Anda di halaman 1dari 14

BURUNG PERKUTUT ( Geopelia striata )

Makalah
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Biologi Aves

Oleh : Desi Arisanti J2B 009 031

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

BAB I PENDAHULUAN

Merbuk atau perkutut (Geopelia striata, familia Columbidae) adalah sejenis burung berukuran kecil, berwarna abu-abu yang banyak dipelihara orang karena keindahan suaranya. Dalam tradisi Indonesia, terutamJawa, burung ini sangat dikenal dan digemari, bahkan agak lebih "dimuliakan" dibandingkan dengan burung peliharaan lainnya. Perkutut masih berkerabat dekat dengan tekukur, puter, dan merpati. Persilangan (hibrida) antara perkutut dan tekukur dikenal dalam dunia burung hias sebagai "sinom" (bahasa Jawa) dan memiliki kekhasan pola suara tersendiri. Bagi masyarakat jawa, khususnya Yogyakarta, burung perkutut merupakan satwa yang sudah tidak asing lagi, karena burung ini sudah sangat lama dikenal di berbagai kalangan. Burumg perkutut banyak dipelihara masyarakat dengan pertimbangan tertentu baik suaranya, bentuknya, rupanya sampai kepada daya magis yang dimilikinya. Bagi masyarakat yang percaya, memelihara perkutut tidak sekedar dinikmati suaranya tetapi mampu menimbulkan pengaruh kepada pemeliharanya dalam kehidupan sehari-harinya. Burung perkutut termasuk kelompok burung penyanyi. Berukuran sekitar 20-25cm, berwarna coklat dengan ekor panjang. Kepala berwarna abu-abu, leher dan bagian sisinya bergaris halus, punggung coklat dengan tepi-tepi bulu hitam. Bulu sisi terluar ekor kehitamhitaman dengan ujung putih. Paruh ber-warna abu-abu, sedangkan kaki berwarna merah jambu (Putri, 2009).

BAB II ISI

2.1. Klasifikasi Ilmiah Burung Perkutut

Menurut Putri (2009), klasifikasi ilmiah burung perkutut adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Aves : Columbiformes : Columbidae : Geopelia : Geopelia striata

2.2. Ciri-ciri Khusus (morfologi) Burung Perkutut Menurut Putri (2009), burung perkutut mempunyai cirri-ciri morfologi sebagai berikut : 1. Burung perkutut bertubuh kecil. Panjangnya berkisar 20-25 cm. 2. Kepalanya membulat kecil, berwarna abu-abu. 3. Paruhnya panjang meruncing dengan warna biru keabu-abuan. 4. Mata burung perkutut bulat dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan. 5. Lehernya agak panjang dan ditumbuhi bulu-bulu halus. 6. Bulu di sekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih. 7. Bulu yang menutupi badan perkutut berwarna kecoklatan. 8. Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna coklat tua. 9. Bulu ekornya yang juga berwarna coklat agak panjang.

10. Jari-jari perkutut berjumlah 8 dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi jumlah jari sebelah kaki adalah 4 11. Tiga dari empat jarinya ada di depan dan sebuah jari di belakang. 12. Jari-jari perkutut berguna untuk bertengger.

2.3. Ciri Khas Burung Perkutut yang Dinikmati Manusia Burung perkutut banyak dipelihara masyarakat dengan pertimbangan tertentu baik suaranya, bentuknya, rupanya sampai kepada daya magis yang dimilikinya. Bagi masyarakat yang percaya, memelihara perkutut tidak sekedar dinikmati suaranya tetapi mampu menimbulkan pengaruh kepada pemeliharanya dalam kehidupan sehari-harinya. Khususnya masyarakat Jawa terdapat ajaran Hasta Brata yang salah satunya adalah kukilo atau burung dan dilambangkan dengan perkutut, karena dianggap memiliki nllai yang sangat luhur. Ajaran tersebut mengandung nasihat-nasihat dalam hidup rumah tangga yang biasanya diberikan pada pasangan atau pengantin yang baru me-langsungkan pernikahan. Di dalam dunia kesenian Jawa khususnya karawitan, keindahan burung perkutut dituangkan dalam lagu Kutut Manggung, yang artinya perkutut manggung atau bernyanyi serta sajak-sajak berbahasa Jawa yang bercerita tentang kebesaran perkutut.Perkutut mempunyai pancaran kharisma yang mengandung daya magis (Putri, 2009). Perkutut termasuk burung peliharaan yang disukai banyak kalangan. Banyak alasan orang memelihara perkutut , dari yang berdasarkan mitos sampai yang rasional. Namun tidak semua penggemar perkutut bisa beternak dan merawat perkutut dengan benar. Akibatnya perkutut yang dipelihara tidak berkualitas baik dari segi fisik maupun suara atau anggungnya (Jendela Komunitas Pertanian, 2009).

2.4. Habitat Burung perkutut pada umumnya hidup berpasangan, kadang-kadang bergerombol, menyukai tempat terbuka, kebun, tegalan, padang rumput dan halaman rumah yang dekat dengan hutan. Termasuk burung yang jinak karena mudah didekati sampai jarak relatif dekat. Burung ini banyak ditemukan di Semenanjung Malaya sampai Australia, Jawa, Bali dan daerah lain (Putri, 2009).

2.5. Makanan Burung perkutut termasuk pemakan biji-bijian dan kadang-kadang juga serangga. Sebelumnya harus dibedakan dulu perkutut dewasa atau perkutut indukan dengan pakan perkutut anakan.

2.5.1. Pakan Dewasa Pakan dewasa adalah biji-bijian, yakni berupa gabah mini, jewawut, ketan hitam , milet, beras merah, serta pakan burung kenari atau voer. Akan lebih baik jika pemelihara mengenali pakan kegemaranan perkututnya. Biasanya perkutut lokal menggemari gabah mini dan gabah lampung. Meskipun demikian, sebaiknya pemberian gabah dihentikan jika perkutut sudah mulai bersuara. Hal ini disebabkan gabah bisa mempengaruhi kualitas suaranya. Ketan hitam berfungsi sebagai vitamin dan juga untuk menghangatkan tubuh perkutut sehingga staminanya selalu bagus. Voer berguna untuk menggemukan tubuh perkutut dan menguatkan tulang karena pakan ini mengandung vitamin B12. Disamping itu, ada pakan perkuktut berupa milet. Namun, milet sebaiknya tidak sering diberikan karena merupakan pakan impor yang harganya mahal. Walaupun sekarang sudah ada milet buatan dalam negeri (lokal) milet ini tidak sebagus milet impor (Jendela Komunitas Pertanian, 2009). Selain pakan yang telah disebutkan , ada baiknya perkutut diberi pakan campuran berbagai jenis pakan tersebut. Tujuan pencampuran pakan perkutut adalah agar ada variasi pakan dan rasa. Di samping itu terjadi perbaikan gizi karena kandungan gizi dari setiap bahan pakan tersebut berbeda (Jendela Komunitas Pertanian, 2009).

2.5.2. Pakan Anak Burung Perkutut Pakan untuk anak perkutut yang baru lahir sampai berumur 10 hari adalah susu tembolok atau pigeon milk. Pakan ini berbentuk seperti bubur dan berasal dari tembolok induk jantan dan induk betina. Susu ini sama dengan kolostrum yang terdapat pada hewan menyusui. Cara pemberian susu ini adalah dengan memasukkan mulut atau paruh anak perkutut ke dalam mulut atau paruh induknya yang telah membuka. Kemudiian dengan gerakan-gerakan tertentu induk akan memuntahkan susu tembolok yang langsung bisa diterima oleh anak-anaknya. Susu tembolok ini tidak diproduksi langsung setelah anak perkutut berumur 10 hari . Karenanya, anak perkutut diberi biji-bijian yang sudah di cerna terlebih dahulu di tembolok induknya. Pemberian

pakan ini dengan cara pelolohan tanu penyuapan dan di berikan sampai anak perkutut berumur 4 minggu. Saat berumur 2 minggu, anak perkutut sudah belajar mencari pakan sendiri tanpa bantuan indukya (Jendela Komunitas Pertanian, 2009).

2.6. Struktur dan Fungsi Alat Tubuh Struktur dan fungsi alat tubuh burung perkutut (Geopelia Striata) sama seperti halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya.Berikut adalah struktur dan fungsi alat tubuh burung :

2.6.1. Penutup Tubuh Penutup tubuh burung perkutut (Geopelia Striata) adalah bulu. Struktur Bulu

Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi : - Filoplumae, bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabangcabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak. - Plumulae, berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail. - Plumae, bulu yang sempurna. - Barbae - Barbulae, ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.

Gambar struktur bulu burung :

2.6.2. Sistem Rangka - Susunan Rangka Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk terbang.Adaptasi tulang burung adalah sebagai berikut : Burung memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan mamalia. Burung memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas,berguna sebagai tempat pelekatan otot terbang yang luas. Tulang-tulang burung berongga dan ringan .Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena memiliki struktur bersilang. Sayap tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang pada tangan manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika burung terbang. Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang padat,terutama ketika mengepakkan sayap pada saat terbang.

Burung juga memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan berubah fungsi menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai tempat melekatnya otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk terbang.

2.6.3. Sistem Pencernaan Makanan Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan kimiawi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Organ pencernaan makanan pada burung perkutut (Geopelia striata) sama halnya dengan organ pencernaan burung pemakan biji-bijian lainnya. Berikut adalah gambar organ pencernaan pada burung :

Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan. Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan. Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut tembolok. Kemudian masuk ke lambung kelenjar. Disebut lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi. Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah.Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung otot otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan. Didalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis.

Kemudian,makanan masuk menuju usus halus. Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus.Hasil pencernaan berupa sari-sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus.Burung mempunyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus. Usus buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka.

Sistematis pencernaan makanan pada burung :

Mulut

/ paruh

Kerongkongan Hati

Tembolok

Lambung

kelenjar

Lambung pengunyah Usus buntu

Pankreas Kloaka.

Usus halus

Usus besar

Poros usus (rectum)

2.6.4. Sistem Pernapasan Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih). Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan

pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal). Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara. Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh. Berikut adalah gambar system pernapasan pada burung : Gambar sistem pernapasan burung

Bagan pernapasan pada burung adalah sebagai berikut :

Burung mengisap udara , udara mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang, bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundipundi hawa, udara di pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru, udara menuju pundipundi hawa depan.

2.6.5. Sistem Sirkulasi Peredaran darah burung adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk ke serambi kiri, kemudian ke bilik kiri.Dari bilik kiri darah di pompa ke seluruh tubuh melalui aorta.Dise-sel tubuh darah melepaskan O2 dan mengikat CO2.Darah yang mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kanan melalui pembuluh balik.Selanjutnya darah masuk bilik kanan,kemudian di pompa masuk ke paru-paru.Didalam paru-paru darah melepaskan CO2 dan mengikat O2.

Berikut gambar sistem peredaran darah burung

Bagan sirkulasi pada burung: Paru-paru Paru-paru Serambi kiri Bilik kiri Seluruh tubuh Serambi kanan Bilik kanan

2.6.6. Sistem Reproduksi Sistem Reproduksi Burung Perkutut adalah sebagai berikut : Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka. Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium

kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.

BAB III KESIMPULAN

Perkutut (Geopelia striata, familia Columbidae) adalah sejenis burung berukuran kecil, berwarna abu-abu yang banyak dipelihara orang karena keindahan suaranya. Burung perkutut termasuk kelompok burung penyanyi. Berukuran sekitar 20-25cm, berwarna coklat dengan ekor panjang. Kepala berwarna abu-abu, leher dan bagian sisinya bergaris halus, punggung coklat dengan tepi-tepi bulu hitam. Bulu sisi terluar ekor kehitam-hitaman dengan ujung putih. Paruh ber-warna abu-abu, sedangkan kaki berwarna merah jambu.

DAFTAR PUSTAKA

Jendela Komunitas Pertanian. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Perkutut. Agromedia Pustaka . Jakarta.

Putri, Hanum Permatasari. 2009. Fauna Identitas: Burung Perkutut (Geopelia striata (Linnaeus)). http://indopedia.gunadarma.ac.id/burung-perkutut-geopelia-striata-linnaeus.html.
Diakses 18 Juni 2011.

Anda mungkin juga menyukai