Anda di halaman 1dari 13

Proposal Penelitian

MEKIDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP


KECEMASAN LANSIA DI BANJAR DAUH PEKEN
DESA KABA KABA

I Gusti Sagung Dewi Mirawati

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia akan menjalani proses menua sebagai seorang lansia. Menua
bukan sebuah penyakit, melainkan suatu proses menurunnya daya tahan tubuh
saat menerima rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Soares, 2013).
Memasuki usia tua (lansia) mengalami kemunduran secara sistem organ dan
psikologis berupa kecemasan (Putri, 2019). Pada dasarnya kecemasan lansia akan
menggangu kegiatan keseharian, emosional, gangguan tidur, gangguan nafsu
makan dan kurangnya konsentrasi (Hanifullah, 2015).

Dari data riset Provinsi Bali tahun 2020 prevalensi kecemasan sebanyak 4,4%.
Secara terperinci gangguan mental emosional pada setiap kabupaten di Bali, yang
tertinggi Kabupaten Bangli dengan angka prevalensinya 6,5%, Klungkung 3,5%,
Jembrana 3,3%, Tabanan 3,2%, Karangasem 2,6%, Badung 2,5%, Gianyar 1,8%,
Buleleng 1,4%, dan Kota Denpasar 1,0%. Dari studi awal yang peneliti lakukan di
Banjar Dauh Peken, terdapat 65 lansia terdiri dari 28 (41%) perempuan dan 37
(59%) laki-laki. Peneliti melakukan wawancara pada beberapa lansia secara acak.
Didapatkan seperti :

Lansia I Made Gede Catra usia 71 tahun pekerjaan sebagai petani,


sering mekidung wargasari mengatakan, mengalami kurang konsentrasi
karena sudah tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, jika lansia
mengalami kurang konsentrasi lansia akan mekidung wargasari agar
konsentrasinya kembali dan sambil mengingat bait bait dari kidung
wargasari. Begitu juga lansia I Ketut Budiasih usia 65 tahun pekerjaan
sebagai buruh, sering mekidung wargasari mengatakan sejak jatuh di
tempat kerjannya dan lansia ini mengalami patah kaki dan menyebabkan
tidak bisa bekerja lagi maka dari itu lansia ini mengalami susah
mengontrol emosinya. Untuk mengontrol emosi lansia ini mengatakan
dengan cara mekidung lansia ini merasa tenang jika sudah mekidung,
sedangkan lansia Ni Nyoman Wangi 63 tahun pekerjaan sebagai penjahit
banten sering mekidung wargasari mengatakan sering kurang
berkonsentrasi karena memikirkan cucunya dimasa depan di karenakan
anaknya sudah meninggal dan menantunya sudah pulang kerumah
bajangnya untuk mengalihkan pikirannya lansia ini mekidung agar lansia
ini merasa tenang. Begitu juga lansia Ni Wayan Wetri usia 67 tahun
pekerjaan hanya pengempu cucunya sering mekidung wargasari
mengatakan mengalami susah tidur karena sering memikirkan dirinya
yang mulai sakit-sakitan untuk membuat lansia tidur lansia ini sering
mekidung dan mendengarkan kidung. Lansia I Ketut Leger usia 77 tahun
pekerjaan sebagai petani tidak mekidung mengatakan aktivitasnya
terganggu karena mengalami susah tidur karena memikirkan sakit yang
tidak kunjung sembuh hingga membuat lansia ini menjadi tidak nafsu
makan karena terlalu berpikir tentang penyakitnya. Sedangkan lansia Ni
Wayan Terima usia 71 tahun usia sebagai penjual banten tidak mekidung
mengatakan mengalami susah tidur dan kurang konsentrasi karena
memikirkan anak laki-laki satu-satunya belum menikah.

Dengan begitu dari pendapat dari beberapa lansia diatas dapat dipahami lansia
mekidung ternyata mengalami kecemasan yang ringan dibandingkan lansia yang
tidak mekidung.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Maryati & Suyami, 2015) dampak
terapi musik keroncong terhadap kecemasan lansia di desa pasung wedi klaten,
menemukan bahwa setelah diberikan terapi musik keroncong hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden mengalami kecemasan sebanyak 10 responden
(55,6%). Pada penelitian yang dilakukan (Meliani & Kamalah, 2022) penerapan
terapi musik gamelan jawa terhadap tingkat kecemasan pada lansia di desa
wanarata kecamatan bantarbolang kabupaten pemalang, menemukan bahwa
setelah diberikan terapi musik gambelan jawa lansia hasil penelitian menunjukan
bahwa responden mengalami kecemasan. Walapun penelitian kecemasan sudah
sering dilakukan pada lansia dengan terapi musik namun masih jarang dilakukan
penelitian pada lansia yang suka bernyanyi (mekidung). Sebagian besar penelitian
terdahulu hanya melakukan terapi hanya dengan mendengarkan musik, sehingga
dengan demikian peneliti sangat tertarik untuk meneliti Mekidung dan
Implikasinya terhadap Kesemasan Lansia di Banjar Dauh Peken, Desa Kaba-kaba.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan masalah penelitian


yaitu “ Bagaimana Mekidung dan implikasi terhadap Kecemasan Lansia di Banjar
Dauh Peken, Desa Kaba-kaba?”

1.3 Tujuan Penelitian


A. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memahami mekidung dan
kecemasan lansia di Banjar Dauh Peken, Desa Kaba-kaba.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengerti dan memahami proses Mekidung
2. Untuk mengerti dan memahami Mekidung dan implikasinya
terhadap kecemasan di Banjar Dauh Peken, Kediri, Tabanan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat Lansia di Banjar Dauh Peken


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman perilaku
pencegahan perburukan Gangguan metal dan emosional berupa
kecemasan.
2. Bagi Institusi Keperawatan STIKES Bina Usada Bali
Penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan bagi institusi
pendidikan keperawatan untuk mengembangkan strategi pembelajaran
yang efektif untuk menjelaskan tindakan pencegahan ganguan mental
dan emosional berupa kecemasan oleh seorang perawat.
3. Bagi Ilmu Keperawatan Gerontik di STIKES Bina Usada Bali
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
untuk menambah materi di Keperawatan Gerontik
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian
lanjutan yang membahas mengenai faktor resiko gangguan mental dan
emosional berupa kecemasan, sehingga akan memudahkan pembaca
dalam mendapat informasi terkait gambaran gangguan mental dan
emosional berupa kecemasan di masyarakat.

1.5 Keaslian Penelitian


Adapun penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah :
1. Menurut penelitian yang dilakukan (Artana et al., 2020) dengan judul
“Pengaruh Musik Tradisional Gamelan Selonding Bali Mengurangi
Kecemasan Lansia”. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
eksperimental dengan desain one group prepost test. Penelitian ini
dilakukan di Banjar Selat, Buahan Kaja, Payangan, Gianyar, Bali.
Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria
inklusi penelitian yaitu usia 60 tahun ke atas, lansia yang mengalami
kecemasan berdasarkan HARS, tidak memiliki gangguan pendengaran dan
gangguan mental sedang/berat, dapat berkomunikasi secara verbal. Hasil
uji Wilcoxon Sign Rank ditemukan p = 0,001, < 0,05. Hal ini dapat
dikatakan bahwa intervensi musik gambelan Selonding menurunkan
tingkat kecemasan lansia dari tingkat sedang menuju ringan. Kecemasan
lansia setelah diintervensi dengan musik tersebut mengalami penurunan
atau mengalami perbaikan.
2. Menurut penelitian yang dilakukan (Yusli & Rachma, 2019) dengan judul
” Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gamelan Jawa Terhadap Tingkat
Kecemasan Lansia”. Penelitian ini menggunakan quasi eksperiment.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-
posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan tingkat
kecemasan ringan hingga sedang di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pucang Gading Semarang. Ada pengaruh pemberian terapi musik gamelan
jawa terhadap tingkat kecemasan lansia di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Pucang Gading Semarang ( nilai p = 0.0001). Terapi musik gamelan
jawa ini dapat digunakan sebagai terapi alternatif dalam penanganan
kecemasan pada lansia, sehingga lansia dengan kecemasan mendapatkan
penatalaksaan yang tepat.
3. Menurut penelitian yang dilakukan (Yudhawati et al., 2022) dengan judul
“Impak Manajemen Seni Hiburan Gending Jawa Terhadap Degradasi
Kecemasan Lansia”. Penelitian ini menggunakan Penelitian ini merupakan
penelitian pretest post-test design, sampel dalam penelitian ini diamati
sebelum diberi perlakuan, kemudian diberikan perlakuan dan sampel
diamati kembali. Populasi penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lansia
Jombang di Pare, Kediri adalah berjumlah 85 orang. Purposive sampling
digunakan untuk memilih sampel sebanyak 30 orang tua. Penurunan
kecemasan pada lansia sesudah diberikan seni hiburan gending jawa di
UPT PSLU Jombang di Pare, Kediri dengan kecemasan kategori ringan
sebanyak 28 lansia (93.3%) dan sebanyak 2 lansia (6.7%) mengalami
kecemasan kategori sedang. Ada pengaruh seni hiburan gending jawa
terhadap penurunan kecemasan pada lansia di UPT PSLU Jombang di
Pare, Kediri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Lansia
1. Pemahaman lansia

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang


kesejahteraan lanjut usia menyatakan laki-laki dan perempuan yang
berusia 60 tahun ke atas disebut sebagai lanjut usia. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya (Priambodo, 2020). Sedangkan menurut Ratnawati
(2017) lansia adalah seseorang yang telah berusia lebih dari 60 tahun dan
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari (Putri, 2019).

Menurut Kholifah (2016) lansia adalah tahap akhir dari proses


penuaan. Masa tua merupakan masa hidup manusia terakhir, dimana pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
(Dwi, 2017). Menurut Nugroho (2014) lansia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun keatas. Memasuki usia tua berati mengalami perubahan,
misalkan perubahan fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut yang memutih, gigi yang ompong, pendengaran kurang jelas,
pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proposional (Goyena, 2019).

Menurut Yastin (2019) seseorang yang berada di tahap lansia


biasanya dihubungkan dengan usia yang tidak produktif dan juga aktivitas
sehari-hari yang dilakukan terasa lambat sehingga dapat diasumsikan
menjadi beban pada orang-orang disekitarnya (Pinayungan, 2019).
Dari pendapat para ahli diatas dapat dipahami bahwa lansia
merupakan seseorang yang memasuki usia 60 tahun keatas mengalami
perubahan fisik seperti rambut berwarna putih, kulit mengendur, gigi
ompong, pendengaran kurang jelas dan figur tubuh yang tidak proposional
sehingga lansia melakukan aktivitas sehari-sehari menjadi melambat.

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang


yang memasuki usia 60 tahun dan mengalami perubahan fisik.

2.2 Kecemasan
1. Pemahaman Kecemasan
Menurut Yasti (2019) kecemasan suatu perasaan khawatir atas
ketidakpastian di masa mendatang. Kecemasan sesuatu kondisi yang
menimpa setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya.
Kecemasan suatu keadaan emosi yang tidak stabil yang membuat tubuh
merasa tidak nyaman (Pinayungan, 2019). Menurut Kholil Lur Rohman
(2012) Kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan,
yang diceritakan dengan kegelisahan, ketidakenakan, kekhawatiran,
ketakutan yang tidak mendasar yang tidak menyenangkan ketika
menghadapi sesuatu yang mengancam dirinya (Tobergte & Curtis, 2013).
Kecemasan atau ansietas menurut Yusuf (2015) adalah suatu
perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa
takut yang disertai suatu respon (penyebab tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal
yang menyadarkan bahwa peringatan akan bahaya akan datang dan
memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman (Anggun
Rachmwati, Siti Sulastri, 2017).
Menurut Hawari (2013) Kecemasan suatu perasaan kehilangan
kepercayaan diri dan perasaan khawatir yang tidak jelas penyebabnya.
Kecemasan sesuatu kondisi yang menimpa setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan
emosi yang tidak stabil yang membuat tubuh merasa tidak nyaman dan
menimbulkan perasaan tidak pasti (Pinayungan, 2019). Kecemasan
menurut Stuart (2016) adalah sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan
dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya dan merupakan
suatu respon emosi yang tidak memiliki suatu obyek yang spesial.
Kecemasan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan memberikan
peringatan yang berharga, bahkan kecemasan diperlukan untuk bertahan
hidup (Basuki, 2019).
Dari pendapat para ahli diatas dapat dipahami bahwa kecemasan
merupakan respon tubuh terhadap rasa takut dan kekhawatiran yang
berlebih yang berada di dalam setiap individu ketika akan menghadapi
situasi ketidakberdayaan atau mengancam yang dapat menyebabkan
kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta
ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Pada penelitian ini kecemasan yang dimaksud perubahan yang
dialami oleh lansia yang mekidung.

1.1 Mekidung
1. Pemahaman Mekidung
Menurut Suarka (2010) kidung merupakan gendre sastra yang
memakai mentrum, yang berbeda dengan mentrum kekawin (I W P
Sumardika et al., 2017). Menurut Nabeshima (2011) Kidung merupakan
salah satu bentuk sastra dalam kesusastraan Bali-Jawa yang juga dikenal
luas oleh masyarakat selain Kakawin. Istilah kidung sendiri berasal dari
bahasa Jawa-Kuno yang sejak awal istilah tersebut digunakan untuk
menunjukkan ekspresi ‘melantunkan’. Sebagai karya sastra, kidung diubah
dalam bentuk yang sangat terikat oleh kaidah pupuh atau tembang (I
Wayan Pande Sumardika, 2019).
Menurut Pasek (2014) dalam penelitian Wira dikutip dalam kamus
besar bahasa Indonesia Tembang (nembamg) berarti nyanyian, lagu (syair
yang dinyanyikan). Tembang Bali merupakan bagian seni yang dituangkan
dalam alunan suara, irama, dan ritme dengan menggunakan laras pelog
atau laras slendro (Wira et al., 2019). Menurut Murtana (2011) mekidung
biasanya di nyanyikan pada upacara adat dan agama. Kidung di Bali
terbagi menjadi beberapa jenis, antar lain kidung manusa yadnya, kidung
pitra yadnya, dan kidung dewa yadnya (Sudarta, 2019).
Menurut Suarka (2007) dalam penelitian Putra mekidung bali yang
menggunakan mentrum dari bahasa tengah sebagai kidung dewa yadnya.
Kidung dewa yadnya yang berisi doa-doa yang berkaitan dengan tata cara
penyemayaman dewa dan proses penyemabahan dan bagian pengluhuran
berisi doa doa pengiringan para dewa yaitu kidung wargasari (Putra,
2017). Menurut Surada (2006) Mekidung Bali yang dilakukan untuk
manusia adalah kidung manusa yadnya. Kidung manusa yadnya
merupakan nyanyian suci keagamaan yang sering digunakan pada saat
metatah yaitu kidung kawitan tantri (Sari & Rudita, 2019).
Dari beberapa peneliti dapat dipahami kidung atau mekidung
merupakan nyanyian Bali bagian dari seni yang dituangkan dalam alunan
suara, irama, dan ritme dengan menggunakan laras pelog atau laras slendro
yang biasa dinyanyikan pada upacara adat atau keagaman di Bali.

4.1 Banjar Dauh Peken

1. Pemahaman Banjar Dauh Peken

Banjar Dauh Peken adalah salah satu banjar yang ada di Desa
Kaba-kaba kec Kediri, Kab Tabanan. Yang terletak di sebelah barat pasar
kaba-kaba, di depan puri kaba-kaba dan di sebelah selatan puskesmas
Kediri II. Memiliki lansia berjumlah 65 lansia, dan memiliki penduduk
berjumlah 176 orang. Masyarakat Dauh Peken sebagian besar adalah seke
kidung, penari, penabuh, dan seke drama. Banjar Dauh Peken ini dijuluki
sebagai banjar seni, karena banjar ini memiliki seni yang cukup tinggi.
Masyarakat banjar Dauh Peken sangat menjaga budaya dan tradisi ini
secara turun temurun. Masyarakat Dauh Peken melakukan latihan
mekidung, menari dan megambel setiap satu minggu sekali, walaupun
tidak ada acara penting.
Daftar Pustaka

Anggun Rachmwati, Siti Sulastri, A. (2012). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta | 9.


Jurnal Kesehatan.

Iii, B. A. B., Jenis, A., & Penelitian, D. (2014). 30 Poltekkes Kemenkes


Yogyakarta. September 2019

Yudhawati, N. L. P. S., Wijaya, Y. A., Dewi, K. A. K., & Rusmayanti, G. A. L.


(2022). Impak manajemen seni hiburan gending jawa terhadap degradasi
kecemasan lansia.

(Pinayungan, 2019). (2019). Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local.

Yusli, U. D., & Rachma, N. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gamelan
Jawa Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia. Jurnal Perawat Indonesia,

Maryati, S., & Suyami. (2015). Dampak terapi musik keroncong terhadap tingkat
kecemasan lansia di desa pasung wedi klaten. Jurnal Motorik.

Artana, I. W., Widiyani, Y., & Dewi, S. P. A. A. P. (2020). Musik Tradisional


Gamelan Selonding Bali Mengurangi Kecemasan Lansia. Dunia
Keperawatan: Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan.

Wira, P., Putra, K., Luh, N., & Karmila, P. (2019). Pengaruh Terapi Tembang
Bali Terhadap Insomnia Dan Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang
Menderita Hipertensi Di Desa Kerobokan Kelod Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung. Indonesian Journal Of Health Development.

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia).

Goyena, R. (2019). Tinjauan Proses Menua. Journal of Chemical Information and


Modeling.

Alfiyah, I., Badi’ah, A., Suryani, E. (2018). Pengaruh Terapi Murottal Ar-Rahman
Dan Terjemahnya Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif Dengan Sub
Arachnoid Blok (Sab) Di Rs Pku Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
Repository Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2007.

Wati, N. L., Sandiana, A., & Kartikasari, R. (2017). Tingkat Kecemasan Lansia
Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung. Jurnal
Kesehatan Aeromedika.
Artana, I. W. (2015). Pengaruh Budaya Bali Kidung Warga Sari. Jurnal Dunia
Kesehatan.

Dwi, S. (2017). Merawat Manusia Lanjut Usia. Lansia.

Bini’Matillah, U., Susumaningrum, L. A., & A`la, M. Z. (2018). Hubungan


Spiritualitas dengan Kesepian pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (PSTW). Pustaka Kesehatan.

Andre, K., Nata, R., & Anggreni, K. B. (2021). Kidung Sekar Gadung : Kajian
Teologi Hindu. Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja
KIDUNG.

Putri, D. A. (2019). Status Psikososial Lansia Di Pstw Abiyoso Pakem Sleman


Yogyakarta Tahun 2019. Poltekkes Joga.

Soares, A. P. (2013). Konsep Lansia dan Proses Menua. Journal of Chemical


Information and Modeling.

Sari, I. A. P., & Rudita, I. K. G. (2019). Dharmagita Sebagai Terapi Seni


Keagamaan Hindu Untuk Dosen Dan Mahasiswa Pada Unit Kegiatan
Mahasiswa Universitas Hindu Indonesia.

Sudarta, I. G. P. (2019). Ishwara Mengembara Dalam Diri ” Disertasi Karya


Seni.

Sumardika, I. W. P., Suteja, I. W., & Putra, I. B. R. (2017). Kidung Tunjung Biru:
Analisis Semiotika. Simdos.Unud.

Sumardika, I. W. P. (2019). Kidung Tunjung Biru: Metrum dan Makna yang


Terkandung Di Dalamnya. Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara.

Tobergte, D. R., & Curtis, S. (2013). Kecemasan. Journal of Chemical


Information and Modeling.

Sudarta, I. G. P. (2019). Ishwara Mengembara Dalam Diri ” Disertasi Karya


Seni.

Anda mungkin juga menyukai