Anda di halaman 1dari 4

 

 Sejarah Turunnya Al-Qur’an

1.      Pengertian al-qur’an
Dikalangan ulama, terdapat beberapa pendapat tentanga asal kata al-qur’an,diantara nya yaitu
sebagai berikut ;
a.       Asy-syafi’i berpendapat bahwa kata al-qur’an itu ditulis dan dibaca tanpa hamzah (al-
quran bukan al-qur’an ) serta tidak diambil dari kata lain.
b.      Al-lihyani berpendapat bahwa lafal al-qur’an itu menggunakan huruf hamzah. Yaitu bentuk
masdar dari kata qoroa yang berarti membaca.
c.       Dr.Shubhi ash-shalih dalam kitabnya mabahis fi ‘Ulum al-qur’an, mengemukakan bahwa
pendapat yang paling kuat adalah lafal al-qur’an itu masdar dan sinonim dengan lafal
qira’ah, sebagaimana dalam surah al-qiyamah ayat 17-18.
Menurut istilah terminologi al-qur’an adalah kalam allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril, menjadi mukjizat atas kenabiannya, tertulis
dalam bahasa arab yang sampai kepada kita dengan jalan mutawwatir dan membaca nya
merupakan ibadah
Yang demikian itu dimaksudkan agar memberikan kesan bahwa ajaran-ajaran        Al-Quran
dan hukum-hukum yang tercakup didalamnya merupakan satu kesatuan            yang harus ditaati
oleh penganut-penganutnya secara keseluruhan tanpa ada   pemisahan antara satu dengan yang
lainnya. Dalam menerangkan masalah-     masalah filsafat dan metafisika, Al-Quran tidak
menggunakan istilah filsafat dan        logika. Juga dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan
kebudayaan. Yang         demikian ini membuktikan bahwa Al-Quran tidak dapat dipersamakan
dengan             kitab-kitab yang dikenal manusia.

2.      Menjelang turunnya Al-qur’an


Menjelang diutusnya muhammad saw dan turunnya al-qur’an, dibelahan dunia timur dan
barat terdapat dua kerajaan adidaya, yaitu kerajaan romawi yang didominasi oleh  agama kristen
sedangkan persia didominasi oleh agama zoroaster.
Kedua kerajaan ini sangat kacau dan biadab. Masyarakat romawi suka berfoya-foya dan
melakukan kekerasan.demikian pula kerajaan masyarakat persia. Pada abad ke 5 diwilayah ini
muncul suatu aliran mazdab, yang menghalalkan harta benda dan wanita dengan bebas.
Jazirah arab, diamana muhammad dilahirkan dan al-qur’an diturunkan, berada diluar kedua
kerajaan besar tersebut. Daerah ini tidak pernah masuk dalam wilayah kekuasaan salah satu
kedua kerajaan adidayaitu, walaupun daerah itu selalu menjadi sasaran ekspansi keduanya.
Namun, daerah ini tetap tidak pernah mereka kuasai.
Disebabkan karena jauhnya jazirah arab dari pusat kerajaan romawi dan Persia ditambah
dengan tidak pernahnya wilayah ini mereka kuasai, maka tentu pengaruh dan kebobrokan budaya
kedua kerajaan adaidaya ini tidak banyak pengaruhnya terhadap masyarakat arab.
Inilah salah satu alasan atau hikmah kenapa al-qur’an diturunkan di jazirah arab.dimana
terlihat,bahwa wilayah ini merupakan lahan yang masih subur dan siap menerima al-qur’an.
Kecintaan mereka kepada kejujuran dan kepolosan mereka membuat mereka dengan mudah
menerima ajaran islam. Selain itu, ditambah pula dengan bahasa arab,yang menjadi bahasa
mereka sehari-hari,lebih mapan bila dibandingkan dengan agam lain.
Sebelum al-qur’an diturunkan , ditengah-tengah masyarakat arab terdapat budaya, adat, dan
tradisi  seperti : sistem pernikahan, hukuman atas pelaku kejahatan, sistem waris dan kebiasaan
dalam keluarga. Al-qur’an turun merespon sistem kebudayaan dan kepercayaan tersebut. Ia
meluruskan penyimpangan-penyimpangan, menghapuskan tradisi yang tidak
manusiawi, melakukan perubahan terhadap suatu sistem dan atau menerima suatu tradisi yang
dianggap baik.
3.      Sejarah Turunnya Al-qur’an
Al Quran diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat
Jibril. Al Quran terdiri dari 30 Juz, 6666 ayat, 114 surah dan diturunkan setahap demi setahap
selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.
Al Quran yang telah diturunkan ini kemudian diajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabat
nabi terlebih dahulu sebelum akhirnya disyiarkan secara terang-terangan kepada masyarakat
luas. Pada awalnya Al Quran ini hanya dituliskan pada media seadanya saja seperti kulit unta,
tulang binatang dan lain-lain, mengingat pada zaman itu belum ditemukan manfaat kertas
sebagai media untuk menuliskan Al Quran.
        Allah menurunkan al-qur’an kepada rosul kita untuk memberi petunjuk kepada manusia.
Turunnya qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi
penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya al-qur’an yang pertama kali pada malam lailatul
qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat
akan kemuliaan umat muhammad. Turunnya al-qur’an yang kedua kali secara bertahap, berbeda
dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat mengagetkan orang dan menimbulkan
keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah ilahi yang ada dibalik itu. Oleh
karena itu wahyu pun turun berangsur-angsur untuk menguatkan hati rasulullah dan
menghiburnya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai allah menyempurnakan
agama ini dan mencukupkan nikmat nya.
Al-qur’an muilai diturunkan kepada nabi ketika nabi sedang berkhalwat di gua hira pada
malam senin, bertepatan pada tanggal 17 ramadhan, tahun 41 dari kelahiran muhammad saw (6
agustus 610 M). Al-qur’an itu sampai kepada nabi melalu tiga tahap,yaitu :
a.       Penyampaian al-qur’an dari allah kepada lawh al-mahfuzh.
Maksudnya sebelum al-qur’an disampaikan kepada rasullullah, sebagai utusan allah terhadap
manusia,ia terlebih dahulu disampaikan kepada lawh mahfuzh
b.      Turunnya al-qur’an kelangit pertama dengan sekaligus
Dilangit pertama itu, ia disimpan pada bayt al-‘izzah. Bertepatan pada malam qadar seperti
yang dijelaskan dalam surat al-qadr(97)ayat 1,ad-dukhan(44) ayat 3 dan al-baqarah (2)ayat
1853
c.   Turunnya al-qur’an dari bayt al-‘izzah secara berangsur-angsur kepada nabi muhammad
melalui jibril selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau selama 23 tahun. Jibril menyampaikan
wahyu kedalam hati nabi, sehinghga setiap kali wahyu itu disampaikan beliau langsung
menghapal nya.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa
memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di
dalam hatinya.
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di
hadapan Nabi SAW.
3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW
mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu
yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini
selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
Al-Qur’an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW
bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang
diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89
surat.
Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M).
Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat
dan mencakup 25 surat.

Kodifikasi Al-Qur’an
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan
sejak Al-Qur’an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di
hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada
mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga
memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-
lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.
Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk
membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di
dalam Al-Qur’an. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Qur’an juga
dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan di
masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Qur’an sempurna diturunkan dalam masa kurang
lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk
memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya
mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga
melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian
terpeliharalah Al-Qur’an dari kesalahan dan kekeliruan.
Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Qur’an
Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Qur’an),
baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu
Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa’ad,
Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin
Abbas, Amr bin As, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar,
Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka’b, Mu’az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu
Darba, dan Anas bin Malik.
Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit,
Ubay bin Ka’b, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin
As.
Tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah, mereka
juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan-tulisan tsb belum terkumpul dalam satu
mushaf seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Qur’an menjadi satu mushaf baru
dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah SAW wafat.

Anda mungkin juga menyukai