Anda di halaman 1dari 2

Nama: Mira Rosdiana

NPM: A1A021061

Kelas: 3B Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata Kuliah: Kritik Sastra

“Pendekatan Kritik Sastra”

A. Pendekatan Semiotik

Pendekatan semiotik pada dasarnya merupakan pengembangan pendekatan objektif atau


pendekatan struktural, yaitu penelahaan sastra dengan mempelajari setiap unsur yang ada di
dalamnya, tanpa ada yang dianggap tidak penting, serta melihat suatu alam memahami karya
sastra karya sastra sebagai suatu yang terikat kepada sistem yang dibentuknya sendiri, sehingga
sistem yang ada di luarnya tidak berlaku terhadapnya.

Bila suatu masyarakat memperlihatkan pembenturan berbagai nilai maka kekacauan dan
pembenturan itu akan tercermin pula dalam karya sastra. Dengan pendekatan semiotik dapat
memahami karya sastra sehingga memberikan penilaian yang lebih positif.

B. Pendekatan Sosiologis (the sosiological approach).

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan
masyarakat. Artinya melalui masyarakat dapat melihat pandangan telaah kritik sastra terfokus
atau lebih memperhatikan sosial kemasyarakatan.

C. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis adalah pendekatan penelahaan sastra yang menekankan pada segi-
segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra. Kemajuan-kemajuan teknologi serta
modernisasi dalam segala sector kehidupan tampaknya bermula dari sikap kejiwaan tertentu serta
bermuara pula ke permasalahan kejiwaan.

Pinsip-prinsip Psiko-analisis ini adalah sebagai berikut:

 Lapisan kejiwaan yang paling dalam (rendah)


 Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dan sewaktu kanak-kanak
 Semua buah pikiran
 Konflik emosi
 Emosi itu sendiri bersifat dwirasa
 Sebagian konflik dapat diselesaikan caranya yang dapat diterima.
D. Pendekatan Moral

Pendekatan moral dalam kritik sastra sering pula dianut oleh beberapa kritikus. Moral
dalam hal ini diartikan seabagai suatu norma, suatu konsep tentang kehidupan yang disanjung
tinggi oleh sebagian besar masyarakat tersebut. Pendekatan moral, dalam kenyataannya,
cenderung menjurus kepada penggunaan ukuran dari segi nilai-nilai keagamaan. Karya sastra
adalah wadah yang cukup dapat diandalkan dalam pembinaan moral keagamaan, sedangkan di
pihak lain, moral keagamaan ini merupakan problem yang selalu menarik untuk ditampilkan
dalam karya sastra.

E. Pendekatan Kritik Sastra Feminis

Kritik feminis merupakan suatu pandangan yang mulai disuarakan pada abad ke-19
mengenai kedudukan yang sejajar antara perempuan dan laki-laki. Pendekatan kritik feminis
sesungguhnya berasal dari gerakan feminisme di dunia Barat yang berkar pada perjuangan untuk
persamaan hak bagi perempuan. Kritik feminis ini adalah satu kritik (sastra) yang berusaha
mendeskripsikan dan menafsirkan pengalaman perempuan dalam berbagai karya sastra, terutama
dalam novel dan agak jarang dalam drama atau puisi.

F. Pendekatan Mimesis

Pendekatan ini Bertolak dari pemikiran bahwa sastra, sebagaimana hasil seni yang lain,
merupakan pencerminan atau representasi kehidupan nyata. Pendekatan ini lama sekali
mempengaruhi kehidupan kritik sastra di Eropa.

G. Pendekatan Pragmatis (reseptif)

Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat
memberi kesenangan dan faedah bagi pembacanya. Dengan begitu pendekatan ini
menggabungkan antara unsur penglipur lara dengan unsur didaktis.

H. Pendekatan Ekspresif

Pendekatan ini menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair


mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra. Kemampuan pengarang menyampaikan
pikiran yang agung dan emosi yang kuat menjadi ukuran keberhasilan.

I.Pendekatan Objectif (Struktural)

Pendekatan ini membetasi diri pada penelahaan karya sastra itu sendiri, terlepas dari soal
pengarang dan pembaca. Dalam hal ini kritikus memandang karya sastra sebagai suatu kebulatan
makna, akibat perpaduan isi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya.

Anda mungkin juga menyukai