Rencanakan transmisi roda gigi lurus yang digunakan untuk memutar drum
penggulung wire rope pada Cantilever Jib Crane dengan ketentuan sebagai berikut ;
- Daya motor listrik = 17 KW
- Putaran motor listrik = 1135 RPM
- Putaran drum = 15 RPM
Perencanaan meliputi ;
1. Gambar Sistem transmisi roda gigi
2. Dimensi roda gigi
3. Kekuatan roda gigi
4. Dimensi poros transmisi
5. Dimensi pasak yang digunakan
6. Umur bantalan
Data perencanaan yang belum diketahui besaran nya dapat ditentukan sendiri
dengan menggunakan NIM., sedangkan untuk pemilihan bahan roda gigi, poros dan
pasak ditetapkan sesuai dengan fungsinya.
Maka,
Banyaknya roda gigi 1, Z1 = 17 buah
roda gigi 2, Z2 = 85 buah
roda gigi 3, Z3 = 85 buah
roda gigi 4, Z 4 = 425buah
roda gigi 5, Z5 = 51 buah
roda gigi 6, Z6 = 153 buah
Pemilihan modul
Pemilihan modul ditentukan berdasarkan diagram pemilihan modul untuk
roda gigi lurus standard.
Untuk N = 12 kW dan n = 1107 rpm, didapatkan.
Modul m = 4 mm
Untuk N = 12 kW dan n = 221,4 rpm, didapatkan.
Modul m = 4 mm
Untuk N = 12 kW dan n = 44,28 rpm, didapatkan.
Modul m = 4 mm
Untuk N = 12 kW dan n = 14,76 rpm, didapatkan.
Modul m = 4 mm
Tinggi gigi (H)
H = 2 . m + Ck
Dimana:
Ck: Kelonggaran puncak
= 0,25 . m = 0,25 x 4 = 1 mm
Maka,
H = 2 x 4 + 1 = 9 mm
Lebar gigi (b)
Lebar gigi berkisar antara (10 ~ 16) . m
Ditetapkan:
b = 10 . m (untuk roda gigi 1 s/d 4)
= 10 x 4 = 40 mm
b = 16 . m (untuk roda gigi 5 dan 6)
= 16 x 4 = 64 mm
Diameter roda gigi
Diameter roda gigi didapat dari persamaan – persamaan berikut:
Diameter jarak bagi :d=m.z (mm)
Diameter lingkaran kepala : dk = (Z + 2) . m (mm)
Diameter lingkaran kaki : df = dk – 2H (mm)
Untuk roda gigi (1) didapat:
d = m . Z1
= 4 x 17 = 68 mm
dk = (Z1 + 2) . m
= (17 + 2) x 4 = 76 mm
df = dk – 2H
= 76 - 2 x 9 = 58 mm
Untuk roda gigi (2) didapat:
d = m . Z2
= 4 x 85 = 340 mm
dk = (Z2 + 2) . m
= (85 + 2) x 4 = 348 mm
df = dk – 2H
= 348 - 2 x 9 = 330 mm
Untuk roda gigi (3) didapat:
d = m . Z3
= 4 x 85 = 340 mm
dk = (Z3 + 2) . m
= (85 + 2) x 4 = 348 mm
df = dk – 2H
= 348 - 2 x 9 = 330 mm
Untuk roda gigi (4) didapat:
d = m . Z4
= 4 x 425 = 1700 mm
dk = (Z4 + 2) . m
= (425 + 2) x 4 = 1708 mm
df = dk – 2H
= 1708 - 2 x 9 = 1690 mm
dengan metode yang sama didapatkan dimensi dari roda gigi lainnya dan
hasilnya ditabelkan sbb:
Catatan:
Dari hasil perencanaan dan perhitungan, beban per satuan lebar gigi
yang bekerja harus lebih kecil dari beban maksimum persatuan lebar gigi
yang diijinkan, atau dengan kata lain:
Fb ¿ Fb’ dan Fb ¿ FH’
Perkiraan berat roda gigi:
Bila berat jenis baja ∂ = 7,8 x 10-6 kg/mm2 dan berat gigi dianggap tinggal
60% karena adanya lubang untuk poros, maka berat gigi :
π
G= x d2 x b x ∂ x 60%
4
Untuk roda gigi 1
π
G1 = x d2 x b x ∂ x 60%
4
π
= x 682 x 40 x (7,8 x 10-6) x 0,6
4
= 0,68 kg
Untuk roda gigi 2
π
G2 = x d2 x b x ∂ x 60%
4
π
= x 3402 x 40 x (7,8 x 10-6) x 0,6
4
= 16,99 kg
Untuk roda gigi 3
π
G3 = x d2 x b x ∂ x 60%
4
π
= x 3402 x 40 x (7,8 x 10-6) x 0,6
4
= 16,99 kg
Untuk roda gigi 4
π
G4 = x d2 x b x ∂ x 60%
4
π
= x 17002 x 40 x (7,8 x 10-6) x 0,6
4
= 424,90 kg
Untuk roda gigi 5
π
G5 = x d2 x b x ∂ x 60%
4
π
= x 2042 x 64 x (7,8 x 10-6) x 0,6
4
= 9,78 kg
Untuk roda gigi 6
π
G6 = x d2 x b x ∂ x 60%
4
π
= x 6122 x 64 x (7,8 x 10-6) x 0,6
4
= 88,10 kg
Pada perencanaan ini poros disusun mendatar (horizontal) sehingga pada arah
horizontal poros mengalami gaya radial dan pada arah vertical poros mengalami
gaya tangensial + berat roda gigi.
a. Poros 1
Gaya horizontal (gaya radial)
100
RAH = Fr1 x
150
2
= 135 x
3
= 90 kg
RBH = Fr1 – RAH
= 135 – 90
= 45 kg
MCH = RAH x 50
= 90 x 50
= 4500 kg
[ ]
1
5,1
ds =
Ta
√ ( Km . M ) 2
+ ( Kt . T )2 3
dimana:
M : momen bending maksimum poros
T : momen torsi poros
Km : factor koreksi untuk momen lentur, besarnya 1,5 ~ 2,0
Kt : factor koreksi untuk momen punter, besarnya 1,0
Ta : tegangan geser ijin = σ B/(sf1 . sf2)
Sf1 :factor keamanan, untuk bahan s-c dan bahan baja paduan,
besarnya 6,0
Sf2 :factor keamanan pengaruh konsentrasi tegangan akibat alur
pasak dan poros bertingkat = 1,3
Bila bahan poros semua direncanakan sama, yaitu baja paduan chrom nikel
dan SNCM 25 menurut JIS G 4104 dengan kekuatan tarik σ B = 120 kg/mm2,
maka:
Harga tegangan ijin Ta = 120/(6 x1,3)
= 15,38 kg/mm2
Jadi, diameter poros 1
[ ]
1
5,1
ds1 =
15,38
√ ( 1,5 . 10176 ,76 ) 2
+ ( 1,0 . 10298,10 ) 2 3
1
= [ 0,331 √ ( 15265,14 )2 + ( 10298,1 ) ]
2 3
= 17,17 mm ≅ ditetapkan ds = 20 mm
(menyesuaikan diameter bantalan)
b. Poros 2
Gaya horizontal (gaya radial)
100 100
RAH = Fr2 x + Fr3 x
150 150
2 2
= 135 x + 135 x
3 3
= 90 + 90
= 180 kg
RBH = Fr2 + Fr3 – RAH
= 135 + 135 – 180
= 90 kg
MCH = RAH x 50
= 180 x 50
= 900 kg
Gaya vertical (gaya tangensial + berat roda gigi)
F2 = Ft2 + G2
= 302,97 + 16,99
= 319,96 kg
F3 = Ft3 + G3
= 302,97 + 16,99
= 319,96 kg
100 100
RAV = F2 x + F3 x
150 150
2 2
= 319,96 x + 319,96 x
3 3
= 213,30 + 213,30
= 426,6 kg
RBV = F2 + F3 – RAV
= 319,96 + 319,96 – 426,6
= 213,32 kg
MCV = RAV x 50
= 426,6 x 50
= 21330 kg
Diameter poros yang diperlukan
[ ]
1
5,1
ds =
Ta
√( Km . M ) +( Kt . T )
2 2 3
dimana:
M : momen bending maksimum poros
T : momen torsi poros
Km : factor koreksi untuk momen lentur, besarnya 1,5 ~ 2,0
Kt : factor koreksi untuk momen punter, besarnya 1,0
Ta : tegangan geser ijin = σ B/(sf1 . sf2)
Sf1 :factor keamanan, untuk bahan s-c dan bahan baja paduan,
besarnya 6,0
Sf2 :factor keamanan pengaruh konsentrasi tegangan akibat alur
pasak dan poros bertingkat = 1,3
Bila bahan poros semua direncanakan sama, yaitu baja paduan chrom nikel
dan SNCM 25 menurut JIS G 4104 dengan kekuatan tarik σ B = 120 kg/mm2,
maka:
Harga tegangan ijin Ta = 120/(6 x1,3)
= 15,38 kg/mm2
Jadi, diameter poros 1
[ ]
1
5,1
ds1 =
15,38
√( 1,5 . 21330 ) +( 1,0 .51490,59 )
2 2 3
1
= [ 0,331 √ ( 31995 )2+ (51490,59 )2 ]3
= 27,17 mm ≅ ditetapkan ds= 30 mm
(menyesuaikan diameter bantalan)
c. Poros 3
Gaya horizontal (gaya radial)
100 100
RAH = Fr4 x + Fr5 x
150 150
2 2
= 135 x + 135 x
3 3
= 90 + 90
= 180 kg
RBH = Fr4 + Fr5 – RAH
= 135 + 135 – 180
= 90 kg
MCH = RAH x 50
= 180 x 50
= 900 kg
Gaya vertical (gaya tangensial + berat roda gigi)
F4 = Ft4 + G4
= 306 + 424,90
= 730,9 kg
F5 = Ft5 + G5
= 2550 + 9,78
= 2559,78 kg
100 100
RAV = F4 x + F5 x
150 150
2 2
= 730,9 x + 2559,78 x
3 3
= 487,26 + 1706,52
= 2193,78
RBV = F4 + F5 – RAV
= 730,9 + 2559,78 – 2193,78
= 1096,9 kg
MCV = RAV x 50
= 2193,78 x 50
= 109689 kg
Diameter poros yang diperlukan
[ ]
1
5,1
ds =
Ta
√ ( Km . M ) 2
+ ( Kt . T )2 3
dimana:
M : momen bending maksimum poros
T : momen torsi poros
Km : factor koreksi untuk momen lentur, besarnya 1,5 ~ 2,0
Kt : factor koreksi untuk momen punter, besarnya 1,0
Ta : tegangan geser ijin = σ B/(sf1 . sf2)
Sf1 :factor keamanan, untuk bahan s-c dan bahan baja paduan,
besarnya 6,0
Sf2 :factor keamanan pengaruh konsentrasi tegangan akibat alur
pasak dan poros bertingkat = 1,3
Bila bahan poros semua direncanakan sama, yaitu baja paduan chrom nikel
dan SNCM 25 menurut JIS G 4104 dengan kekuatan tarik σ B = 120 kg/mm2,
maka:
Harga tegangan ijin Ta = 120/(6 x1,3)
= 15,38 kg/mm2
Jadi, diameter poros 1
[ ]
1
5,1
ds1 =
15,38
√( 1,5 . 109689 ) + (1,0 . 259780,68 )
2 2 3
1
= [ 0,331 √ ( 164533,5 )2+ (259780,68 ) ]
2 3
d. Poros 4
Gaya horizontal (gaya radial)
100
RAH = Fr6 x
150
2
= 135 x
3
= 90 kg
RBH = Fr6 – RAH
= 135 – 90
= 45 kg
MCH = RAH x 50
= 90 x 50
= 4500 kg
Gaya vertical (gaya tangensial + berat roda gigi)
F6 = Ft6 + G6
= 2550 + 88,10
= 2638,1 kg
100
RAV = F6 x
150
2
= 2638,1 x
3
= 1758,73 kg
RBV = F6 – RAV
= 2638,1 – 1758,73
= 879,37 kg
MCV = RAV x 50
= 1758,73 x 50
= 87936,5 kg
Diameter poros yang diperlukan
[ ]
1
5,1
ds =
Ta
√( Km . M ) +( Kt . T )
2 2 3
dimana:
M : momen bending maksimum poros
T : momen torsi poros
Km : factor koreksi untuk momen lentur, besarnya 1,5 ~ 2,0
Kt : factor koreksi untuk momen punter, besarnya 1,0
Ta : tegangan geser ijin = σ B/(sf1 . sf2)
Sf1 :factor keamanan, untuk bahan s-c dan bahan baja paduan,
besarnya 6,0
Sf2 :factor keamanan pengaruh konsentrasi tegangan akibat alur
pasak dan poros bertingkat = 1,3
Bila bahan poros semua direncanakan sama, yaitu baja paduan chrom nikel
dan SNCM 25 menurut JIS G 4104 dengan kekuatan tarik σ B = 120 kg/mm2,
maka:
Harga tegangan ijin Ta = 120/(6 x1,3)
= 15,38 kg/mm2
Jadi, diameter poros 1
[ ]
1
5,1
ds1 =
15,38
√ ( 1,5 . 87936,5 ) 2
+ ( 1,0 .779286,92 ) 2 3
1
= [ 0,331 √ ( 131904,75 )2+ (1,0 . 779286,92 ) ]
2 3
Pemilihan bantalan
a. Bantalan poros 1
Diameter poros ds = 20 mm
Putaran poros n = 1135 rpm
Beban aksial Fa =0
Beban radial Fr = √ RAH 2 + RAV 2
= √ 902 +202,432
= 221,53 kg
Beban ekivalen = Fr = 221,53 kg (Fr = P)
Karena beban yang harus ditahan oleh bantalan cukup besar, maka dipilih
bantalan jenis cylindrical rolling bearing (single row). Jadi bantalan untuk
poros 1 ditetapkan berdasarkan standart FAG no. N 204 dengan
spesifikasi:
d = 20 mm E = 40 mm
D = 52 mm C = 1630 kg
B = 15 mm Co = 880 kg
r = 2 mm
beban ekivalen yang terjadi pada bantalan untuk poros 1 lebih kecil dari
beban ekivalen bantalan standart atau dengan kata lain :
Fr < C dan Co
Jadi pemilihan bantalan untuk poros 1 memenuhi syarat
b. Bantalan poros 2
Diameter poros ds = 30 mm
Putaran poros n = 227 rpm
Beban aksial Fa =0
Beban radial Fr = √ RAH 2 + RAV 2
= √ 1802 +426,6 2
= 463,02 kg
Beban ekivalen = Fr = 463,02 kg (Fr = P)
Karena beban yang harus ditahan oleh bantalan cukup besar, maka dipilih
bantalan jenis cylindrical rolling bearing (single row). Jadi bantalan untuk
poros 1 ditetapkan berdasarkan standart FAG no. N 204 dengan
spesifikasi:
d = 30 mm E = 40 mm
D = 72 mm C = 2990 kg
B = 19 mm Co = 1820 kg
r = 2 mm
beban ekivalen yang terjadi pada bantalan untuk poros 2 lebih kecil dari
beban ekivalen bantalan standart atau dengan kata lain :
Fr < C dan Co
Jadi pemilihan bantalan untuk poros 2 memenuhi syarat
c. Bantalan poros 3
Diameter poros ds = 50 mm
Putaran poros n = 45 rpm
Beban aksial Fa =0
Beban radial Fr = √ RAH 2 + RAV 2
= √ 1802 +2193,782
= 2201,1 kg
Beban ekivalen = Fr = 2201,1 kg (Fr = P)
Karena beban yang harus ditahan oleh bantalan cukup besar, maka dipilih
bantalan jenis cylindrical rolling bearing (single row). Jadi bantalan untuk
poros 1 ditetapkan berdasarkan standart FAG no. N 308 dengan
spesifikasi:
d = 50 mm E = 40 mm
D = 110 mm C = 6750 kg
B = 27 mm Co = 4900 kg
r = 3 mm
beban ekivalen yang terjadi pada bantalan untuk poros 3 lebih kecil dari
beban ekivalen bantalan standart atau dengan kata lain :
Fr < C dan Co
Jadi pemilihan bantalan untuk poros 3 memenuhi syarat
d. Bantalan poros 4
Diameter poros ds = 70 mm
Putaran poros n = 15 rpm
Beban aksial Fa =0
Beban radial Fr = √ RAH 2 + RAV 2
= √ 902 +1758,732
= 1761 kg
Beban ekivalen = Fr = 1761 kg (Fr = P)
Karena beban yang harus ditahan oleh bantalan cukup besar, maka dipilih
bantalan jenis cylindrical rolling bearing (single row). Jadi bantalan untuk
poros 1 ditetapkan berdasarkan standart FAG no. N 308 dengan
spesifikasi:
d = 60 mm E = 40 mm
D = 130 mm C = 9700 kg
B = 31 mm Co = 7250 kg
r = 3,5 mm
beban ekivalen yang terjadi pada bantalan untuk poros 4 lebih kecil dari
beban ekivalen bantalan standart atau dengan kata lain :
Fr < C dan Co
Jadi pemilihan bantalan untuk poros 4 memenuhi syarat
( )
3
33,3 10
=
45
= 0,913
Factor umur untuk bantalan rol
C
fh = fn x
P
6750
= 0,913 x
2201,1
= 2,799
Umur minimal untuk bantalan rol
Lh = 500 x fh10/3
= 500 x 2,79910/3
= 15398 jam kerja