Anda di halaman 1dari 3

BAB II

KAJIAN TEORI
Kajian teori membahas tentang model manajemen bencana dan evakuasi
yang akan diterapkan di gunung kelud, didasarkan pada penelitian beberapa ahli
kebencanaan dalam jurnal internasional. Uraian lebih lanjut sebagai berikut.

A. Variable Scale Evacuation Models


The Variable Scale Evacuation Model (VSEM) adalah simulasi yang
memfokuskan penanganan bencana saat erupsi gunung api. Tujuan utama dari
VSEM adalah untuk mengoptimalkan proses rencana evakuasi selama krisis
vulkanik. The Variable Scale Evacuation Model (VSEM) adalah aplikasi
komputer yang dikembangkan dalam ANSI C untuk mensimulasikan proses
evakuasi untuk daerah terancam. Input data yang diperlukan untuk menjalankan
VSEM, digunakan software Sistem Informasi Geografi(SIG). Skenario evakuasi
yang berbeda dan variabel baru dapat ditambahkan ke VSEM, tergantung pada
pengetahuan yang tersedia dan karakteristik setiap daerah. VSEM menghitung
waktu evakuasi dan keandalan konektivitas (Taylor, 2007) untuk menentukan
strategi terbaik evakuasi ketika merancang rencana darurat. Terdapat beberapa hal
yang perlu untuk diperhatikan, diantaranya sebagai berikut.
1. Kerentanan Jaringan Jalan.
Erupsi gunung api menyebabkan terganggunya kelancaran jaringan jalan
akibat material letusan. Model evakuasi VSEM memperhitungkan kerentanan
jaringan jalan yang terdampak erupsi. Perhitungan kerentanan jaringan jalan
berfungsi untuk mengistemasikan jalan mana yang optimal untuk dijadikan
fasilitas evakuasi krisis vulkanik.
2. Evakuasi zona kerentanan dan perilaku penduduk
Selama proses evakuasi, pengetahuan tentang perilaku penduduk yang
pindah adalah sangat fundamental untuk memperkirakan total waktu yang
dibutuhkan untuk mengevakuasi. Proses evaluasi yang tepat dari perilaku ini
survei yang berbeda dibuat untuk mengestimasikan berapa banyak orang akan
mengungsi, berapa banyak waktu mereka harus siap untuk itu, dll ( PBSJ Inc.,
1999; Mei, 2002). Namun, dalam kasus evakuasi karena bahaya yang bergerak
cepat dari dampak spasial yang pasti, tidak ada yang bersedia untuk evakuasi.
Salah satu masalah utama yang para peneliti harus hadapi adalah untuk
meramalkan berapa banyak orang akan dievakuasi dan saat ini akan terjadi (Cova
dan Gereja, 1997; Dash dan Gladwin, 2007).
3. Titik jalan merupakan titik keluar.
Proses evakuasi memperhitungkan seluruh jaringan jalan, aspek operasi
yang berhubungan dengan desain evakuasi mempertimbangkan misalnya, prioritas
dalam rangka evakuasi, jaringan jalan secara hierarki, tingkat lokal dari bahaya,
dll. Desain evakuasi rekonstruksi dilakukan sedemikian rupa dengan membuat
sekenario dengan mempertimbangkan pola jalan, waktu, kerentanan populasi serta
akses.
B. Human Volcano Model
Human Volcano Model menitikberatkan bahwa konsep resiko dalam
masyarakat harus dikembangkan dan direvisi sehingga kajian resiko tidak hanya
mempertimbangkan satu sudut pandang akantetapi kajian secara menyeluruh
dalam berbagai aspek. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap resiko bencana
sangat rendah. Kepercayaan masyrakat lokal bahwa bencana terjadi akibat mitos
kepercayaan masyarakat setempat harus dikembangkan. Tahapan Human Volcano
System dilakukan dengan memertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Resiliensi dan pemulihan kapasitas
Identitas budaya memberikan gambaran kapasitas individu dan masyarakat
untuk pulih dari bencana( Bachri et al, 2015). Pemulihan pasca bencana tidak
hanya mempertimbangkan kecakapan aspek fisik akantetapi juga sosial dan
ekonomi. Gunung api dapat dijadikan masyarakat lokasl sebagai sumber kapasitas
manusia untuk pulih dari bencana sekaligus memberikan manfaat.
2. Konsep Resiko dan membuka pemikiran tentang resiko
Konsep resiko dikembangkan dalam berbagai disiplin kajian yang
bervariasi. Membuka konsep resiko dalam masyarakat tidak berarti mengecilkan
masyarakat yang bertempat tinggal di area vulkanik. Membuka pemikiran
masyarakat terhadap resiko bencana didasarkan pada potensi positif dan negatif
yang dapat menjelaskan erilaku masyrakat di kawasan gunung api. Konsep Open
risk menitikberatkan pada persamaan rasional sebagai analisis konsep cost-benefit
yang digunakan dalam manajemen bahaya lebih(US Flood Control Act pada tahun
1939). Dalam pendekatan ini manusia memutuskan cost-benefit untuk
menentukan apakah ia harus tinggal di daerah tersebut atau tidak berdasarkan
aspek ekonomi. Konsep open risk berkembang meluas dengan mendasarkan
aspek sosial, budaya, politik dan ekologi yang tidak dapat diuangkan. Model
Human-enviroinment system kerentanan, kapasitas, resiliensi saling berinteraksi
dalam menentukan dimensi resiko.

Anda mungkin juga menyukai