Anda di halaman 1dari 2

 Zaman Modern: korupsi yang terus berkembang bagaikan

menjadi warisan hingga saat ini. Sehingga penanganan terhadap


korupsi mulai dilakukan sejak periode pasca kemerdekaan (orde
lama), orde baru, dan masa reformasi hingga saat ini.

Masa orde lama, Presiden Soekarno membentuk 2 badan pemberantas korupsi yaitu PARAN (Panitia
Retooling Aparatur Negara) dan Operasi Budhi. Masa Orde baru, di bentuk Tim Pemberantas Korupsi
(TPK) dan ketika gagal, dibentuk Opstib (Oprasi Tertip)

Masa reformasi, usaha pemberantasan korupsi dilanjutkan pada zaman Presiden B.J. Habibie sampai
dengan Susilo Bambang Yudhoyono; dengan berbagai peraturan dan badan atau lembaga dibentuk,
seperti komisi Penyelidik Kekakayaan penyelenggara Negara (KPKPN), Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha (KPPU), Ombudsmen, Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(TGPTPK).

Bukti keseriusan pemerintah Indonesia dalam memerangi korupsi pada tahun 2003 dengan turut
berpartisipasi dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Convention Against
Corruption/UNCAC). UNCAC Konvensi anti korupsi yang mencakup ketentuan-ketentuan kriminalisai,
kewajiban terhadap langkah-langkah pencegahan dalam sektor publik dan privat, kerjasama
internasional dalam penyelidikan dan penegakan hukum, langkah-langkah bantuan teknis, serta
ketentuan mengenai pengembalian asset.

Dalam hal pemberantasan korupsi Ratifikasi UNCAC memiliki arti penting bagi Indonesia, yaitu:

1. Meningkatkan kerjasama internasional khususnya dalam melacak, membekukan


menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil korupsi yang ditempatkan di luar
negeri.

2. Meningkatkan kerjasama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan yang


baik.

3. Meningkatkan kerjasama internasional dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi,


bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan
kerjasama penegakan hukum.

4. Mendorong terjalinnya kerjasama teknik dan pertukaran informasi dalam


pencegahan dan pemberantasan tindak pidan korupsi di bawah payung kerjasama
pembangun nan ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral, regional, dan
multilateral.

5. Harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahan dan


pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan konvensi ini.

1. Memahami Korupsi

Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”. Kata
“corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Secara harfiah korupsi
mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Besar Bahasa
Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara
(perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Sebab-sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:


 Faktor Individu

1. Sifat tamak, orang yang sudah berkecukupan yang berhasrat besar untuk
memperkaya diri dengan sifat rakus atau serakah.

2. Moral yang lemah menghadapi godaan, godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan korupsi.

3. Gaya hidup konsumtif, apabila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai
sehingga membuka peluang untuk menghalalkan berbagai tindakan korupsi untuk
memenuhi hajatnya.

 Faktor Lingkungan

Lingkungan kerja yang korup akan memarjinalkan orang yang baik, ketahanan mental dan harga diri
adalah aspek yang menjadi pertaruhan. Faktor lingkungan pemicu perilaku korup yang disebabkan
oleh faktor di luar diri pelaku, yaitu: Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi, Aspek ekonomi,
Aspek Politis, Aspek Organisasi.

Anda mungkin juga menyukai