Anda di halaman 1dari 18

SAP DAN BAHAN AJAR II

Mata Kuliah/Kode/sks Pengantar Filsafat/1206/2


Program Studi Ilmu Teologi
Tahun 2021-22/1/Ganjil
Akademis/Semester
Pertemuan Minggu ke Kedua
Kompetensi Dasar: Kemampuan untuk menjelaskan pengertian, pertanyaan-
pertanyaan dasar dan topik pembahasan dalam tiap cabang
filsafat.
Indikator Penjelasan pengertian, pertanyaan dan topik secara tepat
Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat masuk ke dalam pembahasan filsafat khusus
secara lebih solid
Metode pembelajaran Ceramah dan diskusi
Proses Pembelajaran Brainstorming pembahasan minggu pertama (10 Menit)
Pembahasan topik(85 menit)
Pendahuluan
Pembagian
Pembahasan tiap jenis
Pertanyaan-pertanyaan dan indikasi bahan berikutnya
Kesimpulan
Sumber: K. Bertens, J. Ohoitimur dan M.Dua, Pengantar Filsafat, 2018,
61-87.
Hammersma, Harry Dr., 1981, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat,
Kanisius, Yogyakarta (Bab II).
Bagus, Lorens, 1996, 246-264.
Pengembangan Materi Lihat bahan ajar
Otoritasi Dosen Ketua Prodi SPMI
Dr. Ignasius Ngari, M.A. Fransiskus Guna Lic. Theol Drs. Abdon Bisei, M.Hum

NIDN: 1217107402 NIDN: 1414141074001 NIDN: 12020763001

15
BAB III
JENIS-JENIS FILSAFAT

1 Pengantar
Dalam pembahasan tentang apa itu filsafat kita disajikan sebuah definisi tentang objek
material kajian filsafat yang meliputi segala sesuatu. Perbedaannya terletak pada objek formal
kajian yang secara khusus menyelidikinya secara rasional, metodis, sistematis dan
mendalam. Pertanyaan yang muncul adalah apakah filsafat bisa berbicara segala sesuatu
sekaligus? Tidak! Filsafat dibagi di dalam jenis-jenis. Dari jenis-jenis itu dapat diinferensi
bahwa apa yang dikaji filsafat bersifat menyeluruh.

Dari kajian yang nyaris tentang segala sesuatu ada hal yang sering dikritik. Filsafat
mengalami kemandekan. Ia tidak memperlihatkan adanya perkembangan. Pertanyaan yang
mau dijawab tetaplah sama, seperti apa itu kebenaran, keindahan, pengetahuan, keadilan
dsbg. Namun apa yang mau dikelolah dan bagaimana hal itu dikelolah memperlihatkan
bahwa filsafat berkembang sangat signifikan. Pembahasan filsafat mencakup hampir semua
hal. Filsafat merambah ke berbagai bidang ilmu untuk membahas pertanyaan-pertanyaan
yang lahir dari ilmu itu tetapi yang tak tertangani karena berada di luar metode keilmuan
tersebut. Daya jangkau yang luas dari filsafat tidak terlepas dari latarbelakang historisnya
yaitu filsafat sebagai induk dari ilmu. Pada awal perkembangan filsafat di dunia Barat,
filsafat sebenarnya sama dengan pengetahuan dalam pengertian dewasa ini. Itu berarti
matematika, fisika, astronomi, hukum, kedokteran adalah bagian dari filsafat. Namun ilmu
ilmu tersebut memisahkan diri dari filsafat dan filsafat mulai mengelolah berbagai macam hal
secara lebih sistematis, komprehensif dan mendalam.

Bagian ini akan membahas jenis-jenis filsafat. Pembahasan tentang jenis filsafat akan
mencakup: filsafat tentang kenyataan, filsafat ilmu, filsafat praktis dan filsafat khusus serta
sejarah filsafat. Cakupan pembahasan ini merupakan suatu modifikasi terhadap pembagian
filsafat dari berbagai sumber.

Apa yang mau dicapai di dalam pembahasan ini adalah orang mengetahui apa artinya jika
disebutkan istilah metafisika atau epistemology, apa pertanyaan-pertanyaan kuncinya dan apa
saja yang menjadi topik pembahasan. Dengannya orang lebih mudah untuk masuk ke dalam
filsafat khusus di kemudian hari.

Dari modifikasi di atas filsafat dibagi sebagai berikut:

I. Filsafat tentang kenyataan.


a. Metafisika umum (ontology)
b. Metafisika khusus:
i. Teologi Metafisik (Filsafat Ketuhanan)
ii. Filsafat Antropologi (Filsafat Manusia)

16
iii. Kosmologi (Filsafat Alam).
II. Filsafat Ilmu:
a. Logika
b. Epistemologi
c. Kritik Ilmu
III. Filsafat Praktis:
a. Etika
b. Estetika
IV. Filsafat Khusus: topik-topik tertentu.
V. Filsafat Sejarah

2 Filsafat Tentang Kenyataan

Metafisika adalah sebuah nama yang diberikan oleh Andronikos dari Rodhos atas 14 buku
dari Aristoteles yang ditulis setelah 8 bukunya tentang fisika. Metafisika berasal dari bahasa
Yunani meta ta physika yang secara etimologis berarti sesudah fisika. Sesudah fisika artinya
setelah membahas segala hal khusus dengan wujud tertentu, seseorang masuk ke hal yang
lebih mendasar, mendalam dan abstrak.

Aristoteles sendiri memberikan nama untuk 14 buku itu filsafat pertama. Alasannya bersifat
ontologis. Artinya sebelum hal-hal fisik tertentu mesti terdapat sebuah realitas yang
kepadanya hal-hal fisik itu meletakan dasar keberadaannya. Yang pertama sebelum hal-hal
fisik tertentu adalah ADA. ADA ini bukanlah hal yang bisa diamati, tetapi merupakan hasil
permenungan filosofis atas hal-hal fisik. Karena itu, ‘sesudah fisika’ merupakan istilah yang
tepat.

2.1 Metafisika Umum


Dari arti etimologis dan pemakaian Aristoteles, istilah ini perlu didalami. Apa itu metafisika
sesungguhnya. Jelas tidak ada kesepakatan. Paling kurang dari apa yang menjadi pokok
pembahasannya metafisika dapat diartikan sebagai kajian menyeluruh, koheren, dan
konsisten tentang realitas sebagai suatu keseluruhan. Yang dimaksudkan dengan realitas
sebagai keseluruhan adalah realitas yang menjadi pemersatu atau prinsip persatuan dari
realitas-realitas dalam bentuk yang konkrit. Harus diakui bahwa realitas sebagai keseluruhan
bukan hanya sebagai prinsip pemersatu, tetapi juga sebagai dasar keberadaan bagi realitas-
realitas yang konkrit yang sendiri tidak diadakan tetapi mengadakan atau memungkinkan
yang lain berada.

Dalam kaitan dengan itu ada sebuah nama lain yang dipakai untuk metafisika yakni ontologi.
Ontologi berasal dari kata Yunani on, ontos (ada, keberadaan) dan logos (studi/ilmu tentang).
Realitas keseluruhan yang disebutkan dalam pengertian metafisika, dalam ontologi diberi
nama ADA. Dengan ini maka ontologi adalah suatu studi atau kajian tentang ADA sebagai
ADA dan bukan ada sebagai bentuk-bentuk yang konkrit. Ada ini merupakan kenyataan yang
paling mendalam dan paling tinggi.

Pertanyaan dan topik apa sajakah yang diselidiki di dalam metafisika/ontologi? Berkaitan
dengan pertanyaan metafisis kita berjumpa dengan beberapa pertanyaan: apa yang

17
dimaksudkan dengan ada? Apakah yang ada itu sama dengan yang kelihatan ataukah sama
dengan yang dipikirkan (kelihatan/ide-ide)? Apakah ada itu satu atau banyak, tunggal atau
beragam, bersatu atau sungguh berbeda?

Dari pertanyaan di atas, topik yang hangat dibahas adalah hakikat, tata susun, dasar dan
struktur realitas. Dari topik ini lahirlah aliran metafisika seperti idealisme, materialisme,
dualisme, monisme dan pluralisme.

Idealisme adalah konsep filsafat tentang realitas/ada hanya berada di dunia ide. Atau, realitas
adalah penjelmaan dari pikiran/ide. Bahkan ada yang mengatakan bahwa alam semesta
adalah inteligensi.ide yang kelihatan. Idealisme dibagi menjadi idealisme subyektif, obyektif
dan transendental. Arti idealisme subyektif adalah realitas satu-satunya adalah subyek
spiritual/berpikir/bermenung/berefleksi. Dengan demikian dunia adalah hasil pikiran
manusia. Tokoh pendukungnya adalah Berkeley dan Fichte. Arti idealisme obyektif adalah
realitas yang terdapat di alam semesta tidak lain daripada rasio/akal budi/ide yang kelihatan.
Segala yang ada merupakan penampakan dari akal budi atau ide-ide. Tokoh pendukungya
adalah Hegel dan Schelling. Idealisme transenden adalah idealisme yang berusaha untuk
mensintesakan dua idealisme di atas. Yang ada bukan terdapat dalam pikiran atau memiliki
pikirannya sendiri. Pengalaman kita akan sesuatu dalam ruang dan waktu adalah
penampakaan dari yang tidak memiliki eksistensi dan independen di luar pemikiran kita
(Rappar, 1996,45).

Yang berlawanan dengan idealisme adalah materialisme. Materialisme adalah aliran yang
menegaskan bahwa yang ada ialah hal-hal material. Di luar materi atau benda-benda tidak
terdapat realitas atau segala sesuatu dapat diasalkan kembali kepada materi. Menurut
Leupkipos dan Demokritos segala sesuatu terdiri dari wujud material terkecil yang tidak
dapat dibagi lagi yakni atom. Bahkan jiwa kita pun terdiri dari atom. Menurut Hobbes, yang
berpikiran selaras dengan dua tokoh sebelumnya, realitas adalah materi independen yang
terlepas dari pikiran atau gagasan manusia. Feuerbach menegaskan bahwa realitas yang
sesungguhnya adalah alam dan manusia adalah salah satu realitas konkrit.

Di samping kedua sudut pandang di atas, dualisme merupakan suatu topik penting metafisika.
Dualisme adalah paham bahwa realitas terdiri dari dua wujud yang berbeda dan terpisah
yakni wujud material dan immaterial/mental/rohani. Dualisme bukanlah pengakuan tentang
jumlah realitas tetapi hakikat realitas. Tentang jumlah realitas kita disajikan pandangan
tentang monism dan pluralisme. Monisme merupakan paham yang berpandangan bahwa
realitas itu pada hakikatnya satu saja. Pluralisme menegaskan banyaknya realitas.

2.2 Filsafat Antropologi (Manusia)

Realitas yang paling kelihatan adalah manusia. Daripadanya kita beranjak menuju sebuah
abstraksi metafisis tentang manusia. Filsafat antropologi adalah metafisika khusus yang
membahas tentang manusia pada tataran yang paling mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan tentang manusia adalah sebagai berikut. Manusia pada hakikatnya itu, apa? Topik-
topik pembahasannya adalah manusia sebagai subyek dan individu, manusia sebagai mahluk
sosial dan komunikasi, sejarah, jiwa dan badan, kebebasan, dan kematian.

Dalam perjalanan sejarah terdapat berbagai macam refleksi filosofis tentang manusia.
Pemikiran tentang manusia dapat dibagi menjadi aliran dualisme, materialisme, spiritualisme

18
dan aliran yang berusaha untuk memaduhkan. Kelompok dualisme adalah seperti pertama,
Plato manusia pada hakekatnya adalah jiwa yang terpenjara dalam tubuh. Tubuh bersifat
jahat dan jiwa baik. Jiwa terdiri dari akal (nous), semangat (thumos) dan nafsu (epithumia).
Kedua, menurut Descartes, manusia pada hakikatnya adalah tubuh dan jiwa yang berbeda
dan terpisah tetapi berelasi (kapal dan juru mudi). Tubuh adalah mesin dan jiwa adalah wujud
rohani yang melampaui ruang dan waktu dan yang aktivitasnya adalah berpikir, berkehendak.

Aliran materialisme, dengan tokoh seperti, Demokritos, Feuerbach, Marx dan Engels,
berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya adalah materi. Jiwa diakui sebagai
penampakan dari materi. Dalam kelompok ini manusia juga dipandang sebagai badan saja.
Sebagai badan manusia tidak lebih dari objek-objek lainnya atau satu dari sekian objek yang
ada di jagatraya. Aliran spiritualisme dengan tokoh seperti, Fichte, Schelling, Heggel,
Schopenhauer, Hartmann, Berkeley, memandang manusia sebagai subyektivitas/kesadaran.
Materi diakui tetapi hanya dimungkinkan oleh adanya kesadaran.

Sintesa pandangan tentang manusia sudah lama dilakukan oleh Aristoteles. Baginya,
manusia adalah sebuah kesatuan/ substansi yang terdiri dari jiwa dan badan. Kesatuan
manusia berasal dari konsep filosofisnya yakni materi dan bentuk. Tubuh adalah materi dan
jiwa adalah bentuk. Karena materi dan bentuk bersatu, maka tubuh dan jiwa adalah satu.
Manusia mati, semuanya mati tetapi ada bagian jiwa yang abadi. Selain upaya sintesa ini ada
upaya yang sama dari kelompok eksistensialisme dan fenomenologi yang menegaskan bahwa
manusia adalah subyek yang berbadan. Artinya badan bisa dijadikan obyek tetapi ia berbeda
dengan obyek lain karena ia melekat secara mutlak pada si subyek.

Selain pandangan di atas ada pandangan lain yang mirip dengan kelompok dualism tetapi
yang lebih menegaskan sifat monism jiwa. Tokohnya adalah Pythagoras. Menurutnya,
manusia pada hakikatnya adalah jiwa abadi, yang akan kembali ke langit tempat asalnya
melalui proses perpindahan dan penyucian.

2.3 Kosmologi
Kosmologi adalah kajian metafisika yang memfokuskan diri pada alam semesta sebagai suatu
tata susunan tertentu. Kosmologi berasal dari dua kata cosmos dan logos. Cosmos berarti
keteraturan, yang diperlawankan dengan chaos¸ yang berarti kekacauan. Logos adalah kajian,
ilmu.

Apa yang menjadi topik pembahasannya adalah asal-usul alam semesta (cosmogony), unsur-
unsur filosofis dalam alam semesta seperti waktu, perubahan, kemungkinan dan perubahan,
kebebasan, materi dan hidup.

Banyak fisikawan terkenal menjadi kosmolog. Mereka membahas juga persoalan-persoalan


di belakang atau yang melampaui fisik dan hal-hal fisik dalam keseluruhannya. Tokoh-tokoh
yang terkenal adalah Einstein (1879-1955). Kebanyakan filsuf-filsuf pra-Sokrates
merupakan filsuf-filsuf alam. Mereka mempertanyakan alam semesta berasal dari mana atau
unsur apa yang paling hakiki dalam alam semesta.

2.4 Teologi Naturalis atau Filsafat Ketuhanan

19
Filsafat ketuhanan yang dalam bahasa Inggris umumnya dikenal sebagai philosophy of
religion. Filsafat ketuhanan/agama adalah metafisika yang melakukan investigasi atau kajian
rasional atas dimensi transendental yang tampak dan yang diekspresikan dalam berbagai
kepercayaan agama dan spritualitas.1 Pertanyaan filosofis di wilayah ini adalah seperti
berikut: bagaimana dibuktikan bahwa Allah itu ada, apa yang dimaksudkan dengan adanya
Allah, apakah ada kehidupan setelah kematian dan apakah Allah Yang Mahakuasa dan
Mahabaik bisa diperdamaikan dengan kenyataan kejahataan dan penderitaan?

Yang dibahas di sini bukanlah semua unsur keagamaan atau ketuhanan, tetapi unsur umum
atau yang sama pada berbagai kepercayaan keagamaan. Topik yang dibahas dalam filsafat
ketuhanan dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama adalah topik-topik yang berkaitan
dengan penjelasan rasional iman kepercayaan: bukti adanya Allah (bukti kosmologis dan
ontologis), nama-nama Allah, bahasa dalam dunia iman kepercayaan (meta-teologi),
hubungan antara iman dan akal budi dan kehidupan setelah kematian.

Berkaitan dengan penjelasan rasional tentang bukti tentang Allah kita perlu menyebut
beberapa bukti adanya Allah.

1. Bukti ontologis: Allah adalah yang lebih besar daripadanya Tidak dapat dipikirkan. Allah
tidak hanya terdapat dalam pikiran tetapi juga dalam kenyataan. Mengapa? Realitas selalu
lebih besar sempurna dari ide karena ide hanyalah gambaran tentang realitas. Jika ide yang
hanya merupakan gambaran yang tidak sempurna itu ada, maka apa yang diidekan itu
otomatis ada.
2. Bukti kosmologis: Jika ada akibat pasti ada sebab. Sebab adalah akibat dari sebab
sebelumnya. Tetapi hal ini tidak bisa berlangsung tanpa henti. Diperlukan sebab yang
menyebabkan, yang dirinya sendiri tidak disebabkan.
3. Bukti teleologis: segala sesuatu mengarah pada tujuan. Segala sesuatu tidak ada secara
kebetulan. Apakah yang merupakan tujuan yang paling akhir dan paling tinggi/ultim alam
semesta ini? Tujuan akhir dan paling tinggi yang lebih daripadanya tidak ada lagi yaitu
Tuhan.
4. Bukti Moralitas: kebaikan dan keburukan merupakan ide dan pembedaan yang dapat
dibuat oleh manusia. Dari mana ide itu ada? Pasti ada kebaikan yang sempurna. Ini adalah
Tuhan.
5. Dan masih ada bukti-bukti lain seperti pengalaman iman dan mujizat.

Topik umum kedua adalah pertanggungjawaban rasional atas iman. Topik-topiknya adalah
teodise2, ateisme, hubungan iman dan sains (iman di hadapan kemajuan ilmu pengetahuan),
sekularisme dan berbagai model kritik terhadap agama dan kepercayaan.

Baiklah di sini kita melihat beberapa kritik terhadap konsep tentang Tuhan dan agama.
1. Kaum agnosis mengatakan bahwa adanya dan tidak adanya Tuhan tidak dapat dibuktikan.
2. Kaum ateis memiliki beberapa pendapat:
 Tuhan adalah ciptaan atau proyeksi keinginan manusia akan kebahagiaan (Feuerbach)
 Allah sudah mati. Adanya Allah merupakan penghalang terhadap kehendak manusia
untuk menjadi superhuman. Karena Allah, terutama Allah orang Kristen, mengajarkan

1
Pembedaan ini dibuat untuk menjelaskan realitas keberimanan yang tidak hanya terbatas pada orang yang
beragama. Dewasa ini ada sebagian orang yang menyebut dirinya kaum spiritual, yang percaya pada Tuhan
tetapi tidak merupakan bagian dari satu institusi keagamaan.
2
Yang dibahas adalah keadilan Tuhan di hadapan kejahatan. Ini merupakan kritikan yang kerap digunakan oleh
kaum ateis terhadap penganut kepercayaan.

20
keutamaan dalam kelemahan. Di situlah Allah akan membantunya. Ini membuat
manusia menjadi lemah. Karena itu ia memproklamasikan kematian Allah agar
manusia dapat mewujudkan keinginan untuk menjadi manusia super.
 Agama adalah hasrat kanak-kanak yang bertindak dengan motivasi untuk mendapat
hadiah atau terbebas dari hukuman. Hukuman yang ditakutkan dalam agama adalah
kecemasan, kematian dan hasratnya adalah keteraturan adat istiadat.

Apa yang dicapai dengan upaya filosofis ini adalah suatu kepercayaan yang jelas dan
memiliki dasar rasional yang kuat yang tetap teguh dihadapan tuntutan pertanggungjawaban.
Hal ini sangat penting bagi kehiduan agama sebagai suatu persiapan terhadap iman
(preambulum fidei).

3 Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu terbagi atas logika, epistemologi dan kritik ilmu. Yang paling tua adalah logika.
Di Indonesia epistemologi menjadi ilmu dasar umum bagi yang mempelajari S2. Kritik ilmu
lebih merupakan suatu tahap yang lebih lanjutan setelah kedua hal ini diperoleh.

3.1 Logika
Lihat kuliah logika. Perhatikan apa itu logika, konsep-konsep dasar penalaran, inferensi
langsung, silogisme, penalaran induktif.

3.2 Epistemologi
Epistemologi merupakan suatu filsafat tentang pengetahuan. Untuk lebih jelas kita perlu
mengetahui apa yang dipersoalkan dalam epistemologi. Dari mana kita tahu bahwa kita tahu?
Dari mana pengetahuan itu berasal (akal vs pengamatan)? Apakah pengetahuan kita bersifat
pasti dan benar? Apa yang dimaksudkan dengan kebenaran? Apa saja yang dapat kita ketahui
dengan suatu kepastian rasional? Jadi yang mau dijawab dalam epistemologi adalah hakikat
pengetahuan, sumber pengetahuan, kebenaran dan kepastian serta jangkauan pengetahuan
kita.

Dalam epistemologi ada empat aliran besar besar tentang kepastian dan sumber pengetahuan.
Pertama adalah skeptisisme. Aliran ini menegaskan bahwa kita tidak bisa mencapai kepastian
pengetahuan. Pengetahuan manusia selalu dapat diragukan. Tokoh yang terkenal adalah
Agustinus dan Descartes.

Kedua adalah rasionalisme. Rasionalisme ini harus dibedakan dari rasionalisme ontologis
sebagai suatu konsep tentang realitas yang merupakan penjelmaan akal budi. Rasionalisme
yang dimaksudkan di sini adalah rasionalisme epistemologis. Intinya adalah pengetahuan
mesti rasional. Pengetahuan ini kemudian melahirkan aliran rasionalisme yang pada abad ke
16. Rasionalisme adalah aliran epistemologi yang menegaskan bahwa akal budi merupakan
sumber utama pengetahuan yang lebih daripada pengalaman (baca pengamatan). Mengapa?
Karena manusia memiliki gagasan bawaan dalam dirinya yang membuatnya dapat
menghasilkan pengetahuan yang tidak memerlukan pengamatan sebagai sumbernya. Tokoh
yang terkenal adalah Spinoza, Leibniz dan pemulanya adalah Descartes. Aliran ini
dikembangkan terutama di Jerman.

21
Ketiga adalah empirisme. Aliran ini adalah sebuah epistemologi yang menekankan bahwa
sumber atau dasar pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman dibagi menjadi pengalaman
inderawi (melihat, mendengar, mencium, merasa, meraba) dan batiniah (mimpi atau perasaan
hati). Otak tetap tidak diremehkan tetapi hanya mempunyai fungsi tambahan seperti
menggabungkan data-data inderawi dalam beragam susunan, membuat ide-ide
kompleks/majemuk. Jadi pengalaman adalah adalah sarana pengetahuan paling utama bukan
akal budi tetapi ia tetap diakui. Pendukungnya adalah filsuf-filsuf Inggris, seperti John Locke,
Thomas Hobbes dan David Hume. Kritik terbesar terhadap empirisme adalah bagaimana
menjelaskan ide-ide abstrak yang terlepas dari pengalaman seperti ruang, waktu dan
kausalitas.

Di hadapan ketiga aliran ini terdapat pernyataan bahwa pengetahuan merupakan kombinasi
antara akal budi dan pengalaman. Akal budi dan pengalaman mempunyai peran tersendiri
tetapi saling melengkapi dalam pembentukan pengetahuan. Namun apa yang diketahui
tentang realitas tidaklah sama persis dengan realitas itu sendiri. Realitas pada dirinya tidak
diketahui. Hal ini diungkapkan oleh Immanuel Kant yang mencoba mendamaikan
rasionalisme dan empirisme dengan meneliti jangkauan dan keterbatasan akal budi.

3.3 Kritik Ilmu


Kritik ilmu adalah cabang filsafat yang lahir dari kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
Ketika kuantitas ilmu begitu kecil pembedaan antara ilmu cukup tegas. Ketika ilmu makin
kompleks pembedaannya atau sismatikanya makin rumit. Persoalan yang dibahas adalah teori
tentang sistematika/pembagian ilmu pengetahuan, macam-macam pengetahuan dan kualitas
keilmiahan suatu ilmu, metode ilmu pengetahuan serta kepastian ilmu pengetahuan. Namun
kritik ilmu kerap kali sudah dimasukkan ke dalam epistemologi.

22
4 Filsafat Praktis

4.1 Etika Atau Filsafat Moral


Moral memiliki makna kata yang sama tetapi berbeda asal-usul. Etika berasal dari bahasa
Yunani yakni ethos yang artinya kebiasaan, watak sifat. Moral berasal dari bahasa Latin mos
yang berarti kebiasaan, adat istiadat dan cara hidup. Etika atau filsafat moral adalah filsafat
praktis yang mengkaji bagaimana manusia seharusnya bertindak. Atau etika adalah studi
tentang hakikat prinsip, nilai, aturan, pernyataan dan tindakan moral. Keharusan bertindak
bersandar pada prinsip, nilai dan aturan moral. Karena itu studi etika memfokuskan diri pada
pertanggungjawaban rasional atas tindakan, prinsip, nilai, aturan dan pernyataan moral.

Etika memiliki lima cabang. Cabang-cabang itu adalah meta-etika, etika normatif, etika
terapan, psikologi moral dan etika deskiptif.

4.1.1 Etika Normatif


Biasanya filsafat moral atau jantung etika berurusan dengan etika normatif. Fokus perhatian
adalah bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara bermoral. Untuk bertindak
diperlukan standar-standar yang menentukan kebenaran dan kesalahan tindakan. Melaluinya
tindakan seseorang dinilai dari perspektif moral. Ada tiga teori penting dalam etika normatif.

Pertama, etika keutamaan (virtue ethics). Fokus perhatian dari etika keutamaan bukan
tindakan yang benar tetapi karakter yang baik. Artinya tujuan etika bukan terletak pada
sebuah tindakan yang sesuai dengan prinsip, nilai atau aturan, tetapi sebuah pribadi yang
berkarakter. Ketika ditanya bagaimana tentang tindakan yang seharusnya, maka jawabannya
adalah bagaimana orang yang berkarakter baik bertindak dalam persoalan ini. Apa yang mau
dicapai adalah adanya keutamaan pribadi yang dengannya orang menjadi baik. Etika ini
mengalami kebangkitan setengah abad dengan tokoh-tokohnya seperti G.E Anscombe,
Alsdair Macintyre, Rosaline Hursthouse dan Philipa Foot.

Kedua,teori deontology. Teori ini tidak memperhatikan akibat atau hasil tindakan seseorang.
Perhatian ditujukan pada prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang ada. Kebenaran suatu
tindakan ditentukan oleh kesesuaiannya dengan prinsip dan aturan. Dalam sejarah etis
prinsip-prinsip tindakan adalah imperative kategoris Kant3, kontrak dari John Rawls dan
Hobbes, serta hukum alam dari Thomas Aquinas dan John Locke.

Ketiga, teori teleologis atau konsekuentialis. Teori ini amat memperhatikan akibat atau hasil
tindakan seseorang. Hasil menentukan kualitas moral suatu tindakan. Tanpa hasil maka
tindakan dipandang tidak bermoral. Teori yang berkaitan erat dengan hal ini adalah:

3
Imperatif kategori adalah prinsip-prinsip yang secara intrinsic benar. Prinsip-prinsip ini di dalam dan bagi
dirinya. Prinsip ini harus ditaati oleh semua dan dalam semua situasi dan kondisi jika tindakan kita dimaksudkan
untuk menaati hukum moral. Kewajiban moral berasal darinya dan diuji olehnya. Sedangkan prinsip kontrak
adalah prinsip yang mewajibkan siapa saja yang terlibat dalam kontrak dan kontrak itu menentukkan benar
tidaknya tindakan seseorang.

23
 Utilitarianisme, adalah teori tentang benar salahnya suatu tindakan yang ditentukan
oleh kebahagiaan yang paling besar bagi jumlah yang terbanyak. Sebelum istilah
konsekwensialis muncul, utilitarianisme mencakup juga semua tindakan yang
bertujuan memaksimalkan kegunaan bukan hanya kebahagiaan.
 Hedonisme adalah teori yang berpandangan bahwa sebuah tindakan adalah benar jika
tindakan itu memaksimalkan kenikmatan di antara masyarakat. Egoisme adalah
sebuah teori tentang kebenaran moralitas yang terletak pada pemaksimalan kebaikan
bagi diri.
 Etika situasi berpandangan bahwa tindakan yang benar yang diambil adalah tindakan
yang menghasilkan sesuatu yang paling dicintai dan cinta harus menjadi tujuan kita.
 Intelektualisme menegaskan bahwa tindakan terbaik adalah tindkan yang secara
paling baik memperkuat dan mempromosikan pengetahuan.
 Kesejahteraan umum adalah sebuah teori moral tentang tindakan yang terbaik adalah
yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
 Utilitarinisme Pilihan adalah teori yang beranggapan bahwa tindakan terbaik adalah
yang mengarah pada pilihan kepuasaan.
 Libertarianisme Konsekuensialis adalah teori yang beranggapan bahwa kebebasan
harus dimaksimalkan.

4.1.2 Meta-etika
Meta-etika adalah cabang etika yang menyelidiki arti dan makna istilah-istilah moral dari
pernyataan terhadap tindakan seseorang. Istilah-istilah yang diselidiki adalah baik, benar,
adil, jujur, semestinya, buruk, salah dst. Ada tujuh teori dari meta-etika.

 Teori naturalis adalah teori yang beranggapan bahwa istilah moral dapat disamakan
dengan ‘yang dikehendaki Tuhan’, ‘yang idamkan’.
 Teori subyektif adalah teori yang menegaskan bahwa pertimbangan moral adalah
pernyataan personal atau subyektif tentang suatu tindakan moral. Tidak terdapat
pernyataan obyektif tentang suatu tindakan moral yang dapat dijadikan patokan
umum.
 Teori intuisi adalah teori yang berpendapat bahwa seseorang dapat secara langsung
mengetahui apa yang benar atau salah secara moral karena manusia dapat merasakan
hal itu.
 Teori kognitif adalah teori yang menegaskan bahwa etika berurusan dengan
pernyataan yang sejajar dengan pernyataan tentang pengetahuan yang biasa berbicara
tentang fakta. Karena itu keputusan atau pertimbangan moral dilihat sebagai fakta
yang bisa benar dan bisa salah.
 Teori emotif adalah teori yang menegaskan bahwa pertimbangan atau pernyataan
moral hanyalah ungkapan emosi atau luapan perasaan semata-mata.
 Teori skeptis adalah teori yang menolak kebenaran moral; teori yang menegaskan
tiadanya dasar rasional pada moralitas; teori yang menegaskan bahwa kesalahan dan
kebenaran adalah soal kebiasaan atau adat atau kebudayaan. Teori ini berkaitan
dengan relativisme etis yang memandang prinsip dan pertimbangan moral tergantung
pada tempat dan situasi serta tidak bersifat universal.
 Teori Imperatif adalah teori yang menegaskan bahwa istilah moral hanyalah samaran
dari istilah-istilah yang berisi keharusan. Kalau dikatakan bahwa ‘korupsi itu tidak
baik’ sama dengan mengatakan ‘jangan korupsi’. Kalau dikatakan bahwa terlambat
itu haram, sama dengan mengatakan bahwa anda harus datang tepat waktu’.

24
4.1.3 Etika Deskriptif
Etika deskriptif adalah etika yang tidak mempersoalkan nilai atau aturan moral. Yang
dilakukan adalah mengobservasi pilihan-pilihan yang dibuat oleh agen moral. Pilihan-pilihan
adalah fakta-fakta moral. Jadi etika deskriptif merupakan etika yang menggambarkan fakta-
fakta moral tanpa memasukan penilaian moral. Etika ini terdiri dari pembeberan tentang
sejarah moralitas, fenomena moralitas dalam suatu masyarakat, macam-macam kode etik
dalam suatu institusi dan etiket-etiket. Karena topik-topik ini etika deskriptif sering
merupakan bagian dari sosialogi.

4.1.4 Etika Terapan

Etika terapan adalah penyelidikan filosofis dari sudut pandang moral tentang isu-isu khusus
baik dalam kehidupan pribadi maupun umum yang menjadi persoalan penilaian moral. Di
sini para ahli etika berusaha untuk menggunakan metode filsafat untuk mengidenfikasi
tindakan yang benar secara moral dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Contohnya
adalah etika lingkungan hidup, etika bisnis dan bioetika.

Etika terapan dibedakan dari etika normatif yang memfokuskan diri pada apa yang orang
seharusnya percaya sebagai benar dan salah. Dibedakan dari metaetika yang memfokuskan
diri pada kodrat pernyataan moral.

Tipe-tipe etika terapan

 Etika pengambilan keputusan atau proses pengambilan keputusan etis.


 Etika profesional atau etika untuk memperbaiki profesionalitas
 Etika klinis atau etika untuk memperbaiki kebutuhan kesehatan dasar kita.
 Etika bisnis atau moral personal untuk memperbaiki etika dalam suatu organisasi
 Etika organisasi
 Etika sosial atau etika bangsa-bangsa sebagai suatu kesatuan unit.

4.1.5 Psikologi Moral


Moral psikologi mulanya merupakan lapangan studi filsafat yang kemudian berkembang
menjadi studi psikologi. Kebanyakan orang menggunakan moral psikologi untuk menunjuk
studi perkembangan moral. Namun yang lain cenderung menggunakan istilah moral psikologi
untuk topik-topik antara psikologi dan filsafat. Topik itu melibatkan pikiran (mind) dan yang
relevan pada isu-isu moral. Topik yang penting di sini adalah tanggungjawab moral,
perkembangan moral, karakter moral, altruisme dan pertentangan moral.

4.2 Estetika
Berasal dari bahasa Yunani aesthesis yang berarti pengamatan. Pengamatan di sini tertuju
pada pengamatan inderawi, spiritual atau penangkapan intelektual. Estetika adalah
penyelidikan filsafat terhadap seni dan keindahan. Estetika sudah dikembangkan sejak zaman
Yunani Kuno dan nama yang dikenal sekarang ini diperkenalkan oleh Gottlibe Bamgarten
pada abad ke 18.

Estetika dibagi menjadi estetika deskriptif dan normative. Yang pertama menyelidiki
fenomena-fenomena dan pengalaman-pengalaman keindahan. Yang kedua menyelidiki
hakikat, prinsip dan ukuran tentang apa yang disebut indah dan keindahan. Selain itu estetika

25
dibagi menjadi filsafat seni dan filsafat keindahan. Yang pertama menyelidiki apa itu seni dan
pengetahuan apa yang dihasilkan dan diberikan seni kepada manusia. Yang kedua
menyelidikan apakah keindahan itu dan ukuran keindahan (subyektif atau obyektif).

Ada berbagai pendapat para ahli tentang seni. Plato dan Aristoteles mengatakan bahwa seni
adalah meniru apa yang indah yang tersedia di alam semesta. Agustinus mengatakan bahwa
keindahan terdapat dalam pikiran Allah. Apa yang indah adalah ekpresi pemikiran Allah dan
keindahan yang diciptakan tak boleh dilepaskan dari agama. Hume mengatakan bahwa
keindahan itu bersifat subyektif.4 Artinya ukuran keindahan berbeda-beda pada setiap orang.
Kant senada dengan subyektivisme Hume menambahkan bahwa keindahan berguna untuk
menjembatani teori dan praktek. Senada dengan dua tokoh di atas, Santanaya setuju dengan
subyektifitas keindahan dan menambahkan bahwa seni merupakan ekspresi perasaan senang
dalam wujud objek-objek tertentu. Hegel dan Schopenhauer membuat tingkat-tingkat seni.
Hegel menempatkan puisi dan Schopenhauer menempatkan music pada tingkat yang paling
tinggi. John Dewey menegaskan bahwa seni tidak berdiri sendiri. Ia berkaitan dengan segi-
segi kehidupan yang lain. Croce menyamakan seni dan intuisi yang kemudian menghasilkan
pandangan bahwa seni terletak dalam pikiran manusia. Hasil karya adalah penciptaan
kembali seni yang sudah terdapat dalam pikiran seniman. Senipun disamakan juga dengan
ekspresi. Hasil karya adalah ekspresi perasaan seniman. Clive Bell menghasilkan dua
ungkapan yakni ‘bentuk yang berarti’ dan ‘perasaan estetis’. Bentuk-bentuk berarti adalah
bentuk-bentuk yang bernilai. Perasaan estetis adalah perasaan tertentu yang dihasilkan
sebagai akibat persentuhan dengan bentuk-bentuk yang berarti.

4.3 Filsafat Khusus


Adalah tidak mungkin untuk menjelaskan semua filsafat khusus. Yang akan dijelaskan adalah
beberapa filsafat yang menjadi fokus perhatian dalam dunia teologi, secara khusus di STFT
Fajar Timur dan beberapa aliran filosofis yang sangat penting.

4.3.1 Filsafat Dalam dunia Teologi


Filsafat yang menjadi fokus perhatian dalam dunia teologi adalah metafisika khusus yakni
filsafat manusia dan filsafat ketuhanan; etika, logika, filsafat Timur dan filsafat Budaya.
Selain itu unsur yang tak kalah pentingnya adalah filsafat politik, ekologi. Beberapa bidang
sudah dibahas sebelumnya di sini hanya akan dibahas tiga bidang yaitu filsafat kebudayaan,
filsfat politik dan ekologi.

4.3.1.1 Filsafat Budaya


Filsafat budaya adalah kajian filosofis tentang dimensi ontologis kebudayaan, pendekataan
terhadap kebudayaan, unsur-unsur, wujud dan faktor kebudayaan serta strategi kebudayaan.
Filsafat kebudayaan mencari hakikat kebudayaan atau esensi dari berbagai bentuk ekpresi
kebudayaan sehingga diperoleh suatu pandangan yang umum dan mendalam tentang apa itu
kebudayaan. Apa yang dicari adalah esensi dari bentuk-bentuk partikular kebudayaan. Selain
mencari apa yang abstrak, filsafat budaya mendekati budaya pada tataran realitas, relasional
dan relasi. Dalam strategi kebudayaan filsafat budaya mengedepankan tiga strategi
kebudayaan yang diciptakan manusia. Strategi itu terdiri atas tiga hal yang diberi nama tahap
mitis, ontologis dan fungsional. Pada tahap pertama, manusia menjadi bagian dari alam

4
Istilah yang berkaitan dengan ini adalah de gustibus non est disputandum: selera tidak dapat diperdebatkan.

26
semesta, pada tahap kedua manusia mengambil jarak dan pada tahap ketika manusia mencoba
mencari hubungan yang tepat dengan sesame dan alam semesta.

4.3.1.2 Filsafat Politik


Filsafat politik didefinisikan sebagai refleksi filosofis tentang bagaimana menata kehidupan
bersama atas dasar dan demi suatu visi kehidupan sosial yang baik dan benar. Nilai filosofis
menjadi kentara ketika yang menjadi titik berangkat dan tujuan pembahasan adalah apa yang
disebut dengan kebaikan umum (common good) atau masyarakat yang sejahtera (Miller,
1998 & Schmadnt, 1960, 5). Hal ini merupakan tujuan politik yang ribuan tahun lalu telah
dikumandangkan Arisoteles dengan sebutan eudaimonia, kebahagiaan tertinggi. Karena itu
yang hendak diteliti adalah:
 Apa prinsip dasar dibalik pembentukkan negara
 Tujuan negara
 Legitimasi kekuasaan: tanggungjawab penguasa, kelangsungan dan akhir kekuasaan
pemerintahan.
 Otonomi individu serta relasi antara otoritas dan warga negara: hak dasar dan
kebebasan individu

Proses pencapaian kebaikan tertinggi bagi tiap warga negara secara bersama mengandaikan
pertanyaan apa yang seharusnya atau sepantasnya dilakukan atau dijalani warga negara,
masyarakat dan institusi. Karena itu, filsafat politik secara tak terelakan merupakan etika
politik. Apa yang dicari adalah penerapan konsep etis pada wilayah sosial dan dengan
demikian filsuf politik tak bisa apatis terhadap berbagai bentuk pemerintahan dan unit-unit
sosial di mana terdapat kehidupan bersama. Dengan melakukan hal itu, filsafat politik juga
menyediakan sebuah standard untuk menganalisa dan menilai institusi-institusi yang ada dan
hubungannya dengan kebebasan individu.

Ada beberapa pertanyaan penting dalam filsafat politik.


Apa itu negara? Negara ada untuk apa? Apa yang membenarkan bahwa sekelompok orang
berhak memerintah masyarakat? Kapan suatu negara berakhir? Apa yang dimaksudkan
dengan hak, keadilan, kebebasan? Institusi politik macam manakah yang pantas bagi suatu
masyarakat? Pemerintahan macam manakah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional?

Filsafat politik terbela menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengarah pada filsafat
sosial yang memfokuskan perhatian pada masyarakat. Hal ini amat berkaitan erat dengan
filsafat Karl Marx yang berbicara tentang masyarakat tanpa kelas. Filsafat ini berkembang
dengan baik di Eropa daratan. Kelompok kedua adalah kelompok yang memperhatikan
institusi macam apa yang dapat menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Fokus perhatian mereka adalah keadilan macam mana yang perlu diperjuangkan. Akibat dari
pendekatan ini adalah berkembangnya pembicaraan tentang liberalisme dan komunalisme
serta multikulturalisme. Di dua kelompok ini lahirlah juga feminisme yang bisa dilihat
sebagai suatu filsafat politik karena yang dipersoalkan adalah dominasi. Dominasi adalah
nama untuk kekuasaan. Dalam Feminisme kekuasaan perlu dibebaskan dari dominasi gender
laki-laki.

27
4.3.1.3 Ekologi

Ekologi adalah filsafat praktis yang berada di bawah etika. Fokus perhatian adalah bagaimana
seharusnya manusia bersikap terhadap lingkungan. Pertanyaan kunci pada studi ekologi
adalah apakah alam semesta mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Kritik terbesar dalam
ekologi diarahkan pada pemikiran antropsentrisme. Pemikiran ini menegaskan bahwa
manusia adalah pusat dan ukuran segalanya. Antroposentrisme inilah yang menjadi akar
permasalahan ekologi.

Perdebatan dalam bidang ekologi mencakup pendekatan manakah yang dapat


dipertanggungjawabkan secara moral. Karena itu lahir berbagai pandangan dalam ekologi.
Pertama pendekatan antroposentris yang tercerahkan. Dalam pandangan ini tetap diakui
bahwa perbaikan alam semesta bertujuan untuk kebaikan manusia.
Kedua adalah pendekatan ekologi dalam. Pendekatan ini menolak antropsentrisme karena
alam harus dipandang berharga. Dengan demikian kita dapat menghasilkan suatu perbaikan
alam semesta yang memadai. Jika fokusnya tetap demi kebaikan manusia maka alam
direndahkan sebagai tidak berharga.
Ketiga adalah pendekatan tanah sebagai komunitas dan berbadan hukum. Dalam pandangan
ini tanah dipandang sebagai komunitas yang memiliki nilai dan norma sendiri. Karena itu
kompensasi harus diberikan jika terjadi perusakan alam.
Keempat adalah pendekatan animism. Dalam pendekatan ini alam semesta dipandang sebagai
memiliki diri dan kepribadian yang tidak berbeda dengan manusia. Pandangan ini berasal dari
dunia Timur dan juga terdapat di Papua. Misalnya Gunung dipandang sebagai kramat atau
ibu.

28
4.3.2 Beberapa Aliran Khusus
Sejarah filsafat diakhiri dengan era postmodern. Sebagian filsafat dalam era ini disebut
sebagai postmodenisme. Walaupun penggunaan istilah ini menuai kritik yang tidak sedikit,
paling kurang perlu dipahami muatan yang terkandung di dalamnya.

Postmodernisme adalah suatu filsafat setelah abad 19 yang merupakan reaksi terhadap
modernisme dan klaim kebenarannya. Modernisme adalah aliran yang memiliki tiga konsep
besar yaitu fundasionalisme, esensialisme dan realisme. Postmodernisme secara paling
umum merupakan reaksi terhadap pandangan ini. Foundasionalisme adalah pandangan yang
berisi konsep pengetahuan yang terdiri atas dua lapisan sistem. Pertama, pengetahuan tak
tersimpulkan dan kedua, pengetahuan yang tersimpulkan. Mayoritas pengetahuan berada
pada lapisan yang kedua. Fundasionalisme adalah sebuah sistem penjelasan yang lengkap
dan utuh atas segala sesuatu dan sebuah sistem penjelasan yang berkarakter dualisme (positif
negative, perempuan laki-laki, baik-buruk). Esensialisme adalah pandangan tentang ada yang
mutlak dan tak berubah yang menjadi dasar bagi segala eksistensi dan fenomena.
Pengetahuan merupakan suatu upaya esensialisasi, di mana esensi disingkapkan dari balik
eksistensi dan fenomena. Realisme merupakan teori pengetahuan yang terdiri atas dua bagian
Bagian pertama menegaskan bahwa konsep umum/universalia bukan sekedar suatu nama atau
sebutan tetapi realitas yang berdiri sendiri. Bagian kedua, realisme merupakan suatu reaksi
terhadap idealisme. Dalam realisme, objek pengetahuan bukan hanya konsep-konsep tetapi
juga benda-benda. Konsep dan benda merupakan suatu eksistensi/ada secara real. Jadi,
postmodernisme dipandang sebagai sebuah kelompok konsep yang tidak setuju terhadap:
adanya penjelasan lengkap dan utuh atas segala sesuatu; pengabaian eksistensi dan hanya
esensi yang penting; fokus yang berlebihan terhadap hal-hal yang abstrak. Apa yang
dihasilkan oleh postmodernisme seringkali merupakan skeptisisme, relativisme dan
nihilisme.5 Ada berbagai macam aliran yang dilahirkan dalam era postmodern, seperti:
eksistensialisme, positivisme, pragmatisme, filsafat analitis, teori kritis dan filsafat
dekonstruksi.6 Dari aliran ini dekonstruksismelah yang kerap menyandang predikat
postmodernisme, karena memiliki karakter yang sungguh menentang pemikiran modern.7

4.3.2.1 Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat dalam bidang pengetahuan yang menekankan pentingnya
fakta dan metode ilmiah. Bagi positivist (ahli di bidang positivisme), ilmu alam atau
pengetahuan empiris merupakan sumber pengetahuan yang benar. Filsafat ditolak karena
sifatnya yang spekulatif atau tidak bertumpuh pada fakta. Konsep tentang ada, substansi dan
kausalitas dianggap tak dapat dibuktikan kebenarannya.

Positivisme diperkenalkan oleh Saint Simon dan dipopulerkan serta disistematisasikan oleh
Comte. Masyarakat menurut Comte berkembang dari tahap teologis, metafisis dan ilmiah.
Pada tahap ilmiah, posivitisme berperan sangat penting. Pada tahap teologis, manusia
mengandalkan dewa-dewa untuk menjelaskan realitas. Pada tahap metafisis, manusia
melakukan abstraksi dan pada tahap ilmiah, semua pengetahuan dicari, dikembangkan dan
diuji berdasarkan metode ilmiah yang faktual.
5
Nihilisme sama dengan ketiadaan. Ini merupakan penyangkalan mutlak kebenaran objektif, nilai dan moralitas.
6
Masih ada aliran lain seperti: strukturalisme, post-strukturalisme, feminisme, ekologi (di atas).
7
Pada bagian ini kita hanya akan melihat dekonstruksisme. Sementara strukturalisme, feminisme,
libertarianisme, komunalisme, multikulturalisme tidak akan dibahas. Pembahasan bisa ditawarkan dalam
Seminar Filsafat.

29
Kemudian, positivisme berkembang menjadi posivitivisme logis di mana pemikiran
empirisme dari Hume, Mill dan Mack disatukan dengan logika simbolis dari Wittgenstein.
Menurut teori ini, sebuah kalimat dipandang bermakna kalau memiliki hubungan logis dan
hubungan dengan fakta. Karena itu, pernyataan teologis dan metafisis bukanlah kalimat
bermakna. Positivisme logis adalah aliran yang dibatasi pada pemikiran yang faktual, analisis
defenisi dan hubungan antara istilah.8

Selain positivisme logis terdapat pula aliran positivisme moral. Menurut pandangan ini,
tidak ada prinsip moral universal yang berlaku melampaui ruang dan waktu (kapan dan di
mana-mana). Moralitas tergantung pada kebudayaan dan perkembangannya yang beragam.

4.3.2.2 Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah karya dari beberapa filsuf abad 19 dan 20 yang memandang bahwa
filsafat harus berurusan dengan kondisi eksistensi individu dengan segala perasaan,
pemikiran, kebebasan, tindakan dan tanggungjawab.9 Eksistensialisme merupakan juga
sebuah reaksi filsafat yang mengabaikan pengalaman manusia yang konkrit. Walaupun
semua filsuf eksistensialis memfokuskan perhatian pada pengalaman manusia, individu
dan kebebasan, masing-masing filsuf memiliki perbedaan dan kekhusuan pemikiran.
Mereka berbeda pandangan, misalnya, tentang apa yang menentukan kehidupan yang penuh,
bagaimana orang memperolehnya, halangan apa yang harus diatasi, faktor apa yang terlibat di
dalamnya, termasuk tentang akibat dari keberadaan dan ketidakberadaan Tuhan.

Eksistensialisme dikembangkan oleh Kierkegaard, sebagai Bapa Eksistensialis. Tetapi istilah


ini ditemukan oleh eksistensialis lainnya yakni Gabriel Marcel dan yang kemudian
dipopulerkan oleh Jean Paul Sartre dalam karyanya berjudul Eksistensialisme sebagai
Humanisme. Ada dua gelombang eksitensialis. Gelombang pertama pada abad 19. Mereka
adalah Kierkegaard, Nietzsche, Dostoyevsky, Kafka. Gelombang abad 20 adalah Miguel de
Unamuno, Sartre, Camus, Simone de Beauvoir, Maurice Merleau Ponty (fenomenolog
eksistensialis), Jaspers, Gabriel Marcel, Martin Buber, Paul Tillic (Kristian Eksistensialis),
Lev Shestov dan Nikolai Berdaeyev.

4.3.2.3 Pragmatisme
Filsafat ini berkembang di Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya adalah C.S. Pierce (1839-
1914), W. James (1842-1920) dan J. Dewey (1959-1914). Pragmatisme berasal dari kata
Yunani pragma yang berarti fakta, benda, materi, kegiatan, pekerjaan dan kata prasein yang
berarti membuat dan melakukan. Pragmatisme diangkat oleh Pierce dari Kant yang
membedakan antara praksis dan pragmatis. Praksis bertalian dengan kehendak dan tindakan,
dan pragmatisme berkaitan dengan akibat-akibat.

Pragmatisme adalah suatu teori yang menekankan bahwa yang bernilai adalah sesuatu yang
memiliki kegunaan praktis. Kegunaan praktis adalah apa yang memenuhi kepentingan
individu. Artinya pengetahuan harus bisa memecahkan masalah praktis, membantu kita
8
Lorens Bagus, 2002, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hl. 862.

9
Søren Kierkegaard yang dipandang sebagai ‘bapa eksistensialisme, berpendapat bahwa setiap pribadi
bertanggungjawab untuk memberikan makna kepada hidupnya dan hidup dengan penuh semangat dan sejati
meskipun ada begitu banyak halangan dan gangguan seperti putus asa, kecemasan, ketakbermaknaan,
keterasingan dan kebosanan.

30
beradaptasi dengan lingkungan baru. Teori yang dibangun mesti ada hubungan dengan
praktek. Suatu ide atau gagasan yang benar adalah ide dan gagasan yang dapat dijadikan
pedoman aksi-aksi positif. Jadi apa yang dialami sebagai berguna dalam hidup, itulah
kebenaran. Karena itu, kebenaran itu berubah dan bersifat sementara. Pengetahuan adalah
sarana atau alat. Pertanyaan yang terpenting adalah ‘apa gunanya atau untuk apa suatu
tindakan dilakukan? Hasil adalah ukuran penilainnya kemudian.

4.3.2.4 Filsafat Analitik


Aliran ini berkembang pada tahun 1950-an di dunia Anglo-Saxon yakni Inggris, Amerika,
Australia dan Kanada. Filsafat analitik kerap disebut filsafat Oxford atau filsafat bahasa. Dua
nama terakhir sebenarnya tidak terlalu tepat karena bisa menyesatkan. Aliran ini kerap kali
menjadi penanda filsafat Anglo Saxon dari filsafat Kontinental yang hidup dan berkembang
di Eropa Kontinental.10

Filsafat analitik merupakan filsafat yang memfokuskan diri pada kejelasan konsep dan
pernyataan, memperhatikan bentuk logis dari argumen dan penghargaan terhadap ilmu-ilmu
alam. Menurut aliran ini, analisis konsep dan pernyataan adalah penyembuh masalah filsafat
karena masalah muncul dari penggunaan bahasa secara tidak sehat. Ada dua teori yang
dikembangkan di sini: filsafat bahasa yang ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Kelompok
Wittgenstein menganggap bahasa harian memiliki makna yang ambigu yang bisa menjebak.
Kelompok dari Austin menegaskan bahwa bahasa harian merupakan refleksi dari pembedaan
yang halus yang tidak begitu diperhatikan dalam teori dan masalah filsafat tradisional.
Aliran-aliran ini adalah pewaris dari pemikiran G.E More, Bertrand Russell dan Ludwig
Von Wittgenstein. Tokoh-tokonya adalah Rudolf Carnap dan Alfred Ayer.

Dewasa ini filsafat analitik memayungi semua filsafat yang berkembang di dunia Anglo-
Saxon seperti: filsafat agama yang memperhatikan konsep dan istilah keagamaan; etika yang
memperhatikan etika keutamaan; filsafat politik yang memperhatikan liberalisme,
komunalisme, multikulturalisme, filsafat sains dan epistemologi.

4.3.2.5 Teori Kritis


Teori Kritis merupakan suatu aliran filsafat yang dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. 11
Menurut ahlinya, teori kritis bisa dibedakan dari teori ‘tradisional’ berdasarkan tujuan praktis
khusus. Teori kritis bersifat kritis sejauh teori ini mencari pembebasan manusia. Manusia
mesti dibebaskan dari kondisi-konsisi yang memperbudak mereka (Horkheimer 1982, 244).
Karena teori ini bertujuan menjelaskan dan mentransformasikan semua kondisi yang
memperbudak manusia Banyak teori kritis dihubungkan dengan gerakan-gerakan sosial yang
mengidentifikasi dimensi yang beragam dari dominasi manusia dalam masyarakat modern.
Teori kritis menyediakan gambaran dan dasar normatif untuk penelitian sosial yang bertujuan
mengurangi dominasi dan meningkatkan kebebasan dalam berbagai bentuk.

Teori kritis secara sempit mengacu pada Mazhab Frankfurt yang dimulai dengan Horkheimer
dan Adorno hingga ke Marcuse dan Habermas. Filsafat-filsafat lain yang tujuan praktis
10
Filsafat Eropa Kontinental terdiri dari eksistensialisme, dekonstruksisme, strukturalisme.
11
Mazhab/aliran pemikiran Frankfurt adalah suatu aliran filsafat yang menggabungkan pemikiran Hegel, Marx
dan Sigmund Freud untuk memahami, menganalisis kondisi sosial dan membebaskan manusia. Mazhab ini
berkembang dari sebuah Institut Sosial Frankfurt Jerman. Tokoh-Tokohnya adalah Horkheimer, Adorno,
Marcuse, Habermas, Eric Fromm.

31
demikian dapat disebut ‘teori kritis’, seperti, feminisme, teori ras dan kritisisme pasca-
kolonial. Mengikuti defenisi Horkheimer, sebuah teori kritis hanya memuaskan jika
memenuhi tiga kriteria: dapat menjelaskan sesuatu, praktis dan memiliki aturan yang jelas.
Artinya, teorinya harus menjelaskan apa yang salah dengan kondisi sosial sekarang, mencari
aktor untuk merubah kondisi ini, menyediakan aturan jelas demi kekritisan dan tujuan sosial
transformasi yang dapat dicapai secara praktis. Teori yang benar harus menempatkan
manusia sebagai pencipta sejarah kehidupannya. Untuk dapat mengidentifikasi dan mengatasi
kondisi ketidakbebasan, tujuan penjelasannya hanya bisa dikejar melalui kerjasama riset
lintas ilmu seperti dengan psikologi, kebudayaan, dimensi sosial dll.

4.3.2.6 Dekonstruksisme

Dekonstruksime adalah sebuah pendekatan yang diperkenalkan oleh Jacques Derrida, filsuf
Perancis (1930-2004). Kemudian, pendekatan ini dikembangkan di Universitas Yale dan
Universitas John Hopkins di USA. Dekonstruksi adalah sebuah pendekatan yang digunakan
secara efektif di dalam filsafat, analisis literature dan bidang-bidang lain. Tokoh –tokohnya
adalah Derida, Paul de Man, Geoffrey Hartman, J. Hillis Miller, Harold Bloom dan Stanley
Fish.

Derida sendiri tidak memberikan interpretasi tentang apa yang dimaksudkan dengan
Dekonstruksi. J. Hillis Miller menggambarkan dekonstruksi sebagai bukan sebuah
pembongkaran struktur teks tetapi sebuah demonstrasi bahwa struktur sebuah teks pada
dirinya sudah dibongkar.

Dekonstruksi muncul ketika ada konflik antara aliran fenomenologi dan strukturalis dalam
filsafat Perancis. Kaum fenomenolog berusaha mengerti pengalaman dengan mencari asal-
usul kejadian dan proses terjadinya suatu peristiwa. Kaum strukturalis menggambarkan
bahwa proses terjadinya merupakan akibat dari sebuah struktur. Bagi Derida setiap struktur
mempunyai sejarah dan struktur tak bisa dimengerti tanpa memahami kejadiannya.

Dekonstruksi secara cermat mencari arti dari sebuah teks sampai menyingkapkan kontradiksi
yang diandaikan dan pertentangan internal yang ditemukan padanya. Proses dekonstruksi
mau memperlihatkan bahwa konsep kunci yang digunakan dalam berbagai teks menekan
atau menyembunyikan teks yang mereka andaikan. Misalnya konsep tentang akal, laki-laki,
yang suci menekan dan mengandaikan konsep tentang perasaan, perempuan dan yang profan.
Kata-kata yang bertentangan demikian disebut sebagai oposisi biner. Keseluruhan teks hanya
dapat dimengerti jika konsep yang ditekan dan diandaikan itu dimengerti. Konsep yang
ditekan itu harus diberi prioritas atau diberi kesetaraan dengan konsep sebelumnya.

Dekonstruksi umumnya berusaha untuk mendemonstrasikan bahwa sebuah teks bukan


sebuah keseluruhan yang utuh tetapi berisi beberapa arti yang bertentangan dan tak
terdamaikan. Karena itu, sebuah teks mempunyai lebih dari satu interpretasi. Dengan ini,
pandangan bahwa sebuah teks mempunyai satu pengertian menjadi sebuah masalah. Dewasa
ini dekonstruksi disederhanakan menjadi sebuah analisis. Analisis ini bertujuan untuk
mencari asumsi yang tersembunyi yang lolos dari pemeriksaan kritis

32

Anda mungkin juga menyukai