Anda di halaman 1dari 9

KEPENTINGAN JEPANG DALAM MEMBANTU MENGATASI PENEBANGAN LIAR DI

INDONESIA DALAM PERSEPEKTIF MARXIS

Nama : Hadi Azis Mahardika

NIM : L1A017050 (A)

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOCIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MATARAM

2019
Pendahuluan

Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas di dunia dan mendapatkan
tempat pada urutan kedua dalam hal tingkat kaenkaragaman hayati. Selain itu, hutan Indonesia
memberi manfaat yang berlipat ganda, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memenuhi hamper semua kebutuhan manusia1. Berdasarkan hal tersebut, tidak heran jika banyak
sekali negara yang juga bergantung terhadap hasil hutan seperti kayu dari Indonesia.

Indonesia banyak mengekspor hasil hutan ke negara-negara di asia terutama di asia


tenggara. Banyak sekali permintaan produk-produk hasil hutan yang harus di penuhi oleh
indoenesia. Akan tetapi dampak yang di berikan dari meningkatnya sector kehutanan yang
sangat pesat tersebut adalah telah mengorbankan hutan. Selain kebakaran hutan, penebangan liar
terhadap pohon-pohon di kawasan hutan juga sangat memberikan dampak yang sanggat besar
terhadap kerusakan hutan yang ada di Indonesia. Bahkan lebih dari itu, penebangan liar telah
melibatkan banyak pihak dan di lakukan secara terorganisir dan sistematis, dan bahkan
penebangan liar ini sudah tidak terjadi hanya di kawasan hutan produksi lagi, melainakn sudah
terjadi di kawasan hutan lindung dan taman nasional.

Menanggapi hal tersebut, jepang sebagai negara yang memiliki minat impor kayu
terbesar di dunia berniat melakukan kerja sama dengan Indonesia dalam hal pengembangan
kualitas hutan dan menangani masalah penebangan liar yang terjadi di hutan-hutan Indonesia.
Karena semakin tingginya permintaan kebutuhan kayu, pemerintah jepang berinisiasi untuk
mengimpor dari negara-negara tropis, terutama indonesia. Jepang tidak ingin kehilangan
produsen kayu yang baik namun dengan harga yang relative lebih murah dari negara-negara lain.
Maka dari sana setelah kerja sama terjalin, maka jepang memberikan dana bantuan guna
memperbaiki dan memberikan saran pengembangan perencanaan strategis dan pengelolaan
hutan. Jepang juga membuatkan proyek-proyek yang berkaitan dengan pengembangan sumber
daya alam yang berasal dari hutan.

Namun dari kerja sama tersebut tidak bisa terlepas dari kepentingan-kepentingan kapitalis
yang justru akan memberikan keuntungan bagi negara jepang sebagai pemilik modal dalam
upaya pengembangan produk-produk hutan yang ada di Indonesia. Maka dari sana dalam tulisan

1
Starlet, Rallysa I, ‘Kerja Sama Internasional Indonesia Dan Jepang: Peran Jepang Terhadap Isu Deforestasi Di
Indonesia Dalam Skema Asia Forest Partnership (AFP) Periode 2008-2011’, 2016, Pp. 16-17
ini akan menganalisa apa saja kepentingan-kepentingan jepang dalam upayanya untuk
memberikan bantuan dalam pengembangan kualitas hutan serta menanggulangi penebangan liar
di hutan Indonesia.

Pembahasan

Istilah penebangan liar (illegal logging) mulai umum digunakan di Indonesia sejak
pertengahan 1990an yang di identikkan pada perusakan hutan. Berbicara mengenai kerusakan
hutan di Indonesia, akibat dari semakin banyaknya pembangunan-pembangunan yang di lakukan
oleh pihak pemerintah maupun dari swasta dari watu ke waktu semakin menimbulkan kerusakan
hutan, bahkan sampai menghilangnya hutan2. Selain itu juga masih terdapat banyak sekali
penebangan-penebangan liar yang di lakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab
semakin membuat ekosistem hutan menjadi terganggu, akibatnya bisa di lihat dari semakin
banyaknya terjadi banjir, longsor dll. Sebagai Akibat dari hal tersebut.

Kondisi hutan Indonesia dapat di simpulkan bahwa sudah dalam keadaan


memprihatinkan. Terlebih di daerah-daerah yang memang memiliki wilayah hutan yang luas di
Indonesia, di antaranya adalah Kalimantan timur dan Kalimantan barat:

1. Kondisi hutan di Kalimantan timur


Di Kalimantan Timur hasil utama dari produksinya adalah kayu karena merupakan salah
satu sumber sector perekonomian dan memiliki nilai ekspor yang cukup tingggi. Namun
tidak jarang sebagian masyarakat melakukan penebangan liar sehingga kualitas hutan
menjadi menurun.
2. Kondisi hutan di Kalimantan barat
Wilayah dari Kalimantan barat hamper 65 persen terdiri dari hutan dan termasuk hutan
tropis. Oleh sebab itu, kawasan hutannya kaya akan berbagai jenis kayu.

Indonesia memiliki beberapa kategori kawasan hutan tetap yang terdiri atas, Kawasan
Suaka Alam (KSA), Kawasan Pelestarian Alam (KPA), Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi
Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi (HP). Sedangkan Hutan Tetap yang dapat dikonversi (HPK)
2
dan Area Penggunaan Lain (APL)juga dimasukkan sebagai salah satu kategori untuk melihat
sejauh mana perubahan kawasan hutan di Indonesia.3 Perubahan kawasan hutan di Indonesia
khususnya Kalbar pada tahun 2011, telah ditetapkan bahwa KSA dan KPA memiliki luas 1,568.6
ha, HL memiliki luas 2,307.0 ha, selanjutnya HPT seluas 2,446.0 ha, HP memiliki luas 2,265.8
ha, terakhir adalah APL seluas 5,470.8 ha. Dapat disimpulkan bahwa Area Penggunaan lain
memiliki kawasan yang lebih luas dibandingkan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam. Dari luas kawasan hutan Kalimantan tersebut tidak tidak terlepas dari kegiatan deforestasi
yang banyak terjadi di sana.

Selain di dua wilayah Kalimantan tersebut, terdapat juga wilayah lain di Indonesia yang
menjadi kawasan deforestasi. Diantaranya adalah wilayah sumatera dan juga wilyah papua. Pada
tahun 2005, kawasan hutan di Sumatera mencapai3,742,120 ha4, sampai pada akhirnya menurun
hingga menjadi3,689,000ha5 pada tahun 2009 hingga 2010. Penurunanluas kawasan hutan
inisebesar 53,120ha atau dengan persentase sebesar 1.42 persen. Sedangkan Pada tahun 1999,
kawasan hutan di Papua mencapai 42,224,840 ha6 sampai pada akhirnya menurun hingga
menjadi 24,626,600 ha7 pada tahun 2009 hingga 2010.Penurunan luas kawasan hutan ini sebesar
17,598,240 ha atau dengan persentase sebesar 41.68 persen.

Dari persentase deforestasi hutan yang terjadi di wilayah-wilayah Indonesia tersebut,


jepang kemudian khawatir akan dampak yang bisa saja terjadi karna dampak yang terjadi tidak
akan hanya di rasakan oleh Indonesia saja, melainkan negaranya sendiri karena jepang
bergantung terhadap impor kayu sebagai bahan dasar kertas. Sebelumnya, di tahun 1980an
jepang pernah di juluki sebagai predator ekologi karena terdapat banyak sekali penebangan liar
oleh masyarakat maupun perusahaan yang tidak mementingkan kondisi hutan. Namun pada
2006, Pemerintah Jepang telah menerapkan Green Konyuhoo (Japan’s Green Purchasing
Policy). Kebijakan tersebut adalah persyaratan untuk membuat kertas harus dari kayu yng bukan
hasil dari penebangan liar, melainkan dari kayu yang legal. Hal tersebut merupakan bentuk
dukungan jepang terhadap negara-negara di dunia dalam menanggulangi penebangan liar.
3
Boen M Purnama. Informasi Umum Kehutanan. 2002, h. 19
4
Bambang Soepijanto. Statistik Kehutanan Indonesia Tahun 2011. 2012, h. 11
5
Bambang Soepijanto, h. 14
6
Bambang Soepijanto, h. 11
7
Bambang Soepijanto, h. 19
Terkhusus di Indonesia, jepang memberikan perhatian yang besar terhadap kegiatan
deforestasi hutan di Indonesia. Hal ini terbukti dengan pemberian dana bantuan Official
Development assistant (ODA) bagi terlaksananya berbagai proyek-proyek yang berkaitan dengan
pengentasan deforestasi hutan di Indonesia. Hal ini di lakukan tidak lain untuk menjaga
hubungan antara Indonesia dengan jepang, mengingat jepang sangat membutuhkan sekali produk
kayu dari Indonesia sebagai bahan dasar kertasi di jepang. Dengan adanya bantuan pinjaman
ODA dari Jepang, telah membentuk sebuah konstruksi bahwa Jepang adalah mitra strategis bagi
Indonesia.8
Pemberian ODA ini tidak bisa terlepas dari muatan politik yang ingin di dapatkan oleh
jepang. Dengan memberikan membantu untuk mengatasi deforestasi di Indonesia, jepang sudah
membantu untuk mendorong hubungan baik dengan Indonesia. Keuntungannya adalah jepang
bisa mendapatkan sumberdaya alam berupa hasil hutan sebagai bahan dasar kertas dengan harga
yang relative rendah, mengingat jepang sudah membantu untuk menanggulangi deforestasi
tersebut. Keuntungan yang kedua yang bisa di dapatkan oleh jepang adalah pasar. Melihat
jumlah populasi yang ada di Indonesia sangat banyak, akan sangat menguntungkan bagi jepang
selaku negara maju untuk memasarkan produk-produknya di Indonesia, selain itu juga minat
masyarakat Indonesia sudah terkonstruksi bahwa produk luar adalah lebih bergengsi daripada
produk dalam negeri. Dengan kata lain, jepang mendapatkan pangsa pasar yang lebil luas dengan
adalanya kesepakatan kerja sama tersebut. Keuntungan yang ketiga adalah jepang bisa
menciptakan kondisi yang stabil di dalam Indonesia bagi jalur perdagangan jepang. Dengan
adanya bantuan ODA dari jepang tersebut, Indonesia telah menjadi jalur yang baik bagi
perdagangan-perdagangan barang dari jepang.

Teori Marxisme

Marxisme merupakan perspektif yang lahir dari pemikiran seorang ekonom dan filsuf
ekonomi dari Jerman, Karl Marx tentang ketimpangan sosial yang diakibatkan oleh kapitalisme
yang terjadi pada abad ke- 19. Perspektif marxisme sebenarnya bukan nya perspektif yang
terlahir dalam hubungan internasional. Perspektif ini muncul dari studi sosiologi yang membahas
hubungan antar manusia, namun didalamnya terdapat nilai-nilai dan fenomena yang dapat dikaji
dalam hubungan internasional. Dalam pandangan kaum marxis, sistem internasional merupakan

8
Starlet, Rallysa I, h. 57
sistem kapitalis yang selalu mengejar akumulasi modal. Kesetaraan dan kebebasan merupakan
hal yang dijunjung tinggi, negara lebih utama dikendalikan oleh kepentingan kaum borjuisnya. 9
perspektif ini secara khusus membahas bagaimana ekonomi mempengaruhi interaksi sosial
dalam hubungan bernegara. Perspektif ini muncul sebagai kritik mendasar pada Liberalisme
Ekonomi yang memandang perekonomian sebagai ‘positive sum game’ dimana menganggap
perekonomian adalah keuntungan bagi semua, Sedangkan Marxisme melihat perekonomian
sebagai tempat eksploitasi manusia dan kesenjangan atau adanya perbedaan kelas.

Berdasarkan asumsi umum teori marxisme tersebut, jika melihat dari studi kasus
kepentingan jepang dalam membantu mengatasi penebangan liar di Indonesia adalah bisa di lihat
dari tujuam jepang memberikan bantuan kepada Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari peran
kapitalis yang di miliki jepang untuk menjadi hegemon bagi Indonesia, jepang sengaja
mengkonstruksikan bahwa dengan kerja sama yang terjalin antara Indonesia dengan jepang akan
memberikan dampak yang merata bagi kedua pihak, namun pada kenyataanya adalah kerja sama
dan bantuan tersebut adalah sebuah cara agar Indonesia memberikan harga kayu sebagai bahan
dasar kertas di negaranya lebih murah, mengingat kebutuhan kertas di jepang sangatlah tinggi.
Selain itu juga, jepang mendapatkan keuntungan dari luasnya pasar yang dapat di jangkau bagi
produk-produk mereka di Indonesia.

Kapitalisme memberikan keuntungan bagi kaum pemilik modal dan tidak jarang
merugikan kaum proletan10. Hal ini juga bisa di lihat dari kerja sama Indonesia jepang dimana
jepang sebagai kaum pemilik modal memiliki keuntungan yang jauh lebih banyak daripada di
Indonesia. Jepang mendapatkan fasilitas berupa pasar yang stabil bagi masuknya produk-produk
jepang di Indonesia, sementara Indonesia hanya akan mendapatkan kauntungan dari bantuan
dana yang di berikan oleh jepang, selebihnya Indonesia harus memberikan harga yang lebih
rendah akibat dari terjalinnya hubungan kerja sama dengan jepang tersebut. Artinya hal tersebut
justru akan mengurangi pendapatan negara dari hasil ekspor produk kayu ke luar negeri.

Kepentingan tersebut adalah kepentingan politik hubungan antara Jepang dan Indonesia

yang dikonstruksikan Jepang, mengingat posisi strategis Indonesia di kawasan Asia, baik secara

9
Jackson, and Sorensen, Pengantar Studi Ilmu Hubungan Internasional. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,
2005, h. 58
10
geografis maupun sumber daya alamnya. Dengan adanya bantuan pinjaman ODA dari Jepang,

telah membentuk sebuah konstruksi bahwa Jepang adalah mitra strategis bagi Indonesia,

meskipun pada kenyataanya justru jepang hanya ingin mendapatkan kemudahan dari Indonesia

terkait harga impor produk kayu.

Penutup

Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas di dunia dan mendapatkan
tempat pada urutan kedua dalam hal tingkat kaenkaragaman hayati. Selain itu, hutan Indonesia
memberi manfaat yang berlipat ganda, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memenuhi hamper semua kebutuhan manusia. Berdasarkan hal tersebut, tidak heran jika banyak
sekali negara yang juga bergantung terhadap hasil hutan seperti kayu dari Indonesia.

Akan tetapi dampak yang di berikan dari meningkatnya sector kehutanan yang sangat
pesat tersebut adalah telah mengorbankan hutan. Selain kebakaran hutan, penebangan liar
terhadap pohon-pohon di kawasan hutan juga sangat memberikan dampak yang sanggat besar
terhadap kerusakan hutan yang ada di Indonesia. Bahkan lebih dari itu, penebangan liar telah
melibatkan banyak pihak dan di lakukan secara terorganisir dan sistematis, dan bahkan
penebangan liar ini sudah tidak terjadi hanya di kawasan hutan produksi lagi, melainakn sudah
terjadi di kawasan hutan lindung dan taman nasional.

Menanggapi hal tersebut, jepang sebagai negara yang memiliki minat impor kayu
terbesar di dunia berniat melakukan kerja sama dengan Indonesia dalam hal pengembangan
kualitas hutan dan menangani masalah penebangan liar yang terjadi di hutan-hutan Indonesia.
Maka dari sana setelah kerja sama terjalin, maka jepang memberikan dana bantuan guna
memperbaiki dan memberikan saran pengembangan perencanaan strategis dan pengelolaan
hutan. Jepang juga membuatkan proyek-proyek yang berkaitan dengan pengembangan sumber
daya alam yang berasal dari hutan.

Namun tujuan kerja sama tersebut tidak bisa terlepas dari muatan politik yang inigin di
capai oleh jepang, Kapitalisme jepang memberikan keuntungan bagi mereka saja dan akan
merugikan negara indonesia. keuntungan yang di dapatkan jepang jauh lebih banyak daripada
Indonesia. Jepang mendapatkan fasilitas berupa pasar yang stabil bagi masuknya produk-produk
jepang di Indonesia, sementara Indonesia hanya akan mendapatkan kauntungan dari bantuan
dana yang di berikan oleh jepang, selebihnya Indonesia harus memberikan harga yang lebih
rendah akibat dari terjalinnya hubungan kerja sama dengan jepang tersebut. Artinya hal tersebut
justru akan mengurangi pendapatan negara dari hasil ekspor produk kayu ke luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Soepijanto, (2012), Statistik Kehutanan Indonesia Tahun 2011

Boen M Purnama. (2002), Informasi Umum Kehutanan

Jackson, and Sorensen, (2005), Pengantar Studi Ilmu Hubungan Internasional. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR

Luca Tacconi, (2004), ‘Proses Pembelajaran Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian
Penebangan Liar di Indonesia’. CIFOR

Starlet, Rallysa I, (2016), ‘Kerja Sama Internasional Indonesia Dan Jepang: Peran Jepang
Terhadap Isu Deforestasi Di Indonesia Dalam Skema Asia Forest Partnership (AFP) Periode
2008-2011’

Anda mungkin juga menyukai