Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
Siti Haniva Oktafina
KOREKSI I KOREKSI II
(…………………………………………………………) (………………………..……...
………………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN
1. Definisi Penyakit
Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak
(Smeltzer & Bare, 2013). Adapun menurut Rini, dkk (2019), cedera kepala merupakan
trauma mekanik pada kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
menyebabkan gangguan fungsi neurologis, fisik kognitif, psikososial yang bersifat
temporer atau permanen.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cedera kepala adalah cedera
yang terjadi pada bagian kepala seperti kulit kepala, tengkorak dan otak yang terjadi
secara langsung dan tidak langsung yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
bahkan kematian.
2. Etiologi
Menurut Rini, dkk (2019), penyebab cedera kepala terdiri dari :
a. Kecelakaan lalu lintas (mekanisme akselerasi atau deselerasi)
b. Jatuh dari ketinggian
c. Tindak kekerasan / penganiayaan
d. Luka tembak
e. Cedera saat olahraga
f. Kecelakaan kerja
g. Kejatuhan benda
h. Cedera lahir
i. Rekreasi
3. Manifestasi Klinis
Menurut Judha & Rahil (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain:
a. Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan hidung
(othorrea, rhinorhea), darah dibelakang membran timphani, periobital ecimos
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
Pada otak dapat terjadi kontusio serebri, edema serebri, epidural hemoragik
(EDH), subdural hemoragik (SDH), subarachnoid hemoragik (SAH),
intracerebral hemoragik (ICH) sesuai dengan penjelasan pada klasifikasi cedera
otak, karena struktur tulang yang keras maka jika terjadi perdarahan atau edema
akan menambah volume intrakranial, sehingga mengakibatkan peningkatan TIK,
ketika TIK meningkat maka otak akan terdesak ke bawah. Peningkatan TIK ini
dapat menyebabkan penurunan tingkat kesadaran. Adapun tanda dan gejala
peningkatan TIK yaitu penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala, muntah
proyektil, peningkatan tekanan darah, nadi menurun, frekuensi napas menurun,
dilatasi pupil (Rini, dkk., 2019).
5. Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit (contoh Gagal Jantung, Kanker, CKD, dll)
a. Secara umum cedera kepala diklasifikasikan menjadi 2 (Smeltzer & Bare,
2013) :
Cedera kepala primer
Kerusakan awal akibat mekanisme traumatik yang berupa benturan
langsung mengenai kepala.
Cedera kepala sekunder
Berkembang setelah beberapa jam atau hari setelah kerusakan awal
yang berkaitan dengan proses edema otak atau perdarahan yang
berkelanjutan.
b. Untuk menilai tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala digunakan
Glasgow Coma Scale (GCS) yang terdiri dari 3 komponen, yaitu :
Observasi Respon Skor
Eye Buka mata spontan 4
Respon dengan verbal (panggilan) 3
Respon dengan rangsangan nyeri 2
Unrespon 1
Motorik Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Fleksi normal 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
Ekstensi 2
Unrespon 1
Verbal Orientasi baik, mampu berkomunikasi 5
Bingung 4
Kata – kata tidak tepat 3
Mengeluarkan suara yang tidak jelas 2
(menggumam)
Unrespon 1
Total 15
Klasifikasi cedera kepala berdasarkan skor Glasgow Coma Scale (GCS) (Rini,
dkk., 2019) :
1) Cedera kepala ringan
Nilai GCS 13-15, dapat megalami hilang kesadaran atau menunjukkan amnesia
selama 5-60 menit dan tidak ditemukan abnormalitas pada CT scan.
2) Cedera kepala sedang
Nilai GCS 9-12, hilang kesadaran atau amnesia selama 1-24 jam dan
ditemukan abnormalitas pada CT scan.
3) Cedera kepala berat
Nilai GCS 3-8, kehilangan kesadaran atau amnesia selama lebih dari 24 jam
dan dapat mengalami kontusio serebral, laserasi atau hematoma intracranial.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT-Scan (dengan / tanpa kontras)
Mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI digunakan untuk pasien yang memiliki abnormalitas status mental yang
digambarkan oleh CT-Scan. MRI telah terbukti lebih sensitive dari pada CT-
Scan, terutama dalam mengidentifikasi lesi difus non hemoragig cedera
aksonal.
c. X-Ray
X-Ray berfungsi mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan /edema), dan fragmen tulang.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen, Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
b. Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG). Untuk menentukan apakah
penderita trauma kepala sudah pulih daya ingatnya.
c. Pemeriksaan Laboratorium:Hematokrit, Hemoglobin, Trombosit, Leukosit.
8. Penatalaksanaan Medis/Operatif
Penatalaksanaan saat awal trauma pada cedera kepala selain dari faktor
mempertahankan fungsi ABC (airway, breathing, circulation) dan menilai status
neurologis (disability, exposure), maka faktor yang harus diperhitungkan pula adalah
mengurangi iskemia serebri yang terjadi. Keadaan ini dapat dibantu dengan
pemberian oksigen dan glukosa sekalipun pada otak yang mengalami trauma relative
memerlukan oksigen dan glukosa yang lebih rendah.
Selain itu perlu dikontrol kemungkinan intrakranial yang meninggi disebabkan oleh
edema serebri. Sekalipun tidak jarang memerlukan tindakan operasi, tetapi usaha
untuk menurunkan tekanan intracranial ini dapat dilakukan dengan cara menurunkan
PaCO2 dengan hiperventilasi yang mengurangi asidosis intraserebral dan menambah
metabolisme intraserebral. Adapun usaha untuk menurunkan PaCO2 ini yakni dengan
intubasi endotrakeal. Intubasi dilakukan sedini mungkin kepada klien-klien yang koma
untuk mencegah terjadinya PaCO2 yang meninggi. Prinsip ABC dan ventilasi yang
teratur dapat mencegah peningkatan tekanan kranial.
9. Terapi Farmakologis
a. Pemberian obat-obatan
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti-edema serebral,
dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
b. Secondary Survey
Anamnesa KOMPAK
1) Keluhan utama
2) Obat yang sedang dikonsumsi atau terakhir dikonsumsi
3) Makanan yang terakhir dikonsumsi
4) Riwayat Penyakit yang dialami atau pernah dialami
5) Alergi
6) Gambaran kejadian secara terperinci
c. Pemeriksaan Fisik
1) Fungsi Serebral. Pengkajian meliputi status mental (nilai GCS), fungsi
intelektual dan berfikir, dan status emosional. Mungkin pasien mengalami
gangguan persepsi, kemampuan bahasa, dan perubahan peran fungsi.
2) Fungsi Saraf Kranial
Nervus Tipe dan Fungsi
NI Olfaktorius Sensorik: penciuman
N II Optikus Sensorik: penglihatan
N III Okulomotorius Motorik: membuka kelopak mata, pergerakan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
11. Patoflow
Jatuh Kecelakaan
Cedera Kepala
Peningkatan TIK
Herniasi batang otak
Data Objektif :
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas turun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas berubah
Data Subjektif : Hipovolemia
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Data Objektif :
- Frekuensi nadi
meningkat
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x8
berhubungan dengan jam, maka pola napas membaik dengan
gangguan neurologis kriteria hasil:
(cedera kepala) - Ventilasi semenit meningkat
- Kapasitas vital meningkat
- Tekanan ekspirasi-inspirasi meningkat
- Dispnea menurun
- Penggunaan otot bntu napas menurun
- Pernapasan cuping hidung menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Kedalaman napas membaik
- Ekskrusi dada membaik
3. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x8
tidak efektif jam, maka bersihan jalan napas meningkat dengan
berhubungan dengan kriteria hasil :
benda asing dalam - Batuk efektif meningkat
jalan napas - Produksi sputum menurun
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
- Dyspnea menurun
- Orthopnea menurun
- Sianosis menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
4. Hipovolemia Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x8
berhubungan dengan jam, maka status cairan membaik dengan kriteria
evaporasi hasil :
- Kekuatan nadi meningkat
- Turgor kulit meningkat
- Orthopnea menurun
- Dyspnea menurun
- Kadar hb membaik
- Kadar ht membaik
- Status mental membaik
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x8
jam, maka tingkat pendarahan menurun dengan
kriteria hasil :
- Kelembapan membran mukosa meningkat
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
DAFTAR PUSTAKA
Judha, & Rahil. (2011). Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Rini, I. S., dkk. (2019). Buku Ajar Keperawatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD). Malang: UB Press.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 12. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi dan Indikator Diagnosis. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI) Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI