Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DASAR-DASAR FIQIH MAWARIS


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Mawaris

Dosen Pengampu: IMAM SYAFI'I, M.H

Disusun Oleh:

Ahmad Subyantoro

Rifkiatul Mufarrohah

Hasilah Murodatul Fitria

Izzatul Maula fi Amanillah

Luluk Multazimatul Khusnaniah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN

GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah azza
wajalla, dengan limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-NYA kami
kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar-dasar Fiqih
Mawaris”. Yang mana makalah ini bertujuan agar dapat menambah wawasan
dan pengetahuan tentang mata kuliah Fiqih Mawaris.

Kami selaku penyusun berterimakasih kepada:

1. Bapak Abdul Aziz Wahab M.Ag selaku rector Universitas Islam Zainul
Hasan Genggong.
2. Bapak Nuntufa, S.E,M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Zahida I’tisoma Billah, M.E. selaku Ketua Prodi Manajemen
Keuangan Syariah.
4. Bapak Imam Syafi'i selaku pengampu Mata Kuliah Fiqih Mawaris.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari anggota kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat walaupun masih banyak terdapat


kesalahan. Kami selaku penyusun mohon kritik dan saran yang membangun
agar dapt memperbaiki kesalahan pada makalh ini. Terima Kasih.

Probolinggo, 8 September 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................

A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................

A. Pengertian Waris dan Harta Waris........................................


B. Asas-asas dan Sumber Hukum..............................................
C. Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Warisan Sebelum
Dibagikan..............................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak kepemilikan harta benda, dan pembagian harta warisan sering kali
menjadi pemicu terjadinya pertikaian dan pertengkaran dalam sebuah keluarga.
Bahkan tak jarang sampai ada pertumpahan darah demi mendapatkan harta
warisan.Yang mana masalah ini muncul akibat adanya ketidakpuasan salah satu
pihak yang merasa dirinya di nomor duakan.

Karena ketidaktahuan dan ketidakpedulian masyarakat tentang pentingnya


mempelajari ilmu Mawaris atau juga bisa disebut ilmu faraidl ini memang
sudah menjadi Suratan takdir sejak zaman azali. Betapa banyak manusia yang
menganggap faraidl sebagai momok yang menakutkan dan sulit. Dan ada juga
yang menganggap remeh pada hukum-hukum Islam pada ilmu faraidl ini, yang
mana permasalahan ini memang sudah tidak bisa dihindarkan lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Waris dan Harta Waris?
2. Apa saja Asas-asas dan Sumber Hukumnya?
3. Apa Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Warisan Sebelum Dibagikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Waris dan Harta Waris!
2. Untuk mengetahui Asas-asas dan Sumber Hukum!
3. Untuk mengetahui Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Warisan
Sebelum Dibagikan!

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN WARIS DAN HARTA WARIS
1. Pengertian Waris
Dalam bahasa Arab ialah ‫ارث‬atau ‫يراث‬FFF‫ م‬menurut bahasa ialah
berpindah nya sesuatu dari seseorang pada seseorang yang lain, atau
dari sekelompok orang pada sekelompok orang yang lain, baik berupa
harta, ilmu , kehormatan , dan lain sebagainya.
Adapun dalam istilah Syara', waris ialah berpindah nya kepemilikan
harta benda dan hak milik yang ditinggalkan mayit pada para ahli
warisnya.
2. Pengertian Harta Waris
Harta warisan ialah semua benda dan hak yang ditinggalkan mayit.
Jadi, harta warisan tidak hanya berupa benda yang kasat mata dan
bernilai, namun juga mencakup hak. Harta warisan dalam
Syara'disebut dengan Tirkah.
Contoh hak adalah hak khiyar dalam jual beli dan hak menuntut
qishash atau hadd. Seumpama ketika hidup, si mayit pernah transaksi
jual beli dan memiliki hak khiyar, maka hak khiyar ini akan berpindah
pada ahli warisnya, dan mereka berhak membatalkan jual-beli jika
mereka menginginkan nya. Ahli waris korban pembunuhan berhak
menuntut qishash pada pelaku pembunuhan, dan jika mereka
bersedia diganti diyat (harta kompensasi) sebagai ganti dari qishash,
maka diyat tersebut termasuk harta warisan. Jika seseorang dituduh
zina (qadzf) tanpa terdapat saksi, maka ia berhak menuntut hukum
pada si penuduh zina. Apabila dia meninggal, maka hak menuntut
nya berpindah pada ahli warisnya.
Hak disini juga mencakup ihktishas, yakni sebuah hak milik namun
tidak sah diperjual-belikan, seperti anjing peliharaan yang terlatih,
kotoran hewan, hak memakai fasilitas umum (seperti di pinggir jalan
raya) untuk berjualan,semisal. Hak milik berupa ihktishash juga dapat
diwarisi.
Jika harta warisan berkembang setelah kematian si mayit, seperti
susu yang diperah dari sapi peninggalan mayit, telur dari ayam
peninggalan mayit, dan lain-lain., maka harta yang berkembang
tersebut tidak termasuk
Tirkah sehingga dikasih mayit memiliki hutang, maka harta yang
berkembang itu tidak ikut diambil untuk membayar hutangnya. Harta
berkembang disebut Zawa'idut Tirkah (harta yang berkembang dari
harta warisan) dan menjadi hak bersama para ahli waris. Hak mereka
dalam zawa'idut Tirkah sesuai kadar hak mereka dalam harta
warisan.
Jika harta tikah membutuhkan biaya pengelolaan, seperti hewan
ternak, maka biaya pengelolaan harta Tirkah sebelum dibagikan,
seperti biaya untuk pakan ternak, biaya operasional kandangnya, dan
lain-lain., semuanya di ambilkan dari harta tirkah apabila Tirkah
sudah dibagikan maka biaya-biaya tersebut menjadi tanggung jawab
ahli waris yang mendapatkannya.
B. ASAS-ASAS DAN SUMBER HUKUM
1. Asas-asas Hukum Kewarisan Islam
a. Asas Ijbari (Paksaan)
Asas Ijbari adalah peralihan harta dari orang yang sudah
meninggal dunia pada ahli waris yang masih dalam kondisi hidup
berlaku dengan sendirinya berdasar pada ketetapan Allah SWT.
Hal ini tanpa digantungkan pada usaha dan keinginan dari pewaris
atau ahli warisnya.
Dalam hal ini ahli waris tidak harus merencanakan penggunaan
serta pembagian harta setelah ia meninggal. Hal ini karena saat
dirinya meninggal, maka secara otomatis harta tersebut akan
menjadi milik ahli warisnya dengan peralihan yang sudah
ditentukan.
b. Asas Bilateral
Dalam hukum waris menurut Islam terdapat asas bilateral, di
mana orang yang menerima hak waris berasal dari kedua belah
pihak kerabat yang adalah dari garis keturunan laki-laki maupun
perempuan. Dalam asas ini terbagi menjadi dua dimensi yang
terdiri dari anak dengan orang tuanya dan orang yang bersaudara
jika pewaris tidak memiliki anak dan orang tua.
c. Asas Individual
Asas individual dalam hukum waris menurut Islam adalah setiap
ahli waris memiliki hak pada bagian yang didapatkannya tanpa
terikat dengan ahli waris yang lain. Dalam asas individual ini
berarti ahli waris yang mendapatkan bagian dari harta pewaris
hanya dimiliki secara perorangan saja.
Sedangkan ahli waris yang lainnya tidak ada ikut campur dengan
bagian tersebut. Sehingga setiap orang yang menjadi ahli waris
memiliki kebebasan untuk menentukan bagian harta yang
didapatkannya tersebut.
d. Asas Keadilan Berimbang
Asas keadilan berimbang dalam hukum waris menurut Islam ini
adalah adanya keseimbangan antara harta warisan yang menjadi
hak seseorang dengan beban biaya hidupnya yang harus
ditanggung. Seperti halnya laki-laki dan perempuan yang
mendapatkan bagian sesuai dengan biaya hidup yang harus
ditanggungnya dalam kehidupan di keluarga maupun di
masyarakat.
e. Kewarisan Akibat Kematian
Asas kewarisan akibat kematian ini adalah adanya kewarisan jika
ada yang meninggal dunia. Di mana kewarisan tersebut menjadi
ada sebagai akibat dari seseorang yang meninggal dunia.
Berpindahnya harta milik seseorang pada orang lain terjadi jika
orang yang mempunyai harta tersebut dinyatakan meninggal
dunia dan selama itulah harta tersebut tidak dapat berpindah
pada orang lain.
Jadi, jika pemilik harta tersebut masih hidup, maka tidak bisa
dipindahalihkan. Meskipun ia memiliki hak untuk mengatur harta
tersebut, hak itu hanyalah untuk kebutuhan semasa hidup saja
dan tidak untuk digunakan setelah meninggal dunia.
f. Asas Tandhidh
Asas terakhir dalam hukum waris menurut Islam ini adalah
asas tandhidh. Di mana jika seseorang yang sudah meninggal
dunia meninggalkan harta, maka ahli warisnya yang sudah
ditunjuk harus menaksir terlebih dahulu semua harta warisan
tersebut untuk dijadikan rupiah. Untuk pembagian harta
warisannya dilakukan setelah harta tersebut sudah ditaksir ke
rupiah.
Itulah penjelasan terkait definisi kewarisan Islam dan dasar
hukumnya dalam Al-Quran dan hadis. Serta enam asas hukum
waris menurut Islam yang sangat penting untuk diketahui oleh
umat Islam. Karena asas hukum waris Islam sendiri tak bisa lepas
dari pelaksanaan pembagian harta waris.
2. Sumber hukum waris
a. Al-Qur'an
Ketentuan-ketentuan tentang ilmu Mawaris, khususnya yang
berkaitan dengan pembagian harta warisan, pokok-pokok nya
telah ditentukan oleh Al-Qur'an. Al-Qur'an telah menjelaskan
dengan jelas dan tegas. Bahkan tidak ada hukum-hukum yang
tidak dijelaskan dalam QS. An-Nisa'(4) 7-14, 176, Al-Ahzab (33):6
dan surat-surat lainnya.
b. Al-Hadist
Sumber hukum yang ke-2 setelah Al-Qur'an adalah Al-Hadits.
Hadits yang berkenaan dengan hukum mawaris yaitu:
"Diriwayatkan dari ibnu Abbas ra. Beliau berkata: Rosulullah SAW
telah bersabda: Bagilah harta pustaka antara ahli-ahli waris
menurut (ketentuan) kitab Allah" (HR. Muslim dan Abu Dawud)
c. Ijma' dan ijtihad
Landasan selanjutnya setelah Al-Qur'an dan Al-Hadits adalah
ijma'dan Ijtihad. Para ulama banyak berperan dalam penyelesaian
masalah-masalah terkait dengan mawaris, terutama masalah yang
berhubungan dengan teknis-teknis pelaksanaannya
C. HAK-HAK YANG BERKAITAN DENGAN WARISAN SEBELUM
DIBAGIKAN
Sebelum harta warisan dibagikan kepada para ahli waris, maka terlebih
dahulu harus dituntaskan hak-hak orang lain yang berkaitan dengan
mayit. Karena Ketika seseorang wafat dan dia meninggalkan beberapa
hak Dan kewajiban yang berkaitan dengan harta peninggalannya. Maka
tidak dibenarkan apabila terburu-buru dalam membagi harta warisan
sebelum Hak-hak dan kewajibannya belum dipenuhi.
Syekh Abdul Fattah bin Husain dalam kitabnya yang berjudul al-
Majmu’atu ar-Riwayah menjelaskan ada lima kewajiban sebelu hak yang
berkaitan dengan tirkah.
1. kewajiban pemilik harta (al-haqq bi ‘ayn at-tirkah).
Contoh kewajiban ini adalah zakat, kafarat dan gadai. Jadi, apabila
terdapat mayit meninggal dunia dan ternyata ia memiliki tanggungan
zakat, kafarat dan gadai misalnya, maka tirkah atau harta
peninggalannya harus digunakan untuk kepentingan yang pertama ini.
2. Biaya perawatan mayit seperlunya (mu’anu at-tajhiz min ghoyri
israafin wa laa taqtiir)
Sebelum mewariskan harta si mayit, harta miliki si mayit harus
digunakan untuk biaya perawatan mayit seperti biaya untuk
memandikannya, mengkafani hingga menguburkannya. Seperlunya.
Tidak terlalu boros dan pelit. Akan tetapi, menurut mazhab Imam
Ahmad bin Hanbal hak nomer dua ini lebih utama daripada nomer
satu.
3. Hutang-hutang milik mayit (ad-duyun al-muthlaqah ‘an ta’allaquhihaa
bi ‘ayn at-tirkah)
Setelah kedua hal diatas, bila yang wafat masih memiliki hutang,
maka harta peninggalannya (tirkah) harus digunakan untuk membayar
hutang-hutang si mayit. Hal ini berdasarkan hadis nabi Muhammad
SAW.:

َ ‫نَ ْفسُ ْال ُمْؤ ِم ِن ُم َعلَقَةٌ بِ َد ْينِ ِه َحتَى يٌ ْق‬


‫ضى َع ْنه‬
Diri seorang mukmin tergantung pada hutangnya hingga hutang
tersebut dilunasi. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah diriwayatk dari Abu
Hurairah)
4. Melaksanakan wasiat (al-washiyyah)
Apabila mayit sebelum meninggal dunia telah mewasiatkan sesuatu
yang berkaitan dengan hartanya (tirkah) kepada selain ahli waris,
maka wasiatnya harus didahulukan terlebih dahulu sebelum membagi
warisan. contoh wasiat untuk memberi fakir miskin atau yatim dalam
jumlah tertentu. Wasiat ini harus ditunaikan setelah biaya perawatan
mayit dan melunasi hutang, tetapi sebelum membagi harta
peninggalan kepada para ahli waris.
Dengan syarat tidak melebihi 1/3 harta warisan, dan apabila wasiatnya
melebihi dari 1/3 maka tidak wajib melaksanakan semuanya. Hanya
sampai 1/3 saja kecuali jika sudah mendapatkan izin dari semua ahli
waris.
5. Warisan
Setelah empat hak tersebut dipenuhi, maka kemudian harta si mayit
dibagi kepada ahli waris sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu faroidh
yang telah dijelaskan oleh para ulama.
Membagi harta warisan hanya kepada kerabat tertentu atau kepada
sebagian anaknya dengan ditentukan oleh wasiat pewaris tidak
dibenarkan oleh syari'at.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pemaparan materi diatas dapat kita simpulkan bahwa waris
adalah berpindahnya kepemilikan harta benda dan hak milik yang
ditinggalkan mayit pada para ahli warisnya.
Sedangkan harta warisan adalah semua benda dan hak yang
ditinggalkan oleh mayit, dan tidak hanya berupa benda yang kasat
mata tapi juga mencakup hak.
Hak-hak yang berkaitan dengan harta warisan sebelum dibagikan
ada 5 yaitu:
1. kewajiban pemilik harta (al-haqq bi ‘ayn at-tirkah).
2. Kedua, biaya perawatan mayit seperlunya (mu’anu at-tajhiz min
ghoyri israafin wa laa taqtiir)
3. Ketiga, hutang-hutang milik mayit (ad-duyun al-muthlaqah ‘an
ta’allaquhihaa bi ‘ayn at-tirkah)
4. Keempat, melaksanakan wasiat (al-washiyyah)
5. Terakhir, warisan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin M. 2016, Ilmu Fara'idl , Lirboyo: santri salaf press

Maulana Muhammad Ichsan,2014, pintar fiqih Mawaris :Al-Aziz Al-Aziziyah


press

Mubarok abu hazim,2017,fiqh idola; terjemah Fathul qarib ,Kediri :mukji


mukjizat manifestasi santri Jawa barat

Anda mungkin juga menyukai