Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Mimika terletak di Provinsi Papua beribukota di kota Timika yang memiliki
luas wilayah 21.693,52 km2 atau 4.75% dari wilayah di seluruh Provinsi Papua. 1 Letak
geografis Kabupaten Mimika terletak antara 134031’138031’ Bujur Timur dan 4060’-5018’
Lintang Selatan.1 Kabupaten Mimika terdiri dari 18 Ditrik yaitu Mimika Baru,Kwamki
Narama,Wania,Iwaka,Kuala Kencana,Mimika Timur Jauh,Mimika Timur Tengah,Mimika
Timur,Mimika Barat,Mimika Barat Tengah,Mimika Barat Jauh,Amar,Agimuga,Jita,Jila,
Hoya,Alama,dan Tembagapura.1 Distrik yang memiliki luas wilayah paling besar berada di
Mimika Barat Jauh yang luasnya 14,64% dan distrik yang memliki luas wilayahnya 1,45% atau
paling kecil yaitu distrik Iwaka.1 Topografi wilayah Kabupaten Mimika memiliki dataran
tinggi dan dataran rendah.1 Tembagapura,Agimiga,Hoya,Alama,Jila yang berada di dataran
tinggi selain dari lima distrik tersebut merupakan dataran rendah. 1
Penduduk yang mendiami Kabupaten Mimika pada Tahun 2019 mencapai 219.689 jiwa
yang terdiri atas 121.697 jiwa penduduk laki-laki dan 97.992 jiwa penduduk perempuan.1
Statistika penduduk di Kabupaten Mimika mengalami peningkatan sebesar 6,85 jika
dibandingkan pada tahun 2015.1 Luas Wilayah Kabupaten Mimika 21.693,52 km2,maka
kepadatan penduduk di Kabupaten Mimika hanya 9-10 jiwa per km2.1 Kepadatan penduduk
tertinggi barada di distrik Kwanki Narama dan terendah di distrik Agimuga. 1 Penduduk
Kabupaten Mimika didominasi oleh kelompok usia dewasa yaitu usia 25-29 Tahun.1
Menurut RIKESDAS 2018 jumlah ibu hamil mencapai 155.622 jiwa pada tahun 2018.2
Rata-rata jumlah ibu bersalin/nifas di Indonesia sebanyak 148.548 pada tahun 2018.2 Wilayah
terbanyak di Indonesia adalah Jawa Barat,Jawa Timur,Jawa Tengah,Sumatera
Utara,Banten,DKI Jakarta,Sulawesi Selatan,Sumatera Selatan,Riau,dan Lampung.2 Kunjungan
Ibu hamil antenatal care kunjungan ke 4 atau jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang
dianjurkan di tiap trimester mencapai 88.03% makin meningkat dari tahun ke tahun dari 2006-
2018.3 Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 sebanyak 80,61% ibu hamil menjalani
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas Kesehatan.3 Berdasarkan data dari ASEAN
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2017 angka kematian ibu (AKI) yang
melahirkan sebanyak 305 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015 sehingga
menempatkan negara Indonesia di peringkat kedua Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi di
Asia Tenggara setelah Laos.4 Angka Kematian Ibu (AKI) secara global memperkirakan bahwa
sekitar 83% kematian ibu terjadi di Asia Tenggara,baik penyebab langsung kebidanan dan
17% disebabkan oleh penyebab tidak langsung.5 Penyebab tidak langsung seperti kondisi
medis yang telah dimiliki sebelumnya oleh ibu hamil.5 Di antara penyebab kebidanan langsung
perdarahan adalah yang paling umum (36% dari penyebab langsung) yang diikuti oleh
gangguan hipertensi seperti eklamsia (17%).5 Angka kematian tertinggi pada saat kelahiran dan
24 jam pascapartum.5 Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
didapatkan kejadian Angka Kematian Neonatal sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup,Angka

1
Kematian Bayi 24 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita 32 per 1.000
kelahiran hidup.3
World Health Organization (WHO) melaporkan 219 juta kasus malaria yang terjadi di
seluruh dunia pada tahun 2017.6 Kesakitan malaria terbanyak terjadi di kawasan Afrika,sebesar
92% atau 200 juta kasus di tahun 2017.6 Kasus malaria secara global paling banyak di Afrika
dan India hampir mencapai 80%.7 Angka kematian pada kasus malaria mencapai 435.000 jiwa
pada tahun 2017 dan secara global berkisar 0.3%-2,2% paling banyak terjadi di daerah dengan
iklim tropis dengan presentase 11-30%.8
World Health Organization (WHO) region melakukan penelitian dari tahun 2000-16
dilaporkan bahwa kasus malaria terbesar WHO wilayah Afrika (90%) sedangkan wilayah Asia
Tenggara (SEAR) dan wilayah Mediterania Timur (EMR) masing-masing menyumbang 7%
dan 2% kasus malaria di seluruh dunia.9 Afarica Region (AFR) dan South-East Asian Region
(SEAR) WHO sendiri masing-masing menyumbang 91% dan 6% dari total kematian di seluruh
dunia.9 Wilayah Eropa pada tahun 2015 memiliki kasus malaria 12.000-15.000 didapatkan dari
warga Eropa yang mengujungi wilayah-wilayah endemis serta kasus kematiannya mencapai
3%.10 Plasmodium vivax adalah Plasmodium yang paling umum terjadi di Amerika dan
menyebabkan 75% dari infeksi ini.11 Asia dan Ocenia jumlah infeksi P.falciparum dan P.vivax
relatif sama,sedangkan P.ovale dan P.malarie tersebar luas, tetapi insidennya rendah.10
Pakistan,India,Ethiopia dan Hindia Belanda menyumbang 81% kematian akibat infeksi
malaria.10
Secara global menurut data WHO 2020 diperkirakan terdapat 229 juta kasus malaria
pada 2019 di 87 negara endemik malaria.12 terdapat 29 negara yang menyumbang 95% kasus
malaria di seluruh dunia yaitu Nigeria (27%),Demokrat Republik Kongo (12%),Uganda
(5%),Mozambik (4%) dan Niger (3%),dimana negara tersebut menyumbang sekitar 51% dari
semua kasus secara global.12 sekitar 94% kasus di Wilayah Afrika Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dengan perkiraan 215 juta kasus pada 2019.12 Wilayah Asia Tenggara WHO
menyumbang sekitar 3% dari beban kasus malaria secara global,kasus malaria berkurang 73%,
dari 23 juta pada 2000 menjadi sekitar 6,3 juta pada 2019. 12 India berkontribusi pada
pengurangan absolut terbesar di Wilayah Asia Tenggara WHO dari sekitar 20 juta kasus pada
tahun 2000 menjadi sekitar 5,6 juta pada tahun 2019. 12 Kasus malaria di Wilayah Mediterania
Timur WHO berkurang 26%, dari sekitar 7 juta kasus pada tahun 2000 menjadi sekitar 5 juta
pada tahun 2019.12 Sekitar seperempat kasus pada tahun 2019 disebabkan oleh P.vivax
terutama di negara Afghanistan dan Pakistan.12 WHO Wilayah Mediterania Timur menurun
dari 20 menjadi 10 dengan kasus di negara Sudan adalah penyumbang utama malaria di
wilayah ini, terhitung sekitar 46% kasus.12 Wilayah Pasifik Barat WHO diperkirakan memiliki
1,7 juta kasus pada tahun 2019 penurunan sebesar 43% dari 3 juta kasus pada tahun 2000.12
Papua Nugini menyumbang hampir 80% dari semuanya kasus di wilayah ini pada 2019. 12 Di
Wilayah WHO di Amerika kasus malaria berkurang 40% (dari 1,5 juta menjadi 0,9 juta) dan
insiden kasus sebesar 57% (dari 14 menjadi 16).12
Kematian akibat malaria yang terjadi diseluruh dunia terus menurun selama periode
2000–2019 dari 736.000 pada tahun 2000 menjadi 409.000 pada 2019.12 Persentase total
kematian akibat malaria pada anak usia di bawah 5 tahun adalah 84% pada tahun 2000 dan
67% pada tahun 2019.12 Secara global, angka kematian akibat malaria (yaitu kematian per
100.000 penduduk yang berisiko) berkurang dari sekitar 25 pada tahun 2000 menjadi 12 pada

2
tahun 2015 dan 10 pada tahun 2019, dengan perlambatan laju penurunan pada tahun terakhir
tahun. Sekitar 95% kematian akibat malaria secara global terjadi di 31 negara. 12 Nigeria
(23%),Republik Demokratik Kongo (11%),Republik Bersatu Tanzania (5%),Mozambik
(4%),Niger (4%) dan Burkina Faso (4%) menyumbang sekitar 51% dari semua kematian akibat
malaria secara global pada 2019.12 Kematian akibat malaria di Wilayah Afrika WHO
berkurang 44% dari 680.000 pada tahun 2000 menjadi 384.000 pada tahun 2019.12 WHO
Wilayah Asia Tenggara kematian akibat malaria berkurang hingga 74%, dari sekitar 35.000
pada tahun 2000 menjadi 9.000 pada 2019.12 India menyumbang sekitar 86% dari semua
kematian akibat malaria di WHO Wilayah Asia Tenggara. 12 Wilayah Mediterania Timur WHO
kematian akibat malaria berkurang 16%, dari sekitar 12.000 pada tahun 2000 menjadi 10.100
pada tahun 2019.12 Wilayah Pasifik Barat WHO kematian akibat malaria berkurang 52%, dari
sekitar 6.600 kasus di 2000 menjadi 3200 pada 2019.12 Papua Nugini menyumbang lebih dari
85% kematian akibat malaria pada 2019.12 Wilayah WHO Amerika angka kematian akibat
malaria berkurang 39% dan tingkat kematian sebesar 50%. 12 Lebih dari 70% kematian akibat
malaria pada 2019 di wilayah ini terjadi Venezuela (Republik Bolivarian). 12
Indonesia merupakan daerah dengan iklim tropis yag sangat rentang dengan kasus
malaria, salah satu negara yang berisiko terhadap kasus malaria dengan prevalensi sebesar
1,4% dan angka insiden sebesar 0,3% dengan angka Annual Parasite Incidence (API) tahun
2015 sebesar 0,85%.13 Prevalensi malaria di Indonesia paling banyak di provinsi Papuan dan
provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 83%.14 Kasus malaria pada kedua provinsi ini
perbandingannya sama antara P.Palcifarum dan P.vivax.14 Angka malaria berdasarkan
pekerjaan 7,8% terjadi pada petani,nelayan dan pekerja lebih tinggi dari PNS 4,7%.14 Berdasar
daerah kota lebih rendah 5.0% dibandingkan dengan daerah perdesaan 7,1% lebih tinggi Pada
tahun 2013 tingkat infeksi terendah pada kelompok usia antara 65 dan 74 adalah 4,8%, dan
tingkat infeksi tertinggi pada kelompok usia antara 25 dan 34 adalah 6,6%.14 Pada tahun 2016,
di Papua terdapat 424.083 penderita yang diduga malaria dan 155.670 kasus yang terbukti
positif malaria berdasarkan hasil pemeriksaan hapusan darah. 15 Di Asia Tenggara Indonesia
menyumbang 9% dari seluruh kasus malaria dan memiliki beban penyakit tertinggi kedua
setelah India dan WHO memperkirakan 27% dari 257.563.815 penduduk Indonesia tinggal di
daerah endemis malaria yang salah satu daerah endemis malaria di Indonesia adalah Papua. 16
Pada akhir tahun 2011 terdapat 1 kasus,1 kasus di tahun 2012 dan terakhir 3 kasus tahun 2015
dimana salah satunya merupakan kasus pertama di Kalimantan Tengah yang diperkiraan
prevalensi infeksi P. knowlesi di Indonesia sekitar 1% dimana angka ini jauh lebih rendah dari
prevalensi di Malaysia yaitu berkisar 27,7-58%.17
Menurut WHO pada Tahun 2018, diperkirakan 11 juta wanita hamil yang penularan
malaria dari sedang hingga tinggi,ururtan tertinggi di dunia berada disub-Sahara Afrika dengan
terinfeksi malaria 29% dari semua kehamilan. 18 Infeksi malaria selama kehamilan merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara tropis dan subtropis dengan risiko yang
kurang baik bagi ibu hamil dan janinnya.19 Menurut taksiran laporan tahunan WHO, jumlah ibu
hamil yang berisiko malaria sekitar 25 juta.19 Sub-Sahara Afrika di laporkan kasus malaria
dapat menyebabkan sebanyak 10.000 kasus kematian terkait malaria dalam kehamilan per
tahunnya.19 Kematian bagi ibu hamil dengan malaria biasanya karena anemia ibu yang parah. 19
Selain itu, setiap tahunnya malaria dalam kehamilan menyebabkan 20% bayi lahir mati dan
11% dari semua kematian bayi baru lahir terjadi di sub-Sahara Afrika.19 Prevalensi dari

3
keseluruhan spesies Plasmodium adalah P.vivax 2,74 (95%),P.falciparum 7,58 (95%),dan
infeksi campuran 1,44 (95%).19
Pada tahun 2019,di 33 negara dengan penularan sedang hingga tinggi di Wilayah Afrika
WHO terdapat kasus diperkirakan 33 juta kehamilan, dimana 35% (12 juta) terkena infeksi
malaria selama masa kehamilan.12 Berdasarkan subkawasan WHO, Afrika Tengah memiliki
prevalensi pajanan tertinggi terhadap malaria selama kehamilan (40%), diikuti oleh Afrika
Barat (39%), sementara prevalensinya 24% di Timur dan Afrika Selatan. 12 Diperkirakan
menyebabkan infeksi malaria selama kehamilan di 33 negara ini 822.000 anak dengan berat
badan lahir rendah.12 Jika sampai dengan 80% wanita hamil yang pernah melaporkan
menggunakan layanan antenatal care (ANC) untuk menerima satu dosis pengobatan
pencegahan intermiten dalam kehamilan (IPTp), tambahan 56.000 bayi lahir dengan berat
badan rendah akan dihindari di 33 negara ini.12
Tingkat infeksi malaria lebih tinggi pada ibu hamil karena daya tahan tubuh mereka
tidak stabil atau menurun.19 Wanita hamil dengan malaria memiliki tingkat risiko aborsi,lahir
mati,persalinan prematur,dan bayi berat lahir rendah.19 Selain itu, di daerah penularan malaria
yang sulit di kendalikan,mengakibatkan kematian ibu hamil yang mengalami komplikasi
malaria berat seperti hipoglikemia, malaria serebral,edema paru dan secara tidak langsung
akibat anemia berat terkait malaria.19 Menurut laporan penilitian di negara Nigeria prevalensi
malaria dari kelompok umur 36-39 Tahun memiliki prevalensi tertinggi yaitu 18 (51,4%),
diikuti kelompok umur 24-27 tahun dengan prevalensi 29 (48,3%) sedangkan paling sedikit
pada kelompok umur 40-43 dengan prevalensi.19 Berdasarkan golongan darah B memiliki
prevalensi tertinggi (74,0%) sedangkan prevalensi infeksi malaria terendah pada golongan
darah O (30,0%).19 Indonesia angka malaria sekitar 6,4 juta kehamilan terpapar malaria setiap
tahunnya.14
Tingkat infeksi di Indonesia Sebagian besar terjadi di daerah Papua sekitar 83%,
dengan endemisitas malaria di Papua bervariasi dari hipo-endemik sampai hiper untuk jenis
P.falciparum dan P.vivax.5,20 Berdasarkan fakta diatas saya ingin melakukan penelitian di salah
satu daerah di Papua yaitu kabupaten Mimika tepatnya di pusat pelayanan masyarakat Timika
untuk mengetahui karakteristik malaria pada ibu hamil atau dalam masa kehamilan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada tahun 2019 di 33 negara dengan penularan sedang hingga tinggi di Wilayah Afrika
WHO terdapat kasus diperkirakan 33 juta kehamilan, dimana 35% (12 juta) terkena infeksi
malaria selama masa kehamilan.12 Di Asia Tenggara Indonesia menyumbang 9% dari seluruh
kasus malaria dan memiliki beban penyakit tertinggi kedua setelah India dan WHO
memperkirakan 27% dari 257.563.815 penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis malaria
yang salah satu daerah endemis malaria di Indonesia adalah Papua. 16 Berdasarkan data diatas
yang memberikan peluang untuk melakukan penelitian ini bagaimana karakteristik malaria
pada ibu hamil di Puskesmas Timika Jaya Tahun 2020.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana karakteristik malaria pada ibu hamil di Puskesmas Timika Jaya Tahun
2020.

4
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik malaria pada ibu hamil di Puskesmas Timika Jaya
Tahun 2020.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini:
1. Mengetahui gambaran demografi malaria pada ibu hamil di Puskesmas Timika
Jaya Tahun 2018-2020
1.1. Mengetahui gambaran usia ibu hamil yang terdiagnosis malaria di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020
1.2. Mengetahui gambaran pendidikan ibu hamil yang terdiagnosis malaria di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020
1.3. Mengetahui gambaran pekerjaan pada ibu hamil yang terdiagnosis di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020
1.4. Mengetahui gambaran paritas pada ibu hamil yang terdiagnosis di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018- 2020
2. Mengetahui gambaran manifestasi klinis malaria pada kehamilan di Puskesmas
Timika Jaya Tahun 2018-2020
3. Mengetahui gambaran usia kehamilan pada ibu hamil yang terinfeksi malaria di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020
4. Mengetahui gambaran hasil lab pada ibu hamil yang positif malaria di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020
5. Mengetahui gambaran jenis Plasmodium dengan pemeriksaan hapusan darah
tepi di Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020
6. Mengetahui gambaran komplikasi malaria pada ibu hami yang positif malaria di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020
7. Mengetahui Penatalaksanaan malaria pada ibu hamil yang positif malaria di
Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi FK UKI
Penelitian ini dapat menambah kepustakaan dan bahan refensi yang dapat di
gunakan pada penelitian selanjutnya.
1.5.2 Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi puskesmas yang
dijadikan bahan bacaan dan acuan untuk melakukan dan mengembangkan penelitian
selanjutnya
1.5.3 Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi mengenai karakteristik malaria pada ibu hamil

5
2. Memberikan informasi kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan malaria pada
ibu hamil
1.5.4 Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan terhadap
karakteristik malaria pada ibu hamil.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. Landasan Teori
II.1 Kehamilan
II.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan normal pada tubuh perempuan. 21
Perubahan yang terjadi pada wanita hamil bersifat fisiologis bukan keadaan patologi.21
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang akan terjadi pada setiap wanita.22
Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum di tuba uterina, tumbuh dan
berkembang didalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu.22 Pada
kehidupan seorang perempuan memiliki fase kehamilan yang merupakan masa-masa terjadinya
perubahan yang besar pada tubuh perempuan.23 Perubahan ini tidak hanya berhubungan dengan
perubahan fisik, namun juga terjadi pada perubahan biokimia, fisologis,bahkan psikologis yang
merupakan konsekuensi dari pertumbuhan janin dalam Rahim. 23 Terjadinya perubahan pada
ibu hamil ini berfungsi pada metabolisme tubuh sehingga mendukung pertumbuhan janin, serta
persiapan persalinan dan menyusui dengan tingkatan yang bervariasi di setiap trisemesternya. 23
II.1.2 Proses Kehamilan
Penyatuan gamet pria dan wanita disebut fertilisasi yang terjadi di ampula atau
sepertiga atas dari oviduktus.24 Ovum yang siap dibuahi akan diambil oleh oviduktus yang
secara normal ujung dari oviduktus melebar membungkus ovarium.24 Pada ujung oviduk
mengadung fimbria yang merupakan tonjolan yang dilapisi oleh silia-silia yang akan
berkonntraksi mengarah ke inferior oviduktus sehinggal ovum dalam berda didalam oviduktus
dan konsepsi dapat terajdi selama masa subur atau dua minggu setelah haid terakhir. 24
Fertilisasi terjadi diwaktu ovulasi saat sperma dapat menembus kanalis servikalis dari ratusan
juta sperma yang dikeluarkan saat sekali ejakulasi tetapi hanya beberapa ribu yang dapat
mencapai tempat fertilisasi.24 Pada sperma terdapat ekor yang berfungsi membantu sperma
bergerak hingga dapat menembus sel ovum.24 Membuahi sebuah ovum sebuah sperma awalnya
melewati korona radiata dan zona pelusida yang mengililingi sel telur dengan bantuan enzim-
enzim yang terdapat pada cela dari sperma.24
Sperma dapat menembus zona pelusida hanya karena berikatan dengan reseptor spesifik
di permukaan ovum.24 Fertilitin merupakan suatu protein yang terdapat di membrane plasma
sperma akan berikatan pada grikoprotein yang dikenal dengan ZP3 pada lapisan luar zona
pelusida dan menembusnya.24 Peningikatan sperma ini mengacu pada reaksi akrosom yang
bergantung dengan kandung Ca2+ jika tempat membrane akrosom terganggu dan enzim
akeosom dilepaskan.24 Kalsium yang akan membantu sperma bergerak dengan masuk melalui
saluran CatSper yang terbuka dengan cepat berpindah pada kepala sperma dan akan diikuti
dengan reaksi akrosom.24 Ezim akrosom akan mencerna zona pelusida sehingga memampukan
sperma masuk dengan bantuan ekornya masih bergerak. 24 Sperma pertama yang menembus
membrane plasma ovum yang akan membawa DNA yang terdapat pada kepala sperma dan
membawanya memasuki sitoplamsa ovum,sehingga pada proses ini ekor sperma biasanya
menghilang.24

7
Pelepasan Ca2+ ke sitosol ovum ini akan memicu pembelahan sel secara meiosis kedua
sel telur yang siap bersatu dengan sel sperma untuk menyelesaikan proses fertilisasi. 24 Sel
sperma akan membentuk mikrotubulus untuk membawa kromosom pria dan wanita bersama
bersatu yang disebut dengan zigot.24 Zigot mengalami pembelahan setelah tiga sampai 4 hari
didalam saluran ampula.24 Pembelahan sel mitosis akan membentuk suatu pol yang disebut
dengan morula selah tiga sampai empat hari setelah ovulasi, progresteron diproduksi dalam
jumlah yang memadai untuk melemaskan kontriksi oviduk sehingga morula dapat dengan cepat
terdorong dalam uterus yang dibantu dengan gerakan peristaltik oviduktus dan aktivitas silia. 24
Morula akan mengalami penundaan agak dalam waktu yang tepat untuk sampai di
uterus,nutrient-nitrien akan terkumpul di lumem uterus agar dapat menunjang mudigah hingga
terjadi implantasi berlangsung.24 Sebelum morula turun pada uterus terjadi peningkatan
progresteron dari korpus luteum yang terbentuk setelah ovulasi merangsang pengeluaran
glikoprotein dari endometrium ke dalam lumen saluran reproduksi untuk digunakan sebagai
energi embrio.24 Ketika morula turun pada uterus akan mengapung secara bebas dalam rongga
uterus selama tiga sampai empat hari dengan bantuan sekresi dari endometrium morula akan
hidup dan terus membelah.24 Pada saat yang sama lapisan uterus mempersiapkan diri unntuk
implantasi dibawah fase luteal yang ditandai dengan fase sekrestorik,penyimpanan glikoprotein
dan mengalami peningkatan vaskularisasi.24
Pada saat endometrium telah mempersiapkan implantasi,morula akan terus
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi blastokista agar dapat melakukan implantasi. 24
Blastokista merupakan suatu bola berongga berlapis tunggal dan terdiri dari 50 sel yang
mengililingi sebuah rongga berisi cairan dengan masa padat berkelompok pada satu sisi yang
akan berkembang menjadi mudigah kemudian menjadi janin. 24 Trofoblas akan melaksanakan
implantasi dan kemudian berkembang menjadi plasenta yang merupakan bagian dari janin.24
Permukaan blastokista menjadi lengket dan saat itu endometrium telah siap menerima mudigah
yang melekat melalui peningkatan pembentukan molekul adhesi sel ketika blastokista pertama
kali melekat pada uterus.24
Implantasi akan dimulai dengan trofoblastik telah berkontak dengan endometrium,sel-
sel trofoblatik yang melindungi massa sel akan mengeluarkan enzim-ezim yang berfungsi
mencerna sel endometrium akar sel trofoblastik dapat menembus kedalam sel endometrium.24
Trofoblastik menyelesaikan implantasi dengan membuat lubang untuk blastokista dan
menyediakan bahan mentah dan bahan metabolik agar dapat membantu tromudigah untuk
berkembang diendometrium.24 Membran plasma dari dinding trofoblas yang masuk di
endometrium berdegenerasi membentuk sintisium multi nucleus yang akhirnya akan menjadi
plasenta pada janin.24 Jaringan endometrium yang berkontak akan terangsang oleh invasi
trofoblas sehingga menimbulkan perubahan drastis sebagai respon terhadap perubahan-
perubahan secara kimiawi yang disebabkan oleh blatokista.24 sel-sel endometrium akan
mengeluarlan prostaglandin yang secara lokal meningkatkan vaskularisasi,menimbulkan
edema,dan meningkatkan cadangan makanan.24 Jaringan endometrium akan membentuk
tempat implantasi yang disebut dengan desidua.24 Setelah blstokista telah dengan sempurna
berimplantasi selama desidua oleh aktivasi trofoblas akan terbentuk suatu lapisan sel
endometrium untuk menutupi permukaan lubang didalam uterus.24 Lapisan trofoblas akan terus
mencerna sel-sel desidua yang berada disekitar menghasilkan energi untuk mudigah hingga
plasenta janin.24

8
Plasenta berasal dari jaringan trofoblas dan desidua untuk mempertahankan
pertumbuhan embrio dan janin selama kehidupan intrauterus. 24 Plasenta merupakan organ yang
tidak biasa karena dibentuk dari embrio-janin dan ibunya.24 Pada hari ke 12 embrio telah
terbenam dengan secara sempurna didalam desidua. 24 Embrio akan berkembang dan bertumbuh
sesuai dnegan fase embrionik dan fase janin selama berada didalam tubuh perempuan.24
II.1.3 Tanda-tanda Kehamilan
Seorang wanita hamil biasanya berawal dengan gejala hamil atau pemeriksaan di rumah
memerikan hasil positif menggunakan alat yang praktis yang dijual diapotik. 25 Berikut tanda
dari seseorang hamil:
1). Berhentinya menstruasi
Penghentian menstruasi secara mendadak pada wanita sehat setelah masa subur
merupakan tanda yang kuat dalam awal terjadinya fertilisasi. 25 Keterlambatan hingga 2
bulan,kemungkinan kehamilan telah terjadi.25
2). Perubahan pada payudara
Awal kehamilan wanita sering mengalami parestesia dan nyeri payudara setelah bulan
kedua maka payudara akan membesar dan memperlihat vena-vena dibawah payudara.25
Perubahan ini kadang tidak terlihat dengan masa multipara.25
3). Mukosa vagina
Vagina selama kehamilan akan tampak berwarna merah keunguan atau telihat gelap
serta mengalami bendungan,tanda ini sering disebut dengan Chandwick.25
4). Perubahan pada kulit
Selama kehamilan akan terjadi hiperpigmentasi pada kulit dan terjadi strie pada
abdomen tetapi bukan merupakan tanda pasti dari kehamilan. 25 Perubahan warna kulit ini
banyak terjadi pada wanita yang kulitnya gelap. 25
5). Perubahan pada uterus
Wanita pada kehamilan minggu pertama akan terjadi penambahan ukuran uterus
terutama berbatas pada garis tengah anteroposterior.25 Pada pemeriksaan bimanual uterus akan
teraba lunak,lembur atau elastik hingga terasa lunak,sering disebut dengan tanda Hegar. 25
6). Perubahan pada serviks
Perubahan selama kehamilan juga terjadi pada serviks menjadi semakin lunak dan
perubahan ini akan terjadi selama kehamilan. 25 Seiring perkembangan kehamilan ostium
serviks ekternum dan kanalik serviks sangat lunak sehingga dapat diraba menggunakan jari. 25
7). Persepsi gerakan janin
Selama kemilan minggu 16 dan 18 maka seorang wanita dapat merasakan gerakan janin
didalam perut ibu.25

9
II.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Pertumbuhan janin dimulai dari pertemuan antara satu sel sperma laki-laki dan satu
ovum perempuan.25 Proses ini akan terjadi selama 2 minggu pertaman pascaovulasi dan fase
perkembangan akan terjadi melalui fertilisasi,pembentukan blastokista,dan implantasi
blatokista.25 Perkembangan janin melalui dua proses yaitu Periode Embrionik dan Periode
Janin.25
A. Periode Embrionik
Periode ini akan dimulai pada awal minggu ketiga setelah proses ovulasi dan
fertilisasi yang sama dengan perkiraan permulaan periode menstruasi dibulan
berikutnya.25 Periode embrionik akan berlangsung selama 8 minggu dan ini merupakan
saat terjadinya organogenesis.25 Pada pemeriksaan uji kehamilan yang mengukur kadar
human chorionic gonadotropin (HCG) akan menjadi positif saat proses ini
berlangsung.25 Proses ini dimulai dengan body stalk yang telah berdiferensiasi dan
sakus korionik yang berdiameter 1 cm.24 Terdapat ruangan intervilus sejati yang
mengandung darah maternal,serta inti vilus yang mengandung soderm korionik
angioblastik.25
Selama minggu ketiga kehamilan mulai terbentuk pembuluh darah dalam vili
korionik.25 Pada minggu ke empat,system kardivaskular sudah terbentuk sehingga
terbentunya sirkulasi sejati dalam embrio, serta antar embrio dan vilus korionik. 25 Pada
pertengahan minggu keempat terjadi pembentukan sekat dalam jantung primitive, serta
diakhir minggu ke empat sakus korionik bertambah diameter dari 2 sampai 3 mm dan
embrio mimiliki panjang 4-5 mm.25 Bakal lengan dan tungkai kaki telah terbentuk
dengan posisi lengan menekuk pada siku.25 Bibir bagian atas telah terbentuk sempurna
dan telinga bagian luar membentuk peninggian definitif pada kedua sisi kepala.25

B. Periode Janin
Akhir periode embrionik dan awal periode janin dimulai pada minggu 8 pasca
fertilisasi atau 10 minggu setelah menstruasi terakhir. 25 Pada saat ini embriofetus
memiliki panjang mencapai 4 cm dalam kandungan. 25 Perkembangan selama masa
janin ini merupakan masa pertumbuhan dan pematangan struktur-struktur yang terlah
terbentuk selama masa peroide embrionik.25 Minggu 12 gestasi uterus biasanya teraba
diatas simfisis pubis, dan Panjang bokong dan kepala janin adalah 6-7 cm.25 Penulangan
pada janin sudah mulai timbul,jari tangan dan kaki sudah berdiferensiasi. 25 Kulit dan
kuku telah berkembang dan kepala mulai terbentuk tunas rambut yang tersebar. 25
Telinga dalam dan tulang pendengaran mulai terbentuk.25
Pada minggu 12 ini genitalia external mulai memperlihatkan jenis kelamin laki-
laki dan perempuan.25 Janin mulai melakukan pergerakan spontan.25 Minggu ke 16
pajang kepala-bokong janin 12 cm dan beratnya mencapai 11 g.25 Minggu 20 janin
memiliki berat lebih dari 300 g dan janin bergerak kurang lebih setiap menit,serta aktif
sekitar 10-30 persen total waktu.25 Kulit janin telah menjadi kurang transparan dan
terbentuk sebagian rambut pada kepala janin selama minggu 20 dan Pada minggu 24
janin memililki berat sekitar 630 gram. 25 Kulit secara terlihat keriput dan terjadi
penimbungan lemak.25 Alis mata,bulu mata dan kepala relatif besar sehingga biasanya
dapat dikenal.25 Perkembangan paru-paru saat membesarnya bronkus dan bronkiolus
serta berkembangnya ductus alveolaris hampir selesai.25

10
Pada minggu 28 panjang janin sekitar 25 cm,dan berat janin 1100 gram. 25
Membran pupil menghilang dari mata serta kulit janin yang tipis berwarna merah dan
ditutupi verniks kaseosa.25 Pada minggu 32 panjang janin mencapai 28 cm dam berat
janin sekitar 1800 gram.25 Kulit tampak berwarna merah dan keriput.25 Minggu 36
panjang janin mencapai sekitar 32 cm dan beratnya 2500 gram.25 Pada minggu ke 40
merupakan periode yang dianggap janin sudah berkembang dengan sangat sempurna
sehingga Panjang janinnya 36 cm dn berat janin mencapai 3400 gram.25
II.1.5 Pemeriksaan Kehamilan
A. Anamnesis
Anamnesis pada wanita hamil agar mendapatkan informasi terinci tentang
riwayat obstertris sangat dibutuhkan menentukan penyulit kehamilan di kehamilan
berikutnya.25 Riwayat haid secara teratur setiap bulan berapa hari 28 hari atau siklus
yang Panjang hingga 30 hari,penggunaan kontrasepsi steroid,mengalami
depresi,mengomsumsi minuman beralkohol,permasalahan gizi.25
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dapat dilakukan awal kunjungan antental
pertama yang tujuan dapat mendeteksi komplikasi yang terjadi selama kehamilan. 26
Pemeriksaan fisik umum meliputi tinggi badan,berat badan,tanda–tanda vital seperti
tekanan darah,denyut nadi,pernapasan,suhu badan.26 Pemeriksaan kepala dan leher
dilakukan untuk memastikan adanya edema diwajah,ikterus pada mata,mulut pucat
sedangkan pada leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan
kelenjar tiroid.26 Pemeriksaan juga dilakukan di tangan dan kaki seperti tanda-tanda
edema di jari tangan,kuku jari pucat,varices vena serta reflek-reflek.26 Pemeriksaan
pada payudara meliputi ukuran,simetris,puting payudara yang menonjol atau
masuk,keluarnya kolostrum atau cairan lain,retraksi,impling,adanya massa,nodul di
axilla.26 Pada abdomen ada luka bekas operasi,serta tinggi fundus uteri (jika >12
minggu) letak,presentasi,posisi dan penurunan kepala (kalau > 36 minggu),DJJ (jika
> 18 minggu).26
Pemeriksaan Genital luar (externa) meliputi varises,perdarahan,luka,cairan yang
keluar,kelenjar bartholin terjadi bengkak (massa), genital dalam (interna) meliputi
servik yang terdiri dari cairan yang keluar,luka(lesi),kelunakan,posisi mobilita
tertutup atau membuka.26 Pemeriksaan vagina meliputi cairan yang
keluar,luka,darah,ukuran Adneksa,bentuk,posisi,nyeri,kelunakan,massa (pada
trimester pertama), uterus meliputi ukuran,bentuk,posisi,mobilitas,kelunakan massa
(pada trimester pertama).26
Palpasi Abdomen merupakan metode palpasi abdomen pada ibu hamil yang
sebelum pasien dilakukan pemeriksaan perlu persiapan yang harus dilakukan adalah
instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemihnya,menempatkan ibu
hamil dalam posisi berbaring telentang,tempatkan bantal kecil di bawah kepala
untuk kenyamanan,Menjaga privasi,menjelaskan prosedur
pemeriksaan,menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama (tangan
dingin dapat merangsang kontraksi rahim),gunakan telapak tangan untuk palpasi
bukan jari.26 Pemeriksaan fisik yang sering digunakan adalah pemeriksaan leopold
yang meliputi leopold I-IV:
1. LEOPOLD I

11
Pemeriksaan Leopold I bertujuan dalam pemeriksaan ini untuk menghitung
tinggi dari fundus uteri dan bagian janin yang terdapat di fundus uteri atau bagian
atas perut ibu.26 Teknik yang digunakan dengan memposisikan ibu dengan lutut
fleksi dan pemeriksa akan menghadap ke arah ibu setelah itu menengahkan uterus
dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilical, kedua tangan
meraba fundus kemudian menentukan TFU, meraba bagian fundus dengan
menggunakan ujung kedua tangan,tentukan bagian janin. 26 Hasil yang didapatkan
apabila kepala janin teraba di bagian fundus,yang akan teraba adalah keras,bundar
dan melenting apabila bokong janin teraba di bagian fundus,yang akan terasa adalah
lunak,kurang bundar,dan kurang melenting apabila posisi janin melintang pada
rahim,maka pada Fundus teraba kosong.26

2. LEOPOLD II
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan dimana punggung anak dan
dimana letak bagian-bagian kecil.26 Teknik posisi ibu masih dengan lutut fleksi dan
pemeriksa menghadap ibu akan meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut
lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara
sejajar dan pada ketinggian yang sama mulai dari bagian atas tekan secara
bergantian atau bersamaan telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke
arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang punggung) atau
bagian-bagian kecil (ekstremitas).26 Hasil Bagian punggung akan teraba
jelas,rata,cembung,kaku/tidak dapat digerakkan. 26 Bagian-bagian kecil (tangan dan
kaki) akan teraba kecil,bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol,kemungkinan teraba
gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.26
3. LEOPOLD III
Pemeriksaan yang ketiga ini bertujuan untuk menentukan bagian janin (kepala
atau bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin
tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).26 Teknik Posisi ibu masih
dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu meletakkan ujung
telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan bawah
perut ibu menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk menentukan
bagian terbawah bayi, gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari
lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin. 26 Hasil Bagian keras,bulat dan
hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris
adalah bokong,apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat
bagian bawah digoyang sudah tidak bias (seperti ada tahanan). 26

4. LEOPOLD IV
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan ulang bagian janin apa yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian
bawah janin telah memasuki pintu atas panggul. 26 Teknik Pemeriksaan menghadap
ke arah kaki ibu dengan posisi kaki ibu lurus setelah itu letakkan ujung telapak
tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah ujung-ujung jari
tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis,menemukan kedua ibu jari kiri
dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah
uterus.26 Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari yang bertemu (konvergen)

12
atau tidak bertemu (divergen),setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang bagian
kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang
pinggang bayi),memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian
meletakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai
seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.26
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tes Laboratorium pada wanita akan diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar
protein dan glukosanya,serta darah untuk mengetahui faktor rhesus,golongan
darah,Hb dan rubelanya.26 Tes yang lain berguna hanya jika ada indikasi
perlunya tes tersebut Hemoglobin,Protein urin (mungkin ada infeksi (PIH).26
HPHT,Glukosa dalam urin dengan pemeriksaan secara biokimia yaitu Tes
Benedict’s Diabetes,VDRL/RPR,Faktor Rhesus,HIV + AIDS Rubela, Tinja
untuk Telur cacing.26
2. Ultrasonografi (USG)
Alat diagnostic merupakan alat yang yang hampir selalu ada di semua Rumah
Sakit.26 USG Kehamilan dilakukan dengan posisi pasien dalam rebahan atau
Supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan berada di samping dan bagian
yang akan diperiksa dibebaskan dari benda-benda yang mengganggu seperti
baju.26 Beri gel secukupnya kemudian transduser diletakkan pada bagian
tersebut dengan arah Longitudinal dan Transversal dengan sedikit didorong
kearah inferior sampai organ atau kondisi bayi yang diperiksa terlihat pada
monitor USG.26 Jika gambaran yang diinginkan sudah didapatkan, dokter
radiolog menekan tombol freeze untuk mengambil gambar,bila gambar
diagnostik yang diperlukan sudah cukup maka hasil USG Kehamilan pada
kertas USG akan diprint oleh dokter radiologi.26
II.1.6 Antenatal Care (ANC)
Antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu
selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan.27 Perkembangan pelayanan antenatal care yang dilakukan dapat
memberikan kesempatan pada ibu hamil untuk berkomunikasi dan memberi dukungan
kepada ibu yang sedang hamil.28 Komunikasi secara efektif tentang masalah fisiologis,
biomedis, perilaku dan sosiokultural serta dukungan yang efektif termasuk dukungan sosial,
budaya, emosional dan psikologis kepada wanita hamil sehingga dapat memberikan
pengalaman positif selama kehamilan dan persalinan sebagai dasar untuk mewujudkan ibu
yang sehat.28
Menurut WHO melalui program antenatal care (ANC) yang dimulai pada tahun
2002 merupakan kunjungan antenatal care dilakukan sebanyak 4 kali yang dilakukan dari
kunjungan pertama pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu, kunjungan kedua pada
umur kehamilan ± 26 minggu, kunjungan ketiga pada umur kehamilan ± 32 minggu dan
kunjungan keempat pada umur kehamilan ± 38 minggu.28 Program ini mengalami
perkembangan pada tahun 2016 kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan standar 8 kali
kunjungan sebagai upaya menurunkan angka kematian perinatal dan kualitas perawatan
pada ibu.28 kunjungan sebanyak 8 kali ini antenatal care ditetapkan berdasarkan riset dan

13
meliputi kontak pertama dengan petugas kesehatan pada umur kehamilan ± 12
minggu,kedua pada umur kehamilan ± 20 minggu,kontak ketiga pada umur kehamilan ± 26
minggu,kontak ke empat umur kehamilan ± 30 minggu,kontak ke lima umur kehamilan ± 34
minggu, kontak ke enam umur kehamilan ± 36 minggu,kontak ke tujuh umur kehamilan ±
38 minggu dan kontak ke delapan pada umur kehamilan 40 minggu.28 Berikut tabel II.1.6
progam antenatal care:
Kunjungan Trimester Usia Kehamilan
Kunjungan 1 Trimester I 8-12 minggu
Kunjungan 2 Trimester II 24-26 minggu
Kunjungan 3 Trimester III 32 minggu
Kunjungan 4 Trimester IV 36-38 minggu

Antenatal care bertujuan untuk memantau dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan
bayi janin.28 Strategi WHO berfokus pada setiap kunjungan agar dapat menurunkan
kehamilan risiko tinggi melalui perawatan rutin untuk semua wanita, perawatan tambahan
untuk wanita dengan penyakit penyerta dalam kategori sedang dan komplikasi, perawatan
obstetrik dan neonatal khusus untuk wanita dengan penyakit penyerta yang berat dan
komplikasi.28 Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk Riwayat penyakit secara umum,kebidanan,pembedahan dan
mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.27 Mempersiapkan ibu dapat menjalankan
proses nifas secara normal dan pemberian ASI eksklusif serta membantu ibu
mempersiapkan diri menjalankan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal. 27 Kunjungan Antenatal Care dilakukan
mimimal 4 kali selama kehamilan yaitu :
a) kunjungan I dilakukan sebelum 16-18 minggu yang bertujuan untuk penapisan
dan pengobatan anemia, perencanaan persalinan, dan pencegahan komplikasi
akibat kehamilan dan pengobatan.27
b) Kunjungan II dapat dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu dan
kunjungan III (32 minggu) yang berfokus pada pengenalan komplikasi akibat
kehamilan dan pengobatannya, penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat
reproduksi, dan saluran perkemihan.27
c) kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir dilakukan sama dengan kunjungan II
dan III yaitu mengenali adanya kelainan letak dan presentasi tetapi pada
kujungan ini berfokus pada pemantau rencana persalinan dan mengenali tanda –
tanda persalinan.27

II.2 Malaria
II.2.1 Definisi
Malaria merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh infeksi parasite protozoa
Plasmodium yang hidup dan berkembang di dalam eritrosit. 29 Malaria juga menyebabkan
angka morbilitas tinggi dengan urutan ke tiga di dunia. 29 Penyakit malaria akibat adanya
protozoa genus Plasmodium yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina sebagai

14
vectornya.29 Plasmodium falcifarum,Plasmodium vivax,Plasmodium malariae,Plasmodium
ovle merupakan 4 berbagai spesies yang dari tipe Palsmodium sp yang dapat menimbulkan
penyakit malaria pada manusia.30 Terdapat spesies lain yang baru ditemukan berpotensi
menimbulkan penyakit malaria ialah yaitu Plasmodium knowlesi.30
Malaria tercatat lebih dari 4.000 tahun yang lalu.31 Dalam sejarah kuno (2.700 SM –
340 M) malaria telah dikenal di daerah Cina, Yunani, dan Roma.31 Parasit malaria berhasil
ditemukan pada manusia oleh Charles Louis Alphonse Lavera pada tahun 1880 yang
merupakan ahli Bedah Angkatan Perang Perancis.31 Proses patogenetik dan patologi malaria
berkembang mengikuti perkembangan teknik histologi,histokimia dan mikroskop electron.31
Penelitian terhadap malaria dilanjutkan di Italia oleh Giovanni Batista dan Raimondo Filetti
pada tahun 1890 yang memperkenalkan dua nama plasmodium yaitu P. falciparum dan P.
Vivax.31
II.2.2 Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh dua peranan penting yaitu parasite malaria atau
Plasmodim dan juga vektor yang berperan dalam penyebaran oleh nyamuk anopheles
betina.32 Siklus hidup parasite malaria sangat kompleks, sehingga untuk kelangsungan
hidupnya membutuhkan hospes.32 Host baik manusia atau nyamuk anopheles untuk
berkembang biak dan melengkapi siklus hidupnya .32 Malaria mempengaruhi hampir semua
komponen darah dalam tubuh manusia.29
II.2.3 Klasifikasi Plasmodium
Malaria atau Plasmodium terdiri dari 5 jenis spesies parasite yang menginfeksi sel
eritrosit manusia yaitu Plasmodium falsiparum,Plasmodium vivax,Plasmodium
malariae,Plasmodium ovale,Plasmodium knowlesi.33 Berikut penjelasan dari tiap spesies
Plasmodium:
a) Plasmodium falsiparum
Malaria ini sering disebut dengan malaria tropika.32 Malaria merupakan malaria
yang kasusnya sangat berat bagi penderita dan salah satu penyebab malaria yang
menimbulkan penyakit mikrovaskular.32 Komplikasi berat dari malaria ini
menyebabkan cerebral malaria (malaria otak),anemia berat,syok,gagal ginjal
akut,perdarahan, sesak nafas, dll.32 Malaria memiliki beberapa stadium antara lain yaitu
stadium tropozoit, stadium skizon dan stadium gametosit.34 Perkembangan secara
seksual didalam darah dan perkembangan secara aseksual di dalam organ hati.28 Pada
Plasmodium falsiparum hanya terjadi perkembangan aseksual di dalam hati sebagai
fase Praeritrosit.35 Pemeriksaan darah yang terinfeksi malaria P.falciparum berbentuk
cincin menandakan stadium tropozoit muda,ukuran Plasmodium falciparum sangat
kecil dan halus dengan ukuran kira-kira seperenam diameter eritrosit.34 Gejala yang di
timbulkan dari ringan sampai berat hingga kematian.34

b) Plasmodium vivax
Malaria jenis ini sering di sebut oleh masyarakat awam malaria tertiana .32
P.vivax ini merupakan plasmodium yang paling tersebar luar secara geografis
dibandingkan dengan P.falsiparum.36 Pada tusukan nyamuk Anopheles betina sporozoit
akan masuk melalui kulit,mengikuti peredaran darah perifer.35 Pada P.vivax masa

15
preeritrosit terdi pada fase skizon yang perkembangannya secara aseksual.35 Masa
inkubasi P.vivax dalam tubuh berlangsung selama 12-17 hari dengan gelaja2 ringan.35
Tanpa pengobatan yang baik dalam 2 – 3 bulan akan menimbulkan relaps dalam
beberapa minggu sampai 5 tahun setelah penyakit awal.32

c) Plasmodium malariae
Malaria yang menimbulkan gejala asimtomatis dalam waktu yang lama dan
sering disebut malaria quartana.32 Dikatakan malaria quartana karena serangan demam
berulang tiap hari keempat.35 Daur preeritrosit belum pernah di temukan.35 Parasite ini
dapat hidup pada hewan simpase yang merupakan hospes reservoir yang sangat
potensial.35 Masa inkubasi pada infeksi ini berlangsung 18 hari.35 Gejala yang
ditimbulkan hampir sama dengan malaria P.vivax pada serangan pertama kali.35

d) Plasmodium ovale
Malaria jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
32
Barat. Gejala yang ditimbulkan lebih ringan dan seringkali sembuh tanpa
pengobatan.32 Gejala klinis malaria ini sama dengan gejala malaria P.vivax,seranganya
juga sama hebat tetapi penyembuhannya secara spotan dan relapsnya sangat jarang .32
Daur Preeritrositnya mempunyai pralaten selama 9 hari .32

e) Plasmodium Knowlesi
Plasmodium knowlesi merupakan plasmodium yang secara umum sering
menginfeksi kera ekor panjang atau Macaca fascicularis (long tail) dan kera ekor babi
atau Macaca nemestrina (pig tail) di wilayah Asia Tenggara.17 Pada umumnya siklus
hidup P.knowlesi tidak berbeda dengan plasmodium lainnya tetapi plasmodium ini
memiliki siklus eritrosit yang sangat singkat yaitu setiap 24 jam. 17 Masa inkubasi
P.knowlesi yang terjadi didalam vektor nyamuk Anopheles sekitar 10-11 hari sehingga
membutuhkan vektor yang berumur panjang atau sama dengan vektor P.malariae.17
Vektor utama P.knowlesi adalah jenis nyamuk pada grup Anopheles leucosphyrus.17
Gejala Demam merupakan tanda yang diawali dengan menggigil yang berlangsung
selama 4-5 hari disertai sakit kepala, nyeri otot dan sendi, lemah, penurunan nafsu
makan, gangguan saluran pernafasan dan saluran cerna.17
Secara umum siklus hidup P.knowlesi tidak berbeda dengan plasmodium
lainnya tetapi plasmodium ini memiliki siklus eritrosit yang paling singkat sehari
setelah gigitan.17 Masa inkubasi P.knowlesi pada vektor nyamuk Anopheles sekitar 10
hari di dalam tubuh nyamuk terjadi pembentukan sporogoni berlangsung selama 9-10
hari pada suhu 25° celcius.17 Siklus eksoeritosit membutuhkan waktu kurang lebih 5
hari untuk pematangan P.knowlesi tetapi parasit ini tidak membentuk hipnozoit di
dalam sel hati.17 Dalam siklus hidup P.knowlesi membentukan gametosit yang terjadi
sebelum beberapa kali siklus aseksual terjadi, biasanya 3-5 kali.17 Pembentukan
gametosit P.knowlesi relatif lambat,membutuhkan waktu sekitar 48 jam.17
II.2.4 Siklus dan Daur Hidup Plasmodium
a) Siklus Pada Manusia
Daur hidup dari lima jenis Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria
pada manusia umunya sama.35 Ada dua fase yang selalu dihubungkan dengan siklus

16
hidup Plasmodium meliputi fase aseksual yang terjadi didalam tubuh manusia dan fase
seksual terjadi di dalam tubuh nyamuk anopheles betina.31
Pada fase Aseksual nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,
sporozoit yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah
melalui gigitan nyamuk selama kurang lebih ½ jam.37 Setelah itu sporozoit akan
menuju sel-sel hati dan menjadi tropozoit hati.37 Tropozoit ini akan kemudian
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati ini
tergantung spesies plasmodiumnya.37 Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang
berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.37 Fase aseksual mempunyai 2 daur yaitu
daur eritrosit dalam darah dan daur dalam sel-sel parenkim hati.35
Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang
disebut hipnozoit.37 Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun sehigga saat imunitas tubuh menurun akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan kekambuhan.37 Merozoit yang berasal dari skizon hati
akan masuk keperedaran darah dan menginfeksi sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
speciesnya).37 Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.37 Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel
darah merah lainnya.37 Siklus ini disebut siklus eritrositer telah terjadi sampai 2-3
siklus skizogoni di darah yang sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah
akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina).37

b) Fase Seksual
Fase seksual ini terjadi di dalam tubuh nyamuk anopheles betina melalui proses
sporogony.38 Bila mikrogametosit (sel jantan) dan makrogametosit (sel betina)
terhisap oleh vektor bersama darah penderita,maka proses perkawinan antara kedua
sel kelamin itu akan terjadi.38 Dari proses ini akan terbentuk zigot yang kemudian
akan berubah menjadi ookinet dan selanjutnya menjadi ookista.38 Terakhir ookista
pecah dan membentuk sporozoit yang tinggal dalam kelenjar ludah vector.38
Perubahan dari mikrogametosit dan makrogametosit sampai menjadi sporozoit di
dalam kelenjar ludah vektor disebut masa tunas ekstrinsik atau siklus sporogony.38
Jumlah sporokista pada setiap ookista dan lamanya siklus sporogoni, pada masing-
masing spesies Plasmodium berbeda-beda.38 Jumlah sporozoit P.vivax dalam ookista
adalah 30-40 butir dan siklus sporogoni selama 8-9 hari; sporozoit P. falciparum
adalah 10-12 butir dan siklus sporogoni selama 10 hari, P. malariae adalah 6-8 butir
dan siklus sporogoni selama 26-28 hari.38

17
Gambar II.1 Siklus Hidup Malaria
c) Masa Inkubasi
Masa Inkubasi malaria menunjukan rentan waktu sejak stadium sporozoit masuk
sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam.38 Masa inkubasi
berbeda-beda pada tiap spesies plasmodium.38

Tabel II.2.4 Masa Inkubasi Penyakit Malaria


Plasmodium Masa inkubasi (hari)
Plasmodium falciparum 9-14 hari
Plasmodium vivax 12-17 hari
Plasmodium ovale 16-18 hari
Plasmodium malariae 8-40 hari

Plasmodium knowlesi 10-11 hari

Fase aseksual menandakan siklusnya selama 48 jam pada plasmodium vivax,


plasmodium ovale, dan plasmodium falciparum sedangkan 72 jam pada plasmodium
malariae.37 Ketika sel-sel membelah akan terjadi serangan demam pada pasien yang
terdiagnosis malaria.37 Siklus aseksual eritrosit pada P.knowlesi akan berlangsung
singkat setiap 24 jam dengan gejala demam yang timbul berlangsung setiap hari yang
disebut dengan quotidian fever.17
II.2.5 Siklus dan Daur Hidup Nyamuk Anophles sp
Penyakit malaria dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.39
Keberadaan nyamuk anhopheles diseluruh dunia ditemukan 2.000 spesies Anopheles dan
60 spesies diketahui sebagai vektor penular malaria.39 Di Indonesia ada sekitar 80

18
spesies dengan 24 spesies terbukti menularkan malaria dilingkungan masyarakat.39 Sifat
masing-masing spesies berbeda-beda tergantung dari faktor seperti iklim, geografis, dan
tempat perindukannya.39 Parasite Plasmodium penyebab malaria hidup sesuai dengan
kondisi lingkungan setempat, misalnya nyamuk yang hidup di air payau (Anopheles
sundaicus dan Anopheles subpictus), disawah (Anopheles aconitus) dan air bersih
pegunungan (Anopheles maculatus).39
Penyebaran nyamuk Anopheles spp adalah faktor lingkungan yang menjadi
habitat perkembangbiakan berupa genangan air.40 Air digunakan nyamuk untuk peletakan
telur,kemudian akan menetas menjadi larva,berkembang menjadi pupa sampai menjadi
nyamuk dewasa.40 Schap Anopheles spp, Memiliki karakteristik habitat
perkembangbiakan yang berbeda-beda pada setiap zona geografis.40
II.2.6 Patofisiologi
Proses infeksi malaria berat sangat kompleks melibatkan faktor parasit, faktor
pejamu, dan faktor sosial lingkungan.41 Ketiga faktor sangat saling terkait satu sama lain
dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling ringan
(asimptomatik) hingga yang paling berat yakni malaria dengan komplikasi kegagalan
organ.41 Malaria mempengaruhi hampir seluruh komponen darah sehingga terjadi
Abnormalitas darah yang telah dilaporkan sehubungan dengan infeksi malaria antara lain
anemia, trombositopenia, splenomegali, limfositosis ringan hingga berat serta (dalam
kasus yang jarang) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).41 Anemia dan
trombositopenia merupakan komplikasi malaria terkait hematologi yang paling sering
dan mendapat banyak perhatian pada seleruh dunia dari hasil penilitian karena
berhubungan dengan mortalitas.41
Gejala malaria akan terlihat setelah pecahnya eritrosit yang mengandung parasite
malaria.37 Gejala yang muncul pertama kali adalah demam, ini bersamaan pecahnya
skizon darah yang mengeluarkan macam-macam antigen.37 Antigen merupakan respon
tubuh yang merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai
macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF).37 TNF akan mengikuti aliran
darah ke otak khususnya hipothalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh
manusia.37 Sebagai akibat demam terjadi respon tubuh dengan memvasodilasi perifer
yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasite.37
Limpa adalah organ retikuloendotelial.37 Peningkatan jumlah eritrosit yang
terinfeksi parasit teraktifasinya sistem retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit
yang terinfeksi parasit dan sisa eritrosit akibat hemolysis yang mengakibatkan
pembesaran Limpa.37 Anemia yang muncul saat malaria disebabkan oleh pecahnya
eritrosit dan fagositosis oleh sistem retikuloendotetial yang terjadi di limpa.37 Hebatnya
hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas setiap orang.37 Anemia
juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit yang
terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis.37
Hemoglobinuria dan Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. 37 Kelainan
patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika disebabkan kartena sel darah
merah terinfeksi menjadi kaku dan lengket pada perjalanannya dalam kapiler terganggu
sehingga melekat pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosi.37

19
Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler
terhambat dan timbul hipoksia jaringan sehingga terjadi gangguan pada integritas
kapiler.37 Perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat
menimbulkan malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malabsorsi usus.37
II.2.7 Manisfestasi Klinis
Gejala yang biasa timbul akibat malaria dengan tanda adanya demam tinggi,
sakit kepala atau pusing, menggigil dan nyeri di seluruh tubuh.42 Pada beberapa kejadian
malaria yang lain juga disertai dengan adanya mual, muntah dan diare.42 Di beberapa
daerah yang mempunyai tingkat penularan malaria yang sangat tinggi (hiperendemik)
seringkali penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain misalnya
diare dan pegal-pegal.32 Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal
spesifik.32
II.2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yaitu dengan menanyakan keluhan kepada pasien,riwayat sakit
malaria,minum obat malaria sebelumnya, riwayat berkunjung ke tempat endemic
malaria dan riwayat tinggal di tempat endemis.42
2. Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik yang meliputi suhu tubuh aksiler mencapai ≥ 37,5oC telapak
tangan dalam kondisi pucat, sklera ikterik, terjadi pembesaran pada limpa dan hati.42
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada malaria bertujuan menegakan diagnosis,
menyingkirkan diagnosis banding, memantau komplikasi, dan melihat tingkat
keberhasilan terapi.43
a) Pemeriksaan Laboratorium Mikroskopik
Metode standar untuk mendiagnosis malaria adalah melalui mikroskop.44
Pemeriksaan laboratorium mikroskopik menggunakan sampel darah tepi untuk
mengetahui adanya parasit malaria sangat penting dalam menegakkan diagnosis.43
Pemeriksaan darah tepi perlu dilakukan tiga kali dengan hasil negatif untuk
menyingkirkan diagnosis malaria serta hapusan darah tipis dan hapusan darah
tebal.43 Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorium yang
berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria,selanjutnya syarat dilakukan
pemeriksaan pada saat pasien demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan
ditemukannya parasite.43
Tetes/hapusan darah tebal merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit
malaria karena tetesan darah tebal cukup banyak dibandingkan preparat darah
tipis.43 Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 100 lapangan pandang
pada pembesaran kuat tidak ditemukan parasti.43 Hitung parasit dapat dilakukan
pada tetes tebal dengan menghitung 1-21 10 jumlah parasit per 200 leukosit.43 Bila
leukosit 10.000/µl (mikroliter) darah maka jumlah parasit dikalikan 50 merupakan
jumlah parasit per mikroliter darah.43
Tetes/hapusan darah tipis digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila
dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.43 Pengecatan yang digunakan adalah
pengecatan Giemsa yang merupakan pengecatan spesimen yang umum dipakai pada

20
beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang
cukup baik.43 Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count).43
Kepadatan parasit dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung
parasit per 1000 eritrosit. Jumlah parasit >100.000/µl darah menandakan infeksi
yang berat.43

Gambar II.2.8 Hapusan Darah Tepi


https://dyahkusuma17.wordpress.com/2015/08/13/pembuatan-sediaan-malaria/

b) RDT
WHO merekomendasikan penggunaan tes diagnostik cepat malaria dengan
rapid diagnostic test (RDT) jika mikroskop tidak tersedia.44 RDT berfungsi
mengidentifikasi antigen Plasmodium menggunakan teknik imunokromatografi.44
Tes ditandai dengan penangkapan antigen parasit dari darah tepi menggunakan
antibodi monoklonal yang khusus dapat melawan target antigen malaria,
selanjutnya akan dikonjugasikan ke liposom yang mengandung pewarna selenium
atau partikel emas dalam fase gerak.44 Pada RDT memiliki garis kontrol, jika
garisnya yang terlihat satu dalam tes menandakan tes negatif, sedangkan jika tes
positif maka akan terlihat baris kedua muncul.44 Waktu yang diperlukan untuk tes
biasanya 15 menit atau kurang serta dapat dilihat langsung dan dilihat hasilnya.44
Antigen malaria yang biasa menjadi target RDT adalah HRP-2, parasit lactate
dehydrogenase (pLDH) dan Plasmodiumaldolase (PL-juga).44 Spesies Plasmodium
mengeluarkan protein ini sehingga akurasi RDT diukur berdasarkan protein
tersebut.44 P.falciparum telah terbukti mengeluarkan lebih banyak HRP-2 daripada
HRP-1 dan HRP-3 sedangkan pLDH dan PL-juga ditemukan pada spesies lain.44
RDT berdasarkan protein HRP-2 telah menunjukkan akurasi variabel untuk infeksi
malaria dalam studi lapangan dengan mikroskop yang diambil sebagai standar
emas.44
c) PCR
PCR ini biasa di gunakan di daerah hipoendemis.44 Diagnosis malaria jika ingin
menggunakan alat yang lebih sensitif seperti polymerase chain reaction (PCR) yang
bisa mengidentifikasi sedikitnya 1-10 parasit / μl.44 Perbandingan Proporsi infeksi
yang terlewat oleh mikroskop dapat meningkat hingga 88% di mana prevalensi PCR
menurun hingga 10%.44 Pada penelitiaan Meta-analisis lain menunjukkan bahwa
prevalensi parasit diukur dengan PCR dan mikroskop menemukan bahwa
mikroskop hanya mendeteksi sekitar 50% pembawa parasit yang terdeteksi oleh

21
PCR dan menunjukkan bahwa persentase ini semakin menurun dengan penurunan
transmisi.44 Tes PCR secara umum lebih sensitif dari pada pemeriksaan mikroskopis
untuk diagnosis malaria, tetapi pemeriksaan PCR sangat padat karya,memakan
waktu,membutuhkan tenaga listrik yang mahal.44
II.2.9 Tatalaksana Malaria
Diagnosis malaria secara cepat harus diperiksa setelah timbulnya gejala malaria
dan penanganan melalui pengobatan antimalaria dimulai tanpa penundaan.45 Pada kasus
yang dicurigai malaria berat terutama pada kelompok dengan risiko tinggi tetapi dalam
mendiagnosis parasitologis tertunda pengobatan antimalaria harus segera dilakukan.45
Perawatan yang membutuhkan terapi kombinasi dengan setidaknya pemberian 2
antimalaria efektif dengan mekanisme kerja yang berbeda dilakukan agar tidak terjadi
resistensi obat.45 Dosis obat antimalaria harus berdasarkan berat badan pasien untuk
memastikan konsentrasi obat yang diperlukan; Jadwal turunan berdasarkan usia
penduduk tertentu agar lebih praktis untuk diterapkan.45 Tujuan perawatan adalah untuk
mencegah perkembangan penyakit dan kematian dengan memastikan penyembuhan
secara klinis yang cepat dan pembersihan parasite yang beredar dalam darah.45 Di daerah
endemis malaria, pengobatan juga bertujuan untuk mengurangi penularan infeksi yang
diobati.45 Di daerah transmisi rendah terapi gametositosidal tambahan ditambahkan untuk
mengurangi potensi penularan.38 Pada malaria yang disebabkan oleh P.vivax atau P.ovale
terapi hipnozoitosidal tambahan diindikasikan untuk mencegah infeksi kambuh.45
Pengobatan oral malaria tanpa komplikasi Plasmodium falciparum dan
Plasmodium knowlesi diberikan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT) rejimen
selama 3 hari.45 Artemeter-lumefantrine dengan dosis 1,4–4,4 / 10–16 mg / kg melalui
mulut (PO) diberikan dua kali sehari selama 3 hari dengan bantuan makanan yang
mengandung lemak.45 Dihydroartemisinin-piperaquine (4/18 mg / kg) PO setiap hari
selama 3 hari,jika pasien mempunyai berat badan kurang dari 25 kg maka
Dihydroartemisinin 4 2,5–10 mg / kg dan Piperaquine 24 20–32 mg / kg melalui mulut
setiap hari selama 3 hari.45 Artesunat dosis 4 mg / kg ditambahkan dengan obat
mefloquine 8 mg / kg melalui mulut setiap hari selama 3 hari (Plewes.2019).45
Pemberian Artesunat dosis 4 mg / kg dengan amodiaquine 10 mg / kg melalui mulut
setiap hari s elama 3 hari. Artesunat 4 mg / kg melalui mulut setiap hari selama 3 hari
ditambah sulfadoksin-pirimetamin dosis tunggal 25 / 1,25 mg / kg.45
ACT dengan rejimen 7 hari dapat diberikan Artesunat 2 mg / kg oral setiap hari
diberikan dengan tetrasiklin 4 mg / kg secara oral setiap 6 jam selama 7 hari.45 Artesunat
2 mg / kg melalu oral sehari ditambah doksisiklin 100 mg dengan cara minum melalui
mulut diberikan dua kali sehari selama 7 hari.45 Artesunat (2 mg / kg) PO sehari
ditambah klindamisin (20 mg / kg) PO dibagi 2 kali sehari selama 7 hari. 45 Regimen non-
ACT Atovaquone-proguanil (15/6 mg / kg) PO setiap hari selama 3 hari.45 Kina (10 mg /
kg) ditambah tetrasiklin atau doksisiklin atau klindamisin selama 7 hari (Plewes.2019).45
Kasus malaria yang disebabkan oleh P.falciparum tanpa komplikasi dan
bepergian ke negara-negara dengan resistensi dengan obat artemisininf maka dapat
diberikan Atovaquone-proguanil (15/6 mg / kg) PO setiap hari selama 3 hari.45 Kina (10
mg / kg) plus tetrasiklin ATAU doksisiklin ATAU klindamisin selama 7 hari.
Plasmodium vivax yang sensitif terhadap klorokuin, Plasmodium ovale atau Plasmodium

22
malariae klorokuin (10 mg basa / kg) per hari pada,5 mg basa / kg pada jam 48.45 P.vivax
resisten klorokuin tanpa komplikasi.45 ACT oral (kecuali sulfadoxine-pyrimethamine)
selama 3 hari Kina (10 mg / kg) ditambah tetrasiklin atau doksisiklin atau klindamisin
diberikan selama 7 hari.45
Pengobatan antimalaria untuk malaria berat Dewasa, wanita hamil, dan anak-
45
anak. Terapi awal lini pertama Artesunat secara intravena 2,4 mg/kg per dosis pada jam
0, 12, dan 24 lalu setiap 24 jam jika berat badan pasien kurang dari 20 kg maka artesunat
intravena 3.0 mg/kg per dosis.45 Terapi awal alternatif infus intravena kina dihidroklorida
20 mg kg dosis dengan pemuatan lebih dari 4 jam kemudian dosis pemeliharaan 10
mg/kg lebih dari 2 jam setiap 8 jam.45 Injeksi intramuskular artemeter 3,2 mg/kg dosis
pemuatan, kemudian 1,6 mg/kg setiap 24 jam Setelah 24 jam setelah makan dan
minum.45
Pengobatan antimalaria dalam keadaan darurat biasanya menggunakan artesunat
intravena merupakan pengobatan lini pertama untuk malaria berat di seluruh dunia yang
disebabkan oleh spesies Plasmodium.45 Semua orang dewasa dan anak-anak dengan
malaria berat, termasuk bayi, wanita menyusui, dan wanita hamil di semua trimester
harus menerima artesunat intravena setidaknya selama 24 jam sampai pengobatan oral
ditoleransi.45 Artesunat dapat ditoleransi dengan baik dan dimetabolisme dengan cepat
terhadap metabolit aktifnya dihydroartemisinin sehiangga mencapai konsentrasi puncak
dalam waktu 10 menit dan dengan cepat dihilangkan dalam waktu paruh 45 menit serta
memiliki spesifisitas tahap yang luas untuk membunuh parasit stadium cincin muda
yang bersirkulasi hingga parasit tahap akhir yang diasingkan.45 Kegiatan melawan parasit
tahap cincin yang bersirkulasi ini dianggap sebagai keuntungan kritisnya dibandingkan
kina karena artesunat membunuh parasit sebelum mereka dewasa dan menyita dalam
mikrovaskulatur.45 Quinine memiliki efek obat yang lebih merugika termasuk
hipoglikemia, hiperinsulinemia, kardiotoksisitas dan hipotensi terutama jika diberikan
sebagai injeksi cepat daripada infus.45 Artemeter menunjukkan manfaat kelangsungan
hidup yang lebih kecil daripada artesunate kemungkinan karena absorpsi
intramuskularnya yang tidak menentu.45 Preartesunat rujukan rektal diberikan kepada
anak-anak yang sakit parah di bawah 6 tahun yang tidak dapat minum obat oral dapat
mengurangi kematian.45 Bersihan parasit dengan artesunat biasanya terjadi dalam 72 jam
dan harus didokumentasikan dengan menilai apusan tebal dan tipis setiap 6 sampai 12
jam.45
Malaria berat biasanya disebabkan oleh P.falciparum tetapi juga dapat terjadi
pada infeksi P.vivax dan P.knowdlesi,selain itu jarang terlihat dengan spesies
Plasmodium lainnya.45 Malaria parah yang disebabkan oleh spesies Plasmodium
merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan pemberian segera antimalaria
yang efektif dan manajemen suportif, idealnya di unit perawatan intensif sehingga dapat
dipantau perubahan gejalan klinis.45 Keterbatasan sumber daya, pemindahan ke fasilitas
tingkat yang lebih tinggi perlu dipertimbangkan jika terjadi ventilasi mekanis serta terapi
penggantian ginjal (RRT) atau pemantauan hemodinamik diperlukan.45 Koma,disfungsi
ginjal dan asidosis secara independen memprediksi terjadi kematian pada orang dewasa
yang tidak hamil dan anak-anak dengan malaria P.falciparum berat.45 Malaria berat lebih
mungkin terjadi pada wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga dibandingkan dengan
orang dewasa lain dan lebih sering rumit oleh paru-paru edema dan hipoglikemia.45

23
Malaria P.knowlesi berat dikaitkan dengan hiperparasitemia karena siklus eritrosit 24
jam, syok, cedera ginjal akut (AKI) dan gagal pernapasan.45 Malaria P.vivax berat paling
sering dikaitkan dengan gagal napas, AKI dan anemia berat.45
II.2.10 Komplikasi Malaria
Komplikasi pada penderita seriang terjadi pada kasus malaria berat sehingga penderita
malaria berat harus dirawat di ICU.46 Kerusakan klinis jika terjaadi pada malaria berat,
biasanya hal itu terjadi berkembang 3–7 hari setelah onset demam, meskipun pada laporan
langka tentang pasien nonimun hingga meninggal di dalamnya 24 jam pada gejala yang sedang
berkembang.46 Malaria berat mungkin berkembang bahkan setelah respon pengobatan awal dan
lengkap pembersihan parasitemia karena pelepasan sitokin yang tertunda. 46 Malaria dengan
berbagai komplikasi digolongkan sebagai malaria berat yang disebabkan oleh P.falcifarum.46,47
Menurut WHO infeksi Plasmodium falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai
berikut:
a. Koma (Malaria serebral)
Malaria serebral merupakan gambaran klinis yang paling umum dan tersering
menyebabkan kematian pada orang dewasa dengan malaria berat. 46 Onsetnya beraneka
ragam dengan gejala awal kejang umum atau bertahap dengan rasa kantuk dan
kebingungan awal diikuti dengan koma yang berlangsung dari beberapa jam hingga
beberapa hari.46 Penatalaksanaan malaria serebral sama seperti pada malaria berat
umumnya,pertahankan oksigenasi, letakkan pada sisi tertentu, sampingkan penyebab lain
dari koma (hipoglikemi, stroke, sepsis, diabetes koma, uremia, gangguan elektrolit),
hindari obat yang tidak bermanfaat, intubasi bila perlu. 47 Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Perawatan pasien dengan gangguan kesadaran.
2. Deteksi dini dan pengobatan komplikasi berat lainnya.
3. Waspadalah akan terjadinya infeksi bakteri, terutama pada pasien dengan pemasangan
intravenous-line (iv line), intubasi endotrakeal atau kateter saluran kemih dan terhadap
kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia.
Obat-obatan yang tidak direkomendasikan dipakai pada malaria berat yaitu
kortikosteroid dosis tinggi,heparin, prostacyclin,iron chelating agent (desferoxamine
b),pentoxifylline,dextran berat molekul rendah,anti edema serebral (urea),acetyl salisilic
acid,obat anti inflamasi lainnya,epinephrine (adrenalin),cyclosporine-A,hyperimmune
globulin,dichloroacetate dan anti-tumor necrosis factor antibodies.47
b. Anemia berat
Anemia berat pada malaria menunjukan keadaan dimana kadar hemoglobin dalam
darah <5 g/dL atau hematokrit <15%.47 Anemia berat sering menyebabkan distress pada
pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian pada penderita malaria yang
berat,sehingga pemberian transfusi darah harus segera dilakukan.47 Bila PRC tidak
tersedia dapat diberikan whole blood.47 Anemia berat lebih sering terjadi pada anak-anak
di daerah endemis karena tingakat infeksi Plasmodium tinggi dan bersifat kronis atau
berulang.46 Trombositopenia juga dapat terjadi tetapi tidak memberikan gambaran yang
berhubungan dengan perdarahan.46
c. Hipoglikemia

24
Hipoglikemia merupakan gambaran umum pada pasien dengan malaria berat tetapi
sering di abaikan gejalanya karena semua gambaran klinis dari hipoglikemia (kecemasan,
dispnea,takikardia,berkeringat,koma,postur tubuh abnormal,kejang umum) juga
merupakan ciri khas dari malaria berat. 46 Hipoglikemia dapat disebabkan oleh
hiperinsulinemia yang diinduksi oleh kuinin atau kuinidin, tetapi dapat juga ditemukan
pada pasien dengan kadar insulin normal.46 Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana
kadar gula darah sewaktu <40 mg%. Terapi yang diberikan adalah bolus Dektrose 40% 50
ml lanjutkan Infus Dekstrose 10% sampai gula darah stabil. 47
d. Syok Hipovolemia
Kebanyakan pasien malaria dengan gejala syok menunjukkan resistensi vaskular
perifer yang rendah dan curah jantung yang meningkat. 46 Fungsi pompa jantung tampak
sangat terjaga meskipun eritrosit parasit di mikrovaskulatur miokardium mengalami
sekuestrasi intensif.46 Hipotensi postural mungkin sekunder akibat disfungsi otonom dan
hipotensi berat dapat terjadi secara tiba-tiba, biasanya dengan edema paru, asidosis
metabolik,sepsis, atau perdarahan masif akibat ruptur lien atau dari saluran
gastrointestinal.46 Syok Hipovolemia akan dipantau dengan pemberian cairan kristaloid
(Ringer atau NaCl 0,9 %) 20 ml/kgbb dalam waktu 1/2 - 1 jam pertama,dila tidak ada
perbaikan pada tekanan darah dan tidak ada overhidrasi dapat diberikan cairan koloid. 47
Jika terjadi hipotensi yang menetap dapat diberikan vasopresor (dopamin, norepinefrin)
hingga nadi sudah teraba, dilanjutkan pemberian rehidrasi dengan cairan Ringer sesuai
keadaan pasien.47
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Pada semua penderita malaria berat menunjukan kadar ureum dan kreatinin
diperiksa setiap hari.47 Apabila pemeriksaan ureum dan kreatinin tidak memungkinkan,
produksi urin dapat dipakai sebagai acuan, jika terjadi anuria dilakukan force diuresis
(diuresis paksa) dengan furosemid 40 mg,kemudian 20 mg/jam selama 6 jam. 47 Setelah 8
jam tidak memberikan tidak memberikan perubahan maka pemberian dapat dilakukan
ulang dengan dosis 2 mg/kgbb sampai maksimum 2 kali. 47 GGA biasanya bersifat
reversibel apabila ditanggulangi secara cepat dan tepat pada keadaan tertentu dialisis perlu
dilakukan sehingga penderitta perlu di rujuk ke RS tingkat Provinsi atau RS dengan
fasilitas dialysis.47
f. Blackwater fever (malaria haemoglobinuria)
Blackwater fever adalah suatu sindrom dengan gejala karakteristik pada serangan
akut,menggigil,demam,hemolisis intravaskular,hemoglobinemia,hemoglobinuria,dan gagal
ginjal.47 Biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi P. falciparum yang berulang-
ulang pada orang non- imun atau dengan pengobatan obat kina yang tidak adekuat secara
teratur.47
g. Ikterus (Malaria Billiosa)
Ikterus pada malaria berat biasanya tidak ada tindakan khusus, tetapi fokus pada
penanganan untuk malaria.47 Apabila disertai hemolisis berat dan Hb sangat rendah maka
diberikan transfusi darah,jika kadar bilirubin kembali normal dalam beberapa hari setelah
pengobatan dengan anti malaria.47

25
II.3 Malaria pada Kehamilan
II.3.1 Definisi
Malaria dalam kehamilan merupakan penyakit malaria yang timbul selama masa
kehamilan yang dibuktikan dengan adanya parasit Plasmodium dalam pemeriksaan darah atau
pada plasenta yang dilahirkan dengan disertai keluhan,tanda dan gejala dari penyakit malaria.48
Pada wanita yang sedang hamil dengan parasit Plasmodium dalam darahnya beberapa
diantaranya tidak memiliki tanda dan gejala penyakit malaria,meskipun seorang wanita hamil
tidak merasa sakit,infeksi malaria tetap dapat mempengaruhi kesehatannya dan bayinya.48
Perjalanan penyakit malaria meningkat secara signifikan sebanyak 3-4 kali lipat selama proses
kehamilan di trimester kedua dan ketiga serta 2 bulan setelah melahirkan.48 Kehamilan juga
meningkatkan keparahan infeksi malaria falsiparum, terutama pada nulipara non imun.48
II.3.2 Etiologi
Malaria pada kehamilan sangat rentang terhadap komplikasi selama masa kehamilan.49
Plasmodium falciparum yang sangat banyak menginfeksi ibu.49 P.vivax juga dapat terinfeksi
pada ibu hamil.49 Sebagian besar infeksi disebabkan P.falciparum atau P.vivax namun dapat
terjadi infeksi campuran dengan lebih dari satu spesies malaria juga dapat terjadi.50 Infeksi
malaria pada kehamilan merupakan masalah medis yang serius karena risiko pada janin seperti
abortus,kematian janin,pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan meningkatnya anemia dan
kematian pada ibu.50

II.3.3 Patofisiologi
Wanita hamil berisiko lebih tinggi tertular malaria dibandingkan wanita tidak hamil.51
Perubahan imunologi yang disebabkan oleh kehamilan, oleh faktor hormonal dan daya Tarik
yang lebih pada ibu hamil terhadap nyamuk ini yang membuat ibu hamil menjadi sangat
rentang.51 Wanita yang hamil ketika eritrositnya terinfeksi oleh P. falcifarum akan terikat
dengan reseptor kondroitin sulfat A (CSA) dan menyita di plasenta,sehingga berbeda pada
wanita yang tidak hamil mengikat reseptor CD36 dan molekul adhesi intraseluler (ICAM-1).51
Pada kehamilan antigen parasit malaria pada eritrosit yang terinfeksi disebut dengan varian
antigen permukaan-kehamilan terkait malaria (VSAPAM) sehingga sulit dideteksi sistem
kekebalan pada individu yang tidak hamil dan dalam pengaturan transmisi yang stabil serta
risiko ini lebih tinggi pada primigravida.51 Terikatnya varian permukaan antigen (VAR2CSA)
dengan kondroitin sulfat A terjadi pada patologi malaria P.falciparum pada kehamilan.51
Antigen dengan kode gen VAR2CSA termasuk dalam membran eritrosit protein (PfEMP1)
pada wanita hamil dengan malaria P.falciparum (ebako dan umberto.2013).51 Pemeriksaan
laborotarium Tingkat IgG spesifik anti-VAR2CSA akan meningkat paritas sehingga
menurunkan resiko malaria.51
Malaria pada kehamilan (MIP) ikut berperan pada hasil kehamilan yang merugikan
meskipun Sebagian karena akumulasi parasit yang istimewa di ruang intervilus plasenta. 52
Protein VAR2CSA menuju membran sel darah merah yang memfasilitasi kepatuhan terhadap
kondroitin-sulfat A (CSA) pada syndecan-1 yang menetap di jaringan plasenta.52 Interaksi ini
akan memunculakan perekrutan, retensi, aktivasi sel mononuklear di plasenta dan dianggap
memediasi efek malaria pada hasil kelahiran. 52 Antibodi ibu terhadap VAR2CSA bersifat
protektif.52 Peradangan di plasenta akan ditandai dengan gangguan transportasi transplasental

26
glukosa dan asam amino dan gangguan sumbu hormon pertumbuhan mirip seperti hormon
insulin.52 Terjadi gangguan transportasi nutrisi saat melintasi plasenta sehingga diperburuk oleh
angiogenesis plasenta yang berubah dapat menyebabkan perubahan pada arsitektur vili dan luas
permukaan untuk pertukaran nutrisi serta gangguan aliran darah uteroplasenta.52 Akibatnya
terjadi perubahan secara histologis dan fungsional ini berpotensi besar pada gangguan
pertumbuhan janin.52 Hasil Data longitudinal Doppler sangat mendukung gagasan bahwa
malaria yang terjadi pada paruh pertama kehamilan dapat menyebabkan perubahan aliran darah
arteri umbilikalis dan pertumbuhan janin dalam kehamilan,serta ini dipengaruh oleh graviditas
dan status gizi ibu hamil.52
Awal peradangan sistemik (demam) yang disebabkan oleh parasit Plasmodium akan
melepaskan bahan glikolipid ke dalam aliran darah, yang mana memediasi pelepasan sitokin
proinflamasi seperti IL-6, IL-8, IL-12 dan IL-18.53 Bahan glikolipid akan mengaktifkan respon
inflamasi yang menandakan berbagai proses melalui reseptor seperti tol 2 (TLR-2) dan
akibatnya akan menghasilkan pelepasan prostaglandin melalui jalur COX-2 (jhosua D.2017).53
Prostaglandin akan mengikat reseptor transmembran yang berbeda pada otot polos uterus yang
beroperasi melalui G-protein coupled receptors (GPCR), mengaktifkan adenylate cyclase dan
merangsang fosfolipase C.53 Hal ini menyebabkan peningkatan pembentukan diasilgliserol
(DAG) dan inositol 1,4,5- trisphosphate (IP-3).53 Rangkaian reaksi ini menghasilkan
peningkatan kalsium intraseluler yang menyebabkan kontraksi uterus yang kuat yang pada
akhirnya akan menyebabkan pengusiran janin, sehingga menyebabkan keguguran. 53
Sitoadhesion dan sekuestrasi yang disebabkan oleh IRBC di pembuluh darah pusar
menghasilkan pembentukan simpul di tali pusat yang pada akhirnya mengurangi perfusi darah
plasenta.53 Akibatnya, ada penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke bayi yang sedang
berkembang yang menyebabkan kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan intrauterin, berat
badan lahir rendah, anemia janin dan kematian perinatal. 53Hal ini juga dapat menyebabkan
iskemia plasenta dan hipoksia janin karena suplai oksigen yang rendah, dan ini dapat
menyebabkan kematian sel karena apoptosis dan nekrosis.53
II.3.4 Faktor Resiko
Malaria pada kehamilan berpegaruh pada faktor lingkungan, parasit, dan ibu
mempengaruhi tingkat keparahan ibu hamil.52 Di daerah yang penularan malaria tinggi menjadi
beban utama malaria ada pada primigravida, sedangkan di daerah penularan rendah semua ibu
hamil berisiko untuk terinfeksi malaria.52 Secara keseluruhan, wanita hamil yang tinggal di
daerah dengan penularan rendah atau tidak stabil (episodik) memiliki sedikit atau tidak ada
kekebalan terhadap malaria sehungga menungkatkan risiko dua hingga tiga kali lebih tinggi
terkena penyakit parah dibandingkan dengan kontrol tidak hamil.52 P.falciparum biasanya
dikaitkan pada ibu hamil yang terinfeksi malaria yang lebih parah daripada P.vivax meskipun
P.vivax lebih mungkin terjadi pada ibu dengan sedikit imunitas yang didapat,serta Usia dan
graviditas ibu juga berperan dalam tingkat keparahan malaria pada kehamilan.52 Ibu yang lebih
muda berisiko lebih besar terkena infeksi malaria berat dibandingkan dengan ibu yang lebih tua
yang tampaknya memiliki perlindungan dari penyakit parah. 52 Di daerah penularan tinggi
seperti Afrika sub-Sahara ditemukan kasus terbanyak terjadi pada primigravida dan
sekundigravida meningkatkan risiko yang lebih besar terkena infeksi malaria berat
dibandingkan dengan multigravida tetapi hal ini tidak berlaku di daerah dengan penularan
rendah di mana multigravida belum pernah terpapar malaria mendaoatkan antibody.52 Wanita
hamil yang kekurangan gizi berisiko lebih tinggi mengalami hasil persalinan yang buruk.52

27
Wanita hamil dengan malnutrisi dan malaria berisiko lebih tinggi mengalami BBLR jika
dibandingkan dengan wanita yang hanya memiliki 1 faktor risiko tersebut. 52
II.3.5 Manifestasi Klinis
Demam merupakan gejala utama yang diduga berhubungan dengan proses skizogoni
(pecahnya merozoit/skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya.7 Pada daerah
hiperendemik sering ditemukan penderita dengan parasitemia yang tidak menunjukan gejala
demam.7Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam yang periodik,anemia dan
splenomegaly dan gejala prodromal seperti malaise,sakit kepala,nyeri pada
tulang/otot,anoreksia dan diare ringan.7 Efek klinik malaria yang terjadi ibu hamil lebih
tergantung pada tingkat kekebalan ibu hamil terhadap penyakit malaria yang lebih banyak
ditentukan dari tingkat transmisi malaria tempat wanita hamil tinggal/berasal. 7 Pada anamnesis
pasien malaria dalam kehamilan biasanya ditemukan:
a. Apabila terjadi pada seseorang yang berasal dari daerah endemis malaria dengan
demam akut dalam segala bentuk, dengan/tanpa gejalagejala lain
b. Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir
c. Riwayat tinggal di daerah malaria
d. Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.
Pemeriksaan organomegali tidak dapat diperiksa karena pasien dalam keadaan gravid.7
Di daerah endemis malaria di mana penderita telah mempunyai imunitas terhadap
malaria,gejala klasik dan dapat juga disertai gejala lain/gejala khas setempat, seperti
lemas,sakit kepala,mialgia,sakit perut,mual/muntah,dan diare.7 Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan:
a. Temperatur >37,5 ºC,
b. Pembesaran limpa,
c. Anemia,
d. gejala klasik malaria yang khas terdiri dari 3 stadium yang berurutan yaitu menggigil
(15-60 menit), demam (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam)
II.3.5 Diagnosis
Diagnosis malaria pada kehamilan sangat penting untuk mencegah dampak buruknya
yang terjadi pada ibu dan janin.51 Terkadang tanda klinis malaria pada wanita hamil biasanya
tidak spesifik,dan jika penularannya stabil, kebanyakan dari infeksi tidak menunjukkan
gejala.51 Mikroskopi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendiagnosis
malaria,termasuk selama kehamilan.51 Keuntungan yang kemungkinan dapat dilaukan untuk
menentukan kepadatan parasit dan spesiesnya,namun kelemahan utamanya, selain kebutuhan
catu daya biasa, adalah sensitivitasnya,yang tidak bisa di bawah 10-15 parasit per µl.51 Oleh
karena itu, sebagian besar wanita hamil yang terinfeksi tidak akan terdeteksi parasite karena
kepadatan parasit yang sangat rendah atau parasit yang terasing di dalam plasenta, meskipun
kedua kondisi tersebut sangat memiliki efek merusak yang kesehatan ibu dan keturunanya. 51
Pemeriksaan mikroskop pada darah tepi yang diambil selama kehamilan. 51 Tes diagnostik
cepat (RDT) yang dapat mendeteksi antigen malaria yang beredar dan juga dapat digunakan
secara umum.51 Sensitivitas RDT untuk mendiagnosis malaria pada kehamilan lebih rendah
daripada sensitivitas mikroskop.51 Waktu yang dibutuhkan untuk diagnosis lebih singkat
daripada untuk mikroskop dan pelatihan yang diperlukan untuk penggunaannya minima,

28
meskipun RDT dapat mendeteksi antigen malaria. 51 Penggunaan RDT tidak dapat
51
memperkirakan kepadatan parasite. Sensitivitas RDT pada darah tepi menggunakan
mikroskop perifer sebagai tes referensi diperkirakan 81% dan sensitivitas RDT pada darah
plasenta 81% digunakan mikroskop plasenta sebagai acuan. 51
II.3.6 Tatalaksana
Pengobatan malaria tanpa komplikasi terutama pada kehamilan menjadi keputusan
yang harus diperhatiakan baik dari segi tentang obat atau kombinasi obat yang akan digunakan
selama kehamilan akan bergantung pada tingkat keparahan penyakit ibu, kemanjuran obat,
toksisitas ibu dan janin, farmakokinetik kehamilan dan tingkat resistensi obat di daerah
tersebut.54 WHO memberi rekomedasi pada pengobatan malaria saat ini terutama pengobatan
malaria tanpa komplikasi pada kehamilan bergantung pada kombinasi artemisinin pada
trimester kedua dan ketiga sebagai pilihan pertama, sedangkan kina oral selama tujuh hari
adalah pilihan pertama pada trimester pertama kehamilan.54
Pengobatan yang dianjurkan agar wanita hamil dengan malaria dapat dirawat setelah
konfirmasi diagnosis parasitologis, mengurangi paparan antimalaria yang tidak perlu dari
keduanya. ibu dan janin.51 Menurut rekomendasi chloroquine, quinine, clindamycin dan
proguanil dapat dianggap aman pada trimester pertama.51 Malaria tanpa komplikasi pertama
trimester dapat diberikan kombinasi kina dan klindamisin untuk 7 hari dianjurkan dan pada
malaria berat obat antimalaria parenteral.51 Trimester kedua dan ketiga dapat menggunakan
ACT yang diketahui efektif atau 7 hari artesunat dan klindamisin atau kina 7 hari dan
klindamisin direkomendasikan untuk malaria tanpa komplikasi. 51 Dalam kasus malaria berat,
artesunat parenteral lebih disukai karena menyelamatkan nyawa ibu.51 Pada prinsipnya
pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang dewasa
lainnya,perbedaannya pada pemberian obat malaria berdasarkan umur kehamilan. 55 Pada ibu
hamil tidak diberikan primakuin.55 Pengobatan Malaria falcifarum pada ibu hamil yang umur
kehamilan pengobatan trimester I (0-3 bulan) kina tablet dengan klindamisin selama 7
hari,trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari,Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet
selama 3 hari.55 Pengobatan Malaria vivaks pada ibu hamil trimester I (0-3 bulan) kina tablet
selama 7 hari,trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari,trimester III (7-9 bulan) ACT
tablet selama 3 hari dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari. 55 Pengobatan malaria
berat pada ibu hamil dilakukan dengan memberikan kina HCl drip intravena pada trimester
pertama dan artesunat/artemeter injeksi untuk trimester 2 dan 3.55
Kelompok yang berisiko tinggi pada ibu hamil dilakukan penapisan/skrining terhadap
malaria yang dilakukan sebaiknya sedini mungkin atau begitu ibu tahu bahwa dirinya hamil.54
Pada fasilitas kesehatan, skrining ibu hamil dilakukan pada kunjungannya pertama sekali ke
tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan.54 Selanjutnya pada ibu hamil juga dianjurkan
menggunakan kelambu berinsektisida setiap tidur Penatalaksanaan non-medikamentosa yang
dilakukan yaitu observasi tanda vital ibu, denyut jantung janin, menghindari gigitan nyamuk
Anopheles dengan menggunakan kelambu dan obat nyamuk,membunuh nyamuk dewasa,
menguras air genangan dimana dapat membunuh jentik nyamuk,beristirahat yang cukup dan
meningkatkan daya tahan tubuh melalui vaksinasi.7

29
II.3.7 Komplikasi
Malaria pada kehamilan sangat rentan baik pada ibu hamil dan bayi yang dikandung
dan infeksi malaria selama kehamilan berakibat janin berisiko.52 Malaria dalam kehamilan
dikaitkan dengan anemia, lahir mati, berat badan lahir rendah dan kematian ibu dan janin.52
Berdasarkan efek klinis malaria pada wanita hamil sangat bervariasi dari tanpa gejala hingga
anemia berat dan kematia.52 Wanita yang tinggal di daerah dengan penularan malaria rendah
yang memiliki tingkat kekebalan yang lebih rendah lebih mungkin untuk mengalami
komplikasi seperti gagal ginjal, edema paru,malaria serebral. hipoglikemia, sindrom gangguan
pernapasan akut,kematian,infeksi plasenta dengan malaria, kelahiran premature,malaria
congenital,abortus.52

30
II.4 Kerangka Teori
Bagan II.4 Kerangka Teori
Variaben Idenpendent Variabel Dependent

Malaria Kehamilan

Agen Penyakit
malaria: Paritas
Plasmaodiaum
falciparum Usia Kehamilan:

Plasmodium vivax Trimester I

Plasmodium ovale Trimester II

Plasmodium malariae Trimester III

Plasmodium knowlesi
Antenatal Care
Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Diagnosis

Komplikasi

Tatalaksana

31
II.5 Kerangka Konsep
Bagan II.5 Kerangka Konsep

Agen Penyakit malaria:


Plasmaodiaum falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium ovale
Plasmodium malariae
Plasmodium knowlesi

malaria pada kehamilan


Manifestasi Klinis Malaria

Diagnosis Hasil Lab

Komplikasi Malaria

Tatalaksana Malaria

32
BAB III
METODE PENELITIAN
III. 1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan Survei
Descriptive analitik yang akan mendeskripsikan kondisi penyakit yang dalam populasi
tertentu. Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional.
III. 2 Waktu dan Tempat Penelitian
III. 2.1 Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian selama bulan Juni-Juli 2021.
III. 2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Timika Jaya yang beralamat di jalan
Jalan,Timika Jaya Kelurahan Timika Jaya, Kec. Mimika Baru, Kab. Mimika. Papua.
III. 3 Populasi dan Sampel Penelitian
III. 3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melakukan antenatal
care selama masa kehamilan di Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020.
III. 3.2 Sampel
Sampel pada penelitian yang digunakan adalah total sampling dari semua
populasi ibu hamil yang positif malaria pada pemeriksaan sediaan hapusan darah tepi
selama masa kehamilan di Puskesmas Timika Jaya Tahun 2018-2020.
III.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
III.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini merupakan ibu hamil yang ditemukan
parasite malaria pada pemeriksaan sediaan hapus darah tepi yang tercatat dalam rekam
medis.
III.4.2 Kriteria Ekslusi
Kriteria Eksklusi pada penelitian ini merupakan ibu hamil yang tidak ditemukan
parasite malaria pada pemeriksaan hapusan darah tepi yang tercatat dalam rekam medis.
III.5 Variabel Penelitian
III.5.1 Variabel Dependent
Variable bebas pada penelitian ini adalah ibu yang hamil di Puskesmas Timika
Jaya Periode 2018-2020.

33
III.5.2 Variabel Independent
Variable terikat pada penelitian ini adalah ibu hamil terinfeksi malaria di
Puskesmas Timika Jaya Periode 2018-2020.
III.6 Pengolahan dan Analisa Data Penelitian
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang di ambil dari rekam medis
dan laboraturium malaria di Puskesmas Timika Jaya Periode 2018-2020. Data yang telah
dikumpulkan diolah didalam computer,data akan dianalisa secara descriptive, kemudian
hasilnya akan di buat dalam bentuk presentase,tabel.
III.7 Definisi Operasional Penelitian
Tabel II.7.1 Definisi Operasional Penelitian

Variable Definisi Indicator Cara ukur dan Keterangan Skala


Alat Ukur
Demografi Adalah 1. Usia ibu hamil a. Rekam 1. < 20 Tahun Noninal
malaria gambaran yang terinfeksi medik 2. 20-35 Tahun Ordinal
pada ibu malaria pada malaria pasien 3. > 35 Tahun
hamil ibu hamil di 2. Pendidikan b. Data 1. Tidak Sekolah
populasi ibu hamil yang Pasien 2. SD
terinfeksi yang 3. SMP
malaria terdapat 4. SMA
pada 5. S1-S3
Rekam
3. Pekerjaan Ibu medik 1. Tidak Bekerja
hamil yang 2. Buruh
terinfeksi 3. Petani
malaria 4. Pedagang
5. PNS
6. Pegawai Swasta
7. TNI
8. Dll
4. Paritas ibu
hamil yang 1. Primigravida
terinfeksi 2. Multigravida
malaria
Usia Adalah 1. Data usia Rekam medis 1. Trimester 1 Ordinal
Kehamilan rentang waktu kemilan ibu pasien 2. Trimester 2
perkembangan yang terinfeksi 3. Trimester 3
janin pada malaria
tubuh ibu
hamil yang
terinfeksi
malaria

34
Gejala Tanda yang 1. Ibu hamil Rekam medis 1. Demam Nominal
Klinis dikeluhkan yang terinfeksi 2. Mual
pada ibu malaria 3. Muntah
hamil yang selama 4. Sakit kepala
terinfeksi kehamilan 5. Penurunan
malaria kesadaran
6. Kejang
7. Skera ikterik
8. Pembesaran limpa
9. Pembesaran hepar
10. Nyeri otot/pegal-
pegal
11. Berkeringat
12. Kunjungtiva dan
telapak tangan
pucat
Hasil lab Adalah 1. Hasil Hb Hasil laboratrium 1. < 12 g/dl Ordinal
pemeriksaan pasien ibu pada rekam medis 2. 12-14 g/dl
tambahan hamil yang 3. > 14 g/dl
pada ibu terinfeksi
hamil malaria
dilakukan 2. Hasil Leukosit 1. <5.000 ul
untuk Ibu hamil 2. 5.000 – 10.000 ul
menentukan yang terinfeksi 3. > 10.000 ul
indikasi atau malaria
diagnose 3. Hasil eritrosit
mengenai Ibu hamil 1. < 40 juta/l
kondisi pasien yang terinfeksi 2. 40-50 juta/l
selama malaria di 3. >50 juta/l
terinfeksi
malaria.
Jenis Adalah jenis- Hasil pemeriksaaan Hasil 1. Plasmodium Nominal
Plasmodium jenis Hapusan Darah Tepi laboratorium pada falcifarum
plasmodium ibu hamil yang rekam medis 2. Plasmodium
yang terinfeksi malaria pasien vivax
menginfeksi 3. Plasmodium
ibu hamil Malariae
4. Plasmodim
Ovale
5. Malaria
Knowlesi
Komplikasi Adalah hasil 1. Jumlah Rekam medis 1. Anemia Nominal
malaria akhir yang komplikasi 2. Edema paru
terjadi pada pada ibu hamil 3. Abortus
ibu hamil yang 4. Malaria cerebral
yang disebabkan 5. BBLR
terinfeksi oleh penyakit 6. Lahir prematus
malaria malaria 7. Kematian
neonatal
8. Koma

35
9. Hipoglikemik
10. Gagal ginjal akut
11. Infeksi plasenta
12. Gangguan
elektrolit

III.8 Alur Penelitian


Bagan III.8 Alur Penelitian
Penyusunan Proposal dan syarat
permintaan data

Penyerahan proposal dan syarat permintaan data pada Badan


Penelitian dan Observasi Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika

Pengambilan file data sekunder dari Puskesmas Timika Jaya

Pengolahan file data sekunder dari Puskesmas Timika Jaya

Melaporkan Hasil

36
DAFTAR PUSTAKA
1. BPS Kabupaten Mimika, editor. Catalog : 1102001.9412 BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN MIMIKA BPS-STATISTICS OF MIMIKA REGENCY. Timika: 2020;
2. Fitriani Anissa. Rekapitulasi Jumlah Ibu Hamil, Ibu Bersalin, dan Ibu Nifas di
Indonesia Menurut Provinsi, Tahun 2018.Purworejo.2019 yang diakses pada tanggal
29/03/2021 melalui alamat web:
https://www.researchgate.net/publication/335523196_Rekapitulasi_Jumlah_Ibu_Hamil
_Ibu_Bersalin_dan_Ibu_Nifas_di_Indonesia_Menurut_Provinsi_Tahun_2018
3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018]
[Internet]. 2019. 207 p. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
4. Dharmayanti I, Azhar K, Hapsari D, H PS. Quality Antenatal Care Services Used by
Pregnant Women for Childbirth Preparation in Indonesia. J Ekol Kesehat.
2019;18(1):60–9.
5. Cameron L, Suarez DC, Cornwell K. Understanding the determinants of maternal
mortality: An observational study using the Indonesian Population Census. PLoS One.
2019;14(6):1–18.
6. Kesete Y, Mhretab S, Tesfay M. Prevalence of Malaria from Blood Smears
Examination: A Three-Year Retrospective Study from Nakfa Hospital, Eritrea. 2020;1–
5.
7. Rehana I, Mutiara H, Kedokteran F, Lampung U. Penatalaksanaan Malaria dalam
Kehamilan. Medula Unila. 2017;7(3):41–5.
8. Talapko J, Škrlec I, Alebić T, Jukić M, Včev A. Malaria: The past and the present.
Microorganisms. 2019;7(6).
9. Dhiman S. Correction to: Are malaria elimination efforts on right track? An analysis of
gains achieved and challenges ahead (Infectious Diseases of Poverty DOI:
10.1186/s40249-019-0524-x). Infect Dis Poverty [Internet]. 2019;8(1):1–19. Available
from: https://idpjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40249-019-0527-7
10. Herrador Z, Fernández-Martinez B, Quesada-Cubo V, Diaz-Garcia O, Cano R, Benito
A, et al. Imported cases of malaria in Spain: Observational study using nationally
reported statistics and surveillance data, 2002-2015. Malar J [Internet]. 2019;18(1):1–
11. Available from: https://doi.org/10.1186/s12936-019-2863-2
11. Mbanefo A, Kumar N. Evaluation of malaria diagnostic methods as a key for successful
control and elimination programs. Trop Med Infect Dis. 2020;5(2).
12. World Health Organization. World Malaria Report 2020: 20 years of global progress
and challenges Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO. Vol. WHO/HTM/GM, World Health.
2020. 238 p
13. Afridi SG. The Incidence of Malaria in Human Population of Shergarh District Mardan
Pakistan. Biomed J Sci Tech Res. 2019;18(5):13881–4.
14. Zohra AF, Anwar S, Fitri A, Nasution MH. Klasifikasi Wilayah Provinsi Aceh
Berdasarkan Tingkat Kerentanan Kasus Malaria Tahun 2015 – 2018. J Kesehat
Lingkung Indones. 2019;18(1):25.
15. Lee J, Ryu JS. Current status of parasite infections in Indonesia: A literature review.
Korean J Parasitol [Internet]. 2019;57(4):329–39. Available from:

37
https://www.researchgate.net/publication/335606027_Current_Status_of_Parasite_Infec
tions_in_Indonesia_A_Literature_Review
16. Jiero S, Pasaribu AP. Haematological profile of children with malaria in Sorong, West
Papua, Indonesia. Malar J [Internet]. 2021;20(1):1–12. Available from:
https://doi.org/10.1186/s12936-021-03638-w
17. Asmara IGY. Infeksi Malaria Plasmodium knowlesi pada Manusia. J Penyakit Dalam
Indones. 2019;5(4):200–8.
18. Global Malaria Programme: WHO Global. World malaria report 2019. WHO Reg Off
Africa [Internet]. 2019;(December). Available from: https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/malaria
19. SIMON-OKE IA. Prevalence of Malaria Parasites among Pregnant Women and
Children under Five years in Ekiti State, Southwest Nigeria. J Biomed Transl Res.
2019;5(1):5.
20. Kenangalem E, Rini J, Id P, Id NMD, Burdam H, Gdeumana K, et al. Malaria
morbidity and mortality following introduction of a universal policy of artemisinin-
based treatment for malaria in Papua , Indonesia : A longitudinal surveillance study.
Plos Med [Internet]. 2019;16(5). Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31167228/
21. Katarina Iit1 ML. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN
KUNJUNGAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS BANJAR SERASAN KOTA
PONTIANAK TAHUN 2019. J KEBIDANAN [Internet]. 2020;10(1). Available from:
http://jurnal.akpb-pontianak.ac.id/index.php/123akpb/article/view/92/86
22. Agustine U, Christina M, Sukartiningsih E. Keterkaitan Sosial Budaya Dengan
Pelaksanaan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kambaniru. J
Kesehat Prim. 2019;4(1):42–54.
23. Sukorini MU. Hubungan Gangguan Kenyamanan Fisik Dan Penyakit Dengan Kualitas
Tidur Ibu Hamil Trimester Iii. Indones J Public Heal. 2017;12(1):1.
24. Laurelee Sherwood. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8th ed. Octavius H, Mahode
albertus agunng, dian rahmadhani, editors. Jakarta: PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN EGC; 2014. 816–825 p.
25. F Gary Cunnigham, Kenneth J Leveno, Bloom SL, Catherine Y Spong, Hauth JC,
Rouse DJ, editors. OBSTETRI WILLIAMS. edisi 23. Jakarta: PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN EGC; 2009. 113-116,200-209 p.
26. Lily Yulaikhah S si. . Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan. Vol. 53, Journal of
Chemical Information and Modeling. 2019. 1689–1699 p.
27. Prasetyaningsih. Hubungan Umur, Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Pariaman Tahun 2018.
J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2020;11(1):62–9.
28. Sari priyanti, Dian Irawati, Agustin Dwi Syalfina. Frekuensi Dan Faktor Risiko
Kunjungan Antenatal Care. J Ilm Kebidanan (Scientific J Midwifery). 2020;6(1):1–9.
29. Nengah N, Artini Y, Tatontos EY, Kesehatan JA, Mataram PK, Info A. Analisis Jenis
Plasmodium Penyebab Malaria. Anal Jenis Plasmodium Penyebab Malar Terhadap
Hitung Jumlah Trombosit. 2019;2–4.
30. Kahar F, Kesehatan P, Semarang K. STUDI INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN
DIAGNOSIS POSITIF MALARIA ( Study of ethrosite index in malaria positive
diagnosis patients ) Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan

38
Masyarakat Study of ethrosite index in malaria positive diagnosis pat. J Sulolipu Media
Komun Sivitas Akad dan Masy. 2021;20(January):175–85.
31. Sutarto, Cania E. Faktor Lingkungan, Perilaku dan Penyakit Malaria. Agromed Unila.
2017;4(1):271–8.
32. Cook J, Reid H, Iavro J, Kuwahata M, Taleo G, Clements A, et al. Julia Fitriany 1 ,
Ahmad Sabiq 2 1 2. Malar J [Internet]. 2018;4(1):10–31. Available from:
https://dx.plos.org/10.1371/journal.pntd.0004195%0Ahttp://malariajournal.biomedcentr
al.com/articles/10.1186/s12936-016-1588-
8%0Ahttps://www.ajtmh.org/content/journals/10.4269/ajtmh.2012.11-
0577%0Ahttp://bmcmedicine.biomedcentral.com/articles/10.1186/s1291
33. Kesehatan K, Indonesia R. Plasmodium Knowlesi: Distribusi, Gambaran Mikroskopis,
Gejala Penderita Dan Vektor Potensial. J Ekol Kesehat. 2016;13(3 Sep):201-209–209.
34. SAVERA NY. Stadium dan Tingkat Parasitemia Plasmodium Falciparum pada Sediaan
Darah Malaria Stages and Levels of Plasmodium Falciparum Parasitemia in Malaria
Blood Preparations Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang Jl .
Wolter Monginsidi Pedurungan Te. 2019;01(01):22–6.
35. Inge Susanti WP. BUKU AJAR PARASITOLOGI KEDOKTERAN. keempat. Sutanto
I, Ismid IS, Pudji K S, Sahela S, editors. Jakarta: Badan Penerbit FKUI,Jakarta; 2008.
189–217 p.
36. Rossati A, Bargiacchi O, Kroumova V, Zaramella M, Caputo A, Garavelli PL. Climate,
environment and transmission of malaria. Infez Med. 2016;24(2):93–104
37. Romi T, Putra I. Malaria Dan Permasalahannya. J Kedokt Syiah Kuala.
2011;11(2):103–14.
38. Hakim L. Malaria Epidemiology and Diagnostic. Aspirator J Vector Borne Dis Stud.
2011;3(2):107–16
39. Pratama GY. Nyamuk Anopheles sp dan faktor yang mempengaruhi di Kecamatan
Rajabasa, Lampung Selatan. J Major [Internet]. 2015;4(1):20–7. Available from:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/496
40. Kazwaini M, Mading M. MALARIA DI PULAU SUMBA PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR The Species and Status of Anopheles spp . as Potential Vector of
Malaria in Sumba Island East Nusa Tenggara Province. J Ekol Kesehat. 2015;14
N0.2:96–105.
41. Natalia D. Peranan Trombosit Dalam Patogenesis Malaria. Maj Kedokt Andalas.
2015;37(3):219.
42. Alami R, Adriyani R. Tindakan Pencegahan Malaria Di Desa Sudorogo the Prevention
of Malaria At Sudorogo Village Kaligesing. J Promkes. 2016;4(2):199–211.
43. AH.P. Mawuntu. Malaria Serebral. Saintika Med. 2017;7(2):1–21.
44. Siahaan L. Laboratory diagnostics of malaria. IOP Conf Ser Earth Environ Sci.
2018;125(1)
45. lewes K, Leopold SJ, Kingston HWF, Dondorp AM. Malaria: What’s New in the
Management of Malaria? Infect Dis Clin North Am. 2019;33(1):39–60.
46. Trampuz A, Jereb M, Muzlovic I, Prabhu RM. Clinical review: Severe malaria. Crit
Care. 2003;7(4):315–23
47. Siregar ML. Malaria Berat Dengan Berbagai Komplikasi. J Kedokt Syiah Kuala.
2015;15(3):149–56.

39
48. Anggraeni I, Nurrachmawati A. Pendekatan Positive Deviance untuk Pencegahan
Malaria dalam Kehamilan [Internet]. 2020. Available from:
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/4460/Pencegahan Malaria
Dalam Kehamilan.pdf?sequence=1
49. Saba N, Sultana A, Mahsud I. Outcome and Complications of Malaria in Pregnancy.
Gomal J Med Sci. 2008;6(2):98–101
50. Sofia R. Malaria Asimtomatik : Tantangan Dalam. J Kedokt dan Kesehat Malikussaleh.
2015;8.
51. Takem EN, D’Alessandro U. Malaria in pregnancy. Mediterr J Hematol Infect Dis.
2013;5(1).
52. Bauserman M, Conroy AL, North K, Bose C, Meshnick S, Hill C, et al. HHS Public
Access. Author Manuscr Semin Perinatol Author manuscript; available PMC 2021 Febr
19 Publ. 2021;43(5):282–90.
53. Djabanor J, Quansah E, Asante D. Effects of Malaria in Pregnancy (MiP) on Pregnancy
Development and its Outcome: a Critical Review. J Appl Biol Biotechnol.
2017;5(02):8–16.
54. Coll O, Menendez C, Botet F, Dayal R, Carbonell-Estrany X, Weisman LE, et al.
Treatment and prevention of malaria in pregnancy and newborn. J Perinat Med.
2008;36(1):15–29.
55. Direktur Jenderal P2PL KKRI. Pedoman Manajemen Malaria. Buku Pedoman
[Internet]. 2015;1–150. Available from: http://ppid-
dinkes.sumselprov.go.id/download/107

40

Anda mungkin juga menyukai