Askep GERD - Avelinda
Askep GERD - Avelinda
S Dengan Diagnosa
Medis Gerd Di Ruangan Perawatan Lantai II
Disusun Oleh:
Fakultas Kesehatan
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatjan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan baik dan tepat
waktu.Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.Selain itu,pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan .
Penulis
DAFTAR ISI
A.Defenisi .....................................................................................................................
B.Etiologi ......................................................................................................................
E.Komplikasi ...............................................................................................................
G.Penatalaksanaan .....................................................................................................
H.Pencegahan ..............................................................................................................
LAMPIRAN
Daftar Pustaka
BAB I
KONSEP MEDIS
A.DEFENISI
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakityang jarang terdiagnosis oleh
dokter di Indonesia karena bila belummenimbulkan keluhan yang berat seperti refluks
esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa.Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi
lambungke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang, terutamasetelah makan
(Asroel, 2014).Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagaiakibat refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu(troublesome).Di
esofagus maupunekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2013).
Pada orang normal,Refluks Ini terjadi pada posisi tegak sewaktuhabis makan.Karena sikap
posisi tegak tadi dibantu oleh adanyakontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir
masuk keesofagus segera dikembalikan ke lambung.Refluks sejenak ini tidakmerusak
mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan ataugejala.Oleh karena itu, dinamakan
Refluks Fisiologis.Keadaan ini barudikatakan patologis, bila Refluks Terjadi berulang-ulang
yangmenyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktuyang
lama.Istilah esofagitis Refluks Berarti kerusakan esofagusakibat Refluks Cairan lambung,
seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosaesofagus (Susanto, 2013).
Jadi, GERD merupakan suatu keadaan patologis akibat maksuknya isilambung ke esofagus
yang biasa terjadi setelah makan dan dapat terjadi pada posisi tegak oleh adanya konstraksi
peristaltik primer lambung.
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
D.MANIFESTASI KLINIK
•Muntah
•Sakit perut
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.EndoskopiPemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk
diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break diesophagus (esofagitis refluks). Jika
tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada
pasiendengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive refluxdisease (NERD).
G.PENATALAKSANAAN
a. Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalammenghilangkan gejala GERD tetapi tidak
menyembuhkan lesiesofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini
dapatmemperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah. Kelemahan ScribdObat
golongan ini adalah rasanya kurang menyenangkan, dapatmenimbulkan diare terutama
yang mengandung magnesium sertakonstipasi terutama antasid yang mengandung
aluminium, penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan gangguan fungsiginjal.
b. Antagonis reseptor H2. Yang termasuk dalam golongan obat iniadalah simetidin,
ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekansekresi asam, golongan obat ini
efektif dalam pengobatan penyakitrefluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali
lebih tinggi dandosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif pada
pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpakomplikasi.
c. Obat-obatan prokinetik.
Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini lebih
condong kearahgangguan motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERDsangat
bergantung pada penekanan sekresi asam.
d. Metoklopramid.
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptordopamine. Efektivitasnya rendah dalam
mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali
dalamkombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena
melalui sawar darah otak, maka dapat timbul efekterhadap susunan saraf pusat berupa
mengantuk, pusing, agitasi,tremor, dan diskinesia.
e. Domperidon.
Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopaminedengan efek samping yang lebih
jarang disbanding metoklopramidkarena tidak melalui sawar darah otak.Walaupun
efektivitasnya dalammengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esophageal belum
banyakdilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonusLES serta
mempercepat pengosongan lambung.
f. Cisapride.
Berbedadengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efeklangsung
terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan carameningkatkan pertahanan mukosa
esophagus, sebagai buffer terhadapHCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan
garam empedu.Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara
topikal(sitoproteksi).
G.KOMPLIKASI
- Asma
- Erosif esophagus
- Peradangan esophagus
- Tukak kerongkongan
H.PENCEGAHAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Dikaji durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan, lokasi, faktor pencetus,
manifestasi yang berhubungan :
a. Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
b. Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak, pneumonia,
fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
c. Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena,
odinofagia.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit gastrointestinal lain
b. Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
c. Alergi/reaksi respon imun
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk
ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara
kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
b. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan
darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna (meliputi
pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban
kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan,
distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari
bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior,
inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
d. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran
kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau
ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata,
konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga dapat dinilai pada daun
telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung
dan mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada
tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di
leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya
nyeri telan
e. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan
jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi
simetris apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi
serta dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya,
bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah,
redup atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta
pada saat auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan
seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada daerah
lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada pemeriksaan jantung dapat
diperiksa tentang denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising
(thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain
f. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang
ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding
perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa,
ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada
organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta
genetalianya.
g. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang gerak,
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi
pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu
disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan
ini merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan
berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi).
2. Radiologi
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama
pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien PRGE
menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada
keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa penebalan dinding dan
lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.
3. Tes Provokatif
a. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa esofagus
terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1 % yang dialirkan
ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki arti diagnostik dan tidak
bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri
dada asal esofagus menurut kepustakaan berkisar antara 80-90%.
b. Tes EdrofoniumTes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang
disuntikan intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk menentukan
adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik
esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal esofagus.
4. Pengukuran pH dan tekanan esofagus
Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya RGE,
pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk RGE. Cara
lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah menggunakan alat
yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan
manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda serangan dada
yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH
esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold
standar untuk memastikan adanya PRGE.
ANALISA DATA
Muntah - muntah
2 Kaji masalah yang Kelemahan otot Defisit volume cairan
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnosa (Lower esophageal pemasukan yang
sphincter) kurang, mual dan
muntah / pengeluaran
Peningkatan intra yang berlebihan.
abdomen
Pengeluaran cairan
berlebih
3 Kaji masalah yang Kelemahan otot Ketidakseimbangan
berhubungan dengan esophagus, LES nutrisi kurang dari
diagnose (Lower esophageal kebutuhan tubuh
sphincter) berhubungan dengan
anoreksia, mual,
Peningkatan intra muntah.
abdomen
Mual muntah
Peningkatan intra
abdomen
Penumpukan asam
lambung di
esophagus
Terjadi infeksi di
esophagus
Merangsang nyeri
5 Kaji masalah yang Kelemahan otot Bersihan jalan nafas
berhubungan dengan esophagus, LES tidak efektif
diagnose (Lower esophageal berhubungan
sphincter) dengan refluks
cairan ke laring dan
Peningkatan intra tenggorokan.
abdomen
Jalan nafas
terhambat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
dehidrasi, keseimbangan
berlebihan penghentian
4. Tidak ada
ascites skala
pulang.
6. Kolaborasi 6. Perlu bantuan
4. Tanda vital
dalam rentang
normal
LAMPIRAN
Kelainan
Tonus Les Esofagus Reflux Gas Anatomi
GERD
Intake nutrisi
adekuat
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan
Daftar Pustaka