1
2
a. Determinan Dekat
Proses langsung terhadap kematian maternal yang disebabkan oleh
komplikasi obstetri (Maine dalam Aeni, 2013).
1) Komplikasi Kehamilan
95% ibu yang mengalami komplikasi kehamilan beresiko mengalami
kematian maternal daripada ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan.
hipertensi dalam kehamilan adalah penyebab utama kemtian maternal seperti
preeklampsia, apabila tidak didiagnosa secara dini bisa menjadi gawat darurat
yang berakibat ibu kehilangan kesadaran sehingga terjadi kegagalan pada jantung,
gagal ginjal atau perdarahan pada otak yang berakibat pada kematian maternal.
a) Perdarahan Abortus
(1) Definisi Abortus
Abortus adalah terminasi kehamilan secara alami dengan keluarnya
produk konsepsi saat umur kehamilan ≤ 20 minggu atau berat janin ≤ 500 gram
(Anderson, 2009).
(3) Etiologi
Faktor-faktor yang bisa berakibat pada abortus yaitu :
(a) Faktor janin
adanya gangguan pada pertumbuhan plasenta, embrio, janin dan zigot.
(b) Faktor maternal
Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang akan berkembang,
akibat kematian janin tidak bisa diketahui secara pasti.
(c) Faktor eksternal
Penyebab keguguran misalnya radiasi dapat mengakibatkan rusaknya janin
pada kehamilan 9 minggu dan obat dosis yang tinggi.
(4) Patogenesis
Sebagian besar abortus spontan terjadi setelah kematian janin diikuti
perdarahan ke dalam desidua basalis, sesudah itu terjadi infiltrasi sel –sel
peradangan akut perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, dan
perdarahan pervaginam. Abortus mengakibatkan berbagai komplikasi mulai dari
perdarahan, gelembung udara atau cairan, bendungan sistem pembuluh darah
oleh bekuan darah, syok hemoragik , keracunan obat – obat abortif yang
menimbulkan gagal ginjal, perforasi uterus gangguan mekanisme pembekuan
darah yang berat, infeksi, dan syok septik yang berujung kematian maternal.
(5) Diagnosis
Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), diagnosa abortus menurut
gambaran klinis adalah seperti berikut:
1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
a. Anamnesis – perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada
atau ringan.
b. Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar
uterus sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pemeriksaan penunjang – hasil USG.
2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.
6
(6) Penatalaksanaan
1. Abortus insipiens, inkompletus, kompletus
a. Pasang infus / cairan pengganti
b. Transfuse darah
c. Persiapan kuretase
- Mempercepat pengambilan jaringan-hasil konsepsi
- Mempercepat berhentinya perdarahan
- Mengurangi infeksi
d. Tambahan terapi
- Antibiotika
- Uterotonika
- Terapi suportif
2. Abortus Imminen
a. Bed Rest
b. Tokolitik
c. Plasetogenik hormonal
d. ANC- hamil aterm
3. Abortus tertunda (Missed Abortion)
Terminasi hasil konsepsi karena menjadi benda asing intra uterus . hasil
konsepsi menimbulkan bahaya karena dapat menjadi sumber infeksi dan
perdarahan.
4. Abortus Habitualis
Mengurangi merokok dan minum alcohol dan sebaiknya dihentikan. Pada
serviks inkompeten terapinya adalah operasi dengan cara cervical
cerclage.
5. Abortus Septik
a. Keseimbangan cairan tubuh
b. Pemberian antibiotic yang adekuat sesuai dengan hasil kultur kuman
yang diambil dari darah dan cairan fluksus / flour yang keluar
pervaginam.
8
adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa gangguan atau keterlambatan
haid yang disertai nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan kehamilan
ektopik terganggu (Saifuddin, 2007).
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak begitu diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan
pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus
telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba.
Menurut Saifuddin tahun 2009 faktor-faktor yang memegang
peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut:
a. Faktor Tuba
1) Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen
tuba menyempit atau buntu.
2) Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang
berkelok-kelok panjang yang dapat menyebabkan fungsi silia tuba
tidak berfungsi dengan baik.
3) Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
4) Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba
atau divertikel saluran tuba yang bersifat congenital.
5) Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau
tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk juga dapat
menjadi etiologi kehamilan ektopik terganggu.
b. Factor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar,
maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba,
kemudian berhenti dan tumbuh di saluran tuba.
c. Factor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba dapat
membutuhkan konsep khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
10
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB, yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan
dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e. Factor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping
dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur
penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga sering
dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.
2. Tanda dan gejala menurut Wiknjosastro tahun 2007 antara lain :
a. Adanya amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja
sebelum diikuti perdarahan.
b. Mual dan muntah
c. Rasa nyeri di bagian kanan atau kiri perut ibu
d. Perut semakin membesar dan keras
e. Suhu badan agak naik
f. Nadi cepat
g. Tekanan darah menurun
3. Beberapa Jenis Kehamilan Ektopik Lainnya (Wiknjosastro, 2007)
a. Kehamilan servikal
Kehamilan ini jarang dijumpai dan biasanya terjadi abortus spontan
dan didahului oleh perdarahan yang makin lama semakin banyak.
Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewat 20 minggu. Perdarahan
yang banyak merupakan indikasi untuk ,mengambil tindakan terdiri
atas kerokan kavum uteri dan kanalis servikalis. Diagnosis biasanya
baru dibuat pada waktu itu. Dengan USG dapat ditegakkan lebih dini.
b. Kehamilan dalam divertikulum uterus
Kehamilan ini jarang sekali terjadi dan sangat sulit sekali untuk
membuat diagnosisnya. USG dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
kiranya dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini rupture ke
11
1. Etiologi
2. Patogenesis
3. Factor Resiko
a. Usia Ibu
b. Status Gizi
4. Diagnosis
2) Terdapat komplikasi
- Tirotoksikosis (2-5%)
b. Pemeriksaan palpasi
1) Uterus
d. Pemeriksaan laboratorium
5. Penatalaksanaan
1) Koreksi dehidrasi
4) Penatalaksanaan hipertiroidisme.
1. Kuretase
2. Histerektomi
(Martadisoebrata, 2005).
d) Perdarahan Anterpartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi
pada usia kehamilan antara 28 minggu sampai sebelum bayi lahir. Perdarahan
antepartum menyumbang 5- 10% komplikasi kehamilan, dalam waktu singkat jika
tidak segera ditangani keadaan gawat darurat ini dapat menyebabkna kematian
maternal. Umumnya penyebab perdarahan antepartum bersumber pada kelainan
plasenta dan kelainan pada serviks uteri dan vagina.
Ketersediaan darah sebagai upaya untuk mengatasi kondisi ibu akibat
perdarahan namun kurangnya ketersediaan stok darah dan kesadaran masyarakat
kurang akan hal ini sehingga upaya ini menjadi keterlambatan pertolongan gawat
darurat yang jelas dapat menyebabkan kematian maternal.
a. Plasenta
1) Show
4) Vulvovaginal varicosities
7) Hematuria
7) Hemolisis mikroangiopatik
8) Gangguan fungsi hepar ditandai adanya peningkatan serum transaminase
9) Kenaikan kadar kreatinin plasma
10) Trombositopenia (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat)
11) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
12) Adanya sindroma HELLP (Hemolysis; Elevated liver enzymes; Low
platelet)
Eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kejang dan/atau koma pada ibu
hamil ≥ 20 minggu yang disebabkan selain karena gangguan neurologik
b. Factor Predisposisi
Faktor predisposisi yang berhubungan dengan peningkatan angka kejadian
preeklampsia eklampsia:
a) Faktor pasangan
- Nuliparitas/ primiparitas/ kehamilan usia muda
- Lama paparan sperma, inseminasi dari donor, donor oosit
- Seks oral (menurunkan risiko)
- Laki-laki yang pasangan sebelumnya mengalami preeklampsia
b) Faktor bukan pasangan
- Riwayat preeklampsia sebelumnya
- Usia, jarak antar kehamilan
- Riwayat keluarga
- Ras kulit hitam
c) Adanya kelainan dasar khusus
- Hipertensi kronik
- Obesitas, resistensi insulin, berat lahir rendah
- Diabetes gestasional dan diabetes tipe I
- Aktivasi inhibitor protein kinase C
- Defisiensi protein S
- Antibodi antifosfolipid
- Hiperhimosisteinemia
28
7) Kardiotonika
Indikasi pemberian kardiotonika ialah bila ada tanda-tanda gagaj jantung
dan dilakukan perawatan bersama bagian penyakit jantung
8) Diet
Nutrisi yang disarankan antara lain cupkup protein, rendah karbohidrat,
dan rendah garam
Pengelolaan persalinan ditinjau dari umur kehamilan dibagi menjadi dua,
yaitu perawatan aktif dan konservatif. Perawatan aktif dilakukan pada umur
kehamilan ≥ 37 minggu dengan tujuan mengakhiri kehamilan atas indikasi medis
yang terdiri atas insikasi ibu, janin, dan laboratorium. Indikasi ibu mencakup
adanya tanda dan gejala impending preeklampsia, gangguan fungsi hepar dengan
hemolisis, diduga solusio plasenta, timbul onset persalinan, ketuban pecah dini,
dan perdarahan. Indikasi janin meliputi pertumbuhan janin terhambat, adanya
gawat janin, dan oligohidrmanion. Indikasi laboratotium adalah adanya
trombositopenia dan tanda sindoma HELLP yang lain.
Perawatan konservatif dilakukan dengan indikasi umur kehamilan kurang
dari 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending eklampsia dengan
keadaan janin baik. Selama rawat inap di rumah sakit dilakukan pemeriksaan
berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan USG untuk menilai pertumbuhan dan profil biofisik janin. Penting
dilakukan observasi mengenai adanya tanda dan gejala impending eklampsia
untuk segera mengakhiri kehamilan, dan apabila dalam waktu 24 jam tidak ada
perbaikan dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus
kehamilan diakhiri.
e. Komplikasi
1) Komplikasi pada ibu
- Solutio plasenta
- Koagulopati
- Ablatio retina
- Gagal ginjal akut
- Edema paru
31
Karena daerah vagina yang hangat dan lembab, bakteri ragi tetap di
daerah tersebut.Ada bakteri normal yang berada dalam fungsi tubuh dan
adalah untuk menangkalinfeksi. Namun, jika Anda telah mengambil
antibiotik resep (seperti penisilin) untuk alasan lain (seperti infeksi saluran
kemih), bakteri sehat dapat dibunuh. Iniadalah salah satu alasan mengapa
infeksi jamur biasanya Infeksi kandung kemih,bukan virus yang sama, tetapi
penggunaan obat yang menyebabkan terjadinya alam kedua kondisi.
Selain infeksi jamur juga sering terjadi infeksi bakteri. Infeksi bakteri
pada vagina juga disebut vaginosis bakteri, adalah penyakit umum yang
dihadapi oleh sebagian besar wanita terutama selama kehamilan. Kondisi ini
disertai oleh nyeri di daerahperut bagian bawah dan dapat mengakibatkan
komplikasi serius selama melahirkan. Sering terjadi, vaginosis bakteri dapat
menyebabkan infeksi cairan janin, plasentadan amnion selama persalinan,
selain persalinan prematur dan infeksi kandung kemih ibu. Studi telah
menemukan bahwa sekitar 15 sampai 20% wanita hamil menderita infeksi
bakteri selama kehamilan, jadi jika Anda menemukan salah satugejala yang
disebutkan di bawah ini, segeralah mencari bantuan dari seorang yang
professional dalam bidang medis . Infeksi kandung kemih selama kehamilan,
jikatidak dirawat dengan tepat maka dapat menyebabkan komplikasi serius
pada wanita hamil.
Patogisiologi
Seseorang yang sedang hamil umumnya mengalami peningkatan
keluarnya cairan (keputihan) dari vagina karena perubahan hormon
kehamilan. Jika hal ini terjadi, jangan buru-buru mengaitkan hal ini dengan
infeksi jamur (yeast).
Peningkatan pengeluaran dan jenis cairan vagina selama kehamilan
terjadi karenaperubahan hormon dan perubahan pada serviks itu sendiri. Jika
cairan vaginaberwarna bening, putih, dan encer serta tidak atau sedikit
berbau, ini masih dianggapwajar. Namun memang pengeluaran cairan selama
kehamilan kerap dikaitkandengan adanya infeksi jamur. Infeksi jamur
35
memang umum terjadi saat kehamilan,” kata Cynthia Krause, MD, asisten
profesor klinis kebidanan dan kandungan di Mount Sinai School of Medicine,
New York. Selama kehamilan, sebaiknya diskusikan gejala-gejala keputihan
dengan dokter jika:
a. Cairan vagina berwarna kuning atau hijau, putih, tebal, berbentuk seperti
susu basi.
b. Bibir vagina terasa panas dan terbakar.
Perubahan semacam itu bisa sebagai pertanda adanya vaginitis atau infeksi
jamur. Umumnya, infeksi yang disebabkan jamur Candida menghasilkan
cairan berwarna putih. Namun jika cairan beraroma seperti ikan, bisa jadi ini
sebuah kondisi yang disebut bacterial vaginosis.
Penyebab infeksi jamur pada vagina biasanya disebabkan oleh jamur
Candida albicans. Selama kehamilan, lingkungan mikro berubah karena
perubahan kadar estrogen,” kata Gregory R. Moore, MD, MPH, ahli
kebidanan dan kandungan serta direktur University Health Service di
University of Kentucky, Lexington.
tertiup angin dan hinggap pada makanan kita atau makanan yang ada di
pinggir jalan, misalnya. Jadi, ibu hamil jangan makan di sembarang
tempat yang kemungkinan besar terkontaminasi oocysts. Pada dasarnya,
cysts hidup dalam siklus hewan yang ada di darat, bukan hewan yang
hidup dalam air. Jadi, untuk daging ikan mentah belum terbukti apakah
berisiko menimbulkan toksoplasma. Risiko terinfeksitoksoplasma juga
terdapat pada transfusi darah, kesalahan laboratorium dan transplantasi
organ gejalanya klinis : Sebagian besar tidak tampak secara kasat mata,
namun demikian juga ditemukan seperti gejala flu biasa tergantung strain
virusnya, usia, dan derajat imunitas tubuh/daya tahan tubuh.
b. Rubela (Campak Jerman) : Penyebab: Virus yang ditularkan melalui
kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak
dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli. *
Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan bercak merah di kulit serta terasa
gatal. Bila keganasan virusnya rendah, ada kalanya tidak tampak gejala
klinis.
c. Sitomegalovirus : Penyebab virus ini dapat berasal dari tenggorokan,
ludah lendir mulut rahim, sperma, atau transfusi darah. Akibat dari infeksi
ini bisa menyebabkan keguguran spontan, infeksi pada janin sehingga
menimbulkan kelainan bawaan. Penularannya lewat kontak dengan
penderita. Gejala klinis : Hampir sama dengan terkena serangan flu biasa.
d. Herpes Simpleks : Penyebab : virus yang ditularkan lewat kontak badan
dan seksual. Infeksi bisa tertular pada bayi di saat proses persalinan,
karena ada gesekan dengan alat kelamin ibu. Gejala klinis : Suhu tubuh
panas dan timbul gelembung / bintil-bintil kecil berisi cairan kemerahan
dan sakit pada kelamin. Karena kondisi tubuh sedang lemah, kuman lain
dapat numpang sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada paru-
paru, dermatitis dan lainnya.
e. Clamadia : Penyebab virus. Wanita hamil bisa terinfeksi melalui
hubungan seksual atau dari lingkungan yang kurang bersih. Pemeriksaaan
dengan memeriksa antibodinya. Gejala Klinis : Biasanya tanpa gejala
37
Komplikasi
Infeksi saluran kemih pada kehamilan sering menimbulkan komplikasi:
seperti bakteriuria asimtomatik, sistitis, dan pielonefritis. Perubahan fisologis
pada kehamilan memudahkan berkembang biaknya bakteri pada saluran
kemih.
Bakteriuria dapat menyebabkan risiko pada kehamilan, seperti abortus,
bayi lahir berat badan rendah, dan prematuritas. Bakteriuria dapat berlanjut
menyebabkan sistitis dan pielonefritis yang dapat menyebabkan risiko
kesakitan, kematian ibu dan janin. Untuk mencegah dan mendeteksi
bakteriuria pada kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan urine rutin dan
pemeriksaan bakteriologik sederhana. Pemeriksaan urine dengan pewarnaan
Gram sangat menunjang untuk mendeteksi kuman Gram negatif pada
bakteriuria, namun memerlukan keahlian khusus, sedangkan pemeriksaan
urine untuk menghitung jumlah lekosit dapat menunjang deteksi adanya
bakteriuria yang infektif. Mendeteksi bakteriuria pada pemeriksaan
kehamilan berkala adalah cara yang paling baik untuk mencegah komplikasi
bakteriuria pada kehamilan.
Penatalaksanaan
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu
terdapatcairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak
atau pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai
lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi
retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau
perkapuran pada otak dan hati.
Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan
(biopsi) dan pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang
38
2) Komplikasi Persalinan
Komplikasi persalinan yaitu penyulit dan keadaan gawat darurat yang
terjadi selama berlangsungnya persalinan yang dapat mengancam kondisi ibu dan
janin (Mariza, 2016).
Keterlambatan deteksi dini risiko yang berakibat terlambat dalam
penanganan dianggap salah satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin.
Faktor status kesehatan ibu yang buruk, status kesehatan reproduksinya, tidak
terjangkaunya akses ke pelayanan kesehatan, serta perilaku kesehatan yang
kurang baik dari ibu itu sendiri ikut menyumbang terjadinya komplikasi
persalinan.
a) Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah anak
lahir. Perdarahan bisa terjadi sebelum, saat atau setelah plasenta keluar.
penyebab perdarahan postpartum antara lain terlepas sebagian plasenta dari
uterus, perlukaan jalan lahir, atonia uteri.
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada
kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam
yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
44
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro,
2005).
b) Partus Lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam
sejak in partu yang bisa berakibat jiwa ibu dan janin. Partus lama ataupun
partus macet mengakibatkan 8% kematian maternal.
Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam
untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008). Sebagian besar partus lama
menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang menjadi penyebabnya yaitu,
serviks gagal membuka penuh dalam jangaka waktu yang layak. (Harry, 2010).
1. Kelainan letak
2. Letak sungsang
3. Letak lintang
4. Kelainan panggul
Dapat disebabkan oleh : gangguan pertumbuhan, penyakit tulang
dan sendi, penyakit kolumna vertebralis, kelainan ektremitas inferior.
Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul.
5. Kelainan his
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazin terdapat pada setiap persalinan,
tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.
6. Pimpinan partus yang salah
7. Janin besar atau ada kelainan kongenital
8. Gemeli
9. Primitua
45
a. Pada ibu
b. Pada bayi
c) Persalinan Premature
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu (Alston, 2012). Organisasi Kesehatan Dunia yaitu
WHO (2013) membagi persalinan prematur menjadi tiga kategori
berdasarkan umur kehamilan, yaitu:
d. extremely preterm bila kurang dari 28 minggu
e. Very preterm bila kurang dari 32 minggu
f. Moderate to late preterm antara 32 dan 37 minggu
d) Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak
dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
46
1. Inersia Uteri Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu pada bagian lainnya. Selama
ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu maupun janin
kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.
2. Incoordinate Uterine Action Disini sifat his berubah, tonus otot uterus
meningkat, juga di luar his dan kontraksinya berlansung seperti biasa
karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya koordinasi
antara bagian atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik
menyebabkan nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia janin. (Prawirohardjo, 2010). Kelainan his adalah
his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga
menghambat kelancaran persalinan. (Nugraheny, 2009).
3) Komplikasi Nifas
Saat masa nifas kebanyakan baik ibu nifas dan tenaga kesehatan manjadi
lengah karena beranggapan bayi sudah lahir dengan selamat, hal inilah yang
menyebabkan proses pemulihan yang seharusnya fisiologis menjadi patologis.
Syarifudin (2009) mengatakan pendampingan saat proses masa nifas sangatlah
penting, ibu butuh dukungan baik dari keluarga dan tenaga kesehatan untuk
memberikan asuhan kebidanan, jika ini dilakukan kemungkinan kondisi patologis
tidak terjadi.
Infeksi nifas adalah kondisi peradangan yang diakibatkan kuman -
kuman masuk ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Gejala
umum infeksi dapat dilihat dari malaise, takikardia, pembengkakan, dan suhu.
(Bahiyatun, 2009). Kasus komplikasi dalam masa nifas antara lain :
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai defenisi ini :
1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah
tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah
juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di
lantai.
2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak
anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu
beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi
syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan
akan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
48
Penanganan :
1. Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan
2. Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon.
Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan
bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.
3. Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi
kiri, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena
infeksi.
Gejala :
a. Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.
b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
c. Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
d. Panas badan dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan :
1. Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada
payudara yang normal.
2. Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah
panas pada payudara yang terkena.
3. Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran,
duduk atau posisi memegang bola (football position)
4. Pakailah baju B. H yang longgar
5. Istirahat yang cukup , makanan yang bergizi
6. Banyak minum sekitar 2 liter per hari
7. Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi
apabila dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan
setelah 12 jam, maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, N.2013. Faktor Resiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.
7. No. 10. Mei 2013.453-459
http://nurfahmi.wordpress.com/2008/01/24/risiko-infeksi-pada-ibu-hamil/
http://www.infocantik.info/tag/infeksi-jamur-pada-ibu-hamil
Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan, edisi
14. EGC, Jakarta.