Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Ny.

S Dengan Diagnosa
Medis Gerd Di Ruangan Perawatan Lantai II

RS Mega Buana Palopo

Disusun Oleh:

Avelinda Oktavia Makota Ogur (K.20.01.006)

Preceptor Klinik Preceptor Instusi

Wahyuddin, S.Kep.Ns Aisyah Supri,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Program Studi SI.Ilmu Keperawatan

Fakultas Kesehatan

Universitas Mega Buana Palopo

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatjan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan baik dan tepat
waktu.Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.Selain itu,pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan .

Kami mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dan


membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar.Selain itu,penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat
memberikan karya lebih baik lagi.Semoga makalh ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengetahuan para pembaca.

Palopo,14 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................

BAB I :KONSEP MEDIS .........................................................................................................

A.Defenisi .....................................................................................................................

B.Etiologi ......................................................................................................................

C.Manifestasi Klinik ...................................................................................................

E.Komplikasi ...............................................................................................................

F.Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................

G.Penatalaksanaan .....................................................................................................

H.Pencegahan ..............................................................................................................

BAB II:KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................

A.Pengkajian Keperawatan .......................................................................................

B.Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................

C.Rencana Intervensi Keperawatan .........................................................................

LAMPIRAN

Patofisilogi (Penyimpangan KDM)

Daftar Pustaka
BAB I

KONSEP MEDIS

A.DEFENISI

GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakityang jarang terdiagnosis oleh
dokter di Indonesia karena bila belummenimbulkan keluhan yang berat seperti refluks
esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa.Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi
lambungke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang, terutamasetelah makan
(Asroel, 2014).Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagaiakibat refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu(troublesome).Di
esofagus maupunekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2013).

Pada orang normal,Refluks Ini terjadi pada posisi tegak sewaktuhabis makan.Karena sikap
posisi tegak tadi dibantu oleh adanyakontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir
masuk keesofagus segera dikembalikan ke lambung.Refluks sejenak ini tidakmerusak
mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan ataugejala.Oleh karena itu, dinamakan
Refluks Fisiologis.Keadaan ini barudikatakan patologis, bila Refluks Terjadi berulang-ulang
yangmenyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktuyang
lama.Istilah esofagitis Refluks Berarti kerusakan esofagusakibat Refluks Cairan lambung,
seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosaesofagus (Susanto, 2013).

Jadi, GERD merupakan suatu keadaan patologis akibat maksuknya isilambung ke esofagus
yang biasa terjadi setelah makan dan dapat terjadi pada posisi tegak oleh adanya konstraksi
peristaltik primer lambung.

B. ETIOLOGI

Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:

•Menurunnya tonus LES(Lower Esophageal Sphincter)

•Bersihan asam dari lumen esofagus menurun

•Ketahanan epitel esofagus menurun


•Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam empedu,
HCL

•Kelainan pada lambung

•Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis

• Non acid refluks (refluksgas)menyebabkan hipersensitivitas

•Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuatrefluks

•Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol,


merokok, dan obat-obatan yang bertentangandengan fungsi esophageal sphincter bagian
bawah termasuk yangmemiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin),
penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat

•Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2015)

C. PATOFISIOLOGI

Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD(gastroesophageal reflux disease)


disebabkan aliran balik (refluks) isilambung ke dalam esophagus.GERD sering kali disebut
nyeri ulu hati(heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnyahanya
ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau menimbulkan rasaseperti terbakar di
esophagus.Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan
disebabkanmelemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambungyang lebih
tinggi dari esophagus.Dengan kedua mekanisme ini, isilambung yang bersifat asam bergerak
masuk ke dalam esophagus.Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke
esofaguskarena adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlahsfingter sejati,
tetapi suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingterini normalnya hanya terbuka jika
gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal ini
terjadi, otot polossfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung. Sfingteresofagus
seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini,karena banyak organ yang
berada dalam rongga abdomen, menyebabkantekanan abdomen lebih besar daripada tekanan
toraks. Dengan demikian,ada kecenderungan isi lambung terdorong ke dalam esofagus.
Akantetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten, sfingter tidak dapatmnutup lambung.
Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi(lambung) ke daerah bertekanan rendah
(esofagus). Episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan
inflamasi dan jaringan parut di area bawah esofagus.Pada beberapa keadaan, meskipun tonus
sfingter dala keadaan normal,refluks dapat terjadi jika terdapat gradien tekananyang sangat
tinggi disfingter. Tekanan abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingteresofagus ke
rongga toraks. Hal ini memperbesar gradien tekanan antaraesofagus dan rongga abdomen.
Posisi berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi
lambung mengiritasi esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung.
Walaupunesofagus memiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidaksebanyak atau
seaktif sel yang ada di lambung (Corwin, 2009: 600)

D.MANIFESTASI KLINIK

•Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)

•Muntah

•Sakit perut

•Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkanmenjalar ke leher,


tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelahmakan

•Ludah berlebihan (water brash)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.EndoskopiPemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk
diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break diesophagus (esofagitis refluks). Jika
tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada
pasiendengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive refluxdisease (NERD).

c. Esofagografi dengan bariumDibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka


danseringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitisringan. Pada
keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding dan lipatan
mukosa, ulkus, atau penyempitanlumen.

c.Monitoring pH 24 jam Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian


distalesophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam denganmenempatkan
mikroelektroda pH pada bagian distal esophagus.Pengukuran pH pada esophagus bagian
distal dapat memastikan adatidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm
diatas LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.

G.PENATALAKSANAAN

Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejalamenandakan adanya


respons perbaikan lesi organiknya (perbaikanesofagitisnya).Hal ini tampaknya lebih praktis
bagi pasien dan cukupefektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.Berikut
adalahobat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa GERD:

a. Antasid

Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalammenghilangkan gejala GERD tetapi tidak
menyembuhkan lesiesofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini
dapatmemperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah. Kelemahan ScribdObat
golongan ini adalah rasanya kurang menyenangkan, dapatmenimbulkan diare terutama
yang mengandung magnesium sertakonstipasi terutama antasid yang mengandung
aluminium, penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan gangguan fungsiginjal.

b. Antagonis reseptor H2. Yang termasuk dalam golongan obat iniadalah simetidin,
ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekansekresi asam, golongan obat ini
efektif dalam pengobatan penyakitrefluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali
lebih tinggi dandosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif pada
pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpakomplikasi.
c. Obat-obatan prokinetik.

Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini lebih
condong kearahgangguan motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERDsangat
bergantung pada penekanan sekresi asam.

d. Metoklopramid.
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptordopamine. Efektivitasnya rendah dalam
mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali
dalamkombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena
melalui sawar darah otak, maka dapat timbul efekterhadap susunan saraf pusat berupa
mengantuk, pusing, agitasi,tremor, dan diskinesia.

e. Domperidon.

Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopaminedengan efek samping yang lebih
jarang disbanding metoklopramidkarena tidak melalui sawar darah otak.Walaupun
efektivitasnya dalammengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esophageal belum
banyakdilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonusLES serta
mempercepat pengosongan lambung.

f. Cisapride.

Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapatmempercepat pengosongan


lambung serta meningkatkan tekanantonus LES. Efektivitasnya dalam menghilangkan
gejala serta Penyembuhan lesi esophagus lebih baik dibandingkan dengandomperidon.-

g. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat).

Berbedadengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efeklangsung
terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan carameningkatkan pertahanan mukosa
esophagus, sebagai buffer terhadapHCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan
garam empedu.Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara
topikal(sitoproteksi).

h. Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI). Golonganobat ini


merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD.Golongan obat-obatan ini
bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K
ATP-ase yang dianggapsebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.Obat-
obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta penyembuhan lesi
esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat serta yang refrakter dengan
golongan antagonis reseptorH2.Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu
(terapiinisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan(maintenance
therapy) selama 4 bulan atau on-demand therapy,tergantung dari derajat esofagitisnya.

G.KOMPLIKASI

- Asma

- Erosif esophagus

-Perdarahan saluran cerna iritasi atau

- Peradangan esophagus

- Tukak kerongkongan

H.PENCEGAHAN

o Menghindari konsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, tetap


mengonsumsi sayur dan buah-buahan.
o Jangan tidur dalam waktu 2 jam setelah makan.
o Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas.
o Kopi, alkohol dan minuman bersoda juga bisa memperburuk timbulnya GERD.
o Hindari makanan yang mengandung coklat karena mengandung methylxantine yang
mirip seperti kafein dan dapat membuat sfingter rileks sehingga tidak cukup erat
menutup dan terjadi refluks.
o Menghindari stress.
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Keluhan utama
Dikaji durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan, lokasi, faktor pencetus,
manifestasi yang berhubungan :
a. Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
b. Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak, pneumonia,
fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
c. Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena,
odinofagia.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit gastrointestinal lain
b. Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
c. Alergi/reaksi respon imun
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk
ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara
kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
b. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan
darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna (meliputi
pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban
kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan,
distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari
bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior,
inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
d. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran
kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau
ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata,
konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga dapat dinilai pada daun
telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung
dan mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada
tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di
leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya
nyeri telan
e. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan
jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi
simetris apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi
serta dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya,
bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah,
redup atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta
pada saat auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan
seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada daerah
lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada pemeriksaan jantung dapat
diperiksa tentang denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising
(thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain
f. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang
ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding
perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa,
ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada
organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta
genetalianya.
g. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang gerak,
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi
pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu
disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan
ini merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan
berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi).
2. Radiologi
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama
pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien PRGE
menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada
keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa penebalan dinding dan
lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.
3. Tes Provokatif
a. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa esofagus
terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1 % yang dialirkan
ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki arti diagnostik dan tidak
bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri
dada asal esofagus menurut kepustakaan berkisar antara 80-90%.
b. Tes EdrofoniumTes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang
disuntikan intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk menentukan
adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik
esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal esofagus.
4. Pengukuran pH dan tekanan esofagus
Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya RGE,
pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk RGE. Cara
lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah menggunakan alat
yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan
manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda serangan dada
yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH
esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold
standar untuk memastikan adanya PRGE.

5. Tes Gastro-Esophageal Scintigraphy


Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus dan
sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).
6. Pemeriksaaan Esofagogram
Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa
esofagus, erosi, dan striktur.
7. Tes PPI
Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien yang
diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu minggu.
Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.
8. Manometri esofagus
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada pasien
NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan peristaltik/motilitas esofagus.
9. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi
bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).

ANALISA DATA

No Data Menyimpang Etiologi Diagnosa Keperawatan


1 Kaji masalah yang Kelemahan otot Risiko aspirasi
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnose (Lower esophageal hambatan menelan,
sphincter) penurunan refluks
laring dan glotis
Peningkatan intra terhadap cairan
abdomen refluks.

Refluks isi lambung

Muntah - muntah
2 Kaji masalah yang Kelemahan otot Defisit volume cairan
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnosa (Lower esophageal pemasukan yang
sphincter) kurang, mual dan
muntah / pengeluaran
Peningkatan intra yang berlebihan.
abdomen

Refluks isi lambung


Muntah – muntah

Pengeluaran cairan
berlebih
3 Kaji masalah yang Kelemahan otot Ketidakseimbangan
berhubungan dengan esophagus, LES nutrisi kurang dari
diagnose (Lower esophageal kebutuhan tubuh
sphincter) berhubungan dengan
anoreksia, mual,
Peningkatan intra muntah.
abdomen

Refluks isi lambung

Mual muntah

4 Kaji masalah yang Kelemahan otot Nyeri akut


berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnose (Lower esophageal inflamasi lapisan
sphincter) esofagus

Peningkatan intra
abdomen

Refluks isi lambung

Penumpukan asam
lambung di
esophagus

Terjadi infeksi di
esophagus

Merangsang nyeri
5 Kaji masalah yang Kelemahan otot Bersihan jalan nafas
berhubungan dengan esophagus, LES tidak efektif
diagnose (Lower esophageal berhubungan
sphincter) dengan refluks
cairan ke laring dan
Peningkatan intra tenggorokan.
abdomen

Refluks isi lambung


sampai ke
tenggorokan

Jalan nafas
terhambat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks laring


dan glotis terhadap cairan refluks.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan
muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan
tenggorokan.

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 Risiko aspirasi Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Meningkatkan
berhubungan tindakan kesadaran, reflek ekspansi paru
dengan keperawatan batuk dan maksimal dan alat
hambatan selama ...x 24 jam kemampuan pembersihan jalan
menelan, masalah aspirasi menelan. napas.
penurunan pada klien dapat 2. Naikkan kepala 2. Meningkatkan
refleks laring dan diatasi dengan 30-45 derajat pengisian udara
glotis terhadap kriteria hasil: setelah makan. seluruh segmen
cairan refluks 1. Klien dapat paru, memobilisasi
bernafas dan mengeluarkan
dengan sekret.
mudah, tidak 3. Menghindari
3. Potong makanan
irama, terjadinya risiko
kecil kecil.
frekuensi aspirasi yang
pernafasan terlalu tinggi.
normal skala 4 4. Dapat membatasi
4. Hindari makan
2. Pasien mampu ekspansi
kalau residu
menelan, gastroesofagus
masih banyak
mengunyah
tanpa terjadi
aspirasi, dan
mampu
melakukan
oral hygiene
skala 4
3. Jalan nafas
paten, mudah
bernafas, tidak
merasa
tercekik dan
tidak ada suara
nafas
abnormal
skala 4

2 Defisit volume Setelah dilakukan 1. Monitor status 1. Perubahan pada


cairan tindakan hidrasi. kapasitas gaster
berhubungan keperawatan dan mual sangat
dengan selama .....x 24 mempengaruhi
pemasukan yang jam,  defisit masukan dan
kurang, mual dan volume cairan kebutuahan cairan,
muntah / pada klien  dapat peningkatan risiko
pengeluaran yang diatasi  dengan dehidrasi.
2. Kaji tanda vital,
berlebihan. kriteria hasil: 2. Indikator
catat perubahan
1. Mempertahank dehidrasi/hipovole
TD, takikardi,
an urine output mia, keadekuatan
turgor kulit dan
sesuai dengan penggantian cairan.
kelembaban
usia BB, BJ
membran mukosa.
urine normal
3. Berikan cairan
skala 4 3. Menggantikan
tambahan IV
2. Tidak ada kehilangan cairan
sesuai indikasi.
tanda-tanda dan memperbaiki

dehidrasi, keseimbangan

elastisitas cairan dalam fase

turgor kulit segera dan pasien

baik dan tidak mampu memenuhi

ada rasa haus 4. Dorong masukan cairan per oral.

yang oral bila mampu 4. Memungkinkan

berlebihan penghentian

skala tindakan dukungan

3. Hematokrit cairan infasif dan

menurun skala kembali ke norma

4. Tidak ada
ascites skala

3 Ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Diskusikan  pada 1. Dengan memilih


an nutrisi kurang tindakan pasien makanan makanan yang
dari kebutuhan keperawatan yang disukainya disukai pasien
tubuh selama .....x 24 dan makanan maka selera makan
berhubungan jam,  nutrisi pada yang tidak si pasien akan
dengan intake klien dapat diatasi disukainya. bertambah dan
kurang akibat dengan kriteria dapat mengurangi
mual dan muntah. hasil: rasa mual dan
1. Nafsu makan muntah.
baik 2. Buat jadwal 2. Setelah tindakan
2. Peningkatan masukan tiap pembagian,
berat badan jam. Anjurkan kapasitas gaster
sesuai dengan mengukur menurun kurang
tujuan cairan/makanan dari 50 ml,
3. Tidak ada dan minum sehingga perlu
tanda-tanda sedikit demi makan
malnutrisi sedikit atau sedikit/sering.
4. Tidak mual makan secara

dan muntah perlahan.


3. Beritahu pasien 3. kemungkinan
untuk duduk saat aspirasi.
makan/minum.
4. Tekankan 4. Makan berlebihan
pentingnya dapat
menyadari mengakibatkan
kenyang dan mual dan muntah
menghentikan
masukan.
5. Timbang berat 5. Pengawasan

badan tiap hari. kehilangan  dan

Buat jadwal alat pengkajian

teratur setelah kebutuhan nutrisi

pulang.
6. Kolaborasi 6. Perlu bantuan

dengan ahli gizi dalam perencanaan


diet yang
memenuhi
kebutuhan nutrisi
4 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kurangi faktor 1. Dengan
berhubungan tindakan presipitasi nyeri berkurangnya
dengan keperawatan faktor pencetus
inflamasi selama ......x 24 nyeri maka pasien
lapisan jam, pasien tidak tidak terlalu
esofagus. mengalami nyeri, merasakan
dengan kriteria intensitas nyeri.
2. Tingkatkan
hasil: 2. Menurunkan
istirahat
1. Mampu tegangan abdomen
mengontrol dan meningkatkan
nyeri (tahu rasa kontrol.
3. Berikan informasi
penyebab 3. Pemberian
tentang nyeri
nyeri, mampu informasi yang
seperti penyebab
menggunakan berulang dapat
nyeri, berapa lama
tehnik mengurangi rasa
nyeri akan
nonfarmakolo kecemasan pasien
berkurang, dan
gi untuk terhadap rasa
antisipasi
mengurangi nyerinya.
ketidaknyamanan
nyeri, mencari
prosedur.
bantuan)
4. Ajarkan tentang
2. Melaporkan 4. Meningkatkan
teknik
bahwa nyeri relaksasi,
nonfarmakologi
berkurang memfokuskan
seperti teknik
dengan kembali perhatian
relaksasi nafas
menggunakan dan meningkatkan
dalam, distraksi
manajemen kemampuan
dan kompres
nyeri koping.
hangat/dingin.
3. Mampu
5. Berikan analgesik
mengenali 5. Perlu penanganan
untuk mengurangi
nyeri (skala, obat untuk
nyeri
intensitas, memudahkan

frekuensi dan istirahat adekuat

tanda dan penyembuhan

4. Tanda vital
dalam rentang
normal

5 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Peninggian kepala


nafas tidak efektif tindakan untuk tempat tidur
berhubungan keperawatan memaksimalkan mempermudah
dengan refluks selama ......x 24 ventilasi fungsi pernapasan
cairan ke laring jam klien dapat 2. Lakukan 2. Fisioterapi dada
dan tenggorokan menunjukkan fisioterapi dada dapat
kriteria hasil: jika perlu mengeluarkan sisa
sekret yang masih
Status hasil: tertinggal.
jalan nafas yang 3. Atur intake untuk 3. Keseimbangan
paten (tidak cairan akan stabil apabila
tercekik, irama mengoptimalkan antara pemasukan
nafas dan pola keseimbangan. dan pengeluaran
nafas dalam diatur
rentang normal) s

LAMPIRAN

Patofisiologi (penyimpangan KDM)


Penyebab

Kelainan
Tonus Les Esofagus Reflux Gas Anatomi

Otot melemas Aliran balik Menyebabkan Penyempitan


Kerongkongan
hipersentitivitas

GERD

Nyeri ulu hati Nafas bau asam Refluks saat malam

Terbakar Aspirasi isi lambung


Kesulitan Merangsang
menelan pusat
Risiko Aspirasi
Nyeri akut
Gangguan Mual
menelan
Penurunan
Nafsu Makan

Intake nutrisi
adekuat

Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan

Daftar Pustaka

Chello Elvy. 2011. http://id.scribd.com/doc/55414259/Pengertian-Dehidrasi. (diakses tgl 15


Desember 2012)Dochterman, Joanne Mccloskey. 2000. Nursing Intervention Classification.
America: Mosby Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan edisi 4 volume
2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Prima, Ardian. 2011.
http://id.scribd.com/doc/100213354/CAIRAN-ELEKTROLIT. (diakses tgl 13 Desember
2012). Ronny, dr., M.Kes, AIFO, Setiawan, Dr.med, dr., AIFM & Sari Fatimah, Ners, S.Kep.,
M.Kes. 2010. Fisiologi Kardiovaskular Berbasis masalah keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran : EGC Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta:
Digna Pustaka. Swanson, Elizabeth. 2004. Nursing Outcome Classification. America : Mosby
Sylvia A.Price & Lorraine M.Wilson. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tarwoto & Wartonah
2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai