Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL : DISTRESS SPIRITUAL

Disusun Oleh :
1. Anisah Diya A 2720170047
2. Fani Oktaviani 2720170018
3. Laras Gumilang 2720170016
4. Rizna Renwarin 2720170020

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFIIYAH
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunianya serta kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial :
Distress Spiritual.

Makalah ini merupakan tugas kelompok. Kami mengucapkan terimakasih kepada


dosen kami bu Ns. Zuhriya Meilita, S.Kep, M.Kep serta semua pihak yang ikut
membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan kita semua. Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 Juni 2019

Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spiritual adalah suatu akitivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang
berhubungan dengan kegiatan spiritual atau agama. Distress Spiritual merupakan merupakan
suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang
tidak sesuai dengan keyakinan atau kepecayaan pasien dalam menerima kenyataan yang
terjadi . Bagi individu yang mengalami masalah bencana, Ketidaknyamanan akibat
permasalahan-permasalahan akan menimbulkan pertanyaan bagi klien tentang kejadian yang
akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Klien terkadang ragu terhadap spiritual atau agama
yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan atau
dipertimbangkan bila klien mengeluh gejala-gejala fisik dan tidak berespon terhadap
intervensi yang efektif. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
spiritual keluarga. Seseorang belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai
moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau
sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap
individu. Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang
diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya. Krisis dan perubahan dapat
menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang distress spiritual
2. Untuk mengetahui tentang psikopatologi atau psikodinamika
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang diagnosa medis dan diagnosa keperawatan
4. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan distress spiritual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus


Seorang pasien wanita berusia 25 tahun di diagnosa medis menderita AIDS.
Pasien tersebut dibawa keluarganya ke RS dalam keadaan lemas, pucat, dan kurus.
Setelah dilakukan perawatan, pasien menolak untuk makan, pasien juga sering menangis
dan berteriak-teriak. Setelah dilakukan pengkajian, keluarganya mengatakan bahwa dia
belum menikah dan memiliki seorang kekasih. Namun, sejak pasien sakit, kekasihnya
tidak pernah datang ke rumahnya baik untuk menjenguk ataupun menelepon. Keluarga
juga mengatakan bahwa pasien tidak mau berdoa lagi karena pasien berkata bahwa Tuhan
sudah jahat kepadanya. Pasien tersebut ingin segera meninggal karena ingin segera
bertemu Tuhan untuk protes mengenai masalahnya.
2.2 Pengertian
Menurut Mirowsky dan Ross (2003) distress diakibatkan oleh dua bentuk utama
yaitu depresi dan kecemasan. Depresi adalah perasaan sedih, kehilangan semangat,
kesepian, putus asa, atau tidak berharga, berharap orang lain mati, kesulitan tidur,
menangis, merasa segala sesuatu adalah sebuah usaha, dan tidak mampu untuk pergi.
Kecemasan adalah ketegangan, gelisah, khawatir, marah, dan takut.
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang
dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu
kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala
kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005). Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan
arti kehidupannya.
Karakteristik pasien yang mengalami distres spiritual menurut Dover (2001)
antara lain: pasien putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, menganggap dirinya
dijauhi Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah.
2.3 Psikopatologi/Psikodinamika
A. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor Predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.
Faktor Predisposisi psikologi meliputi kecerdasan, keterampilan verbal, moral,
pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pola asuh, pertahanan psikologi, dan
kontrol.
B. Faktor Presipitasi
 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,
kelompok maupun komunitas
Penilaian Terhadap Stressor :
• Respon Kognitif
• Respon Afektif
• Respon Fisiologis
• Respon Sosial
• Respon Perilaku
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan
2.4.1 Diagnosa Medis
1. Stress
2. Depresi
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Keputusasaan yang berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang
peduli, termasuk Tuhan
2. Distress Spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan
nilai, tes keyakinan spiritual (Sumber: Wilkinson, 2005)
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Terapi Medis
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah
masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
2.5.2 Terapi Keperawatan
Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk mencapai
tujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan spiritual sehingga
kepuasan spiritual dapat terwujud. Rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan berdasarkan NANDA (2012) meliputi :
a. Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji sumber-
sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat pasien tentang
hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi, waktu dan tempat bagi
pasien untuk melakukan praktek spiritual, menjelaskan pentingnya hubungan
dengan Tuhan, empati terhadap perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka
agama, meyakinkan pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b. Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan semua
prosedur dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur, mendampingi
pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut, memberikan
informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga untuk mendampingi
pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi, mendengarkan pasien dengan aktif, membantu pasien mengenali
situasi yang menimbulkan kecemasan, mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi.
c. Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau ancaman dalam
kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal pasien, memberikan rasa
aman.
Menurut jurnal The spiritual distress assessment tool: an instrument to assess
spiritual distress in hospitalised elderly persons (2010) Distress spiritual bisa dinilai
dengan menggunakan model kebutuhan spiritual yang disebut dengan SDAT (Spiritual
Distress Assessment Tool). SDAT adalah prosedur penilaian formal untuk
mengidentifikasi kebutuhan rohani yang belum terpenuhi, mencetak hasil sejauh mana
kebutuhan rohani tetap terpenuhi dan untuk menentukan kehadiran distress spiritual.
Hasil awal menunjukkan bahwa SDAT adalah instrumen yang diterima untuk menilai
distress spiritual seseorang di rumah sakit. Instrumen ini menyediakan alat untuk
komunikasi dengan kosakata yang baik , dan memberikan dasar baru untuk
mengintegrasikan spiritualitas ke dalam rencana pasien perawatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan
kemampuan memaknai hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, atau dengan
kekuatan yang lebih tinggi. Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual
adalah distress spiritual, yaitu kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Pengalaman hidup baik
yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Krisis
dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami
ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan
bahkan kematian.

3.2 Saran
Perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama
24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Oleh karena itu, sebagai perawat yang profesional harus memiliki pengetahuan dan skill
menangani klien dengan distress spiritual. Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada
klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai
alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi asuhan spiritual.
LAMPIRAN

Skenario Role Play

Seorang pasien wanita berusia 25 tahun di diagnosa medis menderita AIDS.


Pasien tersebut dibawa keluarganya ke RS dalam keadaan lemas, pucat, dan kurus.
Setelah dilakukan perawatan, pasien menolak untuk makan, pasien juga sering menangis
dan berteriak-teriak. Setelah dilakukan pengkajian, keluarganya mengatakan bahwa dia
belum menikah dan memiliki seorang kekasih. Namun, sejak pasien sakit, kekasihnya
tidak pernah datang ke rumahnya baik untuk menjenguk ataupun menelepon. Keluarga
juga mengatakan bahwa pasien tidak mau berdoa lagi karena pasien berkata bahwa Tuhan
sudah jahat kepadanya. Pasien tersebut ingin segera meninggal karena ingin segera
bertemu Tuhan untuk protes mengenai masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Manod.S,Jobin.G,dkk.2010.The spiritual distress assessment tool: an instrument to assess
spiritual distress in hospitalised elderly persons. Jurnal BMC Geriatrics, 10:88
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006.
Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika
Nursalam dan Dian N.2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV. Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai