Anda di halaman 1dari 4

Administrasi perpajakan

A. Definisi
Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Administrasi perpajakan diperlukan untuk proses
pengenaan dan pemungutan pajak. Penilaian keberhasilan penerimaan pajak menurut
Nasucha (2004) dalam Rahayu dan Lingga (2009) perlu memperhatikan pencapaian sasaran
administrasi perpajakan, antara lain: peningkatan kepatuhan para pembayar pajak,
pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal
dengan biaya yang optimal.
Administrasi perpajakan ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.
Bagi Rapina dkk (2011), administrasi perpajakan dalam arti sempit merupakan
penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik
penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di Kantor Pajak maupun di tempat wajib pajak.
Dalam arti luas, administrasi perpajakan dipandang sebagai: fungsi, sistem, dan lembaga.
Sebagai fungsi, administrasi perpajakan meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian perpajakan. Sebagai suatu sistem, administrasi perpajakan
merupakan seperangkat unsur (subsistem) yaitu peraturan perundangan, sarana dan prasarana,
dan Wajib Pajak yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menjalankan fungsi dan
tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai lembaga, administrasi perpajakan
merupakan institusi yang mengelola sistem dan melaksanakan proses pemajakan.
Administrasi perpajakan merupakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang
dilakukan dalam upaya memungut potensi pajak yang ada menjadi penerimaan riil, terdiri
dari tahapan aktivitas menentukan wajib pajak, menetapkan nilai kena pajak dan
membukukan penerimaan. Safri Nurmantu (2003) menyatakan bahwa administrasi
perpajakan sebagai prosedur meliputi tahap-tahap pendaftaran Wajib Pajak (tax payer),
penetapan dan penagihan. Adanya tahap-tahap yang tidak solid dalam upaya memungut
potensi pajak dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan seperti penyelundupan pajak
(tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance). Dalam Laporan Bank Dunia,
Summers (1991) menyatakan bahwa administrasi perpajakan yang lemah mengurangi
efektivitas struktur pengenaan pajak dan meningkatkan penyimpangan.
Administrasi memegang peranan penting bagi keberlangsungan suatu sistem perpajakan.
Pada kondisi terkini, dan pengalaman di berbagai Negara berkembang, kebijakan perpajakan
(tax policy) yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan
penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu
melaksanakannya. Pendapat ini diperkuat oleh Nasucha (2004) yang menyebutkan bahwa isu
sentral atas keberhasilan reformasi administrasi perpajakan adalah kapasitas administrasi
perpajakan dalam mengimplementasikan struktur perpajakan (yang sudah ada) secara efisien
dan efektif.

B. Pembahasan
Berdasarkan kepada Praktikum Perpajakan yang telah penulis laksanakan di Kantor
Desa Cinunuk kami telah meneliti bahwasannya kantor desa cinunuk membayar pajak
dua kali pembayaran dalam setahun per semester atau setiap enam bulan sekali. Berbeda
dengan desa pada umumnya yang melaksanakan pembayaran pajak tiga kali dalam
setahun. Hal ini terjadi karena Desa Cinunuk telah menjadi Desa Mandiri sehingga
penerimaan Anggaran Keuangan dari APBN atau APBD dilaksanakan setiap enam bulan
sekali atau dua kali dalam setahun.
Dalam tahapan administrasi perpajakan Kantor Desa Cinunuk biasanya dimulai pada
tanggal 31 Desember atau akhir tahun pihak Desa akan menerima surat dari pihak pajak
untuk menyusun dokumen tentang apa saja yang akan dilaksanakan di desa. Kemudian
pada awal Januari, setelah penyusunan dokumen Desa wajib menyerahkan program-
program kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan di tahun nanti ke depan misalnya di
tahun berjalan. Kemudian Pihak pajak itu secara otomatis Menghitung apa saja yang kena
pajak Atau tidak, seperti di bidang pembangunan, bidang pemberdayaan, dan bidang
pembinaan. Biasanya pajak – pajak yang dikeluarkan oleh Desa ialah :
1. Pajak Dana Desa Atas Belanja Tenaga Orang Pribadi
PPh Pasal 21: Pajak yang dipotong atas pembayaran berupa gaji, upah, honorarium,
dan pembayaran lain yang diterima oleh Orang Pribadi (OP)
2. Pajak Dana Desa Atas Belanja Barang
PPh Pasal 22: Pajak yang dipungut dari Pengusaha/Toko atas pembayaran atas
pembelian barang dengan nilai pembelian diatas Rp 2.000.000,- tidak terpecahpecah.
3. Pajak Dana Desa Atas Belanja Jasa
PPh Pasal 23: Pajak yang dipotong dari penghasilan yang diterima rekanan atas sewa
(tidak termasuk sewa tanah dan atau bangunan), serta imbalan jasa manajemen, jasa
teknik, jasa konsultan dan jasa lain.
4. Pajak Dana Desa Atas Belanja Konstruksi
PPh Pasal 4 Ayat 2: Pajak yang dipotong atas pembayaran  Jasa Konstruksi, dalam hal
ini terdapat 2 perbedaan:
- Perencana / Pengawas Kontruksi
- Pelaksana KontruksI
5. Pajak Dana Desa Atas Belanja Sewa Tanah & Bangunan
PPh Pasal 4 Ayat 2: Pajak yang dipotong atas pembayaran :
1. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
2. Persewaan tanah dan atau bangunan
6. Pajak Pertambahan Nilai ( PPN )
Pemungutan atas pembelian barang atau jasa yang jumlahnya diatas Rp. 1.000.000,00
tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah dengan besaran pajak 10% dari
pembelian barang atau jasa.
Setelah mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar maka pihak desa akan
membayar pajak melalui pos atau media online. Dari tahapan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pihak desa harus menyerahkan DRK atau daftar kegiatan yang akan dilaksanakan
di tahun berjalan kepada pihak pajak atau Direktorat Pajak untuk dihitung besaran
pajaknya. Kemudian pajak dibayarkan setiap enam bulan sekali dan jika di akhir semester
pihak desa belum membayar pajak maka biasanya Desa akan menerima Surat Teguran.
Maka dari itu maksimal tanggal 30 bulan Juni Pihak Desa harus membayar pajak di
semester awal dan nanti di semester kedua membayar pajak kembali.
Setelah perhitungan dan pembayaran pajak diketahui jumlahnya setiap semester maka
harus dilaporkan kepada Inspektorat Bidang Pemeriksaan Keuangan di tingkat kabupaten
dan kecamatan untuk diketahui sudah membayar pajak atau belum.

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi, Djoned (2005). Administrasi Perpajakan. Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan


Akuntansi Pemerintah. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan,
Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Rapina, Jerry, dan Carolina (2011). “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Cibeunying” Jurnal Riset Akuntansi Volume III Nomor 2 Oktober
2011.
Safri, Nurmantu (2003). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Kelompok Yayasan Obor.
Sofyan, Markus Taufan (2005). “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di
Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar. “ Jakarta:
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Unknown. (2015). MAKALAH PERPAJAKAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MODERN.  Retrieved July 7, 2022, from

Anda mungkin juga menyukai