Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME PERAWATAN PASCA HOSPITAL

Dosen : Ns. Erni Forwaty M. Kep

KELOMPOK
ALFINA FITRIYANI
FARRAH ADINDA PUTRI
NABILLAH ATHAVIARDI
PUTRI AZKIA
RAISYA METHA YONA
RIMA MAULIDDIANA
WELIATI HILZA PUTRI
YULIANI

TINGKAT : 3A

JURUSAN DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RIAU
2022/2023
PANDUAN INTRADIALYTIC ROM EXERCISE BAGI PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG
MENJALANI HEMODIALISIS

A. Definisi
Intradialytic exercise merupakan exercise yang dilakukan pada saat hemodialisis atau
intradialytic yang melibatkan pergerakan sendi atau range of motion (ROM) dan
peregangan pada otot yang dilatih (muscle stretching).
B. Manfaat
a. Kebugaran Fisik
Exercise yang dilakukan selama sesi hemodialisis (intradialytic exercise) dapat
meningkatkan sirkulasi darah otot, menimbulkan efek vasodilatasi terhadap
pembuluh darah otot sehingga meningkatkan sirkulasi ureum dan toxin yang ada
dijaringan ke vaskuler dan selanjutnya ke dyalizer.

b. Kebugaran psikologis
Exercise dapat meningkatkan kendali depresi dan kecemasan, meningkatkan
mood, kepercayaan diri, meningkatkan adaptasi terhadap stress dan aktivitas di
luar pekerjaan.

c. Dampak bagi pasien dialisis usia lanjut


untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran dalam kapasitas aktual,
peningkatan status mental dan suasana hati

C. Indikasi
Indikasi exercise meliputi:
 berkurangnya kebugaran fisik,
 kelainan fleksibilitas sendi,
 melemahnya kekuatan otot,
 gangguan koordinasi,
 anemia ginjal,
 osteopati ginjal,
 hipertensi arteri,
 gangguan metabolisme karbohidrat,
 diabetes mellitus dan gangguan metabolisme lipid.

D. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari exercise adalah malignant hipertensi (240/120 mmHg), hipertensi
dekompensasi yang istirahat (200/100 mmHg), angina pektoris tidak stabil, gagal
jantung, gangguan detak jantung berat tanpa terapi obat, emboli paru akut, penyakit
pada arteri, stenosis aorta lanjut, hipertensi paru-paru, penyakit akut (infark miokard
akut, radang seperti miokarditis, tromboflebitis, demam, tirotoksikosis).

E. Hal-Hal Yang Diperhatikan Sebelum Dan Saat Exercise


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan nephrologist dan pasien sebelum
melakukan atau sedang melakukan exercise. Kondisi pasien yang tidak mengharuskan
untuk exercise ketika mengalami demam (suhu tubuh lebih dari 101,0O F (38,3 O C),
saat pasien melewatkan sesi dialisis, ketika pasien memiliki penyakit baru yang belum
diobati dan saat berolahraga menyebabkan rasa sakit.
Exercise harus diperlambat ketika tingkat usaha sudah terasa "sangat sulit" atau
"sangat, sangat sulit", saat bernafas terlalu sulit untuk berbicara dan ketika otot menjadi
sangat sakit. Exercise juga harus diperlambat ketika pasien tidak dapat berolahraga pada
hari berikutnya, ketika pasien tidak merasa sepenuhnya pulih satu jam setelah exercise
dan ketika pasien merasa palpitasi.

F. Waktu Exercise
Exercise idealnya dilakukan pada hari non dialisis ketika pasien mentoleransi kondisi
fisik yang terbaik. Waktu yang paling efektif adalah satu hari setelah perawatan dialisis
atau segera setelah dialisis. Namun melakukan exercise segera post dialysis dapat
meningkatkan risiko respon hipotensi karena beberapa individu mungkin masih
menderita ultrafiltrasi tinggi. Di sisi lain, waktu aktivitas fisik yang tidak sesuai adalah
antara dua hemodialisis, terutama hari kedua atau keempat setelah pengobatan (diantara
pasien dengan 1 - 2 hemodialisis per minggu), atau pada hari yang sama dari prosedur
atau segera sebelum prosedur (di antara pasien dengan 3 atau lebih hemodialisis per
minggu). Periode-periode itu khas pada saat akumulasi cairan tubuh, dekompensasi air
dan metabolisme elektrolit dalam tubuh pasien ESRD (Mahrova & Svagrova, 2013;
Pescatello et al., 2013; Riebe et al., 2016).

G. Intensitas Exercise
Intensitas exercise penting untuk diukur karena dapat memberi tahu apakah exercise
yang dilakukan terlalu keras atau tidak bekerja cukup keras. Ada dua cara untuk
menentukan zona intensitas exercise yang kita lakukan. Pertama, dengan menggunakan
skala Borg’s Rating of Perceived Exertion (RPE). Skala Borg’s RPE adalah perasaan
yang dirasakan seberapa keras kita merasa tubuh kita bekerja. Hal ini didasarkan pada
sensasi fisik yang dialami seseorang selama aktivitas fisik, termasuk peningkatan
denyut jantung,peningkatan pernapasan atau tingkat pernapasan, peningkatan keringat,
dan kelelahan otot.

Protokol Pengukuran Intensitas Latihan Dengan Skala Borg RPE

INTENSITAS/
PENGERAHAN TENAGA
6
7 SANGAT, SANGAT RINGAN
8
9 SANGAT RINGAN
10
11 CUKUP RINGAN
12
13 AGAK KERAS
14
15 KERAS
16
17 SANGAT KERAS
18
19 SANGAT, SANGAT KERAS
20

DISARANKAN

Cara kedua untuk memonitor intensitas exercise adalah menentukan


apakah denyut jantung seseorang berada dalam zona target selama aktivitas
fisik. Intensitas exercise yang direkomendasikan untuk pasien penyakit ginjal
yang menjalani hemodialisis adalah intensitas sedang yaitu 50% hingga 70%
dari denyut jantung maksimalnya. Salah satu cara untuk mengetahui zona
target denyut jantung olahraga adalah dengan menggunakan Formula
Karvonen, yaitu mengurangi usia seseorang dari 206,9 untuk laki-laki dan
mengurangi usia seseorang dari 206 untuk Wanita
Formula Karvonen untuk Pria: 206.9 - (0,67 x umur)
Formula Karvonen untuk Perempuan: 206 - (0,88 x umur)
Adapun cara untuk mengukur denyut jantung istirahat adalah dengan
menghitung denyut nadi selama satu menit penuh ketika pertama kali bangun di
pagi hari atau menghitung denyut nadi setelah beristirahat selama 30 menit atau
lebih 24.
PROTOKOL PENGUKURAN INTENSITAS LATIHAN
DENGAN DENYUT JANTUNG
1. Hitung denyut jantung pasien dalam 1 menit.
2. Lihat rentang denyut jantung maksimal pasien yang harus dicapai
selama latihan fisik (denyut jantung yang harus dicapai adalah 50% -
60% dari denyut jantung maksimal pasien).
3. Bila denyut jantung tidak mencapai 50% dari denyut jantung
maksimal pasien, maka sarankan pasien untuk latihan dengan
intensitas/ pengerahan tenaga lebih kuat dan bila denyut jantung
melebihi 60% dari denyut jantung maksimal pasien, maka sarankan
pasien untuk mengurangi intensitas/ pengerahan tenaga selama
latihan fisik.
4. Ulangi perhitungan denyut jantung sampai mencapai 50% - 60% dari
denyut jantung maksimal pasien yang telah dihitung.
5. Bila denyut jantung sudah mencapai 50% - 60% dari denyut jantung
maksimal pasien, maka sarankan pasien untuk latihan dengan
intensitas/ pengerahan tenaga seperti yang dilakukan pasien
sekarang.
H. Jenis dan Bentuk Exercise
Painter (2000) memberikan beberapa contoh gerakan dari flexibility exercise
dalam bukunya yang berjudul Exercise: A Guide for the People on Dialysis,
yaitu gerakan peregangan leher, peregangan jari dan tangan, shoulder shrug
dan rotation (bahu, punggung atas dan dada), dada dan kekuatan punggung
bagian atas (bahu, punggung atas, dan dada), side Stretch (Neck), satu lutut
tarik (punggung bawah, belakang paha), Peregangan Kaki (Kaki depan dan
belakang, pergelangan kaki), dan peregangan betis (kaki bagian bawah).
Mahrova & Svagrova (2013) juga memberikan beberapa gerakan intradialytic
exercise mulai dari pemanasan sampai pendinginan. Gerakan yang digunakan
meliputi muscle stretching, strengthening dan terdapat gerakan bike riding
movements, dimana gerakan seperti mengayuh sepeda yang telah banyak
dibuktikan kefektifannya dengan menggunakan sepeda statis.
I. Prosedur Latihan Fisik
PERALATAN: Boleh tanpa alat/ dengan alat: burble, sepeda statis, arm/ foot
band
POSISI TUBUH
Berbaring/ setengah duduk ditempat tidur.
SESI PEMANASAN:
• Gerakan peregangan pada kepala, tangan yang tidak terpasang
alat kemesin dan kedua kaki
• Dilakukan sebanyak 8 kali pada tiap gerakan (selama ±5 menit)

GERAKAN MELIPUTI:

1. Gerakan kepala ke kiri, kanan, depan, kebelakang dan memutar leher.


2. Regangkan jari tangan
3. Menekuk dan meluruskan pergelangan tangan
4. Memutar pergelangan tangan dan berlawanan arah
5. Menekuk siku dengan telapak tangan menyentuh bahu
6. Memutar bahu dan berlawanan arah
7. Meregangkan ujung-ujung jari kaki
8. Menekuk dan meluruskan pergelangan kaki
9. Memutar pergelangan kaki searah jarum jam dan sebaliknya
10. Menekuk dan meluruskan lutut

Anda mungkin juga menyukai