SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSCULOSCELETAL SYSTEM
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
penyusunan buku rancangan pengajaranmodul sistem musculoskeletal
(musculoskeletal system) inidapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Bandarlampung, 2021
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
Langkah diskusi PBL, Daftar Tilik Penilaian Diskusi dan Skenario Kasus
Pemicu
4
Lembar penilaian diskusi PBL
Kelompok :
Kasus Pemicu :
Pertemuan :
5
Keterangan Penilaian
6
Kerangka berpikir
7
KASUS PEMICU 1
Bagian 1
Jhon, laki-laki, 20 tahun, datang ke poli RSPBA dengan keluhan utama nyeri pada
pergelangan kaki sebelah kanan. Hal ini dirasakan Jhon sejak 2 jam sebelum masuk
rumah sakit, setelah sebelumya, Jhon bermain bulu tangkis bersama teman-
temannya. Nyeri dirasakan pada saat Jhon melakukan gerakan melompat secara tiba-
tiba dan Jhon merasakan seperti bunyi ‘pop’ pada pergelangan kaki kanannya. Nyeri
dirasakan terus menerus, dan bertambah berat jika kaki kanannya digerakkan,
sehingga kaki kanannya tidak bisa digunakan untuk berjalan. Telapak kaki kanan
masih bisa digerakkan ke arah atas. Riwayat operasi ataupun cedera pada
pergelangan kaki kanan sebelumnya disangkal. Riwayat penggunaan obat medis
dalam jangka panjang tidak dijumpai.
8
Pertanyaan 1. Apa diagnosa yang mungkin dari
terjaring pasien ini?
2. Apa saja jenis cedera ekstremitas yang
sering di alami olahragawan?
3. Apa perbedaan antara cedera otot,
tendon, dan tulang?
4. Apa saja penyusun otot?
5. Bagaimana proses kontraksi otot?
6. Apa yang dimaksud dengan ROM?
7. Apa itu tendon?
8. Apa tatalaksana farmakologi yang tepat
(tuliskan resep)?
Bagian 2
9
Langkah- Pertanyaan Topik
langkah PBL pembelajaran
Pertanyaan 1. Anatomi tendon Achilles? Rupture tendon
terjaring 2. Bagaimana fisiologi pergerakan tendon Achilles
Achilles?
3. Apa yang dimaksud dengan rupture
tendon Achilles?
4. Apa saja factor resiko dan penyebab
rupture tendon Achilles?
5. Bagaimana patofisiologi rupture tendon
Achilles?
6. Apa saja tanda dan gejala rupture
tendon Achilles?
7. Apa yang dimaksud dengan test
Thompson?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang
diperlukan untuk mendiagnosa rupture
tendon Achilles dan bagaimana
interpretasinya?
9. Bagaimana terapi rupture tendon
Achilles?
10. Bagaimana komplikasinya?
11. Bagaimana prognosisnya?
12. Apa anjuran yang diberikan kepada
pasien?
13. Bagaimana cara mencegah rupture
tendon Achilles khususnya bagi para
olahragawan?
10
DISKUSI HARI KEDUA
Penyebab
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
11
Tanda dan Gejala
1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan
kaki atau betis
2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas
tulang tumit
4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik
Pemeriksaan Penunjang
1. Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka
dicurigai cedera tendon Achilles
2. Pemeriksaan dengan sinar-X
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan
memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum cedera.
Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut
biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasiennya
menolak untuk dilakukan tindakan operasi.
12
KASUS PEMICU 2,
Tulangku Patah
Bagian 1
13
Bagian 2
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium ( Hb/ Ht/ Leukosit/ Trombosit = 10/ 36/ 15.000/ 250.000)
LED : 60 mm/jam
Differential count: Basofil :0%
Eosinofil : 1%
Neutrofil Batang : 2%
Neutrofil Segmen : 52%
Limfosit : 43 %
Monosit :2%
Bagian 3
Radiology: X ray → dijumpai diskontinuitas tulang tibia kanan, ditemukan
gambaran sekuester, dan involukrum.
14
Langkah- Pertanyaan Topik
langkah PBL pembelajaran
Pertanyaan 1. Definisi dan etiologi osteomyelitis? Osteomyelitis
terjaring 2. Bagaimana patofisiologinya?
3. Efek dari penarikan tulang ?
4. Tanda dan gejala radang kronik?
5. Apa saja klasifikasi osteomyelitis?
6. Bagaimana cara mendiagnosanya?
7. Apa saja diagnose bandingnya dan
bagaimana membedakannya?
8. Bagaimana pengobatannya?
9. Prognosis dan komplikasi?
10. Bagaimana penanganan pd pasien
ini?
15
Teori singkat untuk para tutor:
DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involucrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah
kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Beberapa ahli memberikan definisi terhadap osteomielitis sebagai
berikut:
❖ Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
❖ Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
❖ Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
❖ Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus
influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tetapi juga Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat
juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain.
ETIOLOGI
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi
ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan
akibat trauma subklinis (tak jelas).
16
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita
artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid
jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang
mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau
dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
KLASIFIKASI
Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh
usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini
banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
PATOFISIOLOGI
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
18
MANIFESTASI KLINIS
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan
dengan tekanan pus yang terkumpul.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar
dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah.
EVALUASI DIAGNOSTIK
19
PENCEGAHAN
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat
membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden
infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.
Penatalaksanaan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20
menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur
darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan
memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu
patogen.
20
daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi
antibitika dianjurkan.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian
hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan
mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari.
Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan
transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari
jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro
ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah
dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan
fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah
tulang.
21
dipastikan apakah tulang sudah tersambung dengan benar atau belum, karena tidak
adanya pemeriksaan rontgen
22
KASUS PEMICU 3
Lutut Membara!
Bagian 1
Ny. Memei, 51 tahun, datang ke poli RSPBA dengan keluhan nyeri kedua lutut. Hal
ini sudah dialaminya sejak 6 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul, yang mula –
mula ringan, namun akhir – akhir ini memberat dan mengganggu aktivitasnya. Ny
Memei berkata: “ Kalo saya naik turun tangga , sakit kaki saya dok. Terus kalo lutut
saya tekuk, terkadang seperti bunyi kreek…. Jadinya kalo gerak itu, rasanya kurang
bebas dan semakin sakit dok, kalau beristirahat lebih terasa nyaman dok.”
Ny. Memei menambahkan bahwa, Jika serangan nyeri datang, akan sangat sulit
untuk berjalan, bahkan kaki harus diseret, karena kalau kaki diangkat akan terasa
sakit pada saat di tapakkan kelantai. Selain itu, ia juga mengeluhkan sejak 2 bulan
terakhir ini, jari-jari pada kedua tangannya terasa kaku dan nyeri pada saat bangun
pagi. Riwayat trauma disangkal.
23
Pertanyaan 1. Apa diagnose yang paling mungkin
terjaring dari pasien ini?
2. Apa yang menyebabkan bunyi
“kreeek” pada lutut pasien?
3. Apa itu cairan synovial?
4. Bagaimana pembentukan cairan
synovial?
5. Faktor- faktor apa saja yang
mempengaruhi produksi kelenjar
synovial?
Bagian 2
24
Langkah- Pertanyaan Topik
langkah PBL pembelajaran
Pertanyaan 1. Apa yang dimaksud dengan Osteoartritis
terjaring Osteoartritis?
2. Apa etiologinya?
3. Siapa saja yang memiliki factor
resiko?
4. Bagaimana patofisiologinya?
5. Bagaimana tanda dan gejalanya?
6. Bagaimana diagnosisnya?
7. Bagaimana penggunaan X ray dalam
diagnose Osteortritis?
8. Bagaimana pengobatannya (tulis
resep)?
9. Bagaimana komplikasi dan
prognosisnya?
10. Apa saja diagnose bandingnya dan
bagaimana membedakannya?
11. Grading Kallgren Lawrence?
25
Teori singkat untuk para tutor:
OSTEOARTRITIS
DEFINISI
KLASIFIKASI
FAKTOR RESIKO
a. Umur : proses penuaan
b. Sex, menopause (>50 tahun)
c. Genetic
d. Obesitas dan penyakit metabolic
e. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga
f. Kelainan pertumbuhan
PATOFISIOLOGI
Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang
menyatu menjadisuatu predisposisi penyakit yangmenyeluruh. Osteoarthritis
mengenai kartiloago artikuler, tulang subkondrium (lempeng tulang yang
menyangga kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran
dari proses degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam
sendi telah berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit
tersebut hanya semata-mata proses “aus akibat pemakaian” yang berhubungan
dengan penuaaan.
26
Factor resiko bagi osteoarthritis mencakup usia, jenis kelamin wanita, predisposisi
genetic, obesitas, stress mekanik sendi,trauma sendi, kelainan sendi atau tulang yang
dialami sebelumnya, dan riwayat penyakit inflamasi, endokrin serta metabolic.
Unsure herediter osteoarthritis yang dikenal sebagai nodal generalized osteoarthritis
(yang mengenai tiga atau lebih kelompok sendi) telah dikomfirmasikan. Tipe
osteoarthritis ini meliputi proses inflamasi primer. Wanita pascamenopause dalam
keluarga yang sama ternyata memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang ditandai
dengan timbulnya nodus pada sendi interfalang distal dan proksimal tangan.
Gangguan kongenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar sebagai
predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa. Gangguan ini
mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi koksa,displasia, asetabulum,
penyakit Legg-Calve-Perthes dan pergeseran epifise destroyed femoris. Obesitas
memiliki kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada wanita. Meskipun keadaan ini
mungkin terjadi akibat stress mekanik tambahan, dan ketidaksejajaran sendi lulut
terhadap bagian tubuh lainnya karena diameter paha, namun obesitas dapat
memberikan efek metabolic langsung pada kartilalago. Secara mekanis,obesitas
dianggap meningkatkan gaya sendi wet arena itu menyebabkan generasi kartilago.
Teori bourgeois metabolic yang berkaitan dengan danmenyebabkan osteoarthritis.
Obesitas akan disertai dengan peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat
menimbulkan kekakuan pada tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap
dampak beban muatan yang akan mentrasmisikan lebih besar gaya pada kartilago
artikuler yang melapisi atasnya dan dengan demikian memuat tulang tersebut lebih
rentan terhadap cidera.
Faktor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan juga
turut terlibat. Factor-faktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum dan
robekan menikus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan ser berlutut.
ETIOLOGI
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin, wanita lebih sering
c. Suku bangsa
d. Genetic
e. Kegemukan dan penyakit metabolic
f. Cedera sendi , pekerjaan, dan olahraga
27
g. Kelainan pertumbuhan
h. Kepadatan tulang
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis osteoarthritis yang primer adalah rasa nyeri, kaku, dan gangguan
fungsional. Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oeh inflamasi sinova,peregangan
kapsula dan ligamentum sendi, iritasi ujung-ujung saraf dalam periosteum akibat
pertumbuhan osteofit, mikrofraktur, trabekulum, hipertensi intraoseus, bursitis,
tendonitis, dan spasme otot. Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri ketika
sendi digerakkan dan keterbatasan gerakan yang terjadi akibat perubahan structural
dalam sendi. Meskipun osteoarthritis terjadi paling sering pada sendi penyokong
berat badan ( panggul, lutut, servikal, dan tulag belakang), sendi tengah dan ujung
jari juga sering terkena. Mungkin ada nodus tulanh yang khas, pada inspeksi dan
palpasi ini biasanya tidak ada nyeri, kecuali ada inflamasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya
tidak ada kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai paeradangan.pada
pemerikasaan tomography didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sclerosis
tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas, osteoarthritis atau pembentukan kista
juksta artikular. Kadang-kadang tampak gambaran taji(spur formation), liping pada
tepi-tepi tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.
PENATALAKSANAAN
28
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena
pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalah
gangguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
b. Perlindungan sendi dengan koreksi posturtubuh yang buruk, penyangga untuk
lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit ,
dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi
c. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
d. Dukungan psikososial
e. Persoalaan seksual pada pasien dengan osteoarthritis ditulang belakang
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin serta program latihan yang
tepat
g. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata
dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi
h. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat
badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan
sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi
yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta
postural. Terapi okupasional dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk
mengadopsi strategi penangan mandiri.
PROGNOSIS
Umumnya baik, sebaian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif.
Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.
EVALUASI DIAGNOSTIK
29
penyempitan rongga sendi saja bukanlah petunjuk yang spesifik bagi osteoarthritis
namun demikian bila terdapat secara bersama-sama, kedua gambaran ini merupakan
hasil pemeriksaan yang sensitive dan spesifik. Pada osteoartitis yang dini/ringan,
korelasi antara nyeri sendi dan sinovitas sangat lemah. Pemeriksaan serum tidak
bermanfaat untuk penegakkan diagnosi kelainan ini.
30
KASUS PEMICU 4
Bagian 1
Tn Edo, 40 tahun, datang ke poli RSPBA dengan keluhan nyeri pada punggung
bagian tengah. Hal ini dialaminya sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri bersifat hilang
timbul dan memberat dengan adanya gerakan. Nyeri tidak bersifat menjalar. Nyeri
lebih sering timbul pada malam hari. Ia mengeluhkan kelemahan di tungkai bawah
sejak 1 bulan yang lalu sehingga ia tidak bisa berjalan seperti biasa. Riwayat trauma
disangkal.
Tn Edo juga mengeluhkan batuk-batuk, dan berat badannya turun sebanyak 6 Kg
dalam 3 bulan terakhir. Riwayat mudah lelah dijumpai. Riwayat sering berkeringat
malam dijumpai sejak 1 bulan terakhir. Riwayat demam tidak terlalu tinggi dijumpai
terutama pada malam hari. Nafsu makan juga dijumpai menurun. Sehari hari, Tn
Edo bekerja sebagai sopir truk sampah. Riwayat tempat tinggal padat dan kumuh.
Dijumpai riwayat batuk lama pada keluarga pasien.
31
Pertanyaan 1. Mengapa terjadi gejala nyeri
terjaring punggung?
2. Mengapa terjadi gejala kelemahan
tungkai bawah?
3. Apa diagnosa yang paling mungkin
dari pasien ini?
Bagian 2
Dari anamnesa tambahan, dijumpai bahwa istri Tn Edo menderita penyakit paru –
paru dan sudah 3 bulan terakhir menjalani pengobatan.
Status generalisata:
Keadaan umum : Compos Mentis, Gizi kurang, TB = 160 cm, BB = 40 kg
Tanda vital : TD 120/70 mmHg, HR 86 x / i, RR 26 x / i, T = 37,60 C
Status lokalis regio thoracolumbal:
Look: Deformitas kifosis (+), terdapat benjolan pada daerah thorakal atas sewarna
kulit di sekitarnya.
Feel: Terdapat penurunan sensasi setinggi umbilicus ke bawah, terdapat kelemahan
pada tungkai bawah dengan kekuatan motoric 3. Terdapat benjolan pada daerah
vertebrae thorakalis, konsistensi padat, nyeri tekan (+), berukuran sekitar 2 x 2 cm
Move: ROM sendi punggung terbatas
Pemeriksaan lab:
Darah rutin: Hb/ Leukosit/ Trombosit = 9 / 14.200/ 280.000
LED : 60 mm/jam
Differential count: Basofil :0%
Eosinofil : 1%
Neutrofil Batang : 2%
Neutrofil Segmen : 50%
Limfosit : 45%
Monosit : 2%
32
Pemeriksaan Penunjang X-Ray Thoracolumbal :
- Terdapat destruksi pada corpus anterior vertebrae thoracal IX dan X
- Deformitas kifosis (+)
- Gibbus (+)
33
Teori singkat untuk para tutor:
PENGERTIAN
Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit
neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan paling
jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra,
sehingga jarang menyerang arkus vertebra (Mansjoer, 2000).
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala
tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat
badan menurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta
sakit pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam
hari. (Rasjad. 1998)
Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau
perut,kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat,
spastisitas, klonus,, hiper-refleksia dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium awal
ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri
ketok pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya
pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi
yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus,termasuk
akibat penekanan medulla spinalis yang menyebabkan paraplegia, paraparesis,
ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di antaranya adalah adanya
kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda-tanda defisit
neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003)
David, E. Brown, MD. Et al. Orthopedic Secrets, Third Edition, US, 2004.
Parow, C. Joint Spraint, Common Arthritis Lesions and Ailments in Sports and
Everyday Life, 2014.
Pradip R. Patel, Lecture Notes Radiologi, Edisi ke-2, Erlangga, BMA, 2007.
36