 oleh

6
presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi

yang baik.

2. Mendapatkan dukungan kebijakan (Policy support)

Adanya komitmen politik dari para eksekutif, maka perlu ditindaklanjuti

dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung

program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.

3. Mendapatkan penerimaan sosial (Social acceptance)

Artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program

kesehatan yang

telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah

selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh

dukungan masyarakat.

4. Mendapatkan Dukungan sistem (System support)

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau

prosedur kerja yang jelas mendukung.

2.4. Pelaksanaan Advokasi

Pelaksana Advokasi dalam Promosi kesehatan Untuk mencapai

tujuan dari penerapan promosi kesehatan tersebut di atas, dalam realisasinya

membutuhkan faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilannya. Seperti

telah dibahas dalam modul sebelumnya, promosi kesehatan perlu didukung oleh

sumber daya yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan, sumber daya yang

dibutuhkan seperti halnya metode dan media yang tepat, serta beberapa

7
sarana/prasarana yang dipakai dalam kegiatan promosi kesehatan diantaranya

peralatan multimedia, komputer/laptop, dan lain lain. Sedangkan sumber daya

yang utama dan yang akan menggunakan media maupun sarana pendukung

tersebut adalah sumber daya manusia.

Sumber daya utama yang diperlukan tersebut adalah pelaksana dari

penerapan promosi kesehatan pada klien. Dalam hal ini pelaksana utama dari

penerapan promosi kesehatan adalah:

a. Semua petugas kesehatan yang melayani klien. Bila berada dalam tatanan

klinik, maka pelaksana yang terlibat adalah petugas kesehatan yang bekerja

dalam rumah sakit, puskesmas, balai kesehatan, dan lain lain. Semua

tenaga kesehatan di sini termasuk petugas medis maupun tenaga

profesional yang terlibat dalam penanganan klien.

b. Tenaga khusus promosi kesehatan, yaitu para pejabat fungsional Penyuluh

Kesehatan Masyarakat.

Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,

tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan

sampaimemberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi.

Karenanya, sangat penting bagi pelaksana advokasi untuk meningkatkan

ketrampilan berkomunikasi. Peran komunikasi sangat penting, sehingga

komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar

dapat berjalan efektif. Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut :

1) Jelas (clear)

2) Benar (correct)

8
3) Konkret (concrete)

4) Lengkap (complete)

5) Ringkas (concise)

6) Meyakinkan (convince)

7) Konstekstual (contexual)

8) Berani (courage)

9) Hati–hati (coutious)

10) Sopan (courteous)

2.5. Sasaran Advokasi

Sasaran advokasi adalah berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan

dukungan terhadap upaya kesehatan , khususnya para pengambil keputusan dan

penentu kebijakan di pemerintahan , lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan

pengusaha atau swasta, badan penyandang dana, media massa, organisasi profesi,

organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan , lembaga swadaya masyarakat,

tokoh masyarakat yang berpengaruh serta kelompok potensial lainnya dimasyarakat

. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung , tetapi juga menentang,

berlawanan atau merugikan kesehatan ( misalnya industri rokok ).

Di tingkat pemerintah daerah (local government) baik propinsi maupun

kabupaten (district) dan kota , advokasi kesehatan dapat dilakukan terhadap para

pejabat daerah . Seperti di tingkat pusat, advokasi di tingkat daerah ini dilakukan

oleh para pejabat sektor kesehatan propinsi atau distrik . Tujuan utama advokasi di

tingkat ini adalah agar program kesehatan memperoleh prioritas tinggi dalam

9
pembangunan daerah yang bersangkutan. Implikasinya alokasi sumber daya,

terutama anggaran kesehatan untuk daerah tersebut meningkat Demikian pula

dalam pengembangan sumber daya manusia atau petugas kesehatan seperti

pelatihan dan pendidikan lanjut , maka untuk sektor kesehatan juga mendapat

prioritas .

Pelaku advokasi kesehatan adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya

kesehatan dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut

Pelaku advokasi dapat berasal kalangan pemerintah , swasta , perguruan tinggi ,

organisasi profesi , organisasi berbasis masyarakat ( agama ) , LSM dan tokoh yang

berpengaruh . Advokasi dilakukan untuk menjalin kemitraan (patnership) sehingga

terbentuk kemitraan antara sektor kesehatan dengan para pengusaha dan LSM .

Melalui kemitraan ini diharapkan para pengusaha dan LSM memberikan dukungan

program kesehatan baik berupa dana , sarana , prasarana dan santuan teknis lainnya.

Advokasi kebijakan ( Policy Advocacy ) secara khusus berhubungan tangan

apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dengan

menganjurkan kebijakan tertentu melalui diskusi, persuasi maupun aktivitas politik.

Kebijakan ialah serangkaian keputusan yang pilih oleh pemerintah atau elit politik,

untuk menetapkan, melaksanakan, atau tidak melaksanakan, dalam kaitannya

dengan adanya satu permasalahan guna kebaikan bersama masyarakat. Kebijakan

publik, tidak lain merupakan serangkaian pilihan tindakan pemerintah untuk

menangani masalah yang ada di kehidupan masyarakat.

10
Promosi kesehatan mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang

lingkupnya. Sasaran penerapan promosi kesehatan pada klien bisa dilihat dari

tatanan yang dituju, Berdasarkan/berpatokan pada program PHBS, dikembangkan

5 setting/tatanan promosi kesehatan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live),

di sekolah (where we earn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat

umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get

health services). Adapun 5 setting/tatanan promosi kesehatan adalah sebagai

berikut:

a) Promosi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (RS, klinik dan

puskesmas).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 004 thn 2012, bahwa yang

disebut penerapan promosi kesehatan di rumah sakit adalah: “upaya rumah

sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-

kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat

kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat

dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah

kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka,

sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan.” Hal tersebut menunjukkan bahwa sasaran dari

penerapan promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah pasien dan keluarga,

klien, serta kelompokkelompok masyarakat. Penerapannya bisa dilakukan

11
sejak pertama kali masuk Rumah Sakit di ruang pendaftaran, pasien rawat

jalan, pasien rawat inap, dan pasien dalam pelayanan penunjang medik.

Sedangkan sasarannya adalah:

 Penderita pada Berbagai Tingkat Penyakit, Misalnya: Pasien

penyakit akut v.s kronis; pasien rawat jalan v.s rawat inap.

 Kelompok atau Individu yang Sehat , Contoh: Keluarga pasien;

tamu

 Petugas di Fasilitas Yankes: Petugas medis, paramedis, non medis;

pimpinan, administrasi dan teknis.

b) Promosi kesehatan di rumah tangga/masyarakat

Menekankan pada kegiatan kampanye dan aktivitas lainnya dengan target-

target sasaran tertentu di dalam masyarakat. Fasilitator masyarakat dan

petugas kesehatan setempat seperti sanitarian/petugas kesehatan

lingkungan, PKK, kader desa dan bidan desa secara bersama-sama dapat

melakukan kegiatan promosi kesehatan.

Target/sasaran kegiatan seperti

 ibu muda yang mempunyai anak bayi/balita,

 ibu hamil,

 remaja putri,

 kelompok perempuan dan kelompok laki-laki,

 karang taruna,

 kelompok miskin dan kelompok menengah ke atas.

12
c) Promosi kesehatan di sekolah. (usaha kesehatan sekolah atau unit kegiatan

medis di perguruan tinggi)

Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah

organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun

perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Diharapkan

setelah siswa sekolah mendapat pembelajaran perubahan perilaku di

sekolah secara partisipatif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain

serta tetangga dari siswa sekolah tersebut. Siswa sekolah dasar terutama

kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar merupakan kelompok umur yang mudah

menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk

menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada

orang lain. Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke

dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim

Pembina UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat.

Program promosi kesehatan di tempat ibadah dilakukan untuk menggalakan

kegiatan promosi kesehatan dan melibatkan tokoh agama atau pemimpin

tempat ibadah (imam masjid, pendeta, pastor, pedande atau biksu).

Diharapkan dengan melibatkan tokoh dan pemimpin agama, perubahan

perilaku kesehatan dapat segera terwujud.

d) Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Mengapa promosi kesehatan perlu juga dilakukan di tempat kerja? Karena

advokasi tentang layanan kesehatan justru sangat dibutuhkan mengingat

bahwa produktifitas pekerja tidak saja ditentukan oleh desain pekerjaan,

13
namun juga oleh perilaku sehat pekerja baik di dalam atau di luar tempat

kerja. Terkait dengan advokasi, yang diperlukan di tempat kerja terutama

adalah adanya kebijakan penyelenggaran program kesehatan didasarkan

atas manfaat bagi pekerja atau pelayanan sukarela yang bertujuan untuk

menurunkan absenteeism, kecelakaan kerja, hari sakit, biaya pelatihan, turn

over, kompensasi pekerja. Selain itu dapat meningkatkan reputasi

perusahaan, kepuasan pekerja, penggunaan yankes, dan nilai sosial

masyarakat.

2.6. Langkah-langkah Advokasi

Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia (2007) terdapat lima

Iangkah kegiatan advokasi, antara Iain:

1. ldentifikasi dan analisis masalah atau isi yang memertukan advokasi.

Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis dara atau fakta. Data

sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang tepat

dan benar. Data berbasis fakta sangat membantu menetapkan masalah,

mengidentifikasi solusi, dan menentukan tujuan yang realistis.

2. ldentifikasi dan analisis kelompok sasaran

Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan (decision

mokerl atau penentu kebijakan (policy moker), baik di bidang kesehatan

maupun di luar sektor kesehatan yang berpengaruh terhadap publik. Tujuannya

agar pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan, antara lain dalam bentuk

peraturan, undang-undang, instruksi, dan yang menguntungkan kesehatan.

14
Dalam mengidentifikasi sasaran, perlu ditetapkan siapa saja yang menjadi

sasaran, mengapa perlu advokasi, apa kecenderungannya dan apa harapan kita

kepadanya.

3. Siapkan dan kemas bahan informasi

Tokoh politik mungkin termotivasi dan akan mengambil keputusan jika mereka

mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh sebab itu,

pentinB diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan agar sasaran yang

dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator. Kata

kunci untuk bahan informasi ini adalah informasi yang akurat, tepat dan

menarik. Beberapa pertimbangan dalam menetapkan bahan informasi ini

meliputi:

a. Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas, latar

belakang masalahnya, alternatif mengatasinya, usulan peran atau tindakan

yang diharapkan, dan tindak lanjut penyelesaianya. Bahan informasi juga

minimal memuat tentang 5W + 1H (what, why, who, where, when dan how)

tentang permasalaha n yang dia ngkat.

b. Dikemas menarik, ringkas, jelas, dan mengesankan.

c. Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertakan data

pendukung, ilustrasi contoh, gambar dan bagan.

d. Waktu dan tempat penyampaian bahan informasi, apakah sebelum, saat,

atau setelah pertemuan.

15
4. Rencanakan tehnik atau acara kegiatan operasional

Beberapa teknik dan kegiatan operasjonal advokasi dapat meliputi: konsultasi,

lobi, pendekatan dan pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat

(keputusan, negosiasi atau resorusi konflik, penemuan khusus, debat publik,

petisi, pembuatan opini, dan seminar kesehatan.

5. Laksanakan kegiatan, pantau evaluasi serta lakukan tindak lanjut.

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Advokasi adalah, strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan

khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan

mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak masyarakat. Hal

tersebut menunjukkan bahwa Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan

terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan

suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi

sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers)

atau pembuat keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun

swasta. Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa Advokasi secara harfiah berarti

pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai

permasalahan. Untuk mencapai tujuan dari penerapan promosi kesehatan tersebut

di atas, dalam realisasinya membutuhkan faktor-faktor yang dapat mendukung

keberhasilannya. Promosi kesehatan perlu didukung oleh sumber daya yang

memadai dan sesuai dengan kebutuhan, sumber daya yang dibutuhkan seperti

halnya metode dan media yang tepat, serta beberapa sarana/prasarana yang dipakai

dalam kegiatan promosi kesehatan diantaranya peralatan multimedia,

komputer/laptop, dan lain-lain. Sedangkan sumber daya yang utama dan yang akan

menggunakan media maupun sarana pendukung tersebut adalah sumber daya

manusia. Sumber daya utama yang diperlukan tersebut adalah pelaksana dari

penerapan promosi kesehatan pada klien. Dalam kesehatan Peran komunikasi

17
sangat penting, sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan

memerlukan kiat khusus agar dapat berjalan efektif.

Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut : 1) Jelas (clear), 2) Benar (correct), 3)

Konkret (concrete), 4) Lengkap (complete), 5) Ringkas (concise), 6) Meyakinkan

(convince), 7) Konstekstual (contexual), 8) Berani (courage), 9) Hati–hati

(coutious), 10) Sopan (courteous)

3.2. Saran

Dalam memberikan promosi kesehatan mencakup advokasi diharapkan

dapat bekerja sama antara individu dan organisasi dalam membuat suatu perubahan

sehingga hasil akan tercapai secara optimal serta berkesinambungan. Keterlibatan

dan peran serta semua kalangan dapat memberikan dampak positif bagi

peningkatan kualitas promosi kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alliffabri Oktano, S.Ked. 2015. Buku Panduan Advokasi Lembaga Dakwah


Fakultas Kedokteran. Departemen Kajian Kedokteran Islam Dan Advokasi
Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia

Dr. Yusriani, SKM, M.Kes dan Dr. dr. Muhammad Khidri Alwi, S.Ked, M.Ke.
2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Forum
Ilmiah Kesehatan (Forikes)

Dwi Susilawati, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan, Promosi Kesehatan.
Pusdik SDM Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan

19

Anda mungkin juga menyukai