Anda di halaman 1dari 6

Rangkuman buku Fiqh Usul Fiqh

Karangan Syekh Abdul Wahab Kholaf

Disusun oleh :

Ahmad Rico Faiz Fauzi 212105020106

Ahmad Baihaqi 213105020003

Muhammad Ali Ma’shum 212105020108

KAIDAH USHULIYAH

A. PENGERTIAN KAIDAH USHULIYAH


Adalah kaidah-kaidah yang dipakai para ulama’ untuk menggali hokum-
hukum yang ada dalam Al-Quran dan As-sunnah yang mana kaidah ini
sebenarnya berdasarkan makna dan tujuannya yang telah diungkapkan oleh
para ahli bahasa Arab.

1. ‘Amm
Definisi dari ‘Amm yaitu lafadz yang menunjukkan arti umum sesuai
dengan pengertian lafadz itu sendiri dan semuanya berlaku untuk ifrodnya.
Lafadz ‘Amm itu meliputi setiap apa yang ditetapkan, bahwa perjanjian
menyempitkan nyata. dari ini ditarik kesimpulan bahwa ‘Amm itu adalah
sifat lafadz. Karena menunjukkan arti semuanya. Dan jika lafadz ini hanya
seorang, atau satu kelompok maka bukan termasuk lafadz umum.

LAFADZ-LAFADZ UMUM
a. LAFADZ KULLI
Adalah tiap tiap dan lafadz jami’(segala). Contohnya :tiap tiap
pengembala itu akan di Tanya dari hal apa yang di kembalakannya
itu.Dia menjadikan untuk kamu apa apa yg di bumi ini
semuannya.Tiap tiap kesalahan yg terjadi itu menyusahkan.
b. MUFROD MU’ROF dengan Alif Lam
Perempuan berzina dan laki laki yang berzina

Laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri

Jenis itu di tetapkan pada tiap tiap kata itu,bukan hanya pada kata
khusus atau perkataan perkataan yang di khususkan.

c. JAMAK MU’RAF itu dengan Alif Lam

Perempuan-perempuan yang di talak itu menunggu(masa idah).

Jama’ mu’raf dengan idhafah,

Ambillah sedekah dari harta-harta mereka

d. ISIM MAUSHUL

Dan orang-orang yang menuduh perempuan perempuan yg baik


baik.
e. ISIM ISYARAT

Barang siapa yang membunuh orang mukmin karna tersalah


hendaklah memerdekakan seorang sahaya yang beriman .
f. Nakiroh pada pembicaraan nafi
Tidak menyusahkan dan tidak susah

Menurut sebagian ulama syafi’i mengatakan yang tidak di


khususkan dzahirnya pada umum dalam hal ini bukan qathi’ dia
adalah dzan menunjukkan semuanya. Apabila telah di tentukan ,
dia juga merupakan dzan menunjukkan ifrad yang masih tinggal
setelah di takhsiskan. Berdasarkan ini adalah sah mentakhsiskan
a’m dengan dalil dzan secara mutlak. Sama saja, baik yang

pertama ditakhsiskan itu maupun yang keduanya. Dzan itu


ditakhsiskan kepada dzan pula.

2. Khas
Apabila terdapat nash itu lafadz Khas menetapkan hukum bagi
yang ditunjukkannya secara qathi’ atau pasti. Apa yang tidak berdasarkan
dalil untuk mentakwilkannya dan yang di maksud makna lain darinya. Jika
terdapat secara mutlak di gunakan menetapkan hukum secara menyeluruh

Lafadz Khas yaitu lafadz yang di pakai untuk menunjukkan


seseorang misalnya , laki laki atau suatu gabungan misalnya,tiga belas ,
seratus ,kaum, jamak dan farik (terhimpun dan bercerai berai ). Selain itu
lafadz lafadz yang menunjukkan bilangan dari ifrad tetapi tidak
semuanya . hukum yang di pergunakan adalah firman allah yang berbunyi

maka kafarah sumpah itu adalah memberi makan 10 orang miskin


(QS 5:89)

yaitu wajib memberi makan 10 orang miskin, tidak kurang dan tidak
lebih dari 10 itu. Adapula hukum yang diambil dari hadits yang berbunyi

pada tiap-tiap 40 ekor kambing, seekor kambing


yaitu ukuran nishob yang wajib zakat. Bila kambing itu jumlahnya telah
sampai 40 ekor,dikeluarkan zakatnya seeekor.

3. ‘Amr
Adalah suatu tuntutan atau perintah untuk melakukan sesuatu dari
pihak yang kedudukannya lebih tinggi pada pihak yang tingkatannya lebih
rendah. Perintah untuk melakukan suatu perbuatan. Seumpamanya allah
swt berfirman QS.AN NAHL (16)

Sesunggunhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi bantuan kepada kerabat,dan dia melarang melakukan perbuatan
keji,kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Allah berfirman Qs Al-baqarah(2):178

Wahai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu


(melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya,
perempuan dengan perempuan.

Adapun kaidah-kaidah yang berhubungan dengan amar adalah sebagai


berikut:
1) Al-Ashl fi al-amrlil wujub (asal dari perintah adalah wajib)
Amar meskipun tidak disertai oleh penjelasan atau
qorinah apapun, menghendaki wajibnya pihak yang dikenal
amar untuk berbuat. Tidak dapat dipahami dari amar itu ada
amksud lain kecuali bila ada keterangan lain yang
menjelaskannya.
2) Dilalah al-amr a’la al-tikror aw al-wahdah
Menurut jumhur ulama usul fiqh, pada dasarnya suatu
perintah tidak menunjukkan harus berulang kali dilakukan
kecuali ada dalil untuk itu. Karena suatu perintah hanya
menunjukkan perlu terwudnya perbuatan yang diperintahkan
dan hal itu sudah bisa tercapai oleh perintah itu sendiri tetapi
oleh dalil lain.
3) Dilalah al amr A’la al fauri al Tarakhi
Suatu perintah tidak menghendaki untuk segera dilakukan
selama tidak ada dalil lain yang menunjukkan untuk itu , karna
yang di makasud oleh suatu perintah hanyalah terwujudnya
perbuatan yang di perintahkan.

4. NAHY
Secara ringkas adalah larangan melakukan suatu perbuatan yang
muncul dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Nahy
merupakan suruhan untuk meninggalkan suatu perbuatan atau suruhan
untuk tidak berbuat apa- apa.

a) .AL ASHL FI AL-NAHY AL- TAHRIM (pada dasarnya suatu


larangan menunjukkan hukum haram)
setiap larangan menunjukkan hukum haram melakukan
perbuatan yang di larang itu kecuali ada indikasi yang menunjukkan
hukum lain. Contoh ayat 151 QS al an’am
Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang
diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan
apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-
anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik
yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh
orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar.
Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.

b) AL ASHL FI AL-NAHY YATHLIQ AL-FASAD MUTHLAQAN


(suatu larangan menunjukkan fasda (rusak) perbuatan yang di
larang itu jika dikerjakan

menurut jumhur ulama’ hanafiyah,syafi’iyah, dan malikiyah


larangan seperti ini tidak mengakibatkan batalnya perbuatan itu jika
tetap dilakukan. Menurut sebagian madzhab hambali dan zahiri,
larangan dalam bentuk ini menunjukkan hukum batal, sama dengan
larangan terhadap esensi seperti perbuatan.

c) Al nahy ‘an al-syai amr bididdihi (suatu larangan terhadap suatu


perbuatan berarti perintah terhadap kebalikannya)
Contoh sebagaimana firman allah dalam surah luqman (31) ayat 18

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena


sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri

Anda mungkin juga menyukai