LP CHF - Tia Ananda
LP CHF - Tia Ananda
Disusun oleh :
Tia Ananda
4399814901210066
TAHUN 2020
CONGESTIVE HEART FAILURE
Batas-batas jantung:
a. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
b. Kiri : ujung ventrikel kiri
c. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
d. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
e. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
f. Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat katup
yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah
tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup
trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup
pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral
yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di
antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu
leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet).
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus
jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya
sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik
dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung
tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai
tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal
dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks
atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan
interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri
posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan kanan.
Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi
arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan
sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung.
Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi
vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung
sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid
menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.
Sedangkan menurut Rosdahi & Kowalski (2017) gagal jantung kongestif (CHF)
juga dikenal sebagai gagal jantung, dekompensasi jantung, insufiensi jantung
dan inkompetensi jantung, berarti bahwa jantung gagal dan tidak dapat
melaksanakan tugasnya karena jantung kehilangan efisiensi pompanya. Hal ini
disebut dekompensasi. CHF (Congestive Heart Failure) merupakan suatu
sindrom atau sekelompok gejala yang mempengaruhi individu dengan cara
berbeda dan pada tingkat yang berbeda. Jantung akan tetap mencoba
menyesuaikan terhadap tuntunan yang diberikan pada jantung. Hal ini disebut
kompensasi.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa gagal jantung kongestif atau
Congestive Heart Faiclure (CHF) merupakan kondisi dimana jantung gagal
melakukan tugasnya untuk memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
2. Fisiologi
Kerja pompa mekanik otot jantung mendorong darah untuk dikirim ke sistem
pembuluh paru dan sistemik untuk sinergi dan pengiriman jaringan. Curah
jantung (cardiac output) adalah jumlah darah yang di pompakan ventrikel
dalam 1 menit. Curah jantung secara normal diatur oleh kebutuhan oksigen
tubuh, pada saat kebutuhan oksigen meningkat curah jantung akan meningkat
untuk mempertahankan fungsi selular. Curah jantung merupakan hasil dari
frekuensi jantung dan volume sekuncup. Frekuensi jantung mempengaruhi
curah jantung untuk mengendalikan jumlah kontraktilitas ventrikel permenit.
Sedangkan volume sekuncup adalah volume darah yang dikeluarkan setiap kali
denyut jantung yang di tentukan oleh preload, afterload, dan kontraktilitas
miokardium. Preload adalah volume darah dalam ventrikel pada diastol akhir
(sebelum kontraksi). Volume diastolik akhir bergantung pada jumlah darah
kembali ke ventrikel (aliran balik vena) dan daya distensi atau kekakuan
ventrikel (komplians). Afterload adalah tenaga yang diperlukan untuk
mengeluarkan darah ke dalam sirkulasi. Sedangkan kontaktilitas adalah
kemampuan alamiah serabut otot jantung untuk memendek selama sistol
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2018).
4. Etiologi
Gagal jantung disebabkan oleh kondisi yang melemahkan dan merusak
miokardium. Gagal jantung juga dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari
jantung (seperti penyakit dan dan faktor intrinsik jantung) atau dari faktor
eksternal yang menyebabkan kebutuhan yang berlebihan dari jantung (Black &
Hawks, 2014). Gagal jantung kongestif dikarenakan beban yang berlebihan
pada jantung. Hal ini disebabkan oleh miokardinfark, infeksi pada katup atau
pada otot jantung, penyakit pembuluh darah, hipertensi, insufisiensi ginjal,
defek kongenital, hipertiroidisme (yang menyebabkan kerja jantung menjadi
cepat), kardiomiopati, atau demam rematik (yang merusak katup jantung)
(Rosdahl & Kowalski, 2017).
Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2013) mengatakan bahwa penyebab dari
terjadinya gagal jantung kongestif dikarenakan:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
karena hal itu dapat menyebabkan menurunnya kontraktilitas pada jantung.
Kondisi yang mendasari terjadinya kelainan fungsi otot jantung seperti
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Atrerosklerosis koronern dapat mengakibatkan disfungsi pada miokardium
karena aliran darah ke otot jantung menjadi terganggu. Infark miokardium
(kematian sel pada jantung) biasanya mendahului sebelum terjadinya gagal
jantung.
f. Faktor sistemik
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung seperti meningkatnya laju metabolisme (misal demam,
tiroksikosis), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
5. Patofisiologi
Penurunan curah jantung disebabkan oleh gangguan kemampuan kontraktilitas
jantung. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Apabila mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai gagal, maka
volume sekuncup yang akan menyesuaikan untuk mempertahankan curah
jantung. Pada kondisi gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan
kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung
yang normal dapat dipertahankan. Jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi
tergantung dari tiga faktor, yaitu preload, kontraktilitas, dan afterload
(Smeltzer & Bare, 2013).
PATHWAY
Hipertensi
Peningkatan
afterload
Beban jantung
meningkat
Hipertropi serabut
otot jantung
Mekanisme
kompensasi
Peningkatan
kontraktilitas
Gagal jantung
Jantung kanan
Hipoksia Penumpukan darah hipertropi
di anasarka dan paru
ATP menurun
Timbul pada malam Sesak nafas
hari
Fatique
Pola nafas tidak
Gangguan pola efektif
tidur
Intoleransi
aktivitas
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada gagal jantung akan berbeda tergantung
bagian jantung yang mengalami masalah.
a. Gagal jantung kiri
Pada gagal jantung kiri akan terjadi kongesti paru, karena ventrikel kiri
tidak dapat memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan yang
terjadi dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi yang akan muncul akibat hal tersebut meliputi dyspnea,
orthopnu, proxismal noktunal dyspnea, batuk, mudah lelah, denyut jantung
cepat (takikardi) dengan bunyi jantung S3, kecemasan dan kegelisahan
(Smeltzer & Bare, 2013).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit jantung seperti:
a. Elektrokardiogram (EKG)
Ekeltrokardiogram merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk
mengetahui aktivitas listrik jantung yang disadap dari berbagai sudut pada
permukaan kulit (Smeltzer & Bare, 2013).
b. Pemeriksaan sinar X
Pemeriksaan sinar X dilakukan untuk mengetahui ukuran kontur dan posisi
jantung (Smeltzer & Bare, 2013).
c. Angiografi
Angiografi merupakan suatu teknik memasukan media kontras kedalam
sistem pembuluh darah untuk menggambarkan jantung dan pembuluh darah
(Smeltzer & Bare, 2013).
d. Pemantauan hemodinamik
Pemantauan hemodinamik merupakan pemeriksaan yang menggunakan
kateter invasif yang diletakan dalam sistem vaskuler pasien untuk
memantau fungsi jantung. Kateter pemantau spesifik yang akan dipasang
berupa kateter tekanan vena sentral (CVP), kateter tekanan arteri pulmonal,
dan kateter tekanan arteri sistemik (Smeltzer & Bare, 2013).
e. Uji fungsi pulmonal
Uji fungsi pulmonal dilakukan untuk mengkaji fungsi pernafasan dan untuk
mendeteksi keluasan abnormalitas. Uji ini mencangkup pengukuran volume
paru, fungsi ventilatori, dan mekanisme pernafasan, difusi dan pertukaran
gas (Smeltzer & Bare, 2013)
g. Oksimetri nadi
Okseimetri nadi adalah pemantauan non invasif secara kotinu terhadap
saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Oksimetri nadi merupakan cara yang
efektif untuk mengetahui perubahan saturasi oksigen yang kecil dan
mendadak (Smeltzer & Bare, 2013). Oksimetri nadi menghasilkan
pengukuran saturasi oksigen pada hemoglobin fungsional dalam darah,
yang di tampilkan dalam presentase. Alat yang dapat digunakan untuk
mengukur oksimetri nadi disebut okstimetri nadi atau transduser. Sensor
yang ada dalam alat tersebut akan diletakan pada jari tangan, jari kaki, atau
lobus telinga (Rosdahl & Kowalski, 2014).
8. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah dukungan
istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung, meningkatkan kekuatan dan
efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis, dan
menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik dan
istirahat (Smeltzer & Bare, 2013).
a. Terapi farmakologi
1) Diuretik
Diuretik diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Jadwal pemberian obat ditentukan oleh berat badan pasien,
temuan fisik dan gejala. (Smeltzer & Bare, 2013). Diuretik juga dapat
menurunkan preload dan afterload. Contoh obat diuretik antara lain
klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon, lasix, bumex, amilorid, dan
sebagainya. (Hurst, 2016).
3) Glikosida digitalis
Digitalis dapat meningkatkan kekuatan otot kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Pemberian obat ini dapat
memimbulkan efek seperti peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah, dan peningkatan diuresis yang
mengeluarkan cairan dan mengurangi edema. (Smeltzer & Bare, 2013b).
Contoh dari obat digitalis adalah digoksin obat ini digunakan pada
kegagalan jantung simtomatik pada tahap akhir dengan perubahan
struktural (Hurst, 2016).
4) Terapi Oksigen
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfer lingkungan. Tujuan dari
terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat
dalam darah untuk menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress
pada miokardium. Trasnpor oksigen ke jaringan dapat di pengaruhi oleh
faktor-faktor seperti curah jantung, kandungan oksigen arteri,
konsentrasi hemoglobin yang ade kuat, dan kebutuhan metabolik
(Smeltzer & Bare, 2013).
b. Non farmakologi
1) Diet natrium
Pembatasan natrium diberikan pada pasein gagal jantung kongestif
untuk mencegah, megatur, dan mengurangi edema. Sumber utama
natrium terdapat pada garam, selain itu pasien yang diet natrium harus
menghindari obat-obatan tanpa resep dokter, seperti antasida, sirup obat
batuk, pencahar, dan penenang (Smeltzer & Bare, 2013).
2) Istirahat
Istirahat diberikan untuk meningkatkan diuresis, memperlambat denyut
jantung, dan mengurangi sesak (Black & Hawks, 2014).
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Perawatan jantung ( I.02075 )
1 Penurunan curah Curah Jantung (L.02008)
Tindakan
jantung 1. Kekuatan nadi perifer
Observasi
2. Palpasi
a. Identifikasi tanda dan gejala primer
3. Bradikardi
penurunan curah jantung ( meliputi
4. Takikardi
dyspnea,
5. Gambaran EKG aritmia
kelelahan,edema,ortopnea,paroxysmal
6. Lelah
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP )
7. Edema
b. Identifikasi tanda gejala sekunder
8. Distensi vena jugularis
penurunan curah jantung ( Meliputi
9. Dipsnea
peningkatan berat badan,
10. Oliguria
hepatomegaly,distensi vena jugularis,
11. Pucat/sianosis
palpitasi,ronkhi basah, oliguria, batuk,
12. Paroxymal nocturnal
kulit pucat )
dipsnea (PND)
c. Monitor tekanan darah ( termasuk
13. Ortopnea
Tekanan darah ortostatik jika perlu )
14. Batuk
d. Monitor intake dan out put cairan
15. Suara jantung S3
e. Monitor berat badan setiap hari pada
16. Suara jantung S4
waktu yang sama
17. Murmur jantung
f. Monitor saturasi oksigen
18. Tekanan darah
g. Monitor keluhan nyeri dada ( Mis.
19. Capillary Refill Time
Intensitas,
(CRT)
lokasi,radiasi,durasi,presivitasi yang
mengurangi nyeri )
h. Monitor EKG 12 sedapan
i. Monitor aritmia ( Kelainan irama dan
frekuensi )
j. Monitor nilai laboratorium jantung
( mis. Elektrolit, enzim
jantung,BNP,NT pro-BNP)
k. Monitor alat fungsi jantung
l. Periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum dan sesudah aktifitas
m. Periksa tekanan darah dan frekuensi
sebelum pemberian obat
Terafeutik
a. Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
b. Berikan deit jantung yang sesuai ( mis.
Batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak )
c. Gunakan stocking elastis atau
pneumatic intermitten sesuai indikasi
d. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
e. Berikan terapi relaksasi unguk
mengurangi stress jika perlu
f. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
g. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94
%
Edukasi
a. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi
b. Anjurkan beraktifitas secara bertahap
c. Anjurkan berhenti merokok
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan out put cairan harian
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antiaritmia jika
perlu
b. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Edukasi
a. Ajarkan klien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktifitas dan/atau tidur
Perawatan Sirkulasi ( I.02079)
3 Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer (L.02011)
Tindakan
efektif 1. Kekutan nadi perifer
Observasi
2. Sensasi
a. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi
3. Warna kulit pucat
perifer, edema, pengisian kapiler,
4. Edema perifer
warna, suhu, anklebrachial indeks)
5. Nyeri ekstremitas
b. Identifikasi faktor resiko gangguan
6. Parastesia
sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar kolesterol
7. Nekrosis
tinggi)
8. Pengisian kapiler
c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
9. Akral
bengkak pada ekstermitas
10. Turgor kulit
Terapeutik
11. Tekanan darah sistolik
a. Hindari pemasangan infus atau
12. Tekanan darah
pengambilan darah di area keterbatasan
diastolik
perfusi
13. Tekanan arteri rata-rata
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada
14. Indeks ankle-brachial
ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi
Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika perlu
e. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
f. Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
g. Anjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat (mis: melembabkan kulit
kering pada kaki)
h. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
Terapeutik
a. Timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama.
b. Batasi asupan cairan dan garam.
c. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°.
Edukasi
a. Anjurkan melapor jika haluaran urin
<0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam.
b. Anjurkan melapor jika BB bertambah
>1 kg dalam sehari.
c. Ajarkan cara mengukur dan mencatat
asupan dan haluaran cairan.
d. Ajarkan cara membatasi cairan.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian diuretik.
b. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretik.
c. Kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy (CRRT), jika perlu
Terapeutik
a. atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
b. dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Terapeutik
a. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. Tongkat, kruk)
b. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
b. Anjurkan melakukan ambulasi dini
c. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan. (A. Suslia, F. Ganiajri, P. P. Lestari, & R. W. A. Sari,
Eds.) (8th ed.). Jakarta: Elsevier.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. (E. Wahyuningsih, D. Yulianti, Y.
Yuningsih, & A. Lusyana, Eds.) (7th ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2018). Buku ajar keperawatan medikal
bedah: Gangguan respirasi (5th ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2018). Buku ajar keperawatan medikal
bedah: Gangguan kardiovaskular. (A. Linda, Ed.) (5th ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2017). Buku ajar keperawatan dasar. (E. A.
Mardella & D. Yulianti, Eds.) (10th ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia: Definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia: Definisi
dan tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan indonesia: Definisi
dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.