1
fisik selama proses hemodialisis dapat memberikan manfaat bagi pasien hemodialisis, seperti
mengurangi resiko komplikasi yang berdampak pada kematian dan meningkatkan kualitas
hidup pasien (Nekada dkk, 2015).
e) Indikasi
Menurut Nasution (2012), berikut indikasi dari exercise intradialisys:
1) Jika pasien merasa sehat, meskipun menjalani terapi pengganti ginjal Konsultasi dengan
Physical therapist adakalanya diperlukan.
2) Jika pasien mempunyai masalah dengan jantungnya. Dapat bergabung dengan cardiac
rehabilitation program
2
3) Jika pasien sulit berjalan atau tidak dapat berjalan. Physical therapist akan membantu
memilih apa yang dapat dilakukan dan bagaimana melakukannya.
4) Latihan yang aman bila kondisi kesehatan pasien stabil
5) pastikan dialisis adekuat
6) tekanan darah terkontrol
7) bebas dari infeksi dan penyakit lain yang membutuhkan pengobatan.
8) Pasien dengan diabetes harus dengan kadar gula darah terkontrol.
3
Keterangan gambar 7.1
Duduk atau berdiri tegak, pandangan lurus kedepan.
Perlahan dekatkan telinga kanan kearah bahu kanan.
Putar kepala kearah belakang dan dekatkan telinga kiri kebahu kiri.
Dekatkan dagu kedada dan putar perlahan dagu kearah sepanjang dada
Sehingga telinga kiri menyentuh bahu kiri.
Tegakkan kembali dagu hingga pandangan lurus kedepan.
4
Gb: 7.3 Peregangan pinggang
Keterangan gambar 7.3
Berdiri atau duduk tegak
letakkan lengan diatas kepala,
lalu jatuhkan lengan sebelah kanan dan rasakan tarikan, lalu tegak kembali
lakukan yang sama pada lengan kiri
5
Buka kembali siku dan lalu regangkan rasakan tekanan didada
6
Perlahan angkat kaki kanan sampai lurus didepan
Dan kemudian perhatikan jempol kaki, lalu gerakkan kedepan dan kebelakang
Gerakkan tumit memutar pertama kekanan lalu kekiri.
Letakkan kaki kanan kelantai dan lakukan juga pada kaki kiri.
2) Strengthening Excercise
Latihan ini membuat otot lebih kuat, dengan melawan gaya resistensi, bisa
menggunakan berat beban, karet elastik atau berat tubuh sendiri, membuat otot bekerja
lebih keras. Latihan dimulai dengan perlahan, beban terlalu berat membuat otot kram dan
terluka, dilakukan bertahap. Selalu diawali pemanasan dengan aktifitas ringan dan banyak
istirahat agar otot relax. Menarik nafas ketika melakukan gerakan dan mengeluarkan nafas
ketika relax, hal ini dapat mencegah meningginya tekanan darah berlebihan.
7
Gb 7.8 Penguatan otot lengan depan
Keterangan gambar 7.8
Berdiri atau duduk tegak dikursi
Dekatkan siku kesisi badan dan lipat lengan pada siku
Angkat lengan keatas dan buat kepalan
Perlahan angkat kepalan menuju bahu dan turunkan
8
Tarik elastik band kearah depan diatas kepala
Kembalikan lipatan lengan pada siku turunkan lengan kebelakang bahu
9
Gb 7.11 Penguatan otot paha
Keterangan gambar 7.11
Bersandar pada kursi dgn kaki diletakkan pada sandaran kaki,
Berpegangan pada lengan kursi dan perlahan angkat kaki tanpa menekuk lutut
tahan hitung sampai lima
Turunkan kembali secara perlahan
10
Gb 7.13 Penguatan otot paha belakang
Keterangan gambar 7.13
Berdiri tegak dan berpegangan pada sandaran kursi,
Pertahankan punggung tegak angkat satu kaki kebelakang dan sentuhkan
jempol.ketika mengangkat kaki
Pertahankan posisi tubuh tegak tahan dan perlahan turunkan kaki
11
Berdiri tegak dan berpegangan pada sandaran kursi ,
Angkat tumit dan berdiri pada jari kaki, tahan dan turunkan perlahan
12
l
13
Turunkan tubuh kearah kursi dengan menekuk siku, turunkan tubuh sejauh
mungkin
Jaga punggung dan lutut lurus.dorongkan tubuh dengan lengan keposisi semula.
3) Cardiovascular excercise
Juga disebut aerobik excercise, membuat jantung, paru-paru dan sirkulasi bekerja
lebih efisien. Dilakukan dengan gerakan ritmik, tetap dari lengan ataupun kaki, tujuan
gerakan ini adalah memperbaiki ketahanan (endurance).
14
sehingga pergerakan cairan keluar tubuh menjadi lebih optimal hingga 78 – 96% dari target
pengeluaran cairan. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa Exercise
intradialisis mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap penurunan level ureum.
Pengaruh bermakna exercise intradialisis terhadap penurunan level ureum di dukung pula oleh
hasil uji beda pada pembahasan sebelumnya bahwa ada perbedaan bermakna antara level
ureum sebelum dan sesudah exercise intradialisis dengan p=0,000<0,05 dan perbedaan
bermakna pula dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan p=0,018<0,05.
Kefektifan pengeluaran atau pembersihan ureum darah sangat dipengaruhi oleh proses
hemodialisis tersebut yaitu difusi, filtrasi dan ultrafiltasi. Exercise intradialisis berperan
meningkatkan fungsi difusi, filtrasi dan ultrafiltasi sehingga darah terbebas dari racun/toksin
sisa metabolisme tubuh seperti ureum. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Maheshwari
(2012), yang menyatakan bahwa exercise intradialisis signifikan meningkatkan ekskresi toksin
tubuh. Kajian lain yang mendukung kemaknaan pengaruh exercise intradialisis terhadap
penurunan level ureum darah adalah bahwa exercise intradialisis diyakini meningkatkan curah
jantung dan aliran darah. Parson et al. (2006) dalam Maheswari (2012) berpendapat bahwa
peningkatan curah jantung dan aliran darah pada ekstremitas bawah serta terbukanya
permukaan kapiler dapat meningkatkan pengeluaran toksin menuju komparteman vaskuler
sehingga dapat dibersihkan selama proses hemodialisis.
Exercise intradialisis mengurangi penumpukan urea (p<0,001) (Cheema, 2008). Kajian
tersebut dikuatkan oleh Parsons et al (2004) menyatakan bahwa program exercise intradialisis
yang dilaksanakan dalam 8 minggu signifikan meningkatkan pergerakan urea sehingga efek
dialisis menjadi lebih baik. Dari berbagai kajian penelitian pendahulu tampak bahwa hasil
penelitian ini menguatkan hasil penelitian pendahulu.
15
otot baik otot pada tangan maupun otot pada kaki. Hasil ini mendukung sebuah studi
bahwa latihan fisik selama hemodialisis dapat meningkatkan kekuatan dan ukuran otot
yang juga dapat memperbaiki fungsinya (Johansen, 2005). Latihan fisik meliputi
peregangan yaitu peregangan leher, peregangan tangan/lengan, peregangan bahu,
punggung atas dan dada. Gerakan lain meliputi latihan penguatan yang meliputi penguatan
lengan dan penguatan paha serta gerakan untuk pendinginan. Latihan dilakukan dengan
meningkatkan intensitas latihan yaitu dengan memberikan pembebanan baik pada kaki
maupun pada tangan.
Latihan fisik selama hemodialisis dapat meningkatkan memperbesar aliran darah
pada jumlah kapiler otot, serta memperbesar luas dan permukaan kapiler sehingga
meningkatkan perpindahan urea dan toksin dari jaringan ke vaskuler yang kemudian
dialirkan ke dialyzer atau mesin HD (Parson et al ,2006). Latihan fisik yang dilakukan
selama hemodialisis dapat meningkatkan dialysis efficacy yaitu mengurangi efek racun
dari uremik sindrom yang dapat mengakibatkan komplikasi pada pasien penyakit ginjal
kronik. Pasien yang melakukan latihan fisik selama hemodialisis memungkinkan untuk
lebih sedkit mengalami komplikasi. Aliran darah melalui jaringan meningkat saat
dilakukan latihan fisik, menggunakan otot – otot tungkai bawah memungkinkan kapiler
untuk membuka lebih banyak sehingga memberikan luas permukaan yang lebih besar
untuk pertukaran zat dari jaringan ke darah.
2) Perbedaan kekuatan otot setelah dilakukan latihan fisik pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Terdapat perbedaan yang signifikan kekuatan otot kaki dan tangan setelah
dilakukan latihan fisik pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p=
0,027 dan p = 0,030). Hasil penelitian ini memperkuat bukti bahwa latihan fisik yang
dilakukan pada kelompok perlakuan menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot baik
otot tangan maupun otot kaki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Casteneda et al dalam Johansen (2005) yang menyebutkan bahwa
latihan fisik dapat memperbaiki kekuatan otot (nilai p < 0,001). Hasil yang dicapai pada
kelompok perlakuan menunjukkan peningkatan kekuatan otot. Latihan fisik secara teratur
memiliki keuntungan memperbaiki kesehatan otot. Latihan yang dilakukan merangsang
pertumbuhan pembuluh darah yang kecil (kapiler) dalam otot.
16
Hal ini akan membantu tubuh untuk efisien menghantarkan oksigen ke otot, dapat
memperbaiki sirkulasi secara menyeluruh dan menurunkan tekanan darah serta
mengeluarkan hasil sampah metabolik yang mengiritasi seperti asam laktat dari dalam
otot. Perawat memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Perawat hemodialisis turut berperan dalam mencapai adekuasi dialysis. Latihan fisik
selama hemodialisis dapat meningkatkan aliran darah pada otot, memperbesar jumlah
kapiler serta memperbesar luas dan permukaan kapiler sehingga meningkatkan
perpindahan urea dan toksin dari jaringan ke vaskuler yang kemudian dialirkan ke dialyzer
atau mesin HD. Perawat hemodialisis berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang latihan fisik, mengajarkan dan memotivasi untuk melakukan latihan tersebut serta
memberikan pelayanan untuk konsultasi
tentang latihan fisik tersebut.
Tabel 2.1 judul .....
Perbedaan kekuatan otot kaki dan tangan responden setelah latihan fisik pada kelompok
perlakuan dan kelompok control
Daftar Pustaka
17
Adiatma, D. C., & Tobing, M. L. 2014. “Prevalensi Dan Jenis Anemia Pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Reguler (Studi Di Rsup Dr. Kariadi Semarang)”.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Arora, P., Varelli, M, 2010. Chronic Renal Failure.
Buana, Komang Setia & Ketut Dedy Suryawan. 2014. “Aplikasi Kalkulator Air Solusi Untuk
Mengetahui Kebutuhan Cairan Dalam Tubuh Berbasis Android”. Denpasar : Seminar
Nasional Informatika.
Corwin. Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC
Daryani. 2011. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Inisiasi Dialisis Pasien Gagal
Ginjal Tahap Akhir di RSUP DR Soeradji Tirtonegoro Klaten”. Skripsi S2. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan.
Daryani. 2011. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Inisiasi Dialisis Pasien Gagal
Ginjal Tahap Akhir di RSUP DR Soeradji Tirtonegoro Klaten”. Skripsi S2. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan.
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2012. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC
Faradilla, Nova. 2009. “Gagal Ginjal Kronik”. Fakultas Kedokteran RIAU.
Hartanti, R.D. 2016. “Exercise Intradialisis Meningkatkan Nilai Urr Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dengan Hemodialisis”. ISSN 2407-9189. Pekalongan: The 3rd Universty Research
Colloquium 2016.
Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Kamal,Zainal dkk. 2003. “Identifikasi dan Penentuan Kadar Kalsium Terlarut dalam Fraksi Air
dan Etil Asetat Dalan Daun Kumis Kucing (Orthoshiphon Aristatus) dengan Spektrometri
Serapan Atom”. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia. ISSN 0216 - 3128.
Kustarini , Indranilla dkk. 2012. “Efek Ekstrak Etanol Morinda Citrifolia L (Mengkudu)”. Vol 46
Nomor 3. Semarang : Universitas Diponegoro. Media Medika Indonesiana
Mahesa dan Dedi Rachmadi. 2010. “Penyakit Ginjal Kronik”. Fakultas Kedokteran
18
Mardiana, Rina. 2013. “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Masalah Perkotaan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Melati Atas Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Jakarta”. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan.
Mardiana, Rina. 2013. “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Masalah
Perkotaan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Melati Atas
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta”. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas
Indonesia : Depok.
Maryati, M. 2012. “Chronic Kidney Disease”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nasution, S.R. 2012. “Latihan Jasmani pada Pasien Hemodialisis Reguler”. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
National Kidney Foundation. “About Kidney Diseases”. Maret 2015.
(https://www.kidney.org/kidneydisease/global-facts-about-kidney-disease), diakses pada 18
September 2016.
Noer, M.S., 2006.Gagal Ginjal Kronik Pada Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Handbook For Health Student. Yogyakarta :
MediaAction.
Nurarif, Amin Huda &Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Perkemihan. Jakarta :
Salemba Medika.
Pujiastuti T dkk. 2014. “Pengaruh Exercise Intradialisis Terhadap Peningkatan Adekuasi
Hemodialisis Pasien Chronic Kidney Disease Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”.
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus Jakarta.
Rachmadi, Mahesa D. 2010. “Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease)”. Bandung:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
Sebayang, Agnes N. 2012. “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Dalam
Suhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronis Dengan Hemodialisis Di Ruang Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati Jakarta”. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2015. Keperawatan Medikal Bedah2, Edisi 8. Jakarta :
EGC
19
Sulistyaningsih D.R. 2014. “Efektivitas Latihan Fisik Selama Hemodialisis Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang”. Semarang: Fakultas Keperawatan Unisulla
Semarang.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Universitas Padjadjaran: Bandung.
20