Anda di halaman 1dari 8

JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 251

p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

Jurnal Pendidikan Fisika


Universitas Muhammadiyah Makassar

Resources Siswa SMA tentang Konsep Gaya Archimedes


Lugy Rivaldo1), Muhammad Reyza Arief Taqwa2),*, Tutris Taurusi3)
1
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi,
Jl. Lintas Jambi-Ma. Bulian, Jambi
2
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang,
Jl. Semarang 5, Malang
3
SMA Negeri 5 Jambi, Jl. AR. Hakim No. 50, Jambi
*Email: reyza.arief.fmipa@um.ac.id

Abstrak – Artikel ini bertujuan untuk mengungkap resouces yang diaktivasi siswa ketika menjawab soal
terkait gaya apung. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan instrumen tes 20 soal pilihan
ganda beralasan pada topik fluida statis dan didukung dengan wawancara. Namun dalam artikel ini
dibahas 1 soal terkait gaya Archimedes. Penelitian dilakukan pada 39 siswa kelas XI SMAN 5 Jambi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan ide naive terkait gaya apung. Ide tersebut berasal dari resource
berupa “benda akan bergerak naik jika gaya ke atas lebih besar”.

Kata kunci: Resources, gaya Archimedes

Abstract – This article aims to reveal students-activated resouces when they are solving the buoyancy
force questions. This study used survey method with 20 MCQs reasoned on static fluid and supported by
interviews. But in this article discussed a question related to buoyancy force. The study was conducted on
39 students of grade XI SMAN 5 Jambi. The results obtained show the naive-related idea of buoyancy
force. The idea comes from a resource in the form of " the object will move up if the upward force is
bigger than downward force".

Keywords: Resources, buoyancy force

I. PENDAHULUAN mereka dengan lingkungan dalam kehidupan


sehari hari. Lebih lanjut, ide naive juga bisa
Telah banyak diungkap bahwa siswa
dipicu akibat buku bacaan atau bentuk
hadir dalam kegiatan pembelajaran dikelas
pengajaran guru (Hestenes et al., 1992;
sudah membawa pengetahuan yang diperoleh
Soyibo, 1995; Carey, 2000).
dari pengalamannya sendiri (Clement, 1982;
Ide awal yang dimiliki siswa memang
McCloskey et al., 1983; McCloskey & Kohl,
sering kali tidak sesuai dengan konsep
1983; Besson, 2004; Minogue, 2016).
ilmiah, namun bukan berarti salah. Sehingga
Gagasan ataupun ide yang dimiliki siswa
ide awal yang dimiliki siswa tidak perlu
sering kali bersifat naive, seperti yang telah
‘digantikan’ dengan ide baru (Sutarja et al,
diungkap oleh beberapa peneliti terdahulu
2017) karena ide yang dimiliki siswa tersebut
(Sutarja et al., 2017). Ide-ide naive yang
benar dalam suatu konteks, namun karena
dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh interaksi
pemahamannya belum utuh terkadang ide
JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 252
p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

tersebut digunakan dalam menjelasakan umumnya dilihat melalui 3 sudut pandang


kasus berbeda meskipun tidak relevan berbeda yaitu misconception, knowledge in
(diSessa, 1993; 1998; 2008; 2015). Ide-ide piece, dan ontological categories view
tersebut digunakan sebagai resources ketika (Docktor & Mestre, 2014). Berdasarkan
menjelaskan fenomena (Hammer, 1996, misconception view, siswa sering mengalami
2000). Sebagai contoh adalah ide terkait miskonsepsi setelah mereka mengamati
“lebih jauh akan lebih kuat” yang digunakan kejadian di alam sekitar kemudian
untuk menjelaskan beberapa fenomena fisis mengkonstruksi pemahaman yang tidak
bunyi akan terdengar lebih keras jika sesuai dengan sains (Baser, 2006; Thomton,
didengar lebih dekat pada sumber bunyi, 1998; Andersson, 1990; Fisher, 1985; Gilbert
cahaya akan semakin terang jika diamati & Watts, 1983). Pemahaman yang
lebih dekat, dan api unggun akan semakin dikonstruksi oleh siswa dari pengalamannya
panas jika kita semakin mendekat. Namun ini justru lebih melekat dan sukar untuk
beberapa anak-anak menggunakan ide diubah menjadi konsep yang benar (Berek et
tersebut untuk menjelaskan mengapa siang al.,2016).
hari terasa lebih panas jika dibandingkan Dilihat dari sudut pandang miskonsepsi,
dengan pagi hari, yakni dianggap bahwa alasan siswa keliru secara konsisten
siang hari posisi matahari lebih dekat diungkapkan secara berulang menjawab
dibandingkan saat pagi hari. berbagai pertanyaan serupa (Bektasli &
Penelitian terkait resources yang Cakmakci, 2011). Pandangan ini berbanding
diaktivasi siswa dalam menyelesaikan soal terbalik dengan hasil yang ditemukan pada
gaya Archimedes ini masih cenderung jarang umumnya. Beragam respon yang diberikan
dilakukan. Padahal fenomena gaya siswa ketika mengahadapi suatu persoalan
Archimedes ini sering dijumpai dalam dengan konteks yang sedikit berbeda
kehidupan sehari-hari (Berek et al., 2016). (Steinberg & Salbell, 1997; Dufrusne et al.,
Oleh karena itu, dalam artikel ini akan 2002; Disessa et al., 2004).
dideskripsikan resources yang diungkapkan
Teori Resource
oleh siswa dalam menyelesaikan soal gaya
Dilihat dari sudut pandang Knowledge in
Archimedes.
Piece, siswa memiliki kesulitan saat
II. LANDASAN TEORI memahami fisika ataupun menjawab
pertanyaan karena pengetahuan yang masih
Teori Miskonsepsi
belum utuh (Disessa, 1993; Hammer, 1996;
Siswa seringkali mengalami kesalahan
Disessa & Sherin, 1998) dan komprehensif.
dalam pemahaman konsep fisika dan pada
Hal ini membuat siswa kesulitan dalam
JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 253
p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

memecahkan persoalan, karena pemahaman tersebut juga akan sama, namun karena
yang baik sangat dibutuhkan dalam perbedaan berat benda maka yang terberat
memecahkan permasalahan, baik itu paham akan lebih cepat bergerak karena resultan
akan permasalahan hingga menggali gayanya juga besar. Akan tetapi resource
informasi yang relevan terhadap yang menyebut bahwa ‘benda yang paling
permasalahan yang akan dipecahkan. berat adalah yang paling cepat saat
Kegagalan beberapa siswa saat dijatuhkan’ adalah keliru jika digunakan
menyelesaikan persoalan bukan disebabkan dalam hal benda dijatuhkan di ruang hampa.
siswa tidak mempunyai pengetahuan sama Teori resource mengatakan, ketepatan
sekali akan persoalan yang diberikan, akan alasan atau jawaban yang diberikan siswa
tetapi pada umumnya hal ini disebabkan oleh dalam menjawab soal-soal tergantung pada
gagalnya siswa mengaplikasikan ilmu hal yang diberikan dalam soal tersebut
pengetahuan tersebut (Hammer, 2000) (Doktor & Mester, 2014; Hammer, 2000).
sehingga terkadang yang ‘muncul’ adalah Resource yang digunakan siswa cenderung
pengetahuan yang tidak relevan dengan benar hanya untuk suatu hal namun tidak
persoalan. Selain itu, bagi siswa yang tidak sesuai ketika diterapkan dalam konteks yang
dapat menjawab pertanyaan sederhana lain. Oleh karena, perlu dirancang
diindikasikan bahwa pemahaman siswa pembelajaran yang dapat menjelaskan konsep
masih belum utuh, apalagi jika soal yang fisis yang komprehensif serta didukung
disajikan berhubungan dengan konsep yang dengan soal-soal latihan dengan konteks yang
sama tapi diberikan dalam berbagai konteks beragam (Taqwa & Pilendia, 2018).
(Taqwa et al., 2017). Contohnya, saat ditanya
mana yang lebih dulu sampai di tanah saat III. METODE PENELITIAN
balok besi dan balok kayu dengan ukuran
Tujuan penelitian yakni mengungkap
yang sama jika dijatuhkan dari ketinggian
resources yang diaktivasi siswa ketika
yang sama (tidak mengabaikan hambatan
menjawab soal terkait gaya apung (gaya
udara)? Rata-rata siswa akan menyatakan
Archimedes). Penelitian dilakukan pada 39
bahwa yang duluan sampai ketanah adalah
siswa kelas XI di SMAN 5 Kota Jambi.
balok besi. Umumnya siswa dalam menjawab
Untuk mencapai tujuan tersebut diberikan
persoalan tersebut menggunakan resource
instrumen berupa 1 butir pilihan ganda
bahwa benda yang paling berat akan bergerak
beralasan. Soal tersebut merupakan bagian
lebih cepat ketika dijatuhkan. Resource yang
dari 20 soal tes fluida yang telah layak
digunakan siswa tersebut bisa dibilang benar
digunakan berdasarkan validasi ahli dan hasil
dalam hal tersebut karena dengan ukuran
uji empirik.
yang identik maka hambatan kedua benda
JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 254
p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

Data yang diperoleh dari penelitian ini


Tiga balok identik, memiliki massa dan
berupada kuantitatif dan data kualitatif. Data ukuran sama berada dalam cairan yang
kuantitatif diperoleh dari pilihan opsi berbeda. Balok 1 mengapung, balok 2
melayang, dan balok 3 tenggelam
jawaban siswa dalam menjawab soal. Data (perhatikan gambar).
tersebut ditampilkan dalam tabel untuk
memberikan gambaran terkait distribusi
jawaban siswa. Pilihan opsi jawaban cukup
menggambarkan kecenderungan pemikiran
siswa dalam memahami fenomena gaya (1) (2) (3)

apung. Namun untuk lebih mendalam, maka


Perbandingan antara gaya Archimedes
diperlukan alasan siswa dalam menjelaskan (FA) pada ketiga balok tersebut adalah... .
fenomena gaya apung. Alasan yang diberikan (A) FA(1) > FA(2) > FA(3)
akan diungkap dan dikelompokkan (B) FA(1) = FA(2) > FA(3)
(C) FA(1) > FA(2); FA(3) = 0
berdasarkan resources yang diaktivasi. (D) FA(1) < FA(2) < FA(3)
(E) FA(1) < FA(2) = FA(3)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Soal nomor 1


Dalam artikel ini akan dibahas
pemahaman siswa terkait gaya apung melalui
Dalam menjawab soal nomor 1,
dua butir soal. Dalam bagian ini dibahas distribusi jawaban siswa ditunjukkan Gambar
pilihan jawaban siswa dan resources yang 2.

diaktivasi dalam menyelesaikan soal tersebut.


Soal dalam yang dibahas dalam 17 19
penelitian ini bertujuan untuk melihat
pemahaman siswa dalam membandingkan
gaya Archimedes pada tiga balok identik 2 1 0
namun berada dalam fluida yang berbeda.
Soal tersebut seperti yang ditunjukkan A B* C D E
gambar 1.
Gambar 2. Distribusi Pilihan Opsi Jawaban
Siswa pada Soal Nomor 1
Dari hasil yang diperoleh siswa dalam
menjawab soal nomor 1, pemahaman konsep
gaya Archimedes oleh siswa masih
cenderung rendah. Hanya 2 siswa (5,13%)
yang memilih opsi benar. Namun dalam
JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 255
p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

memilih opsi tersebut, tidak ada siswa yang N + FA - w = 0


memberikan alasan. Dalam kegiatan
FA = w – N
wawancara, kedua siswa tersebut menyatakan
bahwa tidak mengetahui konsep yang benar. Ketiga benda memiliki berat sama,
Kekeliruan dalam menjawab soal untuk benda (1) dan (2) berlaku FA = w
tersebut karena siswa tidak mengaktivasi sedangkan untuk benda (3) berlaku FA = w –

pengetahuan hukum I Newton yang sudah N sehingga FA(1) = FA(2) > FA(3) .

mereka miliki. Penjelasan dalam menjawab Sebanyak 17 siswa (43,59%) memilih

soal tersebut akan mudah jika siswa opsi A. Mereka memilih opsi A karena

menggunakan pengetahuan hukum Newton. menganggap benda akan semakin ke atas jika

Karena ketiga balok memiliki massa sama gaya Archimedes atau gaya apung yang

maka ketiga balok memiliki gaya berat yang bekerja semakin besar. Pemikiran tersebut
sama. Pada benda (1) dan (2) gaya yang didasari atas resource bahwa “benda akan ke
bekerja adalah gaya berat (w) dan gaya atas jika gaya ke atas lebih besar”. Hal ini

Apung atau gaya Archimedes (FA). Karena bisa jadi benar jika dalam konteks benda

benda (1) dan (2) dalam keadaan seimbang yang bergerak di percepat ke arah atas.

(diam), maka dapat dipastikan bahwa Namun dalam kasus benda statis seperti

resultan gaya yang bekerja pada benda sama benda (1) dan (2), maka resource “benda

dengan nol (∑F = 0) sehingga besar gaya FA akan ke atas jika gaya ke atas lebih besar”
= w. Karena gaya berat (w) benda (1) dan (2) menjadi keliru.
sama, maka gaya Archimedes (FA) benda (1) Sebenarnya siswa yang menjawab opsi
dan (2) juga sama. Kemudian untuk benda A ini bukan tidak memiliki pengetahuan

(3), karena benda berada di dasar maka gaya hukum Newton. Bahkan beberapa

yang bekerja pada benda ditunjukkan diantaranya menggambarkan dengan baik

Gambar 3. gaya yang bekerja pada benda. Hal tersebut


tercermin dari wawancara yang dilakukan
N
yakni sebagai berikut.
Peneliti : Mas Andi kemarin jawab apa untuk
FA
soal nomor 1?
w
Responden : Milih opsi A pak.
Gambar 3. Diagram Gaya pada Balok yang Peneliti : Kenapa memilih opsi A?
Tenggelam
Responden : Karena kan gini pak... (diam
Karena balok dalam keadaan diam sejenak). Gini nah pak, di balok (1) kan ke
sehingga dapat dinyatakan bahwa atas itu berarti gaya angkatnya paling besar.

∑F = 0
JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 256
p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

Peneliti : Berarti balok (3) berada di dasar memahami dengan baik gaya yang bekerja
karena apa? pada benda beserta arahnya. Hal tersebut
Responden : Ya karena gaya apungnya lebih menunjukkan bahwa kekeliruan siswa dalam
kecil dari gaya berat pak. Jadi dia turun. menjawab soal bukan karena mereka tidak
Peneliti : Oh, baiklah. Bagus. Mas ingat memiliki pemahaman konsep yang benar,
hukum I Newton? Syarat benda diam itu namun mereka gagal ‘memanggil’
bagaimana? pengetahuan yang relevan, seperti halnya
Responden : Ingat pak. Kalau gayanya nol yang diungkap oleh Taqwa & Faizah (2016).
(maksudnya resultan gaya nol). Selain opsi A, terdapat 19 siswa
Peneliti : Nah, biar resultan gaya nol maka (48,72%) yang memilih opsi D. Siswa yang
gaya ke atas dan gaya ke bawah harus memilih opsi D lebih dilatar belakangi
bagaimana Mas? kepada pemaknaan persamaan matematis
Responden : Harus sama besar pak. gaya Archimedes yakni
Peneliti : Bagus sekali mas. Coba mas gaya FA = ρf g Vf
apa yang bekerja pada benda (1)? Dari persamaan tersebut menunjukkan
Responden : Emm... Gaya Archimedes sama bahwa gaya Arhimedes pada benda di
gaya berat pak. pengaruhi oleh besarnya volume benda yang
Peneliti : Arahnya? berada dalam fluida. Oleh karena itu, mereka
Responden : Gaya Archimedes ke atas pak, berpikir jika benda semakin tenggelam, maka
gaya berat ke bawah. gaya Archimmedes akan semakin besar.
Peneliti : Nah arahnya berlawanan ya mas? Sehingga mereka berpikir bahwa gaya
Lalu karna baloknya diam saat mengapung, Archimedes pada benda (1) lebih kecil dari
berarti resultan gayanya nol kan ya? Berarti gaya Archimedes pada benda (2), dan gaya
gaya ke atas dan gaya ke bawahnya gimana Archimedes pada benda (2) lebih kecil dari
mas? gaya Archimedes pada benda (3).
Responden : Harus sama besar pak ya..... Oh
V. PENUTUP
iya ya pak.
Dari wawancara tersebut tampak bahwa
A. Kesimpulan
pemikiran siswa yang menyatakan bahwa
Dalam menjawab soal gaya apung atau
benda akan semakin ke atas jika gaya
gaya Archimedes pada konteks benda dengan
Archimedesnya semakin besar, bukan berarti
massa dan ukuran berbeda yang berada dalam
siswa tidak memiliki pemahaman yang benar.
zat cair berbeda, ada dua pemikiran yang
Siswa yang diwawancarai ini sudah
banyak terjadi, yakni (1) benda yang
memahami bahwa dalam keadaan statis
terapung mengalami gaya apung terbesar
memiliki resultan gaya nol. Selain itu, ia juga
JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 257
p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

sedangkan benda yang tenggelam mengalami Eurasia Journal of Mathematics,


Science, and Technology Education,
gaya apung terkecil, karena berpikir semakin
2(2): 96-114.
besar gaya apung maka akan semakin besar [3] Bektasli, B. & Cakmakci, G. 2011.
Consistency of students’ ideas about
kemungkinan benda terangkat; dan (2)
the concept of rate across different
semakin dalam posisi benda dalam zat cair contexts, Education and Science,
36(162): 273-287.
maka akan mengalami gaya apung yang
[4] Berek, F. X., Sutopo, & Munzil. 2016.
semakin besar, karena siswa berpikir Pentingnya Pengintegrasian Hukum
Newton dalam Pembelajaran Gaya
berdasarkan persamaan matematis gaya
Apung. Prosiding Seminar Nasional
apung sebanding dengan volume benda yang Pendidikan Dasar, Universitas Negeri
Malang.
tercelup. Pemikiran pertama tersebut
[5] Besson, U. 2004. Students'
menunjukkan bahwa siswa memiliki resource Conceptions of Fluids. International
Journal of Science Education, 26 (14):
“benda ke atas jika gaya ke atas lebih besar”.
1683—1714.
[6] Carey, S. 2000. Science Education as
B. Saran Conceptual Change. Journal of
Applied Developmental Psychology, 21
Berdasarkan pada temuan tersebut, dapat
(1):13—19.
dilihat bahwa kemampuan siswa dalam [7] Clement, J. 1982. Students’
Preconceptions in Introductory
menjelaskan fenomena-fenomena fisis masih
Mechanics. American Journal of
cenderung dipengaruhi oleh ide-ide naive Physics, 50 (1): 66—71.
[8] diSessa, A. 2015. Alternative
yang mereka bangun. Ide yang mereka
Conceptions and P-Prims.
bangun tersebut sebenarnya benar dalam Encyclopedia of Science Education,
34—37.
konteks tertentu, namun tidak dapat
[9] diSessa, A. A. & Sherin, B. L. 1998.
digeneralkan pada konteks lain. Bagi peneliti What changes in conceptual change?,
International Journal of Science
atau pun guru identifikasi resource seperti ini
Education, 20(10): 1155-1191.
penting dilakukan karena temuannya dapat [10] diSessa, A. A. 1993. Toward an
epistemology of physics. Cognition
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
and instruction, 10 (2-3):105—225.
untuk merancang pembelajaran yang lebih [11] diSessa, A. A. 2008. A bird's-eye view
of the" pieces" vs" coherence"
bermakna.
controversy (from the" pieces" side of
the fence"). In International handbook
of research on conceptual change (pp.
PUSTAKA
35—60).
[12] diSessa, A. A. Gillespie, N & Esterly,
[1] Anderson, B. 1990. Pupils’ J. 2004. Coherence vs. fragmentation
Conceptions Of Matter And Its in the development of the concept of
Transformations (Age 12-16). Studies force, Cognitive Science, 28(6): 843-
in Science Education, 18: 53-85. 900.
[2] Baser, M. 2006. Fostering Conceptual [13] Docktor, J. L., & Mestre, J. P. 2014.
Change By Cognitive Conflict Based Synthesis of discipline-based education
Instrustion OnStudents’ Understanding research in physics. Physical Review
of Heat And Temperature Concepts.
JPF | Volume 6 | Nomor 3 | 258
p - ISSN: 2302-8939
e - ISSN: 2527-4015

[14] Special Topics-Physics Education Education and Technology, 25


Research, 10(2), 020119. (2):187—202.
[15] Dufresne, R. J. Leonard, W. J. & [24] Soyibo, K. 1993. Some sources of
Gerace, W. J. 2002. Making sense of student’s misconceptions in biology: A
students’ answers to multiple choice review. In Third Misconceptions
questions, Physics Teacher, 40(3): Seminar Proceedings. The
174-180. Proceedings of the Third International
[16] Fisher, K. M. 1985. A misconception Seminar on Misconceptions
in biology: amino acids and Educational Strategies in Science and
translation. Journal of Research in Mathematics. Publisher Location:
ScienceTeaching, 22(1): 53-62. Ithaca, NY.
[17] Gilbert, J. K. & Watts, D. M. 1983. [25] Steinberg, R. N. & Sabella, M. S.
Concepts, misconceptions and 1997. Performance on multiple-choice
alternative conceptions: changing diagnostics and complementary exam
perspectivein science education. problems, Physics Teacher, 35(3):
Studies in Science Education, 10(1): 150-155.
61-98. [26] Sutarja, M. C., Sutopo, & Latifah, E.
[18] Hammer, D. 1996. Misconceptions or 2017. Resources Siswa tentang Konsep
p-prims: How may alternative Gaya Apung melalui Closed-Ended
perspectives of cognitive structure Beralasan. Jurnal Pendidikan: Teori,
influence instructional perceptions and Penelitian, dan Pengembangan, 2 (10):
intentions. The Journal of the Learning 1315-1320.
Sciences, 5 (2):97—127. [27] Taqwa, M. R. A., Hidayat, A., &
[19] Hammer, D. 2000. Student resources Sutopo. 2017. Konsistensi Pemahaman
for learning introductory physics. Konsep Kecepatan dalam Berbagai
American Journal of Physics, 68(S1), Representasi, Jurnal Riset dan Kajian
S52-S59. Pendidikan Fisika, 4(1): 31-39.
[20] Hestenes, D., Wells, M., & [28] Taqwa, M. R. A., Hidayat, A., &
Swackhamer, D. 1992. Force Concept Sutopo. 2017. Deskripsi Penggunaan
Inventory. The Physics Teacher, 30: Program Resitasi dalam Meningkatkan
141. Kemampuan Membangun Free-Body
[21] McCloskey, M., & Kohl, D. 1983. Diagrams (FBDs), Jurnal Pendidikan
Naive physics: the curvilinear impetus Fisika Tadaluko, 5(1): 52-58.
principle and its role in interactions [29] Taqwa, M. R. A., & Faizah, R. 2016.
with moving objects. Journal of Perlunya Program Resitasi dalam
Experimental Psychology: Learning, Meningkatkan Penguasaan Konsep
Memory, and Cognition, 9 (1): 146. Dinamika Partikel Mahasiswa.
[22] McCloskey, M., Washburn, A., & Prosiding Seminar Nasional
Felch, L. 1983. Intuitive physics: The Pendidikan IPA ke-1, Universitas
straight-down belief and its origin. Negeri Malang.
Journal of Experimental Psychology: [30] Thornton, R. K. 1998. Assessing
Learning, Memory, and Cognition, 9 student learning of Newton’s laws: The
(4):636. Force and Motion
[23] Minogue, J., & Borland, D. 2016. ConceptualEvaluation and the
Investigating students’ ideas about Evaluation of Active Learning
buoyancy and the influence of haptic Laboratory and Lecture Curricula.
feedback. Journal of Science American Journal of Physics, 66(4):
338-352.

Anda mungkin juga menyukai