Dosen Pengampu :
AHMAD LANDONG. S.Pd.,M.Pd
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran SD
Kelas : 4I
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review ini dengan
lancar untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Strategi Pembelajaran SD. Saya ucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran, Ahmad Landong, S.Pd.,M.Pd yang telah
memberikan tugas ini sehingga saya dapat memahami isi jurnal yang kami review ini, karena
dalam tahap pengarannya membutuhkan ketelitian tinggi untuk mendapat inti sari yang tepat dari
sebuah jurnal yang akan di review.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa maupun mahasiswi yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan review journal ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, agar review journal yang kami buat
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga Critical Journal Review ini bisa bermanfaat bagi pembaca, semoga bisa
membawa dampak positif, mendapatkan inovasi dalam dunia kependidikan, dan memberi
inspirasi kepada pembaca.
KELOMPOK 3
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................................................................. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan utama penulisan Critical Jurnal review adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Matematika Sd 2, selain itu juga dibuat untuk menambah referensi bacaan dan menambah
wawasan tentang ilmu matematika. Dan juga agar mengetahui perbandingan kelebihan dan
kelemahan jurnal-jurnal ini
Adapun Tujuannya, yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pembelajaran Bahasa Inggris
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa,
membandingkan serta mengkritik jurnal
1.3 Manfaat
Adapun Manfaatnya, yaitu:
1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal atau lebih dan
mencari sumber bacaan yang relavan
2. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah
jurnal.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang Landasan Pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
REVIEW JURNAL
Jurnal Pertama
2
penelitian menggunakan Pre-test-Posttest Design. Pre-test-Pos-test Design
adalah suatu desain penelitian yang membandingkan pre-test dengan post-
test pada kelompok eksperimen. Hasil pre-test akan dibandingkan dengan
post-test, kemudian baru diambil kesimpulan melalui deskripsi data minat
belajar dan hasil belajar IPA. SD Muhammadiyah Sagan merupakan sekolah
yang tergolong cukup berprestasi dan memiliki sarana dan prasarana yang
mencukupi untuk mendukung proses pembelajaran dengan menggunakan
media Powerpoint. Pada ruangan kelas IV, V, dan VI sudah memiliki LCD
proyektor dan beberapa materi pelajaran sudah menggunakan Powerpoint
sebagai media pembelajaran di SD Muhammadiyah Sagan. Akan tetapi
hanya beberapa materi pelajaran IPA di kelas IV yang ada media tayangnya
(media Powerpoint), salah satu penyebabnya adalah terbatasnya kemampuan
guru untuk membuat media pembelajaran dengan Powerpoint. Hasil
pengamatan peneliti di kelas IV SD Muhammadiyah Sagan menunjukkan
bahwa siswa kurang berminat mengikuti pembelajar IPA tanpa
menggunakan media pembelajaran yang mengakibatkan siswa cendrung
tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi. Kurangnya minat
belajar siswa pada pembelajaran IPA telihat dari nilai hasil belajar pra
penelitian yang dilakukan di kelas IV SD Muhammadiyah Sagan dengan
rata-rata 60,77 dari 30 soal pertanyaan tentang pembelajaran IPA.
Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
Penelitian Quasi-experiment design: One-GroupPre-testPost-test Design dengan satu
macam perlakuan. Digunakan desain penelitian quasi eksperiment ini karena
dalam bidang pendidikan seringkali sulit melakukan eksperimen secara
murni. Dalam hal ini, karena subjek (siswa) adalah bukan sesuatu yang dapat
dipindah, diperlakukan, dan diatur secara ketat sebagaimana pada penelitian
bidang eksak. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh media Powerpoint terhadap minat dan hasil belajar IPA antara
sebelum pembelajaran (pre-test) dengan sesudah pembelajaran (post-test)
pada mata pelajaran IPA di kleas IV SD Muhammadiyah Sagan. Penelitian
ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Sagan. Alasan pemilihan sekolah
tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena sekolah tersebut sudah
memiliki sarana dan prasarana untuk menggunakan media Powerpoint.
Berdasarkan survei yang dilaksanakan pada bulan September 2013 diketahui
permasalahan secara objektif tentang proses pembelajaran IPA di kelas IV
SD Muhammadiyah Sagan yaitu sudah pernah menggunakan media
Powerpoint dalam pembelajaran IPA tapi kurang intensif, karena kurangnya
materi yang dirancang dengan media Powerpoint. Penelitian telah
dilaksanakan pada bulan Nopember-Desember 2013. Pemilihan waktu
tersebut sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran IPA di SD
Muhammadiyah Sagan.
Analisa Pada hipotesis data minat belajar untuk mengetahui perbedaan hasil sebelum
Pembahasan dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan media Powerpoint pada
pembelajaran IPA, menghasilkan skor rata-rata sebelum pembelajaran 99,84
dan sesudah pembelajaran 113,61. Di dalam uji rata-rata dengan program
SPSS versi 16.00 for Windows menu uji t berpasangan, menghasilkan angka
sig. 0,000 untuk taraf signifikan α (0,05). Perbedaan rata-rata tersebut
sebesar 13,77 atau sebesar 11,48%. Hasil ini menunjukkan bahwa antara
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan media Powerpoint
terdapat perbedaan. Artinya adalah terdapat perbedaan minat belajar antara
sebelum dan sesudah pembelajaran yang menggunakan media Powerpoint.
3
Hasil Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama
berbunyi: Terdapat perbedaan minat belajar siswa sebelum dan sesudah
eksperimenpada pembelajaran IPA yang mengunakan media Powerpoint.
Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua berbunyi: Terdapat perbedaan
hasil belajar siswa pre-test dan post-test pada pembelajaran IPAyang
mengunakan media Powerpoint. Selisih skor minat belajar dicari dengan
membandingkan rerata antara sebelum perlakuan 99,84 dan sesudah
perlakuan 113,61 dengan hasil 13,773. Jadi terdapat perbedaan minat belajar
siswa sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen yang menggunakan
Powerpoint. Selisih skor hasil belajar dicari dengan membandingkan rerata
antara pretest 71,82 dan post-test 85,83 dengan hasil 14,015. Jadi terdapat
perbedaan hasil belajar siswa pre-test dengan post-test pada kelompok
eksperimen yang menggunakan media Powerpoint.
Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint terhadap Minat Belajar
Pada hipotesis data minat belajar untuk mengetahui perbedaan skor sebelum
dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan media Powerpoint pada
pembelajaran IPA, menghasilkan skor rata-rata sebelum pembelajaran 99,84
dan sesudah pembelajaran 113,61. Hasil ini menunjukkan bahwa antara
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan media Powerpoint
terdapat perbedaan. Artinya adalah terdapat perbedaan minat belajar antara
sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelompok eksperimen yang
menggunakan media Powerpoint. Faktor-faktor penumbuh minat yaitu
motivasi, perhatian, rasa senang, dan cita-cita/harapan, pada saat perlakuan/
treatment terfasilitasi dengan baik. Pengetahuan tersedia secara gamblang
pada media Powerpoint, sehingga siswa dapat melakukan pengamatan.
Persepsi siswa terpupuk dengan baik akibat pengamatan yang baik pula. Hal
ini pada akhirnya menumbuhkan sikap yang baik terhadap pembelajaran dan
materi, sehingga minat belajar siswa sesudah pembelajaran jauh lebih baik
dibanding sebelumnya. Mengenai peranan media pembelajaran. Media yang
digunakan pada saat perlakuan/treatment adalah media Powerpoint. Media
ini berpotensi membuat siswa bergairah untuk belajar dan membuat anak
tetap fokus pada pelajaran yang diajarkan sampai pelajaran berakhir. Adanya
gambar-gambar yang memperjelas materi dan video untuk contoh kegiatan
juga menambah menarik media ini. Berdasarkan teori yang mendasari
faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, dan dengan melihat
kenyataan yang terjadi di lapangan (pada pelaksanaan penelitian
eksperimen) didapatkan hasil yang memperkuat teori tersebut. Didapatkan
hasil bahwa memang benar (terbukti secara signifikan) pembelajaran dengan
menggunakan media Powerpoint dapat berpengaruh positif terhadap minat
belajar siswa.
Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint terhadap Hasil Belajar Siswa.
Pada hipotesis data hasil belajar, yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil
pre-test dan post-test kelompok eksperimen yang menggunakan media
Powerpoint pada pembelajaran IPA, menghasilkan skor ratarata 71,82 untuk
pre-test dan 85,83 untuk post-test. Hasil ini menunjukkan bahwa antara pre-
test dan post-test yang menggunakan media Powerpoint terdapat per-
Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint terdapat prbedaan . Artinya adalah
terdapat perbedaan hasil belajar antara pre-test dan post-test kelompok
eksperimen yang menggunakan media Powerpoint. Salah satu faktor yang
memengaruhi hasil belajar yaitu faktor eksternal yang di dalamnya terdapat
4
faktor kurikulum dan fasilitas belajar. Proses pembelajaran dan media yang
digunakan merupakan bentuk kongkrit dari faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, dan yang terjadi pada dua sampel penelitian ini (pretest dan post-
test) secara prinsip adalah mengenai perbedaan dua hal di atas, yaitu proses
pembelajaran dan media. Pembelajaran IPA yang menggunakan media
Powerpoint yang ada unsurunsur multimedia telah membawa akibat yang
cukup berbeda terhadap siswa. Seperti sudah disebutkan di atas, pada saat
perlakuan/treatment yang menggunakan media Powerpoint, siswa
mendapatkan berbagai kemudahan yang tidak didapatkan sebelumnya
seperti video pembelajaran dan gambar-gambar relevan yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Mengenai peranan media pembelajaran, saat
perlakuan/treatment menggunakan media berupa slide-slide Powerpoint IPA,
perbedaan jelas terlihat dalam basis orientasi media, yaitu media Powerpoint
berbasis persentasi dengan slide-slide Powerpoint dengan gambar-gambar
dan video yang relevan dengan materi pelajaran. Faktor penting dalam
media adalah adanya simulasi. Simulasi berpotensi membantu siswa
kelompok eksperimen dalam melihat fakta/fenomena kongkret dalam
pelajaran IPA maupun membantu memahami konsep abstrak dalam
pelajaran IPA
Hasil Deskripsi Data Minat belajar Hasil angket yang diberikan sebelum
Penelitian pembelajaran disajikan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa nilai mean minat
belajar sebelum pembelajaran adalah 99,84 dengan standar deviasi 8,70,
nilai terendah 78 dengan frekuensi 1 siswa dan nilai tertinggi 120 dengan
frekuensi 1 siswa. Selanjutnya hasil mean minat belajar sesudah
pembelajaran adalah 113,61 dengan standar deviasi 4,63 nilai terendah 102
dengan frekuensi 1 siswa dan nilai tertinggi adalah 120 dengan frekuensi 5
siswa.
Dari Tabel 2 dapat dilihat data minat belajar dari kelompok eksperimen
sebelum pembelajaran IPA, 8 siswa atau 18,18% diantaranya masuk dalam
kategori minat belajar yang sangat baik, 27 siswa atau 61,36% masuk dalam
kategori yang baik, 8 siswa atau 18,18% masuk dalam kategori cukup, dan 1
siswa atau 2,27% masuk dalam kategori kurang.
Deskripsi Data Hasil Belajar (Pre-test dan Post-test) Hasil pre-test pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai mean 71,82 dengan standar deviasi 9,66
nilai terendah 50 dengan frekuensi 2 siswa dan nilai tertinggi 96,67 dengan
frekuensi 1 siswa. Selanjutnya hasil post-test menunjukkan bahwa nilai
mean hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah 85,83 dengan
standar deviasi 7,65 nilai terendah 63,33 dengan frekuensi 1 siswa dan nilai
tertinggi 100 dengan frekuensi 1 siswa.
Dari Tabel 4 dapat dilihat frekuensi untuk pre-test, 2 siswa atau 4,55%
diantaranya masuk dalam kategori hasil belajar yang sangat baik, 8 siswa
atau 18,18% masuk dalam kategori yang baik, 20 siswa atau 45,45% masuk
dalam kategori yang cukup, 11 siswa atau 27,27% masuk dalam kategori
kurang, dan 2 siswa atau 4,55% masuk dalam kategori sangat kurang.
Berdasarkan data hasil belajar ini terdapat peningatan hasil belajar dari
pretest dan post-test sebesar 14,01 atau 14,01%. Selisih hasil pre-test dan
postest berbeda secara signifikan, artinya media Powerpoint berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD
Muhammadiyah Sagan. Pada hipotesis data minat belajar untuk mengetahui
perbedaan hasil sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan
5
media Powerpoint pada pembelajaran IPA, menghasilkan skor rata-rata
sebelum pembelajaran 99,84 dan sesudah pembelajaran 113,61. Di dalam uji
rata-rata dengan program SPSS versi 16.00 for Windows menu uji t
berpasangan, menghasilkan angka sig. 0,000 untuk taraf signifikan α (0,05).
Perbedaan rata-rata tersebut sebesar 13,77 atau sebesar 11,48%. Hasil ini
menunjukkan bahwa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan media Powerpoint terdapat perbedaan. Artinya adalah
terdapat perbedaan minat belajar antara sebelum dan sesudah pembelajaran
yang menggunakan media Powerpoint.
Kelemahan Menurut saya kelemahan pada penelitian ini hanya terletak pada penempatan
Penelitian kata-kata yang jarang di dengar dan kurang dimengerti pagi pembaca.
Susunan format yang jaraknya terlalu dekat menyebabkan para pembaca
kesulitan dalam menemukan data. Selebihnya sudah cukup jelas dalam
memaparkan dan menyampaikan materi.
Kesimpulan Terdapat pengaruh media Powerpoint terhadap minat belajar IPA siswa
kelompok eksperimen pada pembelajaran yang menggunakan media
Powerpoint. Minat belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sagan
meningkat 13,77 atau 11,48%, yaitu dari hasil selisih rerataan sebelum
pembelajaran 99,84 dengan hasil rerataan sesudah pembelajaran 113,61.
Terdapat pengaruh media Powerpoint terhadap hasil belajar IPA siswa
kelompok eksperimen pada pembelajaran yang menggunakan media
Powerpoint. Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sagan
meningkat 14,01 atau 14,01%, yaitu dari hasil selisih rerataan pretest 71,82
dengan hasil rerataan post-test 85,83.
Saran Kepada guru mata pelajaran IPA disarankan untuk meningkatkan
penggunaan media (salah satunya media Powerpoint) dalam pembelajaran
IPA demi peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Minat siswa yang kuat
perlu dipertahankan. Oleh karena itu memerlukan dukungan media
pembelajaran yang lebih menarik minat siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran, maka diperlukan koordinasi dari guru, kepala sekolah,
pengawas dan komite sekolah. Perlu adanya kegiatan berkelanjutan agar
terwujudnya pelaksanaan pembelajaran yang memerlukan media
pembelajaran nonkonvensional. Untuk kesempurnaan penelitian ini,
disarankan kepada peneliti atau calon peneliti yang berminat untuk
mengadakan penelitian lanjutan dengan membuat media Powerpoint yang
mencakup materi pelajaran yang lebih luas lagi.
6
REVIEW JURNAL
Jurnal Kedua
7
pembelajaran. Beberapa pe- rangkat tersebut memunyai fungsi masing- masing
yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Beberapa contoh perangkat
elek- tronik yang dapat menjalankan software pem- belajaran yang diambil dari
Wikipedia.
Subjek Subjek penelitian terdiri dari dua ke- lompok, kelompok pertama disebut
Penelitian kelompok eksperimen dan kelompok kedua disebut kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen diberi- kan perlakuan berupa penggunaan e-learning,
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Kelompok kontrol
menjadi pengen- dali kelompok eksperimen artinya jika ada perubahan pada
kelompok eksperimen semata- mata disebabkan oleh perlakuan yang diberikan
pada kelompok eksperimen.
8
perilaku dalam hal ini perilakubelajar.
Cara meningkatkan motivasi intrinsik menurut Slavin, (2006, p.336-338)
adalah: (a) Arousting interest (membangkitkan minat); (b) Maintaining curiosity
(memelihara rasa ingin tahu); (c) Using a variety of interesting pre- sentation
modes (menggunakan berbagai mode presentasi yang menarik); (d) Helping
Students Set Their Own Goals (membantu siswa menen- tukan tujuannya
sendiri)
Dari uraian di atas motivasi belajar memunyai arti sebagai urutan peristiwa
yang mungkin termasuk perhatian, relevansi, keper- cayaan diri dan kepuasan.
Dengan adanya motivasi seseorang dapat bertindak secara ter- organisir
sehingga tujuan dapat tercapai.
Prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni,
penguasa- an, perubahan emosional, atau perubahan ting- kah laku yang dapat
diukur dengan tes tertentu. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara indi- vidu maupun kelompok.(Djamarah dan
Bahri, 1994, p.1). Prestasi di sekolah berupa penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemaju- an murid yang berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum.
Dari beberapa uraian di atas, dapat di- ambil kesimpulan bahwa prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, dicip- takan, yang
menyenangkan hati, yang memer- oleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara
individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.
Prestasi belajar merupakan penguasa- an terhadap mata pelajaran yang
ditentukan lewat nilai atau angka yang diberikan guru. Prestasi belajar dapat
dirumuskan: (a) Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai ketika
mengikuti, mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah; (b)
Prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya ka- rena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi; (c) Pres- tasi belajar
dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang
dila- kukan oleh guru.
Jadi prestasi belajar berfokus pada nilai atau angka yang dicapai dalam proses
pembel- ajaran di sekolah. Nilai tersebut dinilai dari segi kognitif karena guru
sering mema-kainya untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai pen-
capaian hasil belajar siswa.
Hasil peng- gunaan e-learning terhadap motivasi dan pres- tasi belajar siswa pada
Penelitian mata pelajaran mate- matika sekolah dasar di kelas 4. Kelas 4 terdiri atas kelas
4Adan Kelas 4Bmasing-masing kelas berjumlah 33 orang siswa. Penelitian ini
meng- gunakan desain eksperimen tipe posttest-only control-group design,
untuk kelompok eksperi- men yaitu kelas 4Adan kelompok kontrol yaitu kelas
4B. Kelas 4Amenggunakan e-learning dan kelas 4Bbelajar seperti biasa tidak
mendapatkan perlakuan.
Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif berupa skor tes dan skor
ang- ket. Untuk skor tes pedoman penskoran yaitu tiap item benar mendapat 1
dan untuk item salah mendapat 0. Tes berupa pilihan ganda dengan jumlah soal
sebanyak 20 soal. Skor ter- tinggi 20 dan skor terendah yaitu 0. Angket terdiri
dari pernyataan sebanyak 22. Skor di- golongkan berdasarkan kriteria-kriteria
9
yaitu: sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3, tidak setuju bernilai 2, dan
sangat tidak setuju bernilai 1.
Prestasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen
Hasil posttest prestasi belajar mate- matika pada kelompok eksperimen
didapatkan skor rata-rata sebesar 15,45 median, modus 19, skor terendah 5, skor
tertinggi 20.
Prestasi Belajar Matematika Kelompok Kontrol Hasil posttest prestasi belajar
mate-
matika pada kelompok kontrol didapatkan skor rata-rata sebesar 12,09 median,
modus 15, skor terendah 3, skor tertinggi 18.
Motivasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen
Hasil posttest motivasi belajar mate- matika pada kelompok didapatkan skor
rata-rata sebesar 74,03, modus 77, skor terendah 55, skor tertinggi 83.
Motivasi Belajar Matematika Kelompok Kontrol
Hasil posttest motivasi belajar mate- matika pada kelompok kontrol didapatkan
skor rata-rata sebesar 70,42 modus 70, skor teren- dah 60, skor tertinggi 80.
Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji t sampel
independen. Uji t sampel independen digunakan untuk menguji hipotesis
kesamaan rata-rata dua
Kelemahan Dalam penelutian ini Guru Harus mencari dan menen- tukan terlebih dahulu
Penelitian media yang tepat dengan memerhatikan kriteria atau pedoman pemilihan media
untuk menghindari dari kecerobohan dalam pemilihan media karena
menentukan keefektifan proses pembelajaran.
Kesimpulan peng- gunaan e-learning terhadap motivasi dan pres- tasi belajar siswa pada
mata pelajaran mate- matika sekolah dasar di kelas 4. Kelas 4 terdiri atas kelas
4Adan Kelas 4Bmasing-masing kelas berjumlah 33 orang siswa. Penelitian ini
meng- gunakan desain eksperimen tipe posttest-only control-group design,
untuk kelompok eksperi- men yaitu kelas 4Adan kelompok kontrol yaitu kelas
4B. Kelas 4Amenggunakan e-learning dan kelas 4Bbelajar seperti biasa tidak
mendapatkan perlakuan.
Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif berupa skor tes dan skor
ang- ket. Untuk skor tes pedoman penskoran yaitu tiap item benar mendapat 1
dan untuk item salah mendapat 0. Tes berupa pilihan ganda dengan jumlah soal
sebanyak 20 soal. Skor ter- tinggi 20 dan skor terendah yaitu 0. Angket terdiri
dari pernyataan sebanyak 22. Skor di- golongkan berdasarkan kriteria-kriteria
yaitu: sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3, tidak setuju bernilai 2, dan
sangat tidak setuju bernilai 1.
Prestasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen
Hasil posttest prestasi belajar mate- matika pada kelompok eksperimen
didapatkan skor rata-rata sebesar 15,45 median, modus 19, skor terendah 5, skor
tertinggi 20.
Prestasi Belajar Matematika Kelompok Kontrol Hasil posttest prestasi belajar
mate-
matika pada kelompok kontrol didapatkan skor rata-rata sebesar 12,09 median,
10
modus 15, skor terendah 3, skor tertinggi 18.
Motivasi Belajar Matematika Kelompok Eksperimen
Hasil posttest motivasi belajar mate- matika pada kelompok didapatkan skor
rata-rata sebesar 74,03, modus 77, skor terendah 55, skor tertinggi 83.
Motivasi Belajar Matematika Kelompok Kontrol
Hasil posttest motivasi belajar mate- matika pada kelompok kontrol didapatkan
skor rata-rata sebesar 70,42 modus 70, skor teren- dah 60, skor tertinggi 80.
Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji t sampel
independen. Uji t sampel independen digunakan untuk menguji hipotesis
kesamaan rata-rata dua
Saran Para guru disarankan untuk menerap- kan pembelajaran dengan menggunakan
e- learning sebagai alternatif dalam pembelajaran Matematika. Pembelajaran
Matematika dengan e-learning telah mampu mengantarkan siswa untuk
mencapai hasil yang lebih baik dan dapat memicu motivasi siswa.
Para guru disarankan agar berkreasi dalam membuat media pembelajaran yang
me-narik dan inovatif sehingga berdampak positif bagi peningkatan prestasi
belajar dan motivasi dalam mata pelajaran Matematika.
Disarankan kepada kepala sekolah hendaknya memotivasi dan membina guru-
guru untuk bersama-sama merancang media yang lebih bervariasi.
Disarankan kepada kepala sekolah un- tuk memanfaatkan dana BOS dalam
pengadaan berbagai media pembelajaran yang dibutuhkan pada proses
pembelajaran.
Disarankan kepada lembaga pendidik- an guru untuk memberikan pelatihan
meran- cang pembelajaran serta berbagai media pem- belajaran.
Disararankan dalam penelitian lanjut- an untuk melibatkan sampel yang lebih
luas dan aspek lain seperti: sikap, intelegensi, minat dan gaya belajar.
11
REVIEW JURNAL
Jurnal Ketiga
Metode Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara empiris
Penelitian tentang pengaruh model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis
terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada semester genap di salah satu Sekolah Dasar Negeri
diKelurahan Menteng, Jakarta Pusat. Adapun waktu penelitiannya pada
bulan April-Mei semester II tahun ajaran 2015-2016. Penelitian ini
menggunakan desain peneitian eksperimen dengan rancangan treatment by
level 2x2. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
V Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat. Di wilayah
Kelurahan Menteng terdapat 3 Sekolah Dasar Negeri dan diacak secara
random sehingga terpilihlah Sekolah Dasar Negeri Menteng 02, Jakarta
Pusat. Adapun uji coba instrumen dilakukan di Sekolah Dasar Negeri
Menteng 02, Jakarta Pusat. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar menggunakan tes.
Analisa Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka kita perlu memperhatikan
Pembahasan sejauh mana kemampuan berpikir mereka. Pengembangan kemampuan
berpikir kritis dapat ditumbuhkan sejak usia sekolah dasar. Menurut John
Dewey dalam Yaumi (2013: 66), ³FULWLFDO thinking is an active,
12
persistent, and careful consideration of a belief or suppose form of
knowledge in the light of the grounds which support it and furthHU
FRQFOXVLRQ WR ZKLFK WHQGV¥ Di sini Dewey menekankan bahwa
berpikir kritis itu merupakan proses yang aktif. Jean Marrapodi dalam
jurnalnya memperkenalkan enam proses dalam tahap berpikir kritis yang
dinyatakan oleh Peter Faccione, ³´SURFHVV RI critical thinking:
interpretation, analysis, evaluation, inference skills, presenting arguments,
and reflections that may be used in the critical analysis
SURFHVV¥Faccione menyatakan terdapat enam proses yang dapat
mengukur kemampuan berpikir kritis seseorang, yaitu kemampuan
interpretasi, kemampuan analisis, kemampuan evaluasi, kemampuan
inferensi, kemampuan menjelaskan, dan kemampuan refleksi.
Model pembelajaran inquiry training merupakan model yang sangat tepat
bagi siswa seusia sekolah dasar. Menurut Joice dan Well (2009: 174),
inquiry training was developed by Richard Suchman to teach students a
process for investigating and explaining unusual phenomena. Model ini
sengaja dirancang untuk mengajarkan siswanya tentang menganalisis suatu
peristiwa melalui proses inquiry. Tati menyatakan model inquiry training
dimulai dengan menyajikan situasi yang penuh pertanyaan. Dengan
melakukan proses inquiry, siswa dapat mengembangkan keterampilan
intelektual sehingga mudah memecahkan masalah.
Di samping model pembelajaran yang perlu diperhatikan, maka kurikulum
yang diterapkan harus beriringan dengan karakter siswa sekolah dasar.
Kurikulum 2013 sangat sesuai dengan perkembangan kognitif siswa dimana
siswa masih dalam tahap operasional konkret. Kurikulum ini membentuk
siswa untuk melakukan pengamatan/observasi, bertanya dan bernalar
terhadap ilmu yang diajarkan. Siswa diberi mata pelajaran berdasarkan tema
yang terintegrasi agar memiliki pengetahuan tentang lingkungan, kehidupan,
dan memiliki pondasi pribadi tangguh dalam kehidupan sosial serta
kreativitas yang lebih baik. Dengan menerapkan kurikulum 2013 ini,
kemampuan olah pikir siswa akan semakin berkembang dengan baik. Jika
kemampuan berpikir kritis siswa berkembangan, maka akan sangat
mempengaruhi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa.
Hasil 1. Hipotesis 1 (A1 dan A2) Dalam penelitian telah ditemukan bahwa
Penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam kelompok siswa yang belajar dengan model
inquiry training dan model group investigation. Rata-rata hasil
belajar siswa yang belajar model inquiry training yaitu 88,533 lebih
tinggi dibandingkan siswa yang belajar dengan model group
investigation yaitu 71,27. Hal ini karena pada model inquiry training,
siswa lebih aktif mengamati, menalar dan berusaha mencari solusi
dari suatu masalah melalui kegiatan ilmiah. Kegiatan tersebut
membuat siswa lebih aktif, mandiri, disiplin dan dapat meningkatkan
rasa ingin tahu mereka.
2. Hipotesis (A X B) Besar pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
13
belajar IPA adalah 52,78%. Hasil penelitian pada pengujian hipotesis
kedua menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran (inquiry training dan group investigation) dengan
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Alam. Dalam hal ini pengaruh interaksi antara model pembelajaran
(inquiry training dan group investigation) dengan kemampuan
berpikir kritis berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar
siswa Sekolah Dasar.
3. Hipotesis 3 (A1B1 dan A2B1) Berdasarkan uji tuckey didapatkan
hasil bahwa Qhitung>Qtabel yaitu 12,162 > 3,01. Hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Alam siswa yang belajar dengan model inquiry training dan model
group investigation bagi siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi yang signifikan, yakni menunjukkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis
tinggi yang belajar dengan model inquiry training lebih tinggi
dibandingkandengan siswa yang belajar dengan model group
investigation.
4. Hipotesis 4 (A1B2 dan A2B2) Berdasarkan uji tuckey didapatkan
hasil bahwa Qhitung < Qtabel yaitu -4,337 < -3,01. Hal ini
menunjukkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa yang
belajar dengan model inquiry training lebih rendah dibandingkan
dengan siswa yang belajar dengan model group investigation pada
kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah, maka ia
perlu distimulus dengan segala cara untuk membangkitkan
kemampuan berpikir kritisnya. Pada model inquiry training, siswa
akan dihadapkan dengan teka-teki suatu konsep ataupun peristiwa.
Kemudian siswa diberikan penugasan untuk mengumpulkan data
seperti proyek, pengamatan dan lainnya. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah cenderung malas berpikir untuk
menemukan suatu konsep. Oleh karena itu perlu ada kegiatan
pembelajaran yang aktif dan melibatkan siswa dalam
pelaksanaannya.
14
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam antara siswa yang diajarkan
menggunakan model inquiry training lebih tinggi dari siswa yang
diajarkan menggunakan model group investigation.
2. Terdapat pengaruh interaksi antara penerapan model pembelajaran
dan kemampuan berpikir kritisterhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa.
3. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam antara siswa yang diajarkan
menggunakan model inquiry training lebih tinggi dari siswa yang
diajarkan menggunakan model group investigation pada kelompok
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
4. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam antara siswa yang diajarkan
menggunakan model inquiry training lebih tinggi dari siswa yang
diajarkan menggunakan model group investigation pada kelompok
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah
Saran Berdasarkan penelitian ini maka saya berikan saran yaitu jika guru ingin
meningkatkan kemampuan berpikir kritis , maka guru disarankan model
pembelajaran yang tepat. Dan dalam memilih model pembelajaran harus
memperhatikan penggunaan model pembelajaran, menyiapkan sumber
belajar yang relavan dan menarik.
15
REVIEW JURNAL
Jurnal Keempat
Kelemahan Penelitian ini tidak mencantumkan denga jelas kepada siapa penelitian ini
Penelitian ditujukan, hanya menujukan kepada anak-anak yang berumur 7-11 tahun
Kesimpulan Pembelajaran daring berpengaruh terhadap capaian hasil belajar siswa. Hal ini
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal dari siswa. Siswa usia
sekolah dasar berada pada tahapoperasional konkret dimana mereka sudah
dapat melakukan penalaran logis untuk hal-hal yang bersifat konkret,
sedangkan untuk hal-hal yang bersifat abstrak masih belum mampu. Sehingga
16
jika pembelajaran dilakukan secara daring maka akan membuat pembelajaran
itu menjadi abstrak, sedangkan kebutuhan dari siswa sekolah dasar yaitu
pembelajaran dilakukan secara konkret untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru sehingga akan
berpengaruh pada capaian hasil belajar siswa. Siswa memiliki karakteristik
tertentu sehingga membutuhkan waktu beradaptasi untuk dapat menyesuaikan
diri denga pembelajaran daring. Capaian hasil belajar yang diperoleh siswa
juga tergantung pada bagaimana siswa menyikapi pembelajaran daring yang
sedang dilakukan. Peran guru dan orang tua sangat penting bagi keberhasilan
siswa dalam pembelajaran.
Saran Semoga pembelajaran daring segera usai agar tidak menimbulkan abstrak
pada siswa, dan juga siswa dapat belajar dengan baik dan mendapatkan
pendidikan yang bersifat kongkret. Dan disaat pembelajaran daring dilakukan
guru harus mengusahakan se optimal mungkin agar siswa-siswi tidak
bermain-nain saat melakukan pembelajaran daring dan saya harap orang tua
juga dapat mengarahkan anak”nya untuk selalu menjaga kesehatan dan selalu
mematuhi protokol agar pandemi covid segera usai dan pembelajaran daring
pun selesai. Sehingga siswa dapat melakukan pembelajaran dengan normal
kembali.
17
REVIEW JURNAL
Jurnal Kelima
Judul Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar pada Materi
Sumber Daya Alam di SD
Jurnal Jurnal Ilmiah
Download file:///C:/Users/UPT/Downloads/7229-20034-1-PB.pdf
Volume dan Vol.5 : 100-108
Halaman
Tahun 2018
Penulis Eni Suryani , Rustono WS , Akhmad Nugraha
Reviewer Ira Salmiah Siregar
Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi Eksperimental
Penelitian dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group.
Analisa Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk
Pembahasan meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya hasil belajar IPA. Model
pembelajaran Example Non Example. Model ini dapat melatih siswa untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah-masalah yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar sesuai dengan tujuan materi yang diajarkan oleh
guru.
Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2013, hlm. 46) “Model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka pendek), merancang
bahan-bahan pembelajaran , dan membimbing pelajaran di kelas atau yang
lain”.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan bahwa pembelajaran
yang dilakukan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar masih
menggunakan model pembelajaran yang kurang variatif yaitu masih
menggunakan model yang berpusat pada guru dan bisa dikatakan dengan
menggunakan model konvensional, dan pada proses pembelajaran peran
siswa hanya sebagai penerima informasi. Hal itu menunjukkan bahwa perlu
adanya variasi dalam pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan
18
menggunakan model pembelajaran yang berbeda dalam proses
pembelajaran. Model Example Non Example dianggap mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam
pembelajaran IPA dengan cara siswa akan bermakna karena siswa yang
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa mampu
memahami materi pembelajaran IPA terutama materi sumber daya alam
dengan baik dengan hasil belajar yang baik pula.
Dari hasil studi literatur yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa model
Example Non Example sangat cocok diterapkan. Berdasarkan hal tersebut
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Example Non
Example terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sumber Daya Alam”
yang dilaksanakan pada pembelajaran IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri 1 Pamarican Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.
Hasil Setelah diperoleh data hasil pretest dan posttest didapatkan skor dan kategori
Penelitian menurut interval kategori. Berikut data hasil pretest dan posttest disajikan
dalam tabel 2.
Berdasarkan data hasil pretest dan posttest yang disajikan pada tabel 2, dapat
diketahui persentase hasil belajar siswa kelas kontrol dalam pembelajaran
IPA dimana kategori sangat rendah sebesar 0% rendah sebesar 91, 30 %
sedang sebesar 8,70 % tinggi sebesar 0% dan sangat tinggi 0%. Sedangkan
untuk kelas eksperimen persentase kemampuan awal hasil belajar siswa
dalam kategori sangat rendah 0% rendah 47,82% sedang 43,49% tinggi
sebesar 8,69% kategori sangat rendah 0%. Berdasarkan nilai rata-rata
anatara kedua kelas yaitu kelas kontrol berada dalam kategori rendah dengan
skor 33,91, kelas eksperimen berada dalam kategori sedang degan skor 44,
13. Setelah diuji perbedaan rata-rata diambil kesimpulan bahwa kemampuan
hasil belajar awal siswa dari kedua kelompok kelas sama atau tidak ada
perbedaan.
Sedangkan kemampuan akhir siswa kelas kontrol dalam materi sumber daya
alam pembelajaran IPA memeiliki kateori sangat rendah sebesar 0% rendah
sebesar 0% sedang 13% tinggi 74% dan sangat tinggi 13%, sedangkan
kemampuan akhir siswa kelas eksperimen memiliki kategori sangat rendah
sebesar 0% rendah sebesar 0% sedang sebesar 0% tinggi 13% dan sangat
tinggi sebesar 87%. Berdasarkan nilai rata-rata antara kedua kelompok kelas
tersebut, kelompok kontrol dalam kategori tinggi yaitu 69,13 dan kelompok
eksperimen berada dalam kategori sangat tinggi yaitu 86,08. Setelah diuji
perbedaan rata-rata dengan nilai signifikan 0,000 dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa dengan menggunakan model Example Non Example pada
materi sumber daya alam pembelajaran IPA di kelas IV lebih baik
19
dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan model Example Non
Example.
Jika dilihat dari kategori N-Gain hasil belajar siswa pada materi sumber daya
alam pada tabel 3, maka setelah mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan model Example Non Example diketahui sebesar 82,60%
siswa kelompok eksperimen memiliki skor gain yang termasuk pada
kategori tinggi, 17,40% siswa memiliki skor gain yang termasuk pada
kategori sedang, dan sebesar 0% siswa yang memiliki skor gain yang
termasuk kategori rendah setelah mendapatkan pembelajaran tanpa
menggunakan model Example Non Example tetapi model konvensional.
Apabila dilihat dari rata-rata skor gain hasil belajar siswa dan standar
deviasi, maka kelompok eksperimen memperoleh rata-rata skor gain sebesar
0,78 dengan standar deviasi sebesar 0,021. Sedangkan rata-rata gain kelas
kontrol sebesar 0,55 dengan standar deviasi sebesar 0,009. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata skor gain hasil belajar kelompok eksperimen
lebih besar daripada kelompok kontrol.
Dari kedua data yang disajikan peneliti mendapatkan temuan bahwa hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi yang tentunya disesuaikan dengan materi dan tujuan
pembelajaran. Setelah dilakukan penelitian ditemukan bahwa pembelajaran
yang menggunakan model Example Non Example berhasil karena
pembelajaran menciptakan siswa untuk belajar aktif sehingga berdampak
pada hasil belajar siswa yang lebih baik atau meningkat.
Kelemahan Jurnal tidak berstandart Nasional (ISSN)
Penelitian
Masih terdapat penulisan yang tidak sesuai EYD
Penggunaan tanda baca yang kurang baik
Tidak mendorong dilakukannya penelitian lanjutan
20
peningkatan. Hal tersebut dilihat dari hasil nilai rata-rata pretest
sebelum dilaksanakan pembelajaran berada pada kategori rendah
33,91, sedangkan setelah dilaksanakan pembelajaran tanpa
menggunakan model Example Non example nilai rata-rata posttest
berada pada kategori tinggi yaitu 69,13. Dengan demikian hasil
belajar tanpa menggunakan model example non example mengalami
peningkatan yang signifikan, akan tetapi apabila dilihat dari rata-rata
normal gain berada pada kategori atau kualitas belajar kurang efektif
yaitu 0,55.
2. Hasil belajar pada materi sumber daya alam di kelas IV semester II
pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Pamarican dengan menggunakan
model Example Non Example atau sebelum diberikan perlakuan
(treatment) megalami peningkatan. Dimana hasil rata-rata pretest
berada pada kategori sedang yaitu 44,13, sedangkan setelah
dilaksanakannya pembelajaran atau diberikan perlakuan (treatment)
berada pada kategori sangat tinggi yaitu 86,08, apabila dilihat dari
hasil rata-arata normal gain pada pembelajaran dengan menggunakan
model Example Non Example berada pada kualitas belajar atau
kategori efektif yaitu 0,78.
3. Terdapat pengaruh model Example Non Example terhadap hasil
belajar pada materi sumber daya alam pembelajaran IPA di kelas IV
SD Negeri 1 Pamarican. Hal ini dilihat dari hasil perhitungan uji
perbedaan yang dilakukan dari hasil nilai rata-rata prestest, posttest
dan normal gain antara kelas yang menggunakan model Example
Non Example menunjukkan perbedaan yang signifkan dibandingkan
dengan kelas yang tanpa menggunakan model Example Non
Example. Selain itu dilihat dari hasil uji perbedaan antara rata-rata
normal gain pembelajaran tanpa mennggunakan model Example Non
Example menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan
dengan kelas yang tanpa menggunakan model Example Non
Example. Selain itu dilihat dari uji perbedaan nilai rata-rata normal
gain pembelajaran tanpa menggunakan model Example Non
Example menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada materi sumber
daya alam di kelas IV semester II pada pembelajaran IPA di SD
Negeri 1 amarican lebih efektif dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan model Example Non Example. Maka dari itu hasil
belajar siswa menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada materi
21
sumber daya alam pembelajaran IPA antara yang menggunakan
model Example Non Example dengan yang tanpa menggunakan
model Example Non Example. Kesimpulannya dari hasil penelitian
ini, bahwa model Example Non Example berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada materi sumber daya alam pada pembelajaran IPA
di kelas IV semester II SD Negeri 1 Pamarican.
Saran Berdasarkan hasil jurnal yang telah di review tersebut dapat diketahui bahwa
jurnal yang saya peroleh dikategorikan jurnal yang baik. Setiap jurnal pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangan begitu pula dengan jurnal ini. Penulis
menyarankan kepada para pembaca khususnya di bidang pendidikan guru
sekolah dasar untuk menjadikan jurnal ini sebagai salah satu referensi dalam
mengembangkan sebuah kajian pembelajaran dalam materi IPA SD. Dan
tentunya makalah ini masih memiliki sebuah kekurangan, maka dari itu
penulis menerima kritik dan juga saran agar kiranya bisa mengambangkan
makalah ini menjadi lebih baik.
22
REVIEW JURNAL
Jurnal keenam
23
Sedangkan variabel dependen yaitu nilai tes formatif mata pelajaran IPA
yang berasal dari data dokumentasi rata-rata prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Data hasil penelitian dari angket dan data prestasi siswa
diolah dengan merata-ratakan dan dihitung berdasarkan kategori dari Riduan
(2009): X ≥ Xid + 0,61sd adalah dirasakan atau tinggi Xid - 0,61sd < X < X
id + 0,61 sd adalah cukup dirasakan atau sedang X ≤ Xid – 0,61sd adalah
kurang dirasakan atau kurang Setelah itu dilakukan uji normalitas, uji
korelasi dan Uji Koefisien Determinasi berdasarkan hipotesis: (H0) “Tidak
terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA”. Sedangkan Ha “Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Analisis dilakukan terhadap
semua data yang diperoleh dengan bantuan program SPSS Statistik 16.0.
Analisa Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran
Pembahasan sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11). Siswa yang bermotivasi tinggi dalam
belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula,
artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya
yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, dapat memberikan peranan
dan pengalaman bagi siswa. Hasil pembelajaran IPA pun dapat sangat
dipengaruhi oleh motivasi dari siswa. Baik itu motivasi internal maupun
motivasi eksternal. Pembelajaran IPA dilakukan dengan berbagai upaya,
yaitu salah satunya melalui peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar
siswa akan berhasil jika dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar
dan keinginan atau dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan
motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku
siswa dalam belajar, dalam hal ini belajar IPA.
1. Pengertian Tentang Belajar dan pembelajaran Slameto (2003)
mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa
mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.
2. Motivasi Belajar Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang
disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah
laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Indikator motivasi
antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3)
Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan
kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk
mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai
tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan
yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya
terhadap sasaran kegiatan.
24
3. Prestasi Belajar Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi
belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
sebagaimana yang dinyatakan dalam raport” Selanjutnya Winkel
(1997) mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”
Sedangkan menurut Nasution, S (1987) prestasi belajar adalah “
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga
aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut” Berdasarkan pengertian diatas,
maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan
menilai informasiinformasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Hasil Hasil deskriptif data motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diterangkan
Penelitian bahwa terdapat jumlah kasus 26 orang siswa yang mengisi angket dengan
rata-rata (mean) sebesar 87,46; simpangan baku (standar deviasi) = 7,596;
skor minimun dari data motivasi belajar siswa yang paling rendah = 72 dan
skor maksimum dari data motivasi belajar siswa = 99. Sedangkan jumlah
skor keseluruhan sebesar 2274. Hasil deskriftif data prestasi belajar IPA
dalam penelitian ini diterangkan bahwa terdapat 26 orang siswa yang
mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 88,46; simpangan baku
(standar deviasi) = 7,317; skor minimun dari data motivasi belajar siswa
yang paling rendah = 70 dan skor maksimum dari data motivasi belajar
siswa = 100. Sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 2300. Berdasarkan
uji hipotesis diperoleh, besarnya koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693
lebih besar dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu “terdapat hubungan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar IPA” Jika dikonsultasikan dengan pendapat
Arikunto, S (2006) maka besarnya korelasi ini berada pada rentang 0,600 –
0,800 dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dengan demikian data di atas
memiliki tingkat hubungan yang tinggi anatara motivasi siswa dan prestasi
belajar pada mata pelajaran IPA. Sementara itu berdasarkan uji koefisien
determinasi dengan rumusan KP = r2 x 100%, menunjukkan kontribusi
variabel X (motivasi siswa) terhadap variabel Y (prestasi belajar IPA)
berpengaruh sebesar 48,1%, sedangkan 51,9% lainnya dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diketahui. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
25
umum motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N
Tarumanagara tergolong baik. Analisis juga menunjukkan bahwa pengaruh
motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA dari siswa.
Sehungga sebagaimana yang diungkapkan oleh Keller (dalam Nashar,
2004:77) bahwa prestasi belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan hasil
masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil. Peningkatan
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah
motivasi untuk belajar. Hasil penelitian ini juga menginformasikan terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa.
Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka
prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa memiliki
kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan
buruk (rendah).
Kelemahan Tidak menjelaskan secara langsung apa tujuan penelitian ini
Penelitian
Tidak menjeaskan secara langsung subjek penelitian
Terdapat bahasa yang suit dipahami khususnya bagi pembaca dari
kalangan umum
Dan tidak menyertakan saran bagi pembaca
26
termotivasi untuk belajar dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Adanya kerjasama antara semua pihak-pihak yang berkepentingan
didunia pendidikan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,
khususnya antara orang tua, pihak sekolah, guru dan masyarakat.
2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian dengan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA antara siswa yang berada di sekolah lain yang
derahnya berbeda. atau dengan melaksanakan studi perbandingan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi antara siswa yang berada di Kota dan
Kabupaten, juga memperbanyak variabel yang diteliti. Dengan
demikian hasilnya akan lebih bervariasi dan diharapkan dapat
memecahkan masalah hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA
27
REVIEW JURNAL
Jurnal Ketujuh
28
utama peneliti dalam menyusun angket, terdiri atas angket tentang media
pembelajaran dan mutu pembelajaran yang ada pada sekolah dasar
terakreditasi A. Adapun cara-cara yang digunakan dalam analisa data adalah
analisis korelasi dan analisis regresi.
Analisa salah satufaktor penentu berhasil atau tidak berhasilnya proses pembelajaran
Pembahasan berlangsung adalah media pembelajaran. Banyak upayayang dilakukan guna
meningkatkan mutu pembelajaran. Akan tetapi dalam prakteknya
penggunaan media pembelajaran kerap kali mendapatkan
kendalasepertiterbatasnyajumlahmedia dan kemampuan memaksimalkan
pemanfaatan media (Maila, 2014; Obeidat & Al-Share, 2012). Berdasarkan
hal tersebut, keberadaan media ini menjadi penting adanya, karena
pendekatan, metode atau strategi apapun yang digunakan dalam
pembelajaran tidak akan memberikan manfaat dan makna apapun terhadap
peningkatan mutu pembelajaran selama dalam penggunaan dan pemanfaatan
media pembelajaran tidakoptimal (Haryoko, 2010; Sunaengsih, 2015;
Nurseto, 2011).
Pandangan masyarakat sekarang ini, memperlihatkan suatu fakta kalau mutu
pembelajaran pada sekolah terakreditasi A jauh lebih berkualitas
dibandingkan dengan mutu pembelajaran pada
sekolahdasaryangadadiIndonesia dengan nilai akreditasi lebih rendah.
Ketersediaan media pembelajaran yang memadai pada sekolah terakreditasi
A menjadi salah satu penyebab timbulnya pandangan tersebut. Ini pun yang
menjadisalahsatulatarbelakangpeneliti untuk menganalisa bagaimana media
pembelajaran berpengaruh terhadap mutu pembelajaran yang ada di Sekolah
terakreditasi A dengan judul penelitian Pengaruh Media Pembelajaran
Terhadap Mutu Pembelajaran Pada Sekolah Dasar TerakreditasiA.
Mengacu pada pemaparan di atas, maka permasalahan yang dikaji pada
penelitian ini sehubungan dengan terbatasnya penggunaan media
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yang
mengakibatkan adanya kegagalan penafsiran informasi atau pesan yang
disampaikan dalam prosespembelajaran, sehingga pembelajaran kurang
bermutu khususnya pada sekolah dasar yang ada
diIndonesia.Berdasarkanhaltersebut, secara umum masalah utama dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh
media pembelajaran terhadap mutu pembelajaran di SDN Dr. Cipto Kota
Bandung?”
Hasil Penggunaan Media Pembelajaran Metode dan media pembelajaran
Penelitian merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran
yang efektif akan terwujud dengan adanya metode yang tepat
dengan dukungan media yang tepat pula, dengan hubungan
keduanya yang singkron tentu
akan mampu mewujudkan mutu pembelajaran yang tinggi (Arsyad
Azhar,2009).
Hasil penelitian menunjukkan deskripsi media
pembelajaran yang telah dilakukan di SDN Dr. Cipto
KotaBandung telah dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Terbukti dari perolehan skor sebesar 3,01 yang menunjukkan kategori baik.
Dari gambar diketahui bahwa dimensi posisi dengan skor tertinggi adalah
dimensi posisi dengan skor 3,16 dengan kategori sangat baik. Adapula
dimensi klasifikasi menjadi dimensi terendah diantara dimensi yang lainnya
29
dengan skor2,90 meskipun masih berada pada kategori baik.
Kelemahan Penggunaan Media Pembelajaran harus menggunakan Metode dan
Penelitian media pembelajaran karena dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pembelajaran yang efektif akan terwujud dengan adanya metode yang
tepat dengan dukungan media yang tepat pula, dengan hubungan
keduanya yang singkron tentu akan mampu mewujudkan mutu
pembelajaran yang tinggi.
Kesimpulan simpulan penelitian yang mengacu pada hasil penelitianserta kajian yang
telah dilakukan: Pertama, mengenai deskripsi media pembelajaran yang
telah dilakukan di SDN Dr.CiptoKota Bandung t menunjukkan kategori
baik. Diketahui bahwa dimensi penelitian dengan skor tertinggi adalah
dimensi posisi dengan kategori sangat baik. Adapula dimensi klasifikasi
menjadi dimensi terendah di antara dimensi yang lainnya meskipun masih
berada pada kategori baik. Kedua, deskripsi mutu pembelajaran yang
menjadi tujuan akhir pelaksanaan pembelajaran di SDN Dr. Cipto Kota
Bandung telah dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Terbukti
dari perolehan skor yang menunjukkan kategori baik. Dimensi penelitian
dengan skor tertinggi adalah dimensi kinerja guru dalam kelas dengan
kategori sangat baik. Adapula dimensi iklim kelas menjadi dimensi terendah
diantara dimensi yang lainnya meskipun masih berada pada kategori baik.
Hubungan antara media pembelajaran terhadap mutu pembelajaran berada
pada tingkat kuat dengan nilai yang signifikan. Artinya hipotesis penelitian
yang menyatakan “Terdapat pengaruh signifikan dari variabel media
pembelajaran terhadap mutu pembelajaran“ diterima dengan tingkat
pengaruh sebesar 45,4%. Implikasi yang muncul dari hasil penelitian ini di
antaranya: 1) sosialisasi dan pelatihan tentang media pembelajaran yang
didukung kemampuan profesional guru terhadap seluruh guru Sekolah Dasar
di Kota Bandung; 2), media pembelajaran dikemas secara menarik dengan
dukungan ICT sehingga mampu menarik perhatian siswa dan dapat di akses
oleh masyarakat luas, pemahaman dari komponen sekolah terhadap ICT
menjadi pendorong pengembangan media pembelajaran; 3)terselenggaranya
sistem pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada penyampaian
pengetahuan semata akan tetapi pada penyampaian nilai pula yang
berorientasi pada berorientasi pada kebutuhan dan intelektualitas peserta
didik.
30
REVIEW JURNAL
Jurnal kedelapan
31
terpenuhi.
Kelemahan Masih terdapat perbedaan hasil belajar siswa menggunakan media komik
Penelitian pembelajaran dengan teks bergambar.
Kesimpulan Pertama, hasil belajar siswa sekolah dasar yang belajar dengan media komik
pembelajaran lebih tinggi daripada yang belajar menggunakan teks
bergambar. Kedua, terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan media
komik pembelajaran dan kemampuan literasi membaca terhadap hasil
belajar siswa sekolah dasar. Ketiga, hasil belajar siswa sekolah dasar antara
siswa yang belajar dengan media komik pembelajaran yang memiliki
kemampuan literasi membaca tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang
belajar dengan media teks bergambar yang memiliki kemampuan literasi
membaca tinggi. Keempat, hasil bbelajar siswa sekolah dasar antara siswa
yang belajar dengan media komik pembelajaran yang memiliki
kemampuan literasi membaca rendah lebih rendah dari pada siswa yang
belajar dengan media teks bergambar yang memiliki kemampuan literasi
membaca rendah
Saran Sebaiknya setiap sekolah terutama di sekolah dasar memfasilitasi media
komik agar proses kegiatan mengajar lebih menyenangkan dan membuat
siswa lebih gemar dalam belajar.
32
REVIEW JURNAL
Jurnal kesembilan
Metode METODE YANG digunakan pada penelitian ini adalah metode model
Penelitian pembelajaran discovery
Analisa Penelitian ini diawali dengan memberikan pretes kepada siswa di kelas
Pembahasan eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal hasil belajar
siswa dari masing-masing kelas. Hasil pretes menunjukkan bahwa kemampuan
awal siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan atau
sama. Hal tersebut dapat terlihat darpretes siswa kelas kontrol. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak terdapat perbedaan. Untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas
IV sekolah dasar maka dilakukan kegiatan pembelajaran selama tiga kali
pertemuan di masing-masing kelas. Pada kelas eksperimen pembelajaran IPA
yang dilakukan menggunakan model pembelajaran discovery sedangkan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan
pembelajaran selama tiga kali pertemuan langkah selanjutnya yaitu melakukan
postes untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar
siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan sebelum melakukan
kegiatan pembelajaran. Nilai rata-rata postes siswa kelas eksperimen yaitu
80,41 sedangkan nilai rata-rata postes siswa kelas kontrol yaitu 69,59. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan akhir siswa di kelas eksperimen dan
33
kelas kontrol berbeda dengan selisih sebesar 10,82. Dengan demikian, nilai
rata-rata postes siswa di kelas eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata
postes siswa di kelas kontrol namun, hal tersebut belum cukup untuk
mengetahui signifikansi perbandingan hasil belajar siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol juga untuk menjawab rumusan masalah 1, 2, dan
3. Oleh karena itu, dilakukan uji hipotesis dari rumusan masalah tersebut.
Hasil
Penelitian
Hasil uji normalitas menunjukan bahwa data pretes siswa di kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki P-value (Sig.) yang sama yaitu sebesar 0,200. Hal
ini menunjukkan bahwa P-value (Sig.) pretes siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol < α sehingga H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
data pretes siswa di kelas eksperimen dan data pretes siswa di kelas kontrol
berdistribusi normal. Setelah diketahui data tersebut berdistribusi normal,
maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji homogenitas dan uji perbedaan
rata-rata. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa Pvalue (Sig.) dari data
pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 0,203. Hal ini
menunjukkan bahwa P-value (Sig.) ≥ α yang berarti bahwa H0 diterima.
Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan variansi antara kedua kelompok
sampel atau data pretes siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen.
Kemudian, hasil uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji-t dua arah
(Independent Samples t-test) menunjukkan bahwa P-value (Sig. 2-tailed) dari
data pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 0,683. Hal
ini menunjukkan bahwa P-value (Sig. 2-tailed) pretes siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol ≥ α. Oleh karena itu, H0 diterima yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata pretes siswa kelas eksperimen dengan rata-
rataharus dilakukan uji hipotesis namun, sebelumnya harus melakukan analisis
data hasil nilai pretes dan nilai postes siswa di kelas eksperimen untuk
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran discovery. Hasil uji normalitas pretes siswa di kelas eksperimen
menunjukkan bahwa P-value (Sig.) sebesar 0,200, sementara untuk postes
siswa di kelas eksperimen memiliki P-value (Sig.) sebesar 0,005. Hal ini
menunjukkan bahwa pretes siswa di kelas eksperimen berdistribusi normal
sedangkan postes siswa di kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas data pretes dan postes kelas eksperimen,
diperoleh kesimpulan bahwa data pretes dan postes kelas eksperimen
berdistribusi tidak normal karena terdapat salahsatu data yang berdistribusi
tidak normal. Oleh karena itu, tidak dilanjutkan melakukan uji homogenitas
akan tetapi langsung melakukan uji perbedaan rata-rata. Uji perbedaan rata-
rata nilai pretes dan postes siswa kelas eksperimen dengan menggunakan uji
non parametrik (uji wilcoxon) karena sampelnya terikat dan berdistribusi tidak
normal. Adapun hasilnya yaitu P-value (Sig. 2-tailed) sebesar 0,000 namun,
dalam uji hipotesis ini hanya mengukur satu arah, sehingga P-value (Sig) nya
dibagi dua menjadi 0,000. Oleh karena itu, P-value (Sig.1-tailed) < α, sehingga
H0 ditolak yang artinya model pembelajaran discovery memberikan
peningkatan terhadap hasil belajar siswa pada materi gaya. Rata-rata nilai
pretes sebesar 58,99 sementara ratarata nilai postes sebesar 80,41 sehingga
diperoleh selisih sebesar 21,42. Dengan demikian, hipotesis 1 diterima yaitu
model pembelajaran discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
34
materi gaya di kelas IV secara signifikan.
Kelemahan julnal tidak terdapat (ISSN)
Penelitian
masih terdapat penulisan yang tidak efektif tidak sesuai EYD
penggunan tanda baca yang kurang efektif
Kesimpulan 1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya di
kelas IV secara signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil
perhitungan uji beda rata-rata pretes dan postes siswa di kelas
eksperimen. Model pembelajaran discovery merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan penemuan agar siswa
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat menemukan
suatu konsep dari materi yang dipelajarinya. Peningkatan hasil belajar
siswa di kelas eksperimen tidak terlepas dari kinerja guru saat
perencanaan dan pelaksanaan yang dinilai optimal, dan mengalami
peningkatan pada setiap pertemuannya. Aktivitas juga merupakan
faktor yang mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran dan
keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Saran Berdasarkan hasil jurnal yang telah diriview tersebut dapat diketahui bahwa
jurnal yang saya peroleh dikatagorikan sebagaijurnal yang baik.setiap jurnal
pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan begitu pulah dengan jurnal
ini.penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya di bidang
Pendidikan guru sekolah dasar untuk menjadikan jurnal ini sebagai salah satu
reperensi dalam mengembangkan sebuahnkajian pembelajaran.
35
REVIEW JURNAL
Jurnal kesepuluh
Judul Pengaruh Model Pembelajaran Dan Hasil Belajar IPA Terhadap Kemampuan
Memecahkan masalah Lingkungan Hidup Pada Siswa Yang Memiliki Hasil Belajar
IPA Tinggi di sekolah Dasar
Jurnal Jurnal Ilmiah
Download https://media.neliti.com
Volume Vol 6,No 2
dan
Halaman
Tahun 2014
Penulis Dede Margo Irianto
Reviewer Azrin Widya Karlina
Metode METODE YANG digunakan pada penelitian ini adalah Model pembelajaran
Penelitian konstruktivis dan model pembelajaran interaktif
Analisa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan tentang alam semesta
Pembahas dengan segala isinya yang didapatkan melalui suatu proses untuk memperoleh
an kebenaran. Pendidikan IPA khususnya di sekolah dasar diharapkandapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
pengembangan proses lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
secara langsung untuk mengembangkan kompetensi dengan cara menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Melihat uraian di atas, maka terlihat adanya
hubungan yang sangat erat antara IPA dengan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Bahkan dalam kenyataannya di lapangan yang umumnya dipercaya untuk menjadi
guru Pendidikan Lingkungan Hidup adalah guru IPA. Jadi di samping penggunaan
model pembelajaran yang tepat dan bervariasi, untuk mengoptimalkan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah-masalah lingkungan dalam pembelajaran
Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah dasar, juga diperlukan konsep-konsep
IPA yang relevan sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan
36
Lingkungan Hidup yaitu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan
lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-
hari.
Hasil 1. Pengujian Persyaratan Analisis Untuk menguji hipotesis, data hasil penelitian
Penelitian diolah dengan menggunakan Analisis Varian (Anava) dua jalan. Sebelum data
di analis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan Anava, yaitu Uji Normalitas
dan Homogenitas.
Berdasarkan hasil uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey pada taraf
signifikansi α = 0,05. Hasil kemampuan memecahkan masalah pada
pembelajaran lingkungan hidup antara siswa kelompok tinggi yang
menggunakan model pembelajaran konstruktivis (A1B1) dengan siswa
kelompok tinggi yang menggunakan model pembelajaran interaktif(A2B1).
Dari hasil uji lanjut diperoleh harga qhitung sebesar 5,704, sedangkan harga
qtabel pada taraf signifikansi α = 0,05 (dk= 4/80) sebesar < 3,74 (3,74<qtabel
qtabel= 3,74<qtabel qtabel= 3,74<qtabel maka dengan demikian H0 ditolak.
Ditinjau dari data hasil penelitian pada kelompok tinggi diperoleh harga rata-
rata hasil kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran lingkungan
hidup antara yang menggunakan model pembelajaran konstruktivis sebesar 𝑥̅
= 93,8000 dan simpangan baku sebesar s = 5,65313. Sedangkan harga rata-
rata hasil yang menggunakan model pembelajaran interaktif sebesar 𝑥̅ =
83,9000 dan simpangan baku sebesar s = 7,81294. Ini berarti hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa,” Hasil kemampuan memecahkan
masalah pada pembelajaran lingkungan hidup pada kelompok tinggi terjadi
perbedaan antara yang menggunakan model pembelajaran konstruktivis
dengan model pembelajaran interaktif. ”
37
an persyaratan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Hipotesis terbukti. Siswa yang memiliki hasil belajar
IPA tinggi , memiliki kemampuan memecahkan masalah lingkungan yang lebih
baik setelah melaksanakan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivis dari pada menggunakan model
pembelajaran interaktif. Dan Antara lain dari analisis dan pembahasan hasil
penelitiannya sebagai berikut:
1. Siswa kelas IV SD yang mengikuti pembelajaran PLH dengan menggunakan
model pembelajaran konstruktivis, baik dari kelompok yang memiliki hasil belajar
IPA tinggi maupun dari rendah memiliki kemampuan memecahkan masalah
lingkungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran PLH dengan menggunakan model pembelajaran interaktif.
2. Siswa kelas IV SD yang memiliki hasil belajar IPA tinggi , memiliki
kemampuan memecahkan masalah lingkungan hidup yang lebih baik setelah
melaksanakan pembelajaran PLH dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivis daripada siswa yang memiliki hasil belajar IPA tinggi yang
melaksanakan pembelajaran PLH dengan menggunakan model pembelajaran
interaktif.
3. Bagi siswa yang memiliki hasil belajar IPA rendah, model pembelajaran
konstruktivis dan model pembelajaran interaktif yang digunakan dalam
pembelajaran PLH tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan
memecahkan masalah lingkungan. Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa hipotesis
ketiga tidak terbukti.
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan hasil belajar IPA, terhadap
kemampuan memecahkan masalah lingkungan hidup pada siswa kelas IV SD yang
mengikuti pembelajaran PLH.
Saran Pertama, model pembelajaran konstruktivis dan model pembelajaran interaktif baik
digunakan untuk pembelajaran pendidikan lingkungan hidup di sekolah dasar, agar
siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah lingkungan yang dihadapinya
dalam kehidupan sehari-hari. Maka kepada guru-guru pendidikan lingkungan hidup
disarankan untuk menggunakan model-model pembelajaran ini. Kedua, Selain
menggunakan model pembelajaran yang tepat, guru pendidikan lingkungan hidup di
sekolah dasar alangkah baiknya juga mempertimbangkan hasil belajar IPA siswa
dalam pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. Karena hasil belajar IPA yang
dimiliki siswa ternyata memiliki pengaruh terhadap kemampuan memecahkan
masalah lingkungan sebagai hasil belajar pendidikan lingkungan hidup. Ketiga para
guru pendidikan lingkungan hidup di sekolah dasar, hendaknya juga menggunakan
penilaian proses dalam evaluasi pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
Penggunaan penilaian proses ini akan membuat guru mengetahui kemampuan
memecahkan masalah lingkungan yang dimiliki oleh siswa dalam tataran sikap,
bukan hanya dalam tataran pengetahuan saja.
38
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kekuatan yang ada
atau yang timbul dari sesuatu, seperti orang, benda yang turut membentuk watak, kepercayaan,
atau perbuatan seseorang. Influence atau pengaruh yaitu daya yang timbul pada khalayak sebagai
akibat dari pesan komunikasi, yang mampu membuat mereka melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan
dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi
dengan apa yang dipengaruhi. Dalam hal ini pengaruh lebih condong kedalam sesuatu yang
dapat membawa perubahan pada diri seseorang untuk menuju arah yang lebih positif. Bila
pengaruh ini adalah pengaruh yang positif maka, seseorang akan berubah menjadi lebih baik,
yang memiliki visi misi jauh kedepan.
Pengaruh dibagi menjadi dua, ada yang positif, ada pula yang negatif. Bila seseorang
memberi pengaruh positif kepada masyarakat, ia bisa mengajak mereka untuk menuruti apa yang
ia inginkan. Namun bila pengaruh seseorang kepada masyarakat adalah negatif, maka
masyarakat justru akan menjauhi dan tidak lagi menghargainya.
Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami akan terus memperbaiki jurnal review dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
39
Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan
Volume 2 , No 1, April 2015 (94-104)
Tersedia Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp
menjadi konkrit, memberikan kesamaan sil belajar yang baik, siswa harus mempu-
persepsi, mengatasi hambatan waktu, tem- nyai perhatian dan minat terhadap materi
pat, jumlah, jarak serta penyajian ulang pelajaran, selain itu kemampuan guru da-
informasi secara konsisten dan memberi- lam menggunakan media pembelajaran
kan suasana belajar yang santai, dan yang sesuai dengan materi pelajaran, kare-
menarik, sehinggga dapat mencapai tujuan na media pembelajaran yang sesuai dapat
pembelajaran (Sanaky, 2013, p.7). Kegiatan mempengaruhi hasil belajar.
belajar dengan menggunakan media Power- Aspek Powerpoint dalam penelitian
point seperti ini sesuai dengan karakteristik ini yang sangat menonjol adalah aspek
anak usia SD yang secara umum masih visualnya. Livi dan Lentz 1982 (Sanaky,
berada pada tahap operasional konkrit. 2013, p.7) mengemukakan empat fungsi
Pembelajaran IPA siswa SD hen- media pembelajaran yang khusunya pada
daknya menggunakan alat bantu untuk media visual, yaitu: (1) fungsi atensi, media
menjelaskan materi pelajaran, sehingga visual merupakan inti, menarik, dan meng-
siswa menjadi lebih memahami serta arahkan perhatian pembelajar untuk ber-
berminat untuk belajar IPA. Selain itu, konsentrasi kepada isi pelajaran yang ber-
melibatkan benda-benda pada lingkungan kaitan dengan makna visual yang ditam-
sekitar sangat membantu siswa dalam pilkan atau menyertai teks materi pelajar-
memahami objek pembelajaran dengan an; (2) fungsi afektif, media visual dapat
cara menghadirkan obyek tersebut ke terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar
ruangan belajar siswa, dengan demikian ketika belajar membaca teks bergambar.
maka pengunaan media sangat membantu Gambar atau lambang visual akan dapat
guru dalam mengajarkan konsep-konsep mengugah emosi dan sikap pembelajar; (3)
IPA di SD. Fungsi kognitif, media visual mengung-
Faktor penting dalam media adalah kapkan bahwa lambang visual memperlan-
adanya simulasi. Simulasi berpotensi mem- car pencapaian tujuan untuk memahami
bantu siswa kelompok eksperimen dalam dan mendengar informasi atau pesan yang
melihat fakta/fenomena kongkret dalam terkandung dalam gambar; dan (4) fungsi
pelajaran IPA maupun membantu mema- kompensatoris, media visual memberikan
hami konsep abstrak dalam pelajaran IPA konteks untuk memahami teks membantu
(Alessi & Trollip, 2001, p.215). pembelajar yang lemah dalam membaca
Faktor yang dapat membangkitkan untuk mengorganisasikan informasi dalam
dan merangsang minat adalah faktor ba- teks dan mengingatkannya kembali.
han pelajaran yang akan diajarkan kepada SD Muhammadiyah Sagan meru-
siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat pakan sekolah yang tergolong cukup ber-
siswa, akan sering dipelajari oleh siswa prestasi dan memiliki sarana dan pra-
yang bersangkutan. Sebaliknya bahan pel- sarana yang mencukupi untuk mendukung
ajaran yang tidak menarik minat siswa ten- proses pembelajaran dengan menggunakan
tu akan dikesampingkan oleh siswa, seba- media Powerpoint. Pada ruangan kelas IV,
gaimana telah ditulis oleh Slameto (2010, V, dan VI sudah memiliki LCD proyektor
p.57) bahwa “minat mempunyai pengaruh dan beberapa materi pelajaran sudah meng-
yang sangat besar terhadap belajar, karena gunakan Powerpoint sebagai media pembel-
bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak ajaran di SD Muhammadiyah Sagan. Akan
sesuai dengan minat siswa, maka siswa tetapi hanya beberapa materi pelajaran IPA
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, di kelas IV yang ada media tayangnya (me-
karena tidak ada daya tarik baginya”. dia Powerpoint), salah satu penyebabnya
Dari penjelasan di atas dapat disim- adalah terbatasnya kemampuan guru un-
pulkan bahwa belajar adalah suatu proses tuk membuat media pembelajaran dengan
yang kompleks dengan banyak faktor yang Powerpoint.
mempengaruhinya. Untuk memperoleh ha-
Hasil pengamatan peneliti di kelas kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
IV SD Muhammadiyah Sagan menunjuk- dibandingkan siswa yang kurang bermi-
kan bahwa siswa kurang berminat meng- nat. Menurut Collette & Chiapetta (1994:
ikuti pembelajar IPA tanpa menggunakan p.74) mengatakan bahwa: “Interest, like atti-
media pembelajaran yang mengakibatkan tude, is a critical in science education. This
siswa cendrung tidak memperhatikan pada affective construct reflects one’s willingness to
saat guru menjelaskan materi. Kurangnya engage in an activity, rather than one’s evalua-
minat belajar siswa pada pembelajaran IPA tion of it. Interest is defined as curiosity or fas-
telihat dari nilai hasil belajar pra penelitian cination for an idea or event that engages
yang dilakukan di kelas IV SD Muhamma- attention.”
diyah Sagan dengan rata-rata 60,77 dari 30 Dari uraian di atas dapat diartikan
soal pertanyaan tentang pembelajaran IPA. bahwa minat, sama seperti sikap adalah
Rumusan masalah dalam penelitian sebuah konsep sangat penting dalam pen-
ini adalah: (1) apakah terdapat pengaruh didikan sains. Sikap ini membangun se-
media Powerpoint terhadap minat belajar buah refleksi kesiapan untuk mengguna-
siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV kannya dalam suatu aktivitas. Minat di-
SD Muhammadiyah Sagan? (2) apakah ter- definisikan sebagai rasa ingin tahu atau
dapat pengaruh media Powerpoint terhadap ketertarikan untuk memberi perhatian ser-
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA ta menggunakan sebuah peristiwa atau ide.
di kelas IV SD Muhammadiyah Sagan? Hasil belajar biasanya dinyatakan
Tujuan penelitian ini adalah: (1) dengan skor yang diperoleh dari suatu tes
mengetahui pengaruh penggunaan media hasil belajar yang diadakan setelah meng-
Powerpoint terhadap minat belajar IPA ikuti suatu program pembelajaran. Hasil
siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sagan; belajar yang diharapkan dalam pembelajar-
(2) mengetahui pengaruh penggunaan me- an IPA di SD adalah siswa memperoleh pe-
dia Powerpoint terhadap hasil belajar IPA mahaman yang lebih mendalam tentang
siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sagan. IPA. Peningkatan minat dan hasil belajar
Media pembelajaran merupakan yang diinginkan dalam penelitian ini di-
bagain dari komponen pembelajaran (urut- pengaruhi oleh cara penyajian materi pem-
an instruksional, metode, media dan wak- belajaran dengan menggunakan Powerpoint.
tu) yang digunakan secara bersama-sama Sudjana, (2012, p.22) menyatakan
guna efektifitas pembelajaran. Media pem- bahwa “hasil belajar merupakan kemam-
belajaran yang dieksperimenkan dalam puan-kemampuan yang dimiliki setelah
penelitian ini yaitu media pembelajaran seseorang memiliki pengalaman belajar-
berbentuk Powerpoint. Media Powerpoint nya.” Menurut Jihad & Haris, (2008, p.15)
adalah sebuah media pembelajaran yang “hasil belajar adalah perubahan tingkah
digunakan untuk menyampaikan materi laku siswa secara nyata setelah dilakukan
IPA kepada siswa kelompok eksperimen. proses belajar mengajar yang sesuai de-
Minat merupakan suatu kecen- ngan tujuan pembelajaran.
derungan dan kegairahan yang tinggi atau Menurut Phillips (1994) “Learning
ketertarikan yang besar terhadap sesuatu. outcomes are statements that specify what
Minat belajar siswa yang dimaksud dalam learners will know or be able to do as a result of
penelitian ini adalah minat terhadap materi a learning activity. Outcomes are usually ex-
IPA maupun terhadap proses pembelajar- pressed as knowledge, skills, or attitudes”. Arti-
annya. Minat belajar siswa dinyatakan nya: Hasil pembelajaran adalah pernyataan
dalam hasil angket siswa. yang menentukan apa yang siswa tahu
Minat berperan sangat penting da- atau mampu lakukan sebagai hasil dari
lam kehidupan siswa dan mempunyai kegiatan belajar. Hasil belajar biasanya
dampak yang besar terhadap sikap dan dinyatakan sebagai pengetahuan, keteram-
perilaku. Siswa yang berminat terhadap pilan, atau sikap.
Hasil belajar yang dimaksud dalam pembelajaran IPA tapi kurang intensif,
penelitian ini merupakan perubahan ting- karena kurangnya materi yang dirancang
kah laku individu yang meliputi penge- dengan media Powerpoint. Penelitian telah
tahuan, keterampilan dan sikap yang me- dilaksanakan pada bulan Nopember-De-
rupakan hasil dari aktifitas yang ditunjuk- sember 2013. Pemilihan waktu tersebut
kan dengan angka.Hasil belajar dinyatakan sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran
dalam bentuk tes dengan skor nilai 0-100. IPA di SD Muhammadiyah Sagan.
Subjek penelitian ini adalah semua
Metode Penelitian siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sagan
Tahun Ajaran 2013-2014 yang terdiri dari
Jenis penelitian ini adalah peneliti- dua kelas IV A. Penentuan kelompok ek-
an kuantitatif dengan desain penelitian sperimen melalui pengundian dan diper-
Quasi-experiment design: One-GroupPre-test- oleh kelas IV A sebagai kelompok eksperi-
Post-test Design dengan satu macam per- men dengan jumlah 44 orang siswa dan
lakuan. Digunakan desain penelitian quasi kelas VI B sebagai kelompok uji coba in-
eksperiment ini karena dalam bidang pen- strumen penelitian dengan jumlah yang
didikan seringkali sulit melakukan eksperi- diambil sebanyak 30 orang siswa.
men secara murni. Dalam hal ini, karena Pada pembelajaran IPA kelompok
subjek (siswa) adalah bukan sesuatu yang eksperimen diberi perlakuan dengan
dapat dipindah, diperlakukan, dan diatur menggunakan media Powerpoint. Rancang-
secara ketat sebagaimana pada penelitian an penelitian menggunakan Pre-test-Post-
bidang eksak. test Design. Pre-test-Pos-test Design adalah
Secara umum penelitian ini ber- suatu desain penelitian yang membanding-
tujuan untuk mengetahui pengaruh media kan pre-test dengan post-test pada kelom-
Powerpoint terhadap minat dan hasil belajar pok eksperimen. Hasil pre-test akan diban-
IPA antara sebelum pembelajaran (pre-test) dingkan dengan post-test, kemudian baru
dengan sesudah pembelajaran (post-test) diambil kesimpulan melalui deskripsi data
pada mata pelajaran IPA di kleas IV SD minat belajar dan hasil belajar IPA.
Muhammadiyah Sagan. Sebelum treatment diberikan pre-test
Rancangan penelitian mengguna- atau tes awal berupa soal-soal yang ber-
kan Pre-test-Post-test Design. Pre-test-Pos-test hubungan dengan materi IPA untuk meli-
Design adalah suatu desain penelitian yang hat tingkat kondisi subyek yang berkenaan
membandingkan pre-test dengan post-test dengan variabel terikat. Setelah percobaan
pada satu kelompok uji, yaitu kelompok selesai, dilakukan post-test atau test akhir
kelompok eksperimen. Hasil pre-test akan dengan soal-soal yang tidak jauh berbeda.
dibandingkan dengan post-test, kemudian Data skor hasil belajar pre-test dan post-test
baru diambil kesimpulan melalui deskripsi kemudian dibandingkan. Tujuan perban-
data minat belajar dan hasil belajar IPA dingan ini adalah untuk mengetahui pe-
Penelitian ini dilaksanakan di SD ngaruh dari penggunaan media Powerpoint.
Muhammadiyah Sagan. Alasan pemilihan Langkah-langkah perlakuan/treat-
sekolah tersebut sebagai tempat penelitian ment adalah: (a) materi pelajaran disampai-
adalah karena sekolah tersebut sudah me- kan dengan menggunakan media tayang
miliki sarana dan prasarana untuk meng- berupa slide Powerpoint tentang benda,
gunakan media Powerpoint. sifat dan kegunaannya dan siswa memper-
Berdasarkan survei yang dilaksana- hatikan secara seksama; (b) pengorgani-
kan pada bulan September 2013 diketahui sasian siswa untuk belajar: pada tahap ini
permasalahan secara objektif tentang pro- siswa berkelompok dengan jumlah kelom-
ses pembelajaran IPA di kelas IV SD pok masing-masing 5-6 orang, selanjutnya
Muhammadiyah Sagan yaitu sudah pernah masing-masing kelompok mengerjakan
menggunakan media Powerpoint dalam LKS; (c) perwakilan kelompok membaca-
kan hasil kerjanya didepan kelas dan ke- patokan (PAP), kategori hasil pengukuran
lompok lain menanggapi atau memberikan dengan menggunakan skala 5 kriteria
pertanyaan; (d) diskusi kelas tentang ma- Data dianalisis untuk mengetahui
teri pelajaran benda, sifat dan kegunaan- pengaruh media Powerpoint terhadap minat
nya; (e) Guru bersama siswa menyim- belajar siswa dan hasil belajar siswa ber-
pulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. dasarkan pre-test dan post-test pada kelom-
Data yang diperoleh terdiri atas pok eksperimen.
data skor minat belajar dan skor hasil
belajar IPA siswa kelompok eksperimen. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Instrumen yang digunakan adalah angket
minat belajar dan tes hasil belajar IPA. Deskripsi Data Minat belajar
Teknik pengumpulan data yang digunakan Hasil angket yang diberikan sebe-
dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam, lum pembelajaran disajikan pada Tabel 1,
yaitu: (1) pemberian angket kepada siswa; menunjukkan bahwa nilai mean minat
(2) pemberian tes hasil belajar. belajar sebelum pembelajaran adalah 99,84
Pertama, angket digunakan untuk dengan standar deviasi 8,70, nilai terendah
mengetahui bagaimana minat belajar siswa 78 dengan frekuensi 1 siswa dan nilai
kelompok eksperimen pada mata pelajaran tertinggi 120 dengan frekuensi 1 siswa.
IPA sebelum diberikan perlakuan maupun Selanjutnya hasil mean minat belajar se-
sesudah diberikan perlakuan. Angket yang sudah pembelajaran adalah 113,61 dengan
dibuat menggunakan skala Likert dengan 4 standar deviasi 4,63 nilai terendah 102 de-
alternatif jawaban yaitu: sangat setuju, ngan frekuensi 1 siswa dan nilai tertinggi
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah 120 dengan frekuensi 5 siswa.
dan skor masing-masing 4, 3, 2, dan 1.
Kedua, Tes hasil belajar yang di- Tabel 1. Deskripsi Data Skor Minat Belajar
berikan berupa soal-soal dengan 4 alter-
Minat Belajar
natif pilihan jawaban (pilihan ganda).Tes Statistik
Sebelum Sesudah
hasil belajar yang diberikan adalah berupa
N Valid 44 44
pre-test dan post-test.Tes ini diberikan untuk Missing 0 0
mengukur aspek kognitif siswa dalam Mean 99,84 113,61
menguasai dan memahami materi IPA. Median 97,50 115
Analisis data dalam penelitian ini Mode 97 116
menggunakan analisis data statistik des- Std. Deviation 8,70 4,63
kriptif. Statistik deskriftif untuk menge- Minimum 78 102
tahui tingkat keefektifan pembelajaran IPA. Maksimum 120 120
Teknik analisis deskriptif yang digunakan Sum 4393 4999
yaitu dengan mengungkap apa yang ter-
jadi. Dengan ini peneliti berusaha mendes- Dapat dijelaskan dalam skala lima
kripsikan kejadian-kejadian, aktifitas, dan dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
kondisi pada saat implementasi program. data tersebut membentuk distribusi fre-
Selanjutnya data yang diperoleh hasilnya kuensi seperti disajikan pada Tabel 2.
dikumpulkan, dideskripsikan untuk kemu- Dari Tabel 2 dapat dilihat data mi-
dian disimpulkan. nat belajar dari kelompok eksperimen
Pada data angket didapatkan mean sebelum pembelajaran IPA, 8 siswa atau
( ), median (Me), modus (Mo), standar 18,18% diantaranya masuk dalam kategori
minat belajar yang sangat baik, 27 siswa
deviasi (SD), rentang nilai maksimum dan
atau 61,36% masuk dalam kategori yang
nilai minimum pada setiap variabel. Me-
baik, 8 siswa atau 18,18% masuk dalam
nurut Arifin (2009, p.236), penafsiran hasil
kategori cukup, dan 1 siswa atau 2,27%
pengukuran berdasarkan penilaian acuan
masuk dalam kategori kurang.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Minat Belajar sesudah pembelajaran IPA sebesar 13,77
atau 11,47%. Selisih hasil angket minat
Sebelum Sesudah
Kategori belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
Jml % Jml %
berbeda secara signifikan, artinya media
A 8 18,18 39 88,68
Powerpoint berpengaruh positif terhadap
B 27 61,36 5 11,36
minat belajar siswa pada pembelajaran IPA
C 8 18,18 0 0
di kelas IV SD Muhammadiyah Sagan.
D 1 2,27 0 0
E 0 0 0 0 Deskripsi Data Hasil Belajar (Pre-test dan
Total 44 100 44 100 Post-test)
Selanjutnya untuk minat belajar Hasil pre-test pada Tabel 3 me-
sesudah pembelajaran, 39 siswa atau nunjukkan bahwa nilai mean 71,82 dengan
88,68% masuk ke dalam kategori minat standar deviasi 9,66 nilai terendah 50 de-
belajar yang sangat baik, sedangkan sisa- ngan frekuensi 2 siswa dan nilai tertinggi
nya 5 siswa atau 11,36% masuk ke dalam 96,67 dengan frekuensi 1 siswa. Selanjut-
kategori yang baik. Apabila digambarkan nya hasil post-test menunjukkan bahwa
dalam histogram akan nampak seperti nilai mean hasil belajar siswa pada mata
pada Gambar 1. pelajaran IPA adalah 85,83 dengan standar
deviasi 7,65 nilai terendah 63,33 dengan
frekuensi 1 siswa dan nilai tertinggi 100 de-
ngan frekuensi 1 siswa.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Selisih hasil pre-test dan postest berbeda se-
Post-test
cara signifikan, artinya media Powerpoint
Pre-test
Kategori
%
berpengaruh positif terhadap hasil belajar
Jumlah % Jumlah
siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV
A 2 4,55 17 38,64
43,18
SD Muhammadiyah Sagan.
B 8 18,18 19
15,91
Pada hipotesis data minat belajar
C 20 45,45 7
2,27
untuk mengetahui perbedaan hasil sebe-
D 11 27,27 1
2 4,55 0 0 lum dan sesudah pembelajaran dengan
E
44 100 44 100 menggunakan media Powerpoint pada pem-
Total
belajaran IPA, menghasilkan skor rata-rata
Selanjutnya frekuensi untuk post- sebelum pembelajaran 99,84 dan sesudah
test, 17 siswa atau 38,64% masuk dalam pembelajaran 113,61. Di dalam uji rata-rata
kategori hasil belajar yang sangat baik, 19 dengan program SPSS versi 16.00 for Win-
siswa atau 43,18% masuk dalam kategori dows menu uji t berpasangan, menghasil-
baik, 7 siswa atau 15,91% masuk dalam kan angka sig. 0,000 untuk taraf signifikan
kategori cukup, sedangkan 1 siswa atau α (0,05). Perbedaan rata-rata tersebut se-
2,27% masih masuk dalam kategori yang besar 13,77 atau sebesar 11,48%. Hasil ini
kurang. Apabila digambarkan dalam histo- menunjukkan bahwa antara sebelum dan
gram akan nampak sebagai berikut: sesudah pembelajaran dengan mengguna-
kan media Powerpoint terdapat perbedaan.
Artinya adalah terdapat perbedaan minat
belajar antara sebelum dan sesudah pem-
belajaran yang menggunakan media Power-
point.
belajar siswa pre-test dengan post-test pada miliki unsur gambar, suara dan video
kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran sehingga audio visual anak
media Powerpoint. aktif, sedangkan sebelumnya siswa tidak
menggunakan media Powerpoint.
Pembahasan Faktor-faktor penumbuh minat
Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint yaitu motivasi, perhatian, rasa senang, dan
terhadap Minat Belajar cita-cita/harapan, pada saat perlakuan/
treatment terfasilitasi dengan baik. Penge-
Pada hipotesis data minat belajar tahuan tersedia secara gamblang pada
untuk mengetahui perbedaan skor sebelum media Powerpoint, sehingga siswa dapat
dan sesudah pembelajaran dengan meng- melakukan pengamatan. Persepsi siswa
gunakan media Powerpoint pada pembel- terpupuk dengan baik akibat pengamatan
ajaran IPA, menghasilkan skor rata-rata yang baik pula. Hal ini pada akhirnya
sebelum pembelajaran 99,84 dan sesudah menumbuhkan sikap yang baik terhadap
pembelajaran 113,61. Hasil ini menunjuk- pembelajaran dan materi, sehingga minat
kan bahwa antara sebelum dan sesudah belajar siswa sesudah pembelajaran jauh
pembelajaran dengan menggunakan media lebih baik dibanding sebelumnya.
Powerpoint terdapat perbedaan. Artinya Mengenai peranan media pembel-
adalah terdapat perbedaan minat belajar ajaran. Media yang digunakan pada saat
antara sebelum dan sesudah pembelajaran perlakuan/treatment adalah media Power-
pada kelompok eksperimen yang meng- point. Media ini berpotensi membuat siswa
gunakan media Powerpoint. bergairah untuk belajar dan membuat anak
Miarso (2009, p.459), menyebutkan tetap fokus pada pelajaran yang diajarkan
bahwa “Media membangkitkan keinginan sampai pelajaran berakhir. Adanya gam-
dan minat baru. Dengan menggunakan bar-gambar yang memperjelas materi dan
media pendidikan, horizon pengalaman video untuk contoh kegiatan juga me-
anak semakin luas, persepsi semakin tajam, nambah menarik media ini.
konsep-konsep dengan sendirinya semakin Berdasarkan teori yang mendasari
lengkap. Akibatnya keinginan dan minat faktor-faktor yang mempengaruhi minat
untuk belajar selalu muncul”. belajar, dan dengan melihat kenyataan
Hal yang terjadi pada dua sampel yang terjadi di lapangan (pada pelaksana-
penelitian ini (sebelum dan sesudah pem- an penelitian eksperimen) didapatkan hasil
belajaran) secara prinsip adalah mengenai yang memperkuat teori tersebut. Didapat-
perbedaan dua hal, yaitu proses pembel- kan hasil bahwa memang benar (terbukti
ajaran dan media. Mengenai proses pem- secara signifikan) pembelajaran dengan
belajaran, penggunaan media Powerpoint menggunakan media Powerpoint dapat
ini membawa konsekwensi pada jalannya berpengaruh positif terhadap minat belajar
pembelajaran yang menarik minat belajar siswa.
siswa. Akibat dari kedua keadaan ini ada-
nya pengaruh media Powerpoint terhadap Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint
minat belajar siswa dalam pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa
IPA tersebut. Seperti tertuang pada hasil Pada hipotesis data hasil belajar,
penelitian untuk hipotesis yang pertama yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil
(mengenai minat) ini, jelas terlihat per- pre-test dan post-test kelompok eksperimen
bedaan yang cukup signifikan antara minat yang menggunakan media Powerpoint pada
belajar siswa pada sebelum dan sesudah pembelajaran IPA, menghasilkan skor rata-
pembelajaran. rata 71,82 untuk pre-test dan 85,83 untuk
Pada saat perlakuan/treatment sis- post-test. Hasil ini menunjukkan bahwa
wa berkesempatan untuk melihat demon- antara pre-test dan post-test yang meng-
strasi yang ada pada Powerpoint yang me- gunakan media Powerpoint terdapat per-
bedaan. Artinya adalah terdapat perbedaan mahaman materi. Pada kelompok eksperi-
hasil belajar antara pre-test dan post-test men, siswa dapat mengamati gambar-
kelompok eksperimen yang menggunakan gambar dan video pembelajaran.
media Powerpoint. Faktor penting dalam media adalah
Salah satu faktor yang memenga- adanya simulasi. Simulasi berpotensi mem-
ruhi hasil belajar yaitu faktor eksternal bantu siswa kelompok eksperimen dalam
yang di dalamnya terdapat faktor kuriku- melihat fakta/fenomena kongkret dalam
lum dan fasilitas belajar. Proses pembel- pelajaran IPA maupun membantu mema-
ajaran dan media yang digunakan me- hami konsep abstrak dalam pelajaran IPA
rupakan bentuk kongkrit dari faktor yang (Alessi & Trollip, 2001, p.215). Ditambah
mempengaruhi hasil belajar, dan yang dengan adanya fasilitas mencoba berulang-
terjadi pada dua sampel penelitian ini (pre- ulang simulasi mendukung proses pema-
test dan post-test) secara prinsip adalah haman pengetahuan siswa.
mengenai perbedaan dua hal di atas, yaitu Dengan berdasarkan teori yang
proses pembelajaran dan media. Mengenai mendasari faktor-faktor yang mem-penga-
proses pembelajaran. Perlakuan Universi- ruhi hasil belajar, dan dengan melihat
tas Negeri Yogyakarta /treatment ke siswa kenyataan yang terjadi di lapangan (pada
mengakibatkan hasil belajar yang cukup pelaksanaan penelitian eksperimen) dida-
berbeda dengan sebelumnya. Pada saat patakan hasil yang memperkuat teori
perlakuan/treatment siswa diberikan media tersebut. Didapatkan hasil, bahwa memang
pembelajaran Powerpoint dimana siswa benar (terbukti secara signifikan) pembel-
disuguhkan gambar-gambar dan video ajaran dengan menggunakan media Power-
yang relevan dengan pembelajaran IPA. point dapat berpengaruh terhadap hasil
Sedangkan pembelajaran IPA sebelumnya belajar IPA siswa.
tidak menggunakan media Powerpoint.
Pembelajaran IPA yang mengguna- Simpulan dan Saran
kan media Powerpoint yang ada unsur-
unsur multimedia telah membawa akibat Simpulan
yang cukup berbeda terhadap siswa. Se- Terdapat pengaruh media Power-
perti sudah disebutkan di atas, pada saat point terhadap minat belajar IPA siswa
perlakuan/treatment yang menggunakan kelompok eksperimen pada pembelajaran
media Powerpoint, siswa mendapatkan ber- yang menggunakan media Powerpoint.
bagai kemudahan yang tidak didapatkan Minat belajar IPA siswa kelas IV SD Mu-
sebelumnya seperti video pembelajaran hammadiyah Sagan meningkat 13,77 atau
dan gambar-gambar relevan yang berhu- 11,48%, yaitu dari hasil selisih rerataan
bungan dengan materi pelajaran. sebelum pembelajaran 99,84 dengan hasil
Mengenai peranan media pembel- rerataan sesudah pembelajaran 113,61.
ajaran, saat perlakuan/treatment menggu- Terdapat pengaruh media Power-
nakan media berupa slide-slide Powerpoint point terhadap hasil belajar IPA siswa
IPA, perbedaan jelas terlihat dalam basis kelompok eksperimen pada pembelajaran
orientasi media, yaitu media Powerpoint yang menggunakan media Powerpoint.
berbasis persentasi dengan slide-slide Po- Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Mu-
werpoint dengan gambar-gambar dan video hammadiyah Sagan meningkat 14,01 atau
yang relevan dengan materi pelajaran. Hal 14,01%, yaitu dari hasil selisih rerataan pre-
ini mengakibatkan prilaku siswa dalam test 71,82 dengan hasil rerataan post-test
mengikuti jalannya pembelajaran yang ber- 85,83.
beda pula. Inti perbedaannya adalah pada
keberagaman media dalam mempelajari Saran
materi. Perbedaan yang sangat mencolok Kepada guru mata pelajaran IPA
ini berpotensi mempengaruhi proses pe- disarankan untuk meningkatkan penggu-
naan media (salah satunya media Power- Desember 2013, dari http://
point) dalam pembelajaran IPA demi pe- ipislam.edu.my/kplir/t-
ningkatan minat dan hasil belajar siswa. pdk/Jurnal%20Teknodik%20No_13
Minat siswa yang kuat perlu diper- .htm#5.
tahankan. Oleh karena itu memerlukan
Miarso, Y. (2009). Menyemai benih teknologi
dukungan media pembelajaran yang lebih
pendidikan. Jakarta: Kencana.
menarik minat siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran, maka diperlukan koordinasi Phillips, L., (1994). The Continuing Educa-
dari guru, kepala sekolah, pengawas dan tion Guide: the CEU and Other Profes-
komite sekolah. sional Development Criteria. Lowa:
Perlu adanya kegiatan berkelanjut- Hunt Publishing Co.Diambil pada
an agar terwujudnya pelaksanaan pembel- tanggal 30 Januari 2014 dari http://
ajaran yang memerlukan media pembel- www.aallnet.org/Archived/Educat
ajaran nonkonvensional. ion-and-Events/cpe/outcomes.
Untuk kesempurnaan penelitian html
ini, disarankan kepada peneliti atau calon Sanaky, H. AH. (2013) Media pembelajaran
peneliti yang berminat untuk mengadakan interaktif-inovatif. Yogyakarta: Kau-
penelitian lanjutan dengan membuat me- kaba.
dia Powerpoint yang mencakup materi
pelajaran yang lebih luas lagi. Slameto. (2010). Belajar & faktor-faktor yang
mempengaruhinya(Rev. ed.). Jakarta:
Rineka Cipta.
Daftar Pustaka
Sudjana, N. (2012). Penilaian hasil proses
Allessi, M. & Trolip, (2001). Computer Based
belajar mengajar. Bandung: Remaja
Instructional Method and Develop-
Rosdakarya.
ment. Prentice Hall. New Jersey.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidik-
Arifin, Z. (2011). Evaluasi pembelajaran. Ban-
an (Pendekatan kuntitatif, kualitatif,
dung: Remaja Rosdakarya.
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Ja-
Wahyudin, S. (2010) Keefektifan pembel-
karta: RajaGrafindo Persada.
ajaran berbantuan multimedia
Collette, A. T., & Chiappetta, E. L. ((1994). menggunakan metode inkuiri ter-
Scince instruction in the middle and bimbing untuk meningkatkan m-
secondary schools (3rd ed.).New York: inat dan pemahaman siswa. Jurnal
Macmillan. Pendidikan Fisika Indonesia No. VI
Januari 2010. Di ambil pada tanggal
Jihad, A., & Haris, A. (2008). Evaluasi pem-
21 Desember 2013 dari
belajaran. Yogyakarta: Multi Pres-
http://www.journal.unnesa.ac.id/
sindo.
nju/index.php/JPFI?article/.../101
Koesnandar, A. (2003). Guru dan Media 6
Pembelajan.Diambil pada tanggal 21
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan e-learning
terhadap motivasi dan prestasi belajar matematika siswa SD Negeri Tahunan Yogyakarta. Populasi
penelitian ini adalah siswa SD Negeri Tahunan Yogyakarta dengan sampel siswa kelas IV A dan IVB
yang berjumlah 66 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun
2012. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan posttest-only
control-group design. Statistik analisis uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata dua buah
kelompok dan uji T2 Hotteling’s Trace untuk mengetahui pengaruh penggunaan e-learning terhadap
motivasi dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui motivasi belajar siswa
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,008 atau lebih kecil dari α 5% dan prestasi belajar siswa
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,003 atau lebih kecil dari α 5% yang berarti bahwa: Ada
perbedaan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa menggunakan e-learning di SD Negeri
Tahunan Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji T2 Hotteling’s Trace diketahui nilai signifikasi sebesar
0,001 atau lebih kecil dari α 5% dan rata-rata skor angket untuk motivasi belajar siswa kelompok
eksperimen sebesar 74,03 dan kelompok kontrol sebesar 70,42 dan rata-rata skor tes untuk prestasi
belajar siswa kelompok eksperimen sebesar 15,45 dan kelompok kontrol sebesar 12,09 yang berarti
bahwa ada pengaruh positif penggunaan e-learning terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di SD
Negeri Tahunan Yogyakarta.
Kata kunci : e-learning, motivasi, prestasi
Abstract
This study aims to find out how the effects of the use of e-learning on the students’ learning
motivation and outcomes in mathematics of the students of SD Negeri Tahunan Yogyakarta.The
research population comprised Grades IV A and IV B students of SD Negeri Tahunan Yogyakarta with
a sample consisting of 66 students. This study was conducted from May to June 2012. It was a quasi-
experimental study employing the posttest-only control-group design. In this study, the experimental
group received a special treatment while the control group learned as usual. T-test used to determine
the mean difference of two group. And Trace Hotteling's T2 test to determine the effect of the use of e-
learning on students' motivation and achievement. Based on the results of t-test, the students’ learning
motivation shows a significance value of 0.008, which is smaller than the alpha of 5%, and the
students’ learning achievement show a significance value of 0.003, which is smaller than the α of 5%,
indicating there are differences in mathematics achievement and motivation of students using e-
learning. Base on the result T2 Hotteling's Trace test, shows a significance value of 0.001 or less than
α of 5%, and the mean score learning achievment of those in the experimental group is 15.45 and that
in the control group is 12.09 and score of the learning motivation of those in the experimental group
was 74.03 and that in the control group is 70.42, indicating that learning mathematics through e-
learning has positive effects on the students’ learning motivation and learning achievment in SD
Negeri Tahunan Yogyakarta
Keywords: e-learning, motivation, achievement
Pengaruh Penggunaan E-Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika .... 67
Doni Septumarsa Ibrahim, Siti Partini Suardiman
dalam bentuk multimedia interaktif yang me- bahkan tidak perlu waktu yang lama untuk bel-
narik. Guru harus memunyai kompetensi yang ajar, cukup dengan melihat sekilas orang sudah
baik untuk bisa memanfaatkan tekonologi infor- bisa menggunakannya.
masi yang sudah ada dan juga keterampilan Penggunan multimedia dalam pembel-
maupun kreatifitas guna pengembangan pem- ajaran dapat membuat siswa lebih merasa
belajaran yang lebih baik dan menarik. Kemam- senang karena suasana pembelajaran akan
puan ini sangat penting untuk memaksimalkan terasa berbeda dari hari biasanya. House, J. D.
penggunaan sarana prasarana teknologi infor- dalam jurnalnya yang berjudul.
masi yang telah disediakan oleh sekolah mau- The motivational effects of specific
pun pemerintah sehingga tidak ada lagi terlihat instructional strategies and computer use for
sarana dan prasarana yang terbengkalai hanya mathematics learning in Japan: Finding from
sebagai hiasan ruangan dan pelengkap identitas the third international mathematics and sci-
sekolah. ence study (TIMSS) yang dimuat dalam jurnal
Guru sekolah dasar merupakan guru internasional ProQuest menemukan bahwa;
kelas yang mengajarkan semua mata pelajaran. “Students who indicate a higher level
Semakin tinggi kelas yang diampu semakin ba- enjoyment for learning mathematics reported
nyak materi pelajaran yang harus diajarkan. that their teachers more frequently showed
Mengingat bahwa guru sebagai bagian dari them how to do mathematics problems in their
keluarga dan masyarakat tentu akan menguras lessons and that they more frequently used
tenaga dan fikiran yang dapat mempengaruhi computer and worked from worksheet or
proses pembelajaran, sehingga kurang maksi- textbooks”
mal dalam mengajar siswa sehingga motivasi Siswa yang merasa senang belajar ma-
belajar siswa semakin lama semakin berku- tematika mengatakan kalau guru mereka lebih
rang. Hal ini perlu mendapat perhatian lebih sering menunjukkan bagaimana menyelesaikan
dengan menghadirkan sesuatu yang baru dalam masalah matematika dalam pembelajaran dan
proses pembelajaran salah satunya dengan mereka lebih sering menggunakan komputer
penggunaan e-learning dalam proses pembel- dan mengerjakannya pada lembar kerja atau
ajaran. buku mereka.
Menurut Tafiardi, (2005, p.85) E- Peningkatkan prestasi belajar tidak bi-
learning adalah suatu model pembelajaran yang sa dicapai dengan cepat dan mudah, membu-
dibuat dalam format digital melalui pe-rangkat tuhkan waktu dan proses yang panjang. Salah
elektronik. Menurut Juri, (2008, p.5) dalam jur- satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan
nalnya yang berjudul penerapan e-learning meningkatkan prestasi belajar secara bertahap
dalam pembelajaran suatu langkah inovasi dari waktu ke waktu selama proses pembel-
menyimpulkan: (1) Kualitas pembelajaran dapat ajaran tiap semester. Prestasi belajar yang se-
ditingkatkan dengan pemanfaatan e-learning makin baik secara bertahap akan menghasilkan
(Pemanfaatan teknologi komunikasi dan infor- dampak yang melekat dengan kuat dan ber-
masi dalam pembelajaran); (2) E-learning me- tahan lama pada siswa. Sekolah maupun peme-
rupakan inovasi yang sangat tepat untuk rintah telah melakukan berbagai cara untuk
dikembangkan di sekolah dasar saat ini sesuai meningkatkan jumlah dan kualitas kelulusan
dengan perkembangan teknologi yang sedemi- salah satunya dengan membuat regulasi di
kian pesat, demikian pula dengan perkembang- bidang pendidikan dengan menerapkan standar
an informasi yang tak kalah pesatnya. kelulusan, tujuannya agar siswa lebih giat da-
Lingkungan di luar sekolah begitu ce- lam belajar. Program pemerintah tersebut da-pat
pat menerima dan mengaplikasikan pengguna- berjalan maksimal jika didukung oleh peran
an teknologi daripada lingkungan sekolah. serta guru dalam memaksimalkan proses belajar
Masyarakat sudah banyak yang menggunakan mengajar dengan baik. Guru dapat meng-
gadgets atau perangkat-perangkat elektronik gunakan berbagai teknik mengajar yang kreatif
untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan me- agar siswa dapat menyerap materi pembelajaran
reka baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dengan maksimal.
di tempat kerja. Hal ini karena banyaknya man- Berdasarkan uraian di atas peneliti
faat yang diperoleh dari penggunaan alat ingin menemukan apakah e-learning dapat
komunikasi tersebut diantaranya dapat meng- digunakan untuk mengembangkan pembela-
hemat waktu dan biaya. Selain bentuk yang jaran yang efektif dan efisien dengan peman-
menarik pengoperasianya pun sangat mudah, faatan sarana dan prasarana teknologi infor-
Pengaruh Penggunaan E-Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika .... 69
Doni Septumarsa Ibrahim, Siti Partini Suardiman
masi di sekolah. Penggunan e-learning dalam atau tidak disajikan kepada siswa pola pem-
proses belajar mengajar di kelas diharapkan belajaran ketiga adalah yang paling independen
dapat memotivasi siswa untuk lebih giat bel- karena siswa dapat berhubungan langsung de-
ajar guna memeroleh prestasi belajar yang ngan media.
maksimal. Pembelajaran yang tepat untuk anak
Anak usia 6-11 tahun atau disebut juga sekolah dasar adalah opsi b dan c yaitu pola gu-
perkembangan anak masa pertengahan merupa- ru dan media, atau media saja karena dapat
kan usia anak untuk mulai mengenal lingkung- melibatkan langsung siswa dalam proses pem-
an kecil masyarakat yang disebut sekolah belajaran. Dengan melibatkan siswa dalam pro-
(Berk, 2007, p.8). Pada masa ini siswa meng- ses pembelajaran akan memberikan hasil yang
alami perkembangan fisik, kemampuan berfikir, lebih baik karena bersesuaian dengan kerakter
keterampilan, sikap dan perkembangan psiko- siswa sekolah dasar yang aktif dan ingin selalu
sosial yang pesat. Anak semakin sering ber- mencoba hal-hal yang baru. Penggunaan media
interaksi dengan dengan orang lain yang ber- elektronik adalah salah satu metode pembel-
beda-beda setiap hari. Hal ini akan memberikan ajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pro-
pengalaman-pengalaman baru dari setiap orang ses pembelajaran. Dengan menghadirkan media
yang dijumpai. elektronik dalam proses pembelajaran dapat
Menurut Dahar, (1988, p.185), Individu memberikan motivasi yang positif kepada siswa
pada usia 7-11 tahun mengalami tahap perkem- untuk lebih tertarik dalam mengikuti proses
bangan intelektual operasional konkret. Ini ber- pembelajaran.
arti anak memiliki operasi-operasi logis yang Perkembangan teknologi komunikasi
dapat diterapkannya pada masalah-masalah saat ini semakin maju. Saat ini kebanyakan
konkret. Tahapan berfikir dan bersikap anak orang sudah memanfaatkan teknologi infor-
pada masa ini lebih bersifat konkret, mereka masi dengan menggunakan jaringan data pada
akan mudah menerima sesuatu dalam bentuk komputer dengan cara menghubungkan kom-
aktivitas motorik oleh karena itu mereka lebih puter satu ke komputer lain. Teknologi kom-
senang bermain dengan teman-temannya, arti- puter saat ini semakin berkembang pesat dan
nya kegiatan berupa aksi sangat digemari oleh berkesinambungan, mulai dari perangkat-pe-
anak-anak pada usia ini. Kunci pembelajaran rangkat komputer, aksesori dan software terus
yang efektif untuk anak usia sekolah dasar ada- mengalami pertumbuhan, baik dalam jumlah
lah membuat suasana belajar yang menyenang- dan kualitas yang semakin lama semakin kom-
kan bagi anak. Salah satu caranya adalah ber- pleks. Begitu juga dengan software pendidikan
main sambil belajar. maupun software pembelajaran yang sangat
Pola pembelajaran yang diterapakan mudah kita temukan saat ini. Software pem-
oleh guru-guru di sekolah-dasar menurut belajaran menurut Hartono, (2011, p.1) adalah
Supriyadi, (2010, p.1); (1) Guru saja yaitu pola software yang berisi materi pembelajaran seko-
pembelajaran dengan guru sebagai satu-satu- lah yang isinya sudah disesuaikan dengan kuri-
nya sumber belajar; (2) Guru dengan media kulum yang berlaku.
yaitu pola pembelajaran yang dilakukan guru Software pembelajaran tersebut dapat
dengan dibantu oleh media pembelajaran; (3) kita manfaatkan sebagai sumber materi pem-
Media saja yaitu pola pembelajaran yang ha- belajaran di sekolah dasar. Dalam hal ini diper-
nya menggunakan media saja tanpa didampi- lukan suatu keterampilan khusus untuk men-
ngi oleh guru. jalankannya, diantaranya keterampilan meman-
Pola pembelajaran pertama disebut faatkan atau mengoperasikan komputer, dan
konvensional, yang menempatkan “guru saja” penguasaan dalam menggunakan software apli-
sebagai komponen utama dalam sistem pem- kasi pembelajaran tersebut. Sekolah membutuh-
belajaran. Tatap muka penuh dengan siswa di- kan guru yang terampil mengoperasikan kom-
lakukan oleh guru itu karena semua informasi puter dan mampu menjalankan beberapa soft-
berasal dari guru. Pola pembelajaran kedua ware terutama software pembelajaran atau soft-
adalah yang paling banyak dipraktekkan se- ware pendidikan lainya. Guru juga harus
karang; gurunya disebut “guru dengan media”, mengetahui karakteristik belajar siswa agar da-
yang menggunakan alat bantu audio visual pat menentukan jenis teknologi media yang
untuk membantu kegiatan pembelajaran, namun mana yang tepat untuk diterapkan. Guru harus
peran guru masih tetap sentral; dialah yang tahu bagaimana siswanya belajar. The most
memutuskan bagian media yang akan disajikan effective use technology and media if you
(teacher) have basic understanding of how your Karakteristik e-learning ini antara lain
students learn (Smaldino, Lowther dan Russell, menurut Tafiardi, (2005, p.91) adalah: (a) Me-
2008, p.9). Jika hal ini terpenuhi maka tekno- manfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan
logi komunikasi dan informasi yang ada dapat siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan
digunakan dengan baik dalam proses pembel- sesama guru dapat berkomunikasi dengan rela-
ajaran. tif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang
Tugas guru adalah mencari dan menen- bersifat protokoler; (b) Memanfaatkan keung-
tukan media yang tepat dengan memerhatikan gulan komputer (digital media dan computer
kriteria atau pedoman pemilihan media untuk networks); (c) Menggunakan bahan ajar bersifat
menghindari dari kecerobohan dalam pemilihan mandiri (self learning materials) disimpan di
media karena menentukan keefektifan proses komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan
pembelajaran. siswa kapan saja dan di mana saja bila yang
Menurut Tafiardi, (2005, p.90) Pelak- bersangkutan memerlukannya; (d) Memanfaat-
sanaan E-learning, diklasifikasikan menjadi kan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil
dua, yaitu: (a) Dilaksanakan melalui cara lang- kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan
sung artinya pada saat instruktur memberikan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat
pelajaran, murid dapat langsung mendengar- setiap saat di komputer.
kan; (b) Dilaksanakan melalui cara tidak lang- Karakteristik e-learning yang diguna-
sung misalnya pesan dari instruktur direkam kan pada penelitian ini proses pembelajaran
dahulu sebelum digunakan. efektif yang diciptakan dengan cara mengga-
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bungkan konten pembelajaran yang disampai-
pengertian pembelajaran menggunakan e-learn- kan secara digital dengan menggunakan pe-
ing yang digunakan pada penelitian ini adalah rangkat-perangkat elektronik dalam proses
proses pembelajaran efektif yang diciptakan pembelajaran siswa di sekolah dasar.
dengan cara menggabungkan konten pembel- Melakukan aktivitas atau pekerjaan
ajaran yang disampaikan secara digital dengan dengan motivasi yang besar dan kuat akan
menggunakan perangkat-perangkat elektronik memeroleh hasil yang maksimal, sebaliknya
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam jika tidak didasari dengan motivasi yang besar
proses pembelajaran siswa di sekolah dasar. dan kuat maka akan memeroleh hasil yang
Dari pengertian di atas ada 2 hal penting dalam minimal, fakta ini berlaku dalam setiap bidang
penggunaan e-learning pada pe-nelitian ini: pekerjaan termasuk juga dalam pendidikan di
software pembelajaran, perangkat elektronik. sekolah.
Motivasi adalah kekuatan dorongan
Software Pembelajaran.
dari dalam yang ada pada diri seseorang untuk
Software pembelajaran adalah soft- bertindak dengan cara-cara tertentu (Gulo,
ware yang berisi materi pembelajaran sekolah 2007, p.46). Motivasi yang besar mampu men-
yang isinya sudah disesuaikan dengan kuriku- jadikan seorang yang tidak mampu menjadi
lum yang berlaku. Software itu ada yang ber- mampu, orang yang tidak bisa menjadi bisa.
sifat stand-alone, yaitu memuat semua materi Motivasi dalam belajar merupakan hal yang
yang diperlukan, sehingga dapat berdiri sendiri sangat penting untuk menunjang keberhasilan
tanpa bantuan sumber belajar lain. Penyajian- pendidikan.
nya pun sudah mengikuti teori-teori pembel- Pendidik maupun peserta didik tidak
ajaran sehingga siswa dapat menggunakan bisa lepas dari motivasi, artinya pendidik dan
software itu secara langsung. peserta didik harus sama-sama memunyai
Perangkat Elektronik motivasi dalam pembelajaran jika ingin pem-
belajaran tersebut berhasil dan tuntas. Moti-
Perangkat elektronik adalah electronic vation to learn is critically infortant to students
device atau alat yang digunakan untuk men- and teachers (Slavin, 2006, p.344). Motivasi
jalankan software pembelajaran atau menam- untuk belajar sangat penting untuk siswa dan
pilkan software pembelajaran. Beberapa pe- guru. Memotivasi guru dalam meng-ajar sangat
rangkat tersebut memunyai fungsi masing- penting, baik oleh sekolah maupun pemerintah
masing yang saling melengkapi satu dengan dengan program-program dan insentif dari
yang lainnya. Beberapa contoh perangkat elek- sekolah maupun pemerintah. Sedangkan untuk
tronik yang dapat menjalankan software pem- memotivasi siswa adalah tanggung jawab penuh
belajaran yang diambil dari Wikipedia. oleh guru, guru harus punya kemampuan
Pengaruh Penggunaan E-Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika .... 71
Doni Septumarsa Ibrahim, Siti Partini Suardiman
pedagogis yang baik dalam menghadapi siswa Beberapa peneliti juga mengemukakan
di dalam kelas untuk menciptakan pembelajaran pendapatnya salah satunya adalah (Frith,1997,
yang efektif. Efective teaching depends on more p.1) dalam jurnalnya Motivation to Learn
than just teacher subject-mater knowledge an menyimpulkan:
general pedago-gical skills or even pedagogical “Motivation to learn is paramount to stu-
content knowledge. (Moore, 2004, p.9) Selama dent success. The sources of motivation are
ini guru dipandang sebagai pekerjaan yang mu- complex. The motivation to learn is personal
dah, hanya berdiri depan kelas, menerangkan and comes from within an individual, but
mate-ri, memberi tugas dan pulang kasi PR itu can be influenced by external factors. Edu-
sudah guru, tapi guru sebenarnya sama dengan cators must keep the principles of motivation
life skill lainnya yang membutuhkan keteram- at the fore front of all instructional design.
pilan, tidak semua orang punya bakat mengajar The applications of motivation theory are
atau tidak semua guru punya jiwa guru atau limited only by one's imagination. The con-
sense of teacher. The best teachers are those cepts learner motivation underline the im-
who have a real passion for their subject. portance of learner analysis in instructional
(Simmons & Hawkins, 2010, p.5).Guru terbaik design.”
adalah mereka yang memiliki jiwa semangat
pada bidangnya. Sudah saatnya pembelajaran Motivasi belajar sangat penting untuk
menggunakan pendekatan yang disebut dengan keberhasilan siswa. Sumber motivasi sangat
the skill-based approach to teaching atau pen- komplek. Motivasi untuk belajar bersifat pri-
dekatan pembelajaran berbasis skils. (Moore, badi dan berasal dari dalam diri individu,
2004, p.4). namun dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
Dilihat dari sumbernya motivasi diba- luar dan pendidik harus mengedepankan prin-
gi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan sip-prinsip motivasi setiap kali memberikan
ekstrensik (Slavin, 2006, p.334). Motivasi in- pelajaran.
trinsik atau dorongan dari dalam (intrinsic Komponen motivasi merupakan faktor
incentive) adalah motivasi yang bersumber dari yang mempengaruhi motivasi. Terdapat tiga
dalam individu dan motivasi ekstrinsik atau komponen utama dalam motivasi, yaitu: (i)
dorongan dari luar (extrinsic incentive) adalah kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan.
motivasi yang bersumber dari luar individu. (Dimyati dan Mudjiono, 2006, p.80). Kebutuh-
an terjadi bila individu merasa terdapat ketidak-
Motivasi Intrinsik seimbangan antara apa yang ia miliki dan yang
Motivasi intriksik adalah motivasi yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan
muncul dari dalam individu atau dorongan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka
yang berasal dari dalam individu itu sendiri. untuk memenuhi harapan, jadi dorongan ber-
Misalnya seorang siswa yang sangat senang orientasi pada pemenuhan harapan dan pen-
mengambil program fotografi atau teknik oto- capaian tujuan. Dorongan yang berorientasi
motif dan mau bekerja keras walaupun prog- pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi,
ram tersebut tidak menawarkan imbalan. Da- sedangkan tujuan adalah hal-hal yang ingin
lam hal ini dorongan dari dalam atau (intrinsic dicapai oleh seseorang atau individu. Tujuan
incentive) cukup untuk memotivasi mereka tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini
untuk belajar fotografi atau teknik otomotif. perilaku belajar.
(Slavin, 2006, p.334). Cara meningkatkan motivasi intrinsik
menurut Slavin, (2006, p.336-338) adalah: (a)
Motivasi Ekstrinsik Arousting interest (membangkitkan minat); (b)
Siswa menerima kurang lebih 900 jam Maintaining curiosity (memelihara rasa ingin
pelajaran per tahun, dan intrinsic incentive atau tahu); (c) Using a variety of interesting pre-
dorongan dari dalam individu sendiri tidak sentation modes (menggunakan berbagai mode
akan mampu menjaga antusiasme siswa untuk presentasi yang menarik); (d) Helping Students
belajar. Dalam hal ini guru harus memberikan Set Their Own Goals (membantu siswa menen-
dorongan dari luar atau extrinsic incentive be- tukan tujuannya sendiri)
rupa: penghargaan, penguatan atau range nilai Dari uraian di atas motivasi belajar
untuk membedakan siswa yang satu dengan memunyai arti sebagai urutan peristiwa yang
yang lain. (Slavin, 2006, p.334). mungkin termasuk perhatian, relevansi, keper-
cayaan diri dan kepuasan. Dengan adanya
motivasi seseorang dapat bertindak secara ter- yang semakin tinggi menjadikan performa
organisir sehingga tujuan dapat tercapai. komputer semakin cepat. Perkembangan sistem
Prestasi dapat diartikan sebagai hasil operasi bak jamur di musim hujan. Pekembang-
dari proses belajar mengajar yakni, penguasa- an yang begitu cepat berdampak pada semakin
an, perubahan emosional, atau perubahan ting- terjangkaunya harga perangkat-perangkat kom-
kah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. puter saat ini. Dam-paknya pengguna perangkat
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang elektronik di masyarakat begitu luas, cepat dan
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara indi- menjangkau semua kalangan.
vidu maupun kelompok.(Djamarah dan Bahri, Di bidang pendidikan penggunaan tek-
1994, p.1). Prestasi di sekolah berupa penilaian nologi tidak serta merta diterapakan begitu saja
pendidikan tentang perkembangan dan kemaju- karena keterbatasan sumber daya dan dana.
an murid yang berkenaan dengan penguasaan Sumber daya manusia yang ada sekarang masih
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka kurang untuk menyampaikan pembelajaran ber-
serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. basis teknologi informasi, karena regenerasi
Dari beberapa uraian di atas, dapat di- pendidik tidak dapat dilakukan dengan cepat.
ambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil Untuk mengatasinya lembaga pendidikan dapat
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, dicip- melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan
takan, yang menyenangkan hati, yang memer- penggunaan teknologi informasi dalam pembel-
oleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara ajaran. Teknologi informasi merupakan cara
individu maupun kelompok dalam bidang berkomunikasi dengan lebih efisien dengan me-
tertentu. manfaatkan sedikit orang. Teknologi informasi
Prestasi belajar merupakan penguasa- mengurangi ketergantungan terhadap orang
an terhadap mata pelajaran yang ditentukan lain. Penerapan teknologi informasi bukanlah
lewat nilai atau angka yang diberikan guru. hal yang sulit hanya membutuhkan kemauan
Prestasi belajar dapat dirumuskan: (a) Prestasi dan sedikit keterampilan namun memunyai
belajar adalah hasil belajar yang dicapai ketika manfaat yang sangat besar. Karena pada dasar-
mengikuti, mengerjakan tugas dan kegiatan nya semua teknologi diciptakan untuk memu-
pembelajaran di sekolah; (b) Prestasi belajar dahkan pekerjaan manusia.
tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya ka- Teknologi informasi pendidikan ada-
rena bersangkutan dengan kemampuan siswa lah ilmu pengetahuan dalam bidang informasi
dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, berbasis komputer yang digunakan dalam pe-
aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi; (c) Pres- ningkatan kualitas pendidikan (Prasojo &
tasi belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui Riyanto, 2011, p.5). Dalam dunia pendidikan
nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dila- khususnya bagi pendidik penerapan teknologi
kukan oleh guru. informasi dikenal dengan e-learning atau pem-
Jadi prestasi belajar berfokus pada nilai belajaran elektronik. Pembelajaran yang me-
atau angka yang dicapai dalam proses pembel- manfaatkan perangkat-perangkat elaktronik
ajaran di sekolah. Nilai tersebut dinilai dari segi yang dipadu dengan konten pembelajaran
kognitif karena guru sering mema-kainya untuk sehingga menghasilkan suatu produk baru yang
melihat penguasaan pengetahuan sebagai pen- dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.
capaian hasil belajar siswa. E-learing pada awalnya adalah pem-belajaran
komputer dari tahun ketahun terus jarak jauh yang memanfaatkan ja-ringan secara
meningkat seiring dengan makin meningkatnya online. Namun seiring waktu pengertian e-
ilmu pengetahuan di bidang teknologi infor- learning semakin berkembang dan terus meng-
masi. Perkembangan terknologi yang begitu ce- alami inovasi, adopsi dan modifikasi, dari yang
pat dan tak terduga menuntut kita selalu siap paling sederhana sampai yang paling rumit. Mi-
dalam menerima perubahan tersebut. Perkem- salnya penggunaan komputer dengan konten
bangan yang begitu pesat dan bersifat masif, atau materi yang disajikan dengan Power Point
mulai dari bentuk atau wujud perangkat kom- yang dengan mudah kita bisa buat sendiri sam-
puter begitu cepat berubah mengikuti tren dan pai dengan menggunakan program seperti
keinginan konsumen. Kenyamanan pengguna- Macromedia.
nya dan desain menjadi hal penting karena tidak Materi pelajaran yang disampaikan de-
bisa dipungkiri gadget, selain untuk memudah- ngan e-learning akan mempengaruhi motivasi
kan pekerjaan juga sebagai identitas bagi peng- dan prestasi belajar siswa. Dengan menerapkan
gunanya. Dukungan kemampuan hardware e-learning dengan baik maka kualitas pembel-
Pengaruh Penggunaan E-Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika .... 73
Doni Septumarsa Ibrahim, Siti Partini Suardiman
ajaran dapat lebih ditingkatkan. Peningkatan mental and control groups; (2) Administration
kualitas pembelajaran akan berimbas kepada of the treatment to the experimental group but
prestasi belajar yang semakin baik dan pada not to the control group, and; (3) Administra-
akhirnya menjadikan pendidikan semakin ber- tion of a posttest to both groups.
kualitas. Dapat diartikan sebagai berikut: (1)
Hipotesis penelitian merupakan kesim- Memilih secara acak peserta penelitian untuk
pulan awal atau dugaan sementara sebelum menjadi kelompok eksperimen dan kelompok
penelitian dilakukan. Penggunaan e-learning control; (2) Memberikan perlakuan eksperimen
merupakan alternatif yang baik untuk menyam- kepada kelompok eksperimen tapi tidak pada
paikan materi pelajaran yang dapat meningkat- kelompok kontrol; (3) Memberikan posttest
kan semangat dan motivasi belajar siswa kepada kedua kelompok.
sehingga peneliti memunyai keyakinan bahwa: Langkah-langkah tersebut di atas dite-
(1) Ada pengaruh positif penggunaan e-learn- rapkan pada kelompok eksperimen dan kelom-
ing terhadap motivasi belajar matematika siswa pok kontrol. Berikut model desain penelitian
di SD Negeri Tahunan Yogyakarta; (2) Ada yang digunakan yaitu: Model posttest-only
pengaruh positif penggunaan e-learning terha- control-group design.
dap prestasi belajar matematika siswa di SD
Tabel 1. Model Posttest-Only Control-Group Design
Negeri Tahunan Yogyakarta.
Kelas kontrol
Metode
1. Kegiatan awal
Metode penelitian ini menggunakan a. Mengingatkan pelajaran sebelumnya
metode eksperimen. The experiment is most b. Memberikan beberapa pertanyaan
powerful quantitative research method for 2. Kegiatan inti
establishing couse-and effect relationships bet- a. Guru membuka pelajaran
ween two or more veriable (Gall dan Borg, b. Guru membagikan LKS
2003, p.365). Eksperimen adalah metode pene- c. Guru memberikan pengantar pelajaran
litian yang paling ampuh untuk mengetahui d. Siswa mengerjakan LKS dan soal latihan
hubungan sebab akibat antara dua variabel atau e. Guru dan siswa membahas soal
lebih.
3. Kegiatan akhir
Eksperimen yang digunakan pada pe-
a. Melakukan evaluasi
nelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi
b. Menyimpulkam materi
experimental karena kelompok kontrol tidak
befungsi sepenuhnya. Menurut Rusdin, (2004, c. Penutup
p.15) metode eksperimen semu atau quasi expe- Model desain posttest-only control-
rimental adalah penelitian yang mendekati per- group design (Gall dan Borg, 2003, p.385)
cobaan sungguhan dimana tidak mungkin
mengadakan/memanipulasi semua variabel Tabel 2. Model desain posttest-only control-group
yang relevan. design
Subjek penelitian terdiri dari dua ke- Kelompok eksperimen R X O
lompok, kelompok pertama disebut kelompok
Kelompok kontrol R O
eksperimen dan kelompok kedua disebut ke-
lompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi- Ket :
kan perlakuan berupa penggunaan e-learning, R = Random Assignment
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan X= Experimental treatment
perlakuan. Kelompok kontrol menjadi pengen- O= Observation (either a pretest, posttest of the
dali kelompok eksperimen artinya jika ada dependent variable)
perubahan pada kelompok eksperimen semata-
mata disebabkan oleh perlakuan yang diberikan
pada kelompok eksperimen.
Pada penelitian ini menggunakan de-
sain eksperimen tipe posttest-only control-
group design. Adapun langkah-langkah meng-
gunakan posttest-only control-group design
(Gall dan Borg, 2003, p.392): (1) Random
assignment of research participants to experi-
Prestasi belajar tersebut berupa skor sanakan untuk mengetahui pengaruh peng-
hasil tes dari kelompok eksperimen dan kelom- gunaan e-learning terhadap motivasi dan pres-
pok kontrol sesuai dengan waktu yang telah tasi belajar siswa pada mata pelajaran mate-
ditentukan. matika sekolah dasar di kelas 4. Kelas 4 terdiri
Pengumpulan data adalah salah satu atas kelas 4A dan Kelas 4B masing-masing kelas
langkah dalam pelaksanaan penelitian. Kegiat- berjumlah 33 orang siswa. Penelitian ini meng-
an ini bertujuan untuk memeroleh data-data gunakan desain eksperimen tipe posttest-only
yang diperlukan untuk mendukung hasil pene- control-group design, untuk kelompok eksperi-
litian. Untuk memeroleh hasil penelitian yang men yaitu kelas 4A dan kelompok kontrol yaitu
baik dan kredibel diperlukan alat yang tepat kelas 4B. Kelas 4A menggunakan e-learning dan
untuk mengumpulkan data agar diperoleh data kelas 4B belajar seperti biasa tidak mendapatkan
yang valid. Alat pengumpul data yang diguna- perlakuan.
kan pada penelitian ini diataranya: Data yang dikumpulkan merupakan
data kuantitatif berupa skor tes dan skor ang-
Angket
ket. Untuk skor tes pedoman penskoran yaitu
Angket merupakan teknik pengumpul- tiap item benar mendapat 1 dan untuk item
an data yang dilakukan dengan cara mem- salah mendapat 0. Tes berupa pilihan ganda
berikan seperangkat pernyataan tertulis kepada dengan jumlah soal sebanyak 20 soal. Skor ter-
responden untuk dijawab. Angket digunakan tinggi 20 dan skor terendah yaitu 0. Angket
untuk memeroleh data tentang motivasi bel-ajar terdiri dari pernyataan sebanyak 22. Skor di-
siswa. Angket adalah suatu daftar atau golongkan berdasarkan kriteria-kriteria yaitu:
kumpulan pertanyaan tertulis yang harus di- sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3, tidak
jawab secara tertulis juga (Winkel, 1987) setuju bernilai 2, dan sangat tidak setuju
Tes bernilai 1.
group. Grup yang dimaksud adalah kelompok Tabel 7. Kecenderungan Motivasi Belajar Siswa
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok Kontrol
Tabel 4. Uji t Sampel Indepeden Motivasi Belajar Rumus Skor
Klasifikas Jumlah
i siswa
Levene's
t-test for Sangat
Test for X> Mi+1,5 SDi >71,5 12
Equality tinggi
Equality of Mi+0,5SDi<X≤Mi+
of Means 60,5-71,5 Tinggi 19
Variances 1,5SDi
Sig. (2- Mi-
F Sig.
tailed) 0,5SDi<X≤Mi+0,5S 49,5-60,5 Cukup 2
Equal Di
0,60 Mi-1,5SDi<X≤Mi-
Tingkat variances 0,442 0,008 38,5-49,5 Rendah
0 0.5SDi
Motiva assumed
si Equal varian Sangat
X≤Mi-1,5SDi <38,5
0,008 Rendah
not assumed
Dari tabel di atas dapat diperoleh hasil Satistik kelompok eksperimen diper-
pada uji kesamaan varian dengan uji Levane’s oleh rata-rata sebesar 74,03 > dari rata-rata
dengan α 5 % diperoleh sig. sebesar 0.600 atau kelompok kontrol sebesar 70,42. Dan dilihat
lebih besar dari α 5 % dapat sehingga disim- kecendrungan motivasi belajar kelompok ek-
pulkan varian kelompok eksperimen dan ke- sperimen sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan
lompok kontrol adalah sama. Dengan demikian tingkat motivasi siswa kelompok eksperimen
uji selisih rata-rata menggunakan equal varian- lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
ces assumed. Tabel 8. Uji t Sampel Independen Prestasi
Hasil uji t pada equal variances Levene's Test for t-test for
assumed diketahui sig.2-tailed sebesar 0,008 Equality of Equality of
lebih kecil dari α 5 % (0,003 < 0,05) sehingga Variances Means
F Sig. Sig. (2-tailed)
Ho ditolak artinya ada perbedaan rata-rata
Tingkat Equal 0,013 0,909 0,003
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Motivasi variances
assumed
Tabel 5. Group Statistics Motivasi Belajar
Equal 0,003
Std. varian not
Std. assumed
Kelompok N Mean Error
Devia
Mean Dari tabel di atas dapat diperoleh hasil
Tingkat Ekperimen pada uji kesamaan varian dengan uji Levane’s
33 74,03 5,763 1,003
motivasi dengan α 5 % diperoleh sig. sebesar 0,909 atau
Kontrol 33 70,42 4,969 0,865 lebih besar dari α 5 % sehingga dapat disim-
pulkan varian kelompok ekspermen dan ke-
Tabel 6. Kecenderungan Motivasi Belajar Siswa lompok kontrol adalah sama. Dengan demikian
Kelompok Eksperimen uji selisih rata-rata menggunakan equal varian-
Jumlah ces assumed.
Rumus Skor Klasifikasi Hasil uji t pada equal variances
siswa
Sangat assumed diketahui sig.2-tailed sebesar 0,003
X> Mi+1,5 SDi >71,5
tinggi
24 lebih kecil dari α 5 % (0,003 < 0,05) sehingga
Mi+0,5SDi<X≤Mi+1, Ho ditolak artinya ada perbedaan rata-rata
60,5-71,5 Tinggi 8
5SDi kelompok eksperimen dan kelopok kontrol.
Mi-
0,5SDi<X≤Mi+0,5SDi
49,5-60,5 Cukup 1 Tabel 9. Group Statistics Prestasi Belajar
Mi-1,5SDi<X≤Mi-
38,5-49,5 Rendah Std.
0.5SDi Std.
Kelompok N Mean Error
Sangat Dev
X≤Mi-1,5SDi <38,5 Mean
Rendah
Prestasi Eksperimen 33 15,45 4,480 0,780
kontrol 33 12,09 4,260 0,742
Pengaruh Penggunaan E-Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika .... 77
Doni Septumarsa Ibrahim, Siti Partini Suardiman
Satistik kelompok eksperimen diper- Data dari tabel 10 dan gambar 1 menunjukkan
oleh rata-rata sebesar 15,45 > dari rata-rata motivasi belajar siswa kelompok eksperimen
kelompok kontrol sebesar 12,09. Hasil ini lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
menunjukkan tingkat motivasi siswa kelompok Dari hasil uji statitik uji t menunjuk-
eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kan ada perbedaan prestasi belajar siswa ke-
kontrol. lompok eksperimen dan kelompok kontrol. Per-
Dari hasil uji statitik uji t menun- bedaan tersebut berdasakan uji t yang meng-
jukkan ada perbedaan motivasi belajar siswa hasilkan sig.2-tailed sebesar 0,003 lebih kecil
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. dari α 5 % (0,003 < 0,05). Perbedaan tersebut
Perbedaan tersebut berdasakan uji t yang menunjukkan kelompok eksperimen memeroleh
menghasilkan sig.2-tailed sebesar 0,008 lebih skor lebih tinggi yaitu 15,45 dan kelompok
kecil dari α 5 % (0,008 < 0,05). Motivasi bel- kontrol sebesar 12,09.
ajar siswa kelompok ekaperimen lebih tinggi
Tabel 11. Selisih Skor Prestasi Belajar Kelompok
dari pada kelompok eksperimen dilihat dari
Kontrol Dan Kelompok Eksperimen.
rata-rata skor motivasi sebesar 74,03 > dari skor
rata-rata kelompok kontrol sebesar 70,42. Ke- N Skor Kelompok
Deskripsi Selisih
cendrungan motivasi belajar siswa kelompok No Kontrol Eksperimen
eksperimen juga lebih tinggi dari pada kelom- 1 Mean 12,09 15,45 3,36
pok kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah 2 Median 13 17 4
Tabel 10. Kecenderungan Motivasi Belajar Siswa 3 Modus 15 19 4
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok 4 Minimum 3 5 2
Kontrol. 5 Maksimum 18 20 2
Kelompok
Motivasi
Kontrol Eksperimen
Sangat tinggi 12 24
Tinggi 19 8
Cukup 2 1
Rendah
Sangat Rendah
Dari uraian pembahasan di atas, per- narik dan inovatif sehingga berdampak positif
lakuan yang diberikan kelompok eksperimen bagi peningkatan prestasi belajar dan motivasi
berpengaruh positif terhadap motivasi dan pres- dalam mata pelajaran Matematika.
tasi belajar matematika siswa. Pengaruh terse- Disarankan kepada kepala sekolah
but berupa perbedaan prestasi belajar dan moti- hendaknya memotivasi dan membina guru-guru
vasi belajar matematika siswa yang lebih baik untuk bersama-sama merancang media yang
disebabkan karena penggunaan e-learning. lebih bervariasi.
Penggunaan e-learning merupakan hal Disarankan kepada kepala sekolah un-
baru bagi siswa sehingga siswa menjadi pena- tuk memanfaatkan dana BOS dalam pengadaan
saran dan ingin tahu. Siswa semakin bersema- berbagai media pembelajaran yang dibutuhkan
ngat dan terpacu untuk mengetahui lebih jauh pada proses pembelajaran.
tentang pelajaran yang disajikan dengan e- Disarankan kepada lembaga pendidik-
learning sehingga dapat meningkatkan motivasi an guru untuk memberikan pelatihan meran-
dan prestasi belajar siswa. cang pembelajaran serta berbagai media pem-
belajaran.
Simpulan dan Saran
Disararankan dalam penelitian lanjut-
Simpulan an untuk melibatkan sampel yang lebih luas dan
Berdasarkan uji hipotesis mengguna- aspek lain seperti: sikap, intelegensi, minat dan
kan uji t prestasi belajar menunjukkan nilai gaya belajar.
signifikan sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti Daftar Pustaka
bahwa: Ho ditolak dan menerima Ha dengan
Amstrong, Thomas. (2009). Multiple intelle-
kata lain ada perbedaan atau pengaruh peng-
gences in the classroom. Virginia:
gunaan e-learning dan rata-rata skor pembel-
ASCD
ajaran menggunakan e-learning sebesar 15,45
lebih tinggi daripada pembelajaran secara kon- Azwar, Saifudin. (2009). Reliabilitas dan vali-
vensional sebesar 12,09. Sehingga dapat disim- ditas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
pulkan ada pengaruh positif penggunan e- Berk, Laura E. (2006). Development Through
learning terhadap prestasi belajar siswa pada The Lifespan. Pearson: USA
pelajaran matematika di SDN Tahunan Yogya-
Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-teori bel-
karta
ajar. bandung
Berdasarkan uji hipotesis mengguna-
kan uji t menunjukkan motivasi belajar me- Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah RI
nunjukkan nilai signifikan sebesar 0,008 < 0,05 Nomor 19, Tahun 2005, tentang stan-
yang berarti bahwa: Ho di tolak dan menerima dar nasional pendidikan.
Ha dengan kata lain ada pengaruh pengaruh Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan pembel-
penggunaan e-learning terhadap motivasi bel- ajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
ajar siswa dan kencederungan motivasi belajar Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Prestasi Bel-
siswa menggunakan e-learning lebih tinggi ajar dan kompetensi Guru. Sura-
daripada pembelajaran secara konvensional. baya:Usaha Nasional.
Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh po-
sitif penggunaan e-learning terhadap motivasi Frith, Constance. (1997). Motivation to learn.
belajar siswa pada pelajaran matematika di Diambil tanggal 30 Oktober 2011,
SDN Tahunan Yogyakarta. dari:http://www.usask.ca/education/cou
rsework/802papers/Frith/Motivation.H
Saran TM
Para guru disarankan untuk menerap- Gall, M. D., Joyce, P., & Borg, W. R. (2002).
kan pembelajaran dengan menggunakan e- Educational research. New York:
learning sebagai alternatif dalam pembelajaran Omegatype Typography, Lcn
Matematika. Pembelajaran Matematika dengan Geetha, TV. (2008). Intoduction to elearning.
e-learning telah mampu mengantarkan siswa Chennai: Anna University Chennai.
untuk mencapai hasil yang lebih baik dan dapat
memicu motivasi siswa. Gulo, W. (2007). Metodologi penelitian.
Para guru disarankan agar berkreasi Jakarta: Grasindo
dalam membuat media pembelajaran yang me-
Pengaruh Penggunaan E-Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika .... 79
Doni Septumarsa Ibrahim, Siti Partini Suardiman
Uswatun Hasanah
Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta
toenoes@gmail.com
Abtract: The purpose of this study was to determine the effect of learning model and critical thinking skill
towards the learning outcomes of natural science. This research conducted in SDN Menteng 02, Central of
Jakarta on fifth grade in academic year 2015 / 2016, by using simple random sampling technique was done
to 60 students. The data is collected by test and analyzed by using analysis variant ( ANAVA) two way design
with treatment by level 2x2. Based on the results and discussion, it concluded that (1) the learning outcomes
of students taught by using inquiry training model are higher than students taught by using group
investigation model, (2) there is interaction effect between the application of learning model and critical
thinking skill towards learning outcomes of natural science, (3) the learning outcomes of students taught by
using inquiry training model are higher than students taught by using group investigation model on group of
the students who have high critical thinking skill, and (4) the learning outcomes of students taught by using
inquiry training model are lower than students taught by using group investigation model on group of the
students who have low critical thinking skill. The result of this research indicates that inquiry training model
with critical thinking skill able to improve learning outcomes of natural science.
Keywords: inquiry training, group investigation, critical thinking skill, and learning outcomes of natural
science.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan kemampuan berpikir
kritis terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri
Menteng 02, Jakarta Pusat pada kelas V tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan teknik simple
random sampling yang telah dilakukan kepada 60 siswa. Pengambilan data diperoleh melalui tes dan
dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA) dua jalan dengan desain treatment by level 2x2.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa (1) hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam
antara siswa yang diajarkan menggunakan model inquiry training lebih tinggi dari siswa yang diajarkan
menggunakan model group investigation, (2) terdapat pengaruh interaksi antara penerapan model
pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa, (3) hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam antara siswa yang diajarkan menggunakan model inquiry training lebih
tinggi dari siswa yang diajarkan menggunakan model group investigation pada kelompok siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi, dan (4) hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam antara siswa yang
diajarkan menggunakan model inquiry training lebih rendah dari siswa yang diajarkan menggunakan model
group investigation pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa model inquiry training dengan kemampuan berpikir kritis mampu meningkatkan
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa.
Kata kunci : inquiry training, group investigation, kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam.
375
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
376
Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd Di Kelurahan
Menteng, Jakarta Pusat
Uswatun Hasanah
berpikir kritis siswa. Oleh karena itu listen, to follow direction´. Pernyataan
diperlukan suatu model pembelajaran Spears menegaskan bahwa belajar tidak
yang dapat mengaktifkan siswa dan selalu membaca buku, mengerjakan
membuat pembelajaran menjadi aktif, latihan, dan berdiam di kelas. hal ini
konkret dan menyenangkan. sangat sesuai dengan tujuan model
Model pembelajaran inquiry inquiry training. Model ini merupakan
training merupakan model yang sangat model pembelajaran yang tepat dalam
tepat bagi siswa seusia sekolah dasar. rangka pembentukan dan
Menurut Joice dan Well (2009: 174), pengembangan kemampuan berpikir
inquiry training was developed by kritis siswa karena siswa dituntut untuk
Richard Suchman to teach students a menggunakan daya nalarnya selama
process for investigating and explaining pembelajaran berlangsung. Dalam
unusual phenomena. Model ini sengaja model pembelajaran inquiry training,
dirancang untuk mengajarkan siswanya guru dituntut untuk menciptakan
tentang menganalisis suatu peristiwa pembelajaran yang membuat siswa
melalui proses inquiry. Tati menyatakan merasa tertantang akan suatu masalah.
model inquiry training dimulai dengan Model group investigation (GI)
menyajikan situasi yang penuh ini merupakan salah satu model
pertanyaan. Dengan melakukan proses pembelajaran kooperatif yang
inquiry, siswa dapat mengembangkan menekankan pada upaya siswa dalam
keterampilan intelektual sehingga kelompok merencanakan kegiatan
mudah memecahkan masalah. belajar sendiri untuk memecahkan
Uno (2009: 14) mengatakan masalah yang dikaji sesuai dengan
bahwa tujuan dari model inquiry subtopik yang dipilih. Sutikno (2014:
training adalah untuk melatih 78) menyatakan model GI ini disusun
kemampuan siswa dalam meneliti, oleh Herbert Thelen dan John Dewey.
menjelaskan fenomena, dan Selanjutnya model ini memiliki
memecahkan masalah secara ilmiah. landasan pemikiran tentang apa dan
Harold Spears yang menyatakan bahwa bagaimana peserta didik belajar.
³learning is to observe, to read, to Adapun tujuan dari model GI ini adalah
imitate, to try something themselves, to agar siswa mampu menyelesaikan atau
377
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
378
Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd Di Kelurahan
Menteng, Jakarta Pusat
Uswatun Hasanah
379
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
Siswa tidak hanya menghafal materi Ilmu Pengetahuan Alam yang belajar
melainkan siswa aktif mengamati, dengan model inquiry training lebih
diskusi, dan berusaha mencari tahu cara tinggi dibandingkan siswa yang belajar
atau solusi untuk memecahkan masalah. dengan model group investigation.
Dengan demikian, model ini dapat 2. Hipotesis (A X B)
meningkatkan keefektifan pembelajaran Besar pengaruh interaksi antara
biologi dan tidak menutup kemungkinan model pembelajaran dengan
dapat pula meningkatkan hasil belajar kemampuan berpikir kritis terhadap
IPA siswa sekolah dasar. hasil belajar IPA adalah 52,78%. Hasil
Di samping itu, hasil penelitian penelitian pada pengujian hipotesis
Pandey (2011: 1) tentang keefektifan kedua menunjukkan terdapat pengaruh
model inquiry training terhadap siswa interaksi antara model pembelajaran
di India mengindikasikan bahwa (inquiry training dan group
³WHDFKLQJ RI SK\VLFDO VFLHQFH WKURXJK investigation) dengan kemampuan
Inquiry Training Model is more berpikir kritis terhadap hasil belajar
effective than the teaching through the Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam hal ini
Conventional Method at the secondary pengaruh interaksi antara model
level. The ITM model may be advocated pembelajaran (inquiry training dan
as a better tool than the conventional group investigation) dengan
PHWKRG IRU WHDFKLQJ 3K\VLFDO 6FLHQFH´ kemampuan berpikir kritis berpengaruh
Dari penelitian di atas menyatakan terhadap tinggi rendahnya hasil belajar
bahwa model inquiry training telah siswa Sekolah Dasar.
dikatakan model yang efektif untuk Sesuai dengan penelitian yang
pembelajaran sains. Model ini dilakukan Wan Shahrazad Wan
merupakan model pembelajaran yang Sulaiman menyatakan bahwa this
tepat dalam rangka pembentukan dan research has shown that the approaches
pengembangan kemampuan berpikir students employ in their learning
kritis siswa karena siswa dituntut untuk influence the learning outcome. Studies
menggunakan daya nalarnya selama have linked surface approaches with
pembelajaran berlangsung. lower order outcomes and deep
Berdasarkan uraian di atas, maka approaches with higher order
dapat dikatakan bahwa hasil belajar outcomes. Beliau menyatakan bahwa
380
Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd Di Kelurahan
Menteng, Jakarta Pusat
Uswatun Hasanah
381
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
382
Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd Di Kelurahan
Menteng, Jakarta Pusat
Uswatun Hasanah
383
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
pendapat sehingga siswa yang tidak Dengan demikian siswa yang memiliki
menguasai pembelajaran akan saling kemampuan berpikir kritis rendah, dia
tukar ilmu dan pendapat dengan aggota akan dituntut untuk terlibat aktif dalam
kelompok lainnya. pembelajaran, belajar mengungkapkan
Sesuai dengan penelitian yang ide dan gagasan, dan berbagi ilmu
dilakukan oleh The Network Scientific dengan anggota lainnya. Kegiatan
Inquiry Resources and Connections tersebut akan membangkitkan rasa
dalam Aunurrahman (2010: 150) keingintahuan siswa sehingga hasil
melalui pembahasannya belajar mereka pun akan meningkat.
mengungkapkan bahwa; Berdasarkan uraian di atas,
Group investigation is an untuk siswa yang belajar dengan
organizational medium for encouraging menggunakan model group
DQG JXLGLQJ VWXGHQW¶V LQYROYHPHQW LQ investigation mendapatkan hasil belajar
learning. Students actively share in yang lebih tinggi dibandingkan siswa
influencing the nature of events in their yang belajar dengan menggunakan
classroom. By communicating freely model inquiry training pada kelompok
and cooperating in planning and siswa yang memiliki kemampuan
carrying out their choosen topic of berpikir kritis rendah.
investigation, they can achieve more
than they would s individuals. SIMPULAN
Pendapat di atas menyatakan Berdasarkan hasil penelitian dan
bahwa model group investigation pembahasan, maka diperoleh
merupakan model pembelajaran yang kesimpulan sebagai berikut :
mendorong keterlibatan siswa dalam 1. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan
proses pembelajaran. Kebermaknaan Alam antara siswa yang diajarkan
pembelajaran dapat tercipta ketika menggunakan model inquiry
kebutuhan-kebutuhan siswa dalam training lebih tinggi dari siswa yang
memperoleh dan mengembankan diajarkan menggunakan model
pengetahuan. Nilai-nilai, serta group investigation
pengalaman mereka dapat terpenuhi 2. Terdapat pengaruh interaksi antara
secara optimal melalui kegiatan penerapan model pembelajaran dan
pembelajaran yang dilaksanakan. kemampuan berpikir kritisterhadap
384
Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap
Hasil Belajar Ipa Kelas V Sd Di Kelurahan
Menteng, Jakarta Pusat
Uswatun Hasanah
385
JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
ATIVITY.pdf) diakses pada 3 Januari Sutikno Sobry. 2014. Metode dan Model-
2016. Model Pembelajaran. Lombok :
Murni Eva. 2013. Kurikulum 2013 yang Holistica
Berkarakter. Jurnal Pendidikan Ilmu Uno Hamzah B. 2009. Model
Sosial, Vol: 5, No: 2 Pembelajaran Menciptakan Proses
(http://jurnal.unimed.ac.id/2012/inde Belajar Mengajar yang Kreatif dan
x.php/jupiis/article/view/1112) Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
diakses pada 14 Maret 2016. Wena Made. 2012. Strategi Pembelajaran
P. William Hughes, Michelle R. Ellefson. Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
2013. Inquiry-Based Training Aksara.
Improves Teaching Effectiveness Of Yaumi dan Ibrahim. 2013. Pembelajaran
Biology Teaching Assistants. Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta:
journal.pone.0078540, Volume 8, Prenada Media Group.
Issue: 10, Yurdugül, H.& Menzi Çetin, N. 2015.
(http://journals.plos.org/plosone/artic Investigation of the relationship
le/asset?id=10.1371%2Fjournal.pon between learning process and
e.0078540.PDF) diakses pada learning outcomes in e-learning
Minggu, 29 Mei 2016. environments. Eurasian. Journal of
Setiawati, Tati dkk. 2012. ³Penerapan Educational Research, Issue 58: 57-
Model Pembelajaran Inquiry Training 74
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar (http://dx.doi.org/10.14689/ejer.2015.
Mata Kuliah Praktek Industri Pada 59.4) diakses pada 15 Juni 2016.
Program Studi Pendidikan Tata
Boga.´ Jurnal Penelitian Pendidikan.
Vol. 13 No. 1: 63
Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Kemendikbud. 2009. Survei Internasional
PISA. Data PISA online;
(http://litbang.kemdikbud.go.id/index.
php/survei-internasional-pisa,
diakses pada Rabu, 9 Desember 2015.
386
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of online learning on the learning outcomes of
elementary school students. The research method is carried out through library research by
collecting data information related to relevant matters from various sources such as journals,
articles, news, books. The criteria for selecting documents, namely that there is a discussion of
online learning and the learning outcomes obtained during online learning in elementary
schools. The results showed that online learning had an influence on student learning outcomes.
This is caused by internal and external factors from students. Elementary school age students
are at the concrete operational stage where they are able to do logical reasoning for things that
are concrete in nature, while for things that are abstract in nature they are still unable to do it.
Students have certain characteristics so they need time to adapt to be able to adjust to online
learning. The learning outcomes obtained by students depend on how students respond to the
online learning that is being carried out. The role of teachers and parents is very important for
the success of students in learning.
Keywords : Online Learning, Elementary School, Learning Outcomes
Pendahuluan
Pandemi virus corona saat ini berdampak bagi seluruh lapisan masyarakat di berbagai
bidang seperti ekonomi, sosial, pariwisata, dan pendidikan. Terlihat jelas dalam bidang
pendidikan dimana kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring untuk mengurangi
penyebaran virus corona. Pembelajaran daring adalah pemanfaatan jaringan internet dalam
proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring siswa memiliki waktu belajar yang fleksibel
yaitu dapat belajar kapanpun dan dimanapun.1
Merebahnya pandemi covid 19 mengakibatkan pendidikan di indonesia dilaksanakan
secara daring untuk mencegah penularan virus corona. Banyak pro dan kontra terkait
pembelajaran yang dilakukan secara daring karena tidak semua siswa dapat beradaptasi dengan
penggunaan teknologi namun di sisi lain kesehatan juga berharga dibandingkan harus
mengorbankan nyawa atau kesehatan jika pembelajaran dilakukan secara luring. Namun tidak
semua siswa bisa berhasil dan mecapai hasil belajar yang memuaskan dalam pembelajaran secara
1
H. A. Rigianti, Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar Di Banjarnegara. Elementary School: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran ke-SD-an, 7(2). DOI: https://doi.org/10.31316/esjurnal.v7i2.768, 2020
94
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
online karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti fakor lingkungan belajar dan karakteristik
siswa.2
Metodologi
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, dan berbagai
laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan.3 Dalam penelitian ini,
pengumpulan data diperoleh dari berita dan artikel pada jurnal online. Peneliti melakukan
penelusuran artikel dengan menggunakan kata kunci “Pembelajaran daring” dan “Capaian hasil
belajar”. Kriteria berita dan artikel yang dipilih yaitu adanya pembahasan tentang pengaruh
pembelajaran daring dan capaian hasil belajar. Setelah melakukan penelusuran kemudian
memilih berita dan artikel yang paling relevan. Teknik penelitian yang dilakukan dengan
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku,
makalah, artikel, jurnal dan berita.4
Hasil
Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring merupakan bentuk penyampaian pembelajaran konvensional yang
dimasukkan pada format digital melalui internet. Pembelajaran daring menjadi solusi media
penyampai materi antara guru dan siswa saat pandemi covid saat ini. Pada kegiatan pembelajaran
luring atau tatap muka, media pembelajaran dapat berupa orang, benda-benda sekitar, lingkungan
dan segala sesuatu yang dapat digunakan guru sebagai media atau perantara dalam
menyampaikan materi pelajaran. Hal tersebut akan menjadi berbeda ketika pembelajaran
dilaksanakan secara daring. Dimana semua media atau alat yang dapat guru hadirkan secara
langsung, berubah menjadi media visual karena keterbatasan jarak.5
2
P. A. Chusna & A. D. M Utami, Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Peran Orang Tua dan Guru dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Daring Anak Usia Sekolah Dasar. Premiere, 2, 1, 11 –30. DOI:
https://doi.org/10.51675/jp.v2i1.84, 2020
3
Moh. Nazir. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010
5
A. Purwanto, R. Pramono, dkk., Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran
Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-12. Dari
https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/397, 2020
95
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh
pembelajaran daring terhadap capaian hasil belajar siswa di sekolah dasar. Apakah pembelajaran
daring berpengaruh pada capaian hasil belajar siswa atau tidak.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus corona maka pembelajaran dilaksanakan secara
daring atau online. Pandemi virus corona jika terus berlanjut akan berdampak pula pada bidang
pendidikan. Salah satu dampaknya yaitu siswa mengalami keterlambatan dalam proses
pendidikan yang dilakukan. Dalam jangka panjang akan berakibat pada terhambatnya
perkembangan kematangan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di masa mendatang. Kondisi
pembelajaran daring dapat mengganggu pencapaian hasil belajar dan motivasi belajar siswa.6
Di dalam buku “The One World Schoolhouse”, Salman Khan mengatakan, “Pendidikan
tidak terjadi di dalam ruang antara mulut guru dan telinga murid. Pendidikan terjadi di ruang di
dalam otak masing-masing.” Hal ini sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivisme bahwa
ilmu pengetahuan itu dibangun oleh murid melalui proses belajar, bukan dipindahkan dari guru
ke murid. Mengingat hal tersebut tidak alasan untuk meragukan bahkan menolak pembelajaran
daring.
Secara umum, pembelajaran daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran
bermutu secara dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau
audiens yang lebih banyak dan lebih luas. Pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan
internet dalam proses pembelajaran. Pembelajaran daring memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan pengetahuan secara mandiri
(constructivism).
2) Pembelajar akan berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam membangun
pengetahuannya dan memecahkan masalah secara bersama-sama (social
constructivism).
3) Membentuk suatu komunitas pembelajar (community of learners) yang inklusif.
4) Memanfaatkan media laman (website) yang bisa diakses melalui internet, pembelajaran
berbasis komputer, kelas virtual, dan atau kelas digital.
5) Interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan. 7 (Ditjen GTK 2016:6).
6
W. A. F Dewi, Dampak Covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di Sekolah Dasar.
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55-61. DOI: https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89, 2020
7
Ditjen GTK Kemendikbud, Petunjuk Teknis Program Peningkatan Guru Pembelajar Moda dalam Jaringan
(Daring), Jakarta, 2016
96
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
Untuk menghasilkan pembelajaran daring yang baik dan bermutu ada beberapa prinsip desain
utama yang harus dipenuhi yaitu:
1) Identifikasi capaian pembelajaran bagi siswa, mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
2) Menjamin strategi asesmen selaras dengan capaian pembelajaran.
3) Menyusun aktivitas dan tugas pembelajaran secara progresif agar siswa dapat mencapai
target pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dalam proses belajarnya.
Dengan cara menyajikan materi yang mendukung belajar aktif. Selain itu juga
memperhatikan durasi pembelajaran, pengetahuan dibangun mulai dari yang mendasar
lalu meningkat menuju keterampilan pada tingkat yang lebih tinggi seperti aplikasi,
integrasi dan analisis.
4) Menjamin keseimbangan antara kehadiran pemberi materi, interaksi sosial, tantangan
atau beban kognitif.
97
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
berlangsung, dan mencapai hasil belajar yang optimal.8 Dalam pendidikan formal atau
pendidikan yang dilaksanakan di lembaga sekolah, maka semua aktivitas belajar tersebut pada
prinsipnya untuk mencapai tujuan, pencapaian prestasi belajar, baik dalam bidang kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Pada masa usia sekolah dasar, sesuai dengan perkembangannya
mereka memiliki karakteristik yang unik senang bermain, bergerak, bermain dengan kelompok,
senang melakukan atau terlibat secara langsung, masih cengeng, sulit memahami perkataan
orang lain, senang diperhatikan dan senang meniru.
Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget menyatakan bahwa anak usia
sekolah dasar (usia 7 sampai 11 tahun) pada umumnya berada pada tahap operasional konkret.
Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan penalaran secara logis untuk hal-hal yang bersifat
konkret, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat abstrak masih belum mampu. Dalam proses
pembelajaran, tidak semua perencanaan dalapat berjalan dengan lancar. Ada faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar anak, meliputi faktor internal yaitu keadaan jasmani dan rohani anak, dan
faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar anak. Secara individu, anak terdiri dari dua
substansi yaitu fisiologis (fisik) dan psikologis (kejiwaan). Kemudian secara sosial, anak hidup
di lingkungannya, baik keluarga masyarakat, dan sekolah. Semua faktor ini, saling berkaitan dan
saling mempengaruhi satu sama lain terutama dalam peningkatan pembelajaran anak.
8
Y. Khurriyati, F. Setiawan, & L. B. Mirnawati, Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Hasil Belajar Siswa MI
Muhammadiyah 5 Surabaya. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 91-104. DOI:
http://dx.doi.org/10.30659/pendas.8.1.91-104, 2021
98
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
tetap berperan terhadap prestasi belajar anak. Orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi
anak-anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang
pertama kalinya. Oleh karena itu, orangtua memegang peranan penting untuk mengatur kondisi
belajar di keluarga dan untuk menunjang prestasi belajar anak. Untuk mendidik anak bukan
hanya kewajiban guru saja, namun partisipasi orang tua juga sangat penting. Tidak hanya
menemani belajar di rumah namun juga menjadi teladan bagi anak-anaknya. Semua kebiasaan
baik dan buruk bermula dari pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. Oleh
karena itu bentuk pola asuh sangat menentukan dalam pendidikan anak untuk mencapai
keberhasilan.
Pada saat pembelajaran secara daring, siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi menghadapi
perubahan baru dengan pembelajaran jarak jauh melalui internet karena sebelumnya mereka
belum pernah mengalami peristiwa yang menjadikan mereka diharuskan untuk belajar dirumah.
Mereka terbiasa dengan sistem belajar tatap muka di sekolah, berinteraksi dengan temannya, dan
bertatap muka dengan guru yang mengajarnya. Bentuk adaptasi atau penyesuaian yang dilakukan
oleh siswa tentu akan mempengaruhi daya serap materi pembelajaran oleh siswa dan berdampak
pada capaian hasil belajar yang kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya peran guru
untuk menjelaskan materi pada pembelajaran daring, penjelasan materi dari guru juga tidak
secara langsung dan mendetail karena terbatasnya ruang dan waktu. Maka akan berpengaruh
pada kurangnya kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru
sehingga mempengaruhi capaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu diperlukan inovasi
pembelajaran yang melibatkan teknologi sebagai solusi untuk memaksimalkan hasil belajar.
Pelaksanaan pembelajaran daring menimbulkan permasalahan baru dalam hal memberi
penilaian pada siswa. Berdasarkan kurikulum 2013, penilaian kegiatan pembelajaran meliputi
aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Menurut Anderson 9 (2003) terdapat tiga prinsip dalam
penilaian pembelajaran, yaitu bermakna, transparansi dan adil. Ketiga prinsip tersebut tidak
dapat dipenuhi secara maksimal oleh guru saat memberikan nilai pada masa pembelajaran daring
seperti ini. Terutama prinsip adil. Adil dalam penilaian mempunyai makna bahwa setiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama dalam sistem penilaian, bukan berarti bahwa setiap siswa
mendapatkan nilai yang sama, tetapi mendapatkan nilai yang sesuai dengan kemampuan belajar
9
L. W. Anderson, Classroom assessment: Enhancing the quality of teacher decision Making, New Jersey: Lawrence
Erl-baum Associates Inc., 2003
99
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
masing-masing. Namun dengan pembelajaran daring siswa memperoleh nilai maksimal ketika
diberi soal. Hal tersebut menjadi pertanyaan bagi guru, apakah siswa benar-benar memahami
materi atau siswa mendapatkan bantuan dari orang dewasa ketika mengerjakan tugas. Sehingga
yang terjadi adalah guru tidak dapat menilai ketercapaian pembelajaran secara obyektif sesuai
dengan kemampuan siswa.10
Proses pendampingan orang tua selama masa pandemi memiliki peranan yang sangat
penting terhadap kesuksesan belajar siswa. Namun hal ini bukan berarti akan menggantikan
tanggungjawab yang seharusnya dilakukan oleh siswa untuk mengerjakan tugasnya. Tugas orang
tua hanya sebagai pengarah dan pembimbing dalam proses pembelajaran, penyedia kebutuhan,
penyemangat dan memberi pengaruh yang baik. Jika orang tua menggantikan semua
tanggungjawab tugas yang harus diselesaikan anaknya maka akan berpengaruh terhadap hasil
belajar yang diperoleh anaknya dikemudian hari.
Sebagai seorang pendidik, guru dapat merancang media pembelajaran yang menarik agar
materi pembelajaran dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Guru dapat memberikan tugas secara variatif yang melibatkan siswa dengan
lingkungan sekitar namun yang tidak membahayakan. Seperti membuat karya untuk
mengembangkan kreativitas anak, observasi di dalam rumah, mengamati kegiatan keluarga di
rumah. Pembelajaran secara daring sebaiknya tidak dilakukan secara monoton dengan pemberian
tugas setiap hari. Karena akan membuat siswa cepat bosan sehingga siswa tidak nyaman ketika
belajar di rumah.
Peran orang tua yaitu sebagai pendamping, pengawas, dan pengontrol kegiatan belajar
anak di rumah. Pendampingan orang tua sangat dibutuhkan pada saat penyampaian materi,
membantu menyelesaikan tugas dan membantu setiap kesulitan yang dihadapi oleh anak. Orang
tua perlu melakukan pengawasan terhadap keseriusannya dalam belajar. Sesuai dengan
perkembangnnya mereka tidak dapat berdiam diri, mudah bosan, tidak fokus. Oleh karena itu
orang tua diharapkan mampu mengontrol anak saat belajar di rumah agar mendapatkan hasil
belajar yang maksimal.
10
S.A. Nugraha, T. Sudiatmi, & M. Suswandari, Studi Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar
Matematika Kelas IV. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(3), 265-276. DOI: https://doi.org/10.47492/jip.v1i3.74,
2020.
100
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
Kesimpulan
Pembelajaran daring berpengaruh terhadap capaian hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal dari siswa. Siswa usia sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret dimana mereka sudah dapat melakukan penalaran logis untuk hal-hal yang
bersifat konkret, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat abstrak masih belum mampu. Sehingga
jika pembelajaran dilakukan secara daring maka akan membuat pembelajaran itu menjadi
abstrak, sedangkan kebutuhan dari siswa sekolah dasar yaitu pembelajaran dilakukan secara
konkret untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru sehingga akan berpengaruh pada capaian hasil belajar siswa. Siswa memiliki karakteristik
tertentu sehingga membutuhkan waktu beradaptasi untuk dapat menyesuaikan diri dengan
pembelajaran daring. Capaian hasil belajar yang diperoleh siswa juga tergantung pada bagaimana
siswa menyikapi pembelajaran daring yang sedang dilakukan. Peran guru dan orang tua sangat
penting bagi keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Daftar Referensi
Anderson, L.W. 2003. Classroom assessment: Enhancing the quality of teacher decision Making,
New Jersey: Lawrence Erl-baum Associates Inc.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Chusna, P. A. & Utami, A. D. M. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Peran Orang Tua
dan Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Daring Anak Usia Sekolah Dasar.
Premiere, 2, 1, 11 –30. DOI: https://doi.org/10.51675/jp.v2i1.84
Ditjen GTK Kemendikbud. 2016. Petunjuk Teknis Program Peningkatan Guru Pembelajar Moda
dalam Jaringan (Daring). Jakarta
Khurriyati, Y., Setiawan, F., & Mirnawati, L. B. 2021. Dampak Pembelajaran Daring Terhadap
Hasil Belajar Siswa MI Muhammadiyah 5 Surabaya. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1),
91-104. DOI: http://dx.doi.org/10.30659/pendas.8.1.91-104
Nugraha, S. A., Sudiatmi, T., & Suswandari, M. 2020. Studi Pengaruh Daring Learning
Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(3), 265-276. DOI:
https://doi.org/10.47492/jip.v1i3.74
101
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021
Purwanto, A., Pramono, R., dkk. 2020. Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education,
Psychology and Counseling, 2(1), 1-12. Dari https://ummaspul.e-
journal.id/Edupsycouns/article/view/397
102
Vol. 5, No. 1 (2018) 100-108
kepada siswa, tentunya disesuaikan dengan IPA. Model pembelajaran Example Non
karakteristik siswanya juga. Example. Model ini dapat melatih siswa
Tolak ukur keberhasilan pembelajaran untuk berpikir kritis dalam memecahkan
pada dasarnya adalah prestasi belajar. masalah-masalah yang terkandung dalam
Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) contoh-contoh gambar sesuai dengan tujuan
di kelas IV SD Negeri 1 Pamarican Kecamatan materi yang diajarkan oleh guru.
Pamarican Kabupaten Ciamis untuk beberapa Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman,
kompetensi dasar umumnya menunjukkan 2013, hlm. 46) “Model pembelajaran adalah
nilai yang rendah. Menurut Bundu dalam suatu rencana atau pola yang dapat
(Putri, dkk. 2014. Hlm. 4) menyatakan kata digunakan untuk membentuk kurikulum
sains bisa diterjemahkan dengan Ilmu (rencana pembelajaran jangka pendek),
Pengetahuan Alam yang berasal dari kata merancang bahan-bahan pembelajaran , dan
natural science. Sedangkan menurut Mulyana membimbing pelajaran di kelas atau yang
(2013, hlm. 12) menyatakan “pendidikan IPA lain”
bahwasannya menekankan pada pemberian Seorang guru harus benar-benar
pengalaman langsung”. menguasai model-model pembelajaran
Akan tetapi pada kenyataannya karena akan memengaruhi keberhasilan
dilapangan, secara umum model siswa. Artinya guru boleh memilih dan
pembelajaran yang digunakan dalam menggunakan model pembelajaran yang
pembelajaran IPA cenderung masih tepat dan sesuai dengan tujuan
menggunakan model pembelajaran yang pembelajaran. Sebagaimana Rusman (2013,
konvensional atau tradisional tanpa hlm. 136) menyatakan model pembelajaran
menyesuaikan dengan karakteristik IPA yang memiliki ciri sebagai berikut:
seharusnya. Akhirnya mengakibatkan siswa 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori
kurang memahami materi yang diajarkan belajar dari para ahli tertentu.
karena siswa kurang berperan aktif dalam Berdasarkan teori pendidikan dan teori
pembelajaran. Dengan hal tersebut belajar dari para ahli tertentu sebagai
berdampak pada nilai hasil belajar siswa contoh, model penelitian kelompok
banyak yang dibawah rata-rata yaitu 75. disusun oleh Hebert Thelen dan
Banyak model pembelajaran yang dapat berdasarkan teori John Dewey. Model ini
digunakan oleh guru untuk meningkatkan diracang untuk melatih partisipasi dalam
hasil belajar siswa, salah satunya hasil belajar kelompok secara demokratis.
@2018 - PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 1 (2018) 100- 108
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All rights reserved
1 2 3
102 Eni Suryani , Rustono WS , H. Akhmad Nugraha
Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar pada Materi Sumber Daya Alam di SD
@2018 - PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 1 (2018) 100- 108
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All rights reserved
1 2 3
Eni Suryani , Rustono WS , H. Akhmad Nugraha 103
Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar pada Materi Sumber Daya Alam di SD
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan siswa yang berperan aktif dalam proses
pengawasan proses pembelajaran untuk pembelajaran. Sehingga siswa mampu
terlaksanananya proses pembelajaran yang memahami materi pembelajaran IPA
efektif dan efisien, serta proses pembelajaran terutama materi sumber daya alam dengan
pada setiap satuan pendidikan dasar dan baik dengan hasil belajar yang baik pula.
menengah harus interaktif, insfiratif, Dari hasil studi literatur yang dilakukan,
menyenangkan, menantang, memotivasi peneliti menemukan bahwa model Example
siswa untuk berpartisipasi aktif, memberi Non Example sangat cocok diterapkan.
ruang yang cukup untuk berkreasi, Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan
memunculkan ide gagasan yang selaras penelitian yang berjudul “Pengaruh Model
dengan bakat, minat, fisik dan suasana Example Non Example terhadap Hasil Belajar
psikologi siswa. Seorang pendidik atau guru Siswa pada Materi Sumber Daya Alam” yang
yang profesional akan ditutut agar mampu dilaksanakan pada pembelajaran IPA siswa
mengupayakan hal tersebut. kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Pamarican
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.
dilakukan bahwa pembelajaran yang Berdasarkan latar belakang yang telah
dilakukan pada pembelajaran IPA di sekolah dipaparkan oleh peneliti, rumusan masalah
dasar masih menggunakan model dalam penelitian ini adalah : 1) Menjelaskan
pembelajaran yang kurang variatif yaitu hasil belajar awal siswa pada materi sumber
masih menggunakan model yang berpusat daya alam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 1
pada guru dan bisa dikatakan dengan Pamarican 2) Menjelaskan hasil belajar akhir
menggunakan model konvensional, dan pada siswa yang menggunakan dan tanpa
proses pembelajaran peran siswa hanya menggunakan model Example Non Example
sebagai penerima informasi. Hal itu pada materi sumber daya alam pembelajaran
menunjukkan bahwa perlu adanya variasi IPA di kelas IV SDN 1 Pamrican Kecamatan
dalam pembelajaran. Salah satunya yaitu Pamarican Kabupaten Ciamis 3) Menjelaskan
dengan menggunakan model pembelajaran pengaruh model Example Non Example
yang berbeda dalam proses pembelajaran. terhadap hasil belajar siswa dibandingkan
Model Example Non Example dianggap dengan yang tanpa menggunakan model
mampu meningkatkan hasil belajar siswa Example Non Example pada meteri sumber
pada materi sumber daya alam pembelajaran daya alam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 1
IPA dengan cara siswa akan bermakna karena
@2018 - PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 1 (2018) 100- 108
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All rights reserved
1 2 3
104 Eni Suryani , Rustono WS , H. Akhmad Nugraha
Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar pada Materi Sumber Daya Alam di SD
@2018 - PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 1 (2018) 100- 108
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All rights reserved
1 2 3
106 Eni Suryani , Rustono WS , H. Akhmad Nugraha
Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar pada Materi Sumber Daya Alam di SD
@2018 - PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 1 (2018) 100- 108
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All rights reserved
1 2 3
Eni Suryani , Rustono WS , H. Akhmad Nugraha 107
Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar pada Materi Sumber Daya Alam di SD
Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis, tinggi yaitu 86,08, apabila dilihat dari hasil
diperoleh simpulan sebagai berikut: rata-arata normal gain pada pembelajaran
1. Hasil belajar siswa pada materi sumber dengan menggunakan model Example Non
daya alam di kelas IV semester II pada Example berada pada kualitas belajar atau
pembelajaran IPA di SD Negeri 1 kategori efektif yaitu 0,78.
Pamarican tanpa menggunakan model 3. Terdapat pengaruh model Example Non
Example Non Example mengalami Example terhadap hasil belajar pada
peningkatan. Hal tersebut dilihat dari hasil materi sumber daya alam pembelajaran
nilai rata-rata pretest sebelum IPA di kelas IV SD Negeri 1 Pamarican. Hal
dilaksanakan pembelajaran berada pada ini dilihat dari hasil perhitungan uji
kategori rendah 33,91, sedangkan setelah perbedaan yang dilakukan dari hasil nilai
dilaksanakan pembelajaran tanpa rata-rata prestest, posttest dan normal
menggunakan model Example Non gain antara kelas yang menggunakan
example nilai rata-rata posttest berada model Example Non Example
pada kategori tinggi yaitu 69,13. Dengan menunjukkan perbedaan yang signifkan
demikian hasil belajar tanpa menggunakan dibandingkan dengan kelas yang tanpa
model example non example mengalami menggunakan model Example Non
peningkatan yang signifikan, akan tetapi Example. Selain itu dilihat dari hasil uji
apabila dilihat dari rata-rata normal gain perbedaan antara rata-rata normal gain
berada pada kategori atau kualitas belajar pembelajaran tanpa mennggunakan
kurang efektif yaitu 0,55. model Example Non Example
2. Hasil belajar pada materi sumber daya menunjukkan perbedaan yang signifikan
alam di kelas IV semester II pembelajaran dibandingkan dengan kelas yang tanpa
IPA di SD Negeri 1 Pamarican dengan menggunakan model Example Non
menggunakan model Example Non Example. Selain itu dilihat dari uji
Example atau sebelum diberikan perbedaan nilai rata-rata normal gain
perlakuan (treatment) megalami pembelajaran tanpa menggunakan model
peningkatan. Dimana hasil rata-rata Example Non Example menunjukkan
pretest berada pada kategori sedang yaitu bahwa hasil belajar siswa pada materi
44,13, sedangkan setelah dilaksanakannya sumber daya alam di kelas IV semester II
pembelajaran atau diberikan perlakuan pada pembelajaran IPA di SD Negeri 1
(treatment) berada pada kategori sangat Pamarican lebih efektif dibandingkan
@2018 - PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 1 (2018) 100- 108
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All rights reserved
1 2 3
108 Eni Suryani , Rustono WS , H. Akhmad Nugraha
Pengaruh Model Example Non Example terhadap Hasil Belajar pada Materi Sumber Daya Alam di SD
dengan yang tidak menggunakan model siswa pada pembelajaran IPA. Jurnal
Pedadidaktika. 1 (1), hlm. 4
Example Non Example. Maka dari itu hasil
belajar siswa menunjukkan bahwa H0 Rusman. (2010). Belajar dan pembelaaran
berbasis komputer. Bandung:
ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat
Alfabeta.
perbedaan rata-rata hasil belajar siswa
Sugiyono. (2012). Metode penelitian
pada materi sumber daya alam
kuantitatif dan R & D. Bandung:
pembelajaran IPA antara yang Alfabeta.
menggunakan model Example Non
Suprijono, A. (2012). Cooperative learning
Example dengan yang tanpa menggunakan teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
model Example Non Example.
Kesimpulannya dari hasil penelitian ini,
bahwa model Example Non Example
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
pada materi sumber daya alam pada
pembelajaran IPA di kelas IV semester II
SD Negeri 1 Pamarican.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2007).
Peraturan pemerintah pendidikan
nasional republik Indonesia No. 41
Tahun 2007, tentang standar proses
untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah. Jakarta: Depdiknas.
@2018 - PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 1 (2018) 100- 108
http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All rights reserved
p-ISSN 2355-5343 Article Received: 14/06/2016; Accepted: 20/08/2016
e-ISSN 2502-4795 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 3(2) 2016, 183-190
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar DOI: 10.17509/mimbar-sd.v3i2.4259
Cucun Sunaengsih
ABSTRACT ABSTRAK
The purpose of this study was to reveal and Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan
analyze the effect on the quality learning of dan menganalisis pengaruh media
learning media in an accredited “A” school. The pembelajaran terhadap mutu pembelajaran di
method used in this research is a survey research sekolah terakreditasi “A”. Metode yang
with quantitative research approach. As for the digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
population in this research is all teachers on the survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif.
SDN Dr. Cipto Bandung. The results showed that Adapun yang menjadi populasi pada penelitian
the learning media influence the positive and ini yaitu seluruh guru yang ada di SDN Dr. Cipto
significant impact on the quality of learning. The Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan
description of learning media show good results. bahwa media pembelajaranberpengaruh positif
So even with a description of the quality of dan signifikan terhadap mutu pembelajaran.
learning has shown good results, as well as the Deskripsi media pembelajaran menunjukkan hasil
correlation values for the quality of learning to yang baik. Begitu pun dengan deskripsi mutu
learning media are in a strong position. pembelajaran menunjukkan hasil yang baik,
serta nilai korelasi media pembelajaran terhadap
Keywords: learning media, quality of learning, mutu pembelajaran berada pada posisi kuat.
elementary school.
Kata Kunci: media pembelajaran, mutu
pembelajaran, sekolah dasar.
How to Cite: Sunaengsih, C. (2016). PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN PADA
SEKOLAH DASAR TERAKREDITASI A. Mimbar Sekolah Dasar, 3(2), 183-190. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-
sd.v3i2.4259.
[183]
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Mutu Pembelajaran…
2014). Penyampaian informasi atau pesan (Haryoko, 2010; Sunaengsih, 2015; Nurseto,
dalam pembelajaran dapat dilakukan 2011).
dalam berbagai cara baik secara verbal
maupun non verbal sehingga informasi Pandangan masyarakat sekarang ini,
atau pesan yang disampaikan guru dapat memperlihatkan suatu fakta kalau mutu
diterima dengan baik oleh siswa, akan pembelajaran pada sekolah terakreditasi
tetapi tidak dapat dipungkiri kemungkinan A jauh lebih berkualitas dibandingkan
kegagalan penerimaan informasi atau dengan mutu pembelajaran pada
pesan bisa saja terjadi dalam proses sekolah dasar yang ada di Indonesia
pembelajaran, untuk itu penggunaan dengan nilai akreditasi lebih rendah.
media pembelajaran yang tepat dapat Ketersediaan media pembelajaran yang
membantu proses penyampaian informasi memadai pada sekolah terakreditasi A
atau pesan dalam pembelajaran menjadi salah satu penyebab timbulnya
berlangsung secara efektif (Criticos, 1996; pandangan tersebut. Ini pun yang
Gagne, 1985; Sadiman, dkk.,1990). menjadi salah satu latar belakang peneliti
untuk menganalisa bagaimana media
Berdasarkan hal di atas, salah satu faktor pembelajaran berpengaruh terhadap
penentu berhasil atau tidak berhasilnya mutu pembelajaran yang ada di Sekolah
proses pembelajaran berlangsung adalah terakreditasi A dengan judul penelitian
media pembelajaran. Banyak upaya yang Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap
dilakukan guna meningkatkan mutu Mutu Pembelajaran Pada Sekolah Dasar
pembelajaran. Akan tetapi dalam Terakreditasi A.
prakteknya penggunaan media
pembelajaran kerap kali mendapatkan Mengacu pada pemaparan di atas,
kendala seperti terbatasnya jumlah media maka permasalahan yang dikaji pada
dan kemampuan memaksimalkan penelitian ini sehubungan dengan
pemanfaatan media (Maila, 2014; terbatasnya penggunaan media
Obeidat & Al-Share, 2012). Berdasarkan pembelajaran yang digunakan dalam
hal tersebut, keberadaan media ini proses pembelajaran yang
menjadi penting adanya, karena mengakibatkan adanya kegagalan
pendekatan, metode atau strategi penafsiran informasi atau pesan yang
apapun yang digunakan dalam disampaikan dalam proses pembelajaran,
pembelajaran tidak akan memberikan sehingga pembelajaran kurang bermutu
manfaat dan makna apapun terhadap khususnya pada sekolah dasar yang ada
peningkatan mutu pembelajaran selama di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,
dalam penggunaan dan pemanfaatan secara umum masalah utama dalam
media pembelajaran tidak optimal penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Bagaimana pengaruh media
[184]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
[185]
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Mutu Pembelajaran…
2.95
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa diberikan guru dapat diterima dengan
media pembelajaran adalah faktor yang baik oleh siswa (Hamalik, 1994).
tidak dapat di kesampingkan dalam
proses pembelajaran yang bermutu. Berdasarkan temuan tersebut, tergambar
Dengan demikian penggunaan media bahwa penggunaan media
pembelajaran akan membantu proses pembelajaran yang optimal akan
penyampaian informasi atau pesan yang memberikan manfaat optimal pula bagi
siswa. Seperti diketahui bahwa media
[186]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
2.72
Deskripsi Mutu
2.74 Deskripsi Fasilitas
Pembelajaran
Pembelajaran
Deskripsi Kinerja Guru
Dalam Kelas
3.19
[187]
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Mutu Pembelajaran…
[188]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
yang menjadi tujuan akhir pelaksanaan pada berorientasi pada kebutuhan dan
pembelajaran di SDN Dr. Cipto Kota intelektualitas peserta didik.
Bandung telah dijalankan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Terbukti dari REFERENSI
perolehan skor yang menunjukkan Akdon dan Hadi. S. (2005). Aplikasi
Statistika dan Metode Penelitian Untuk
kategori baik. Dimensi penelitian dengan
Administrasi dan Manajemen. Bandung:
skor tertinggi adalah dimensi kinerja guru Dewa Ruchi.
dalam kelas dengan kategori sangat baik.
Anggraeni, D. (2011). Peningkatan Kualitas
Adapula dimensi iklim kelas menjadi Pembelajaran IPS Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Course
dimensi terendah diantara dimensi yang
Review Horay Pada Siswa Kelas IV SD
lainnya meskipun masih berada pada Negeri Sekaran 01 Semarang. Jurnal
Kependidikan Dasar, 1(2), 194–205.
kategori baik. Hubungan antara media
pembelajaran terhadap mutu Wahyuningsih, A, N. (2012).
Pengembangan Media Komik
pembelajaran berada pada tingkat kuat
Bergambar Materi Sistem Saraf Untuk
dengan nilai yang signifikan. Artinya Pembelajaran Yang Menggunakan
Strategi PQ4R. Journal of Innovative
hipotesis penelitian yang menyatakan
Science Education, 1(1), 1–9.
“Terdapat pengaruh signifikan dari
Azhar, A. (2009). Media
variabel media pembelajaran terhadap
Pembelajaran.Jakarta: Raja Grafindo
mutu pembelajaran“ diterima dengan Persada.
tingkat pengaruh sebesar 45,4%. Implikasi
Barnes, K., Marateo, R. C., & Ferris, S. P.
yang muncul dari hasil penelitian ini di (2007). Teaching and Learning with the
Net Generation. Innovate: Journal of
antaranya: 1) sosialisasi dan pelatihan
Online Education, 3(4), 1–8.
tentang media pembelajaran yang http://doi.org/10.1111/j.1467-
8535.2009.00994_2.x/.
didukung kemampuan profesional guru
terhadap seluruh guru Sekolah Dasar di Criticos, C. (1996). Media selection. Plomp,
T & Ely, D.P (Eds): International
Kota Bandung; 2), media pembelajaran
Encyclopedia of Educational
dikemas secara menarik dengan Technology, 2nd ed. UK: Cambridge
University Press. pp. 182 - 185.
dukungan ICT sehingga mampu menarik
perhatian siswa dan dapat di akses oleh Gagne, R.M., Briggs, L.J & Wager, W.W.
(1988). Principles of Instruction Design,
masyarakat luas, pemahaman dari
3rd ed. New York: Saunders College
komponen sekolah terhadap ICT menjadi Publishing.
pendorong pengembangan media
Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan,
pembelajaran; 3) terselenggaranya sistem cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT.
Citra Aditya Bakti.
pembelajaran yang tidak hanya
berorientasi pada penyampaian Haryoko, S. (2010). Efektivitas
Pemanfaatan Media Audio-Visual
pengetahuan semata akan tetapi pada
Sebagai Alternatif Optimalisasi Model
penyampaian nilai pula yang berorientasi Pembelajaran. Jurnal Edukasi@Elektro,
5(1), 1–10. Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/
[189]
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Mutu Pembelajaran…
[190]
Jurnal Teknologi Pendidikan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp
Info Artikel Abstract: This study aims to explore the effect of pictorial story media
and reading literacy on learning outcomes of elementary school students.
The study was conducted in class IV SDN Majalengka Kulon II and SDN
Sejarah Artikel: Majalengka Wetan VII. The study design used a 2 x 2 factorial design
Diterima: September 2019 experimental method with ANAVA. Data analysis used 2-way variant
Direvisi: Nopember 2019
Dipublikasikan: Des 2019
analysis (ANAVA). The results obtained, namely (1) the differences in
learning outcomes of students who learn to use learning media comics
with pictorial text media, (2) the interaction between learning comic
e-ISSN: 2620-3081 media and reading literacy on primary school student learning outcomes,
p-ISSN: 1411-2744 (3) student learning outcomes who have high reading literacy using
higher learning comic media than students who have high reading
literacy using pictorial text media, (4) student learning outcomes that
have low reading literacy using lower learning comic media than students
DOI: https://doi.org/ who have low reading literacy that using pictorial text media.
10.21009/jtp.v21i3.13386
Keywords: comics, literacy reading, learning outcomes
1
Lecturer Education Technology Study Program, Jakarta State Universit email: rusmono@unj.ac.id
2
Lecturer Basic School Education Study Program, IAI Bunga Bangsa Cirebon
email:alghazalimuhammad@gmail.com
269
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019
PENDAHULUAN
Ketercapaian kompetensi pembelajaran secara optimal merupakan urgensi yang harus segera
diselesaikan. Permasalahan hasil belajar belum secara keseluruhan diatasi, sehinggga terus-menerus
muncul secara berkelanjutan. Siswa sampai saat ini tetap merasakan masalah yang sama, yaitu tidak
mampu mengoptimalkan diri dalam proses pembelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar yang
tidak memenuhi standar.
Hasil pembelajaran tidak akan secara optimal dicapai apabila proses
pembelajaran tidak dilaksanakan sesuai rambu-rambunya, lebih khusus pada saat ini
sedang diterapkan kurikulum 2013 yang memiliki berbagai rambu untuk diperhatikan.
Kurikulum 2013 mengemas proses pembelajaran dilaksanakan secara tematik, utuh
dan bermakna, sehingga mampu memfasilitasi perkembangan maupun keberhasilan
belajar siswa, sebagaimana Marco (2018) mengungkapkan bahwa pembelajaran
tematik mampu meningkatkan komunikasi efektif antara guru dan siswa, kolaborasi
efektif di antara para siswa, pengetahuan baru berpusat pada siswa, pembelajaran
dan pengajaran yang fleksibel, dan perpaduan teknologi yang tepat dan proses
pembelajaran.
Konsep ideal yang diharapkan pemerintah melalui adanya penerapan kurikulum 2013
berbanding terbalik dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan. Darnius (2016),
menegaskan bahwa 50,6% guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013. Lebih lanjut, proses pembelajaran yang diharapkan memenuhi
keberhasilan melalui kurikulum 2013 diiringi dengan pembiasaan membaca yang sering disebut
dengan kemampuan literasi membaca. Proses pembelajaran pada saat ini semakin mengerucut pada
hasil belajar yang diiringi peningkatan literasi membaca.
Pada dasarnya ketepatan mengemas proses pembelajaran merupakan alternatif solusi yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan seluruh permasalahan pembelajaran. Proses pembelajaran pun
harus memperhatikan seluruh aspek pembelajaran, termasuk karakteristik materi ajar yang akan
disampaikan dan siswa sebagai subjek belajar.
Siswa sekolah dasar yang memiliki karakteristik senang bermain, sumber belajar penuh
visualisasi, melakukan secara langsung dalam pembelajaran mengerucutkan proses pembelajaran pun
harus memenuhi indikator tersebut. Pembelajaran berbasis gambar (visual) teridentifikasi tepat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran anak sekolah dasar, lebih lanjut jika daya
dukung gaya belajar anak pada sekolah/kelas tersebut cenderung lebih menyukai pembelajaran
yang disampaikan melalui media visual. Hal tersebut selaras dikemukakan oleh Aisami (2015) bahwa
pembelajaran menggunakan gambar/visual ditemukan sangat efektif untuk dipelajari jika terhubung
dengan benar ke gaya belajar siswa dan direncanakan sesuai dengan hasil pembelajaran yang
diinginkan. Bingham (2016) semakin menegaskan, jika unsur visual dan kata-kata (teks) disajikan
270
Rusmono & Muhammad Iqbal Al Ghozali, Pengaruh Media Cerita….
secara bersamaan, siswa akan memiliki kesempatan dan ketepatan untuk membangun model mental
keduanya dan membangun hubungan di antara mereka. Pendapat kedua ahli semakin dipertegas oleh
Merc (2013) yang mengkonfirmasi Teori Coding Ganda (DCT) bahwa siswa lebih baik dalam
memahami teks bacaan yang disertai dengan visual. Berdasarkan semua pendapat di atas, maka
proses pembelajaran yang mengkombinasikan unsur verbal dan visual merupakan solusi
yang tepat dalam memfasilitasi siswa memperoleh hasil belajar yang optimal yang
dipengaruhi pula oleh kemampuan literasi membaca.
Pembelajaran berbasis gambar (visualisasi) yang akan diujicobakan sebagai alternatif solusi
yang tepat dalam penelitian ini berbantuan cerita bergambar dengan jenis komik. Menurut McCloud
(1993), komik merupakan suatu gambar yang terjukstaposisi (berdekatan, bersebelahan
berdampingan) dengan gambar lain secara tersusun, berurutan, dan memiliki keterhubungan satu
sama lainnya untuk memberikan informasi kepada pembaca. Komik dapat menvisualisasikan ekspresi
dari bentuk tulisan pada cerita kedalam bentuk gambar.
Menurut Arroio (2011), komik dapat dijadikan sebagai alat budaya atau sebagai kendaraan di
mana informasi ilmiah dapat dikomunikasikan kepada para siswa. Manchester (2017)menambahkan
bahwa komik dapat dijadikan sebagai alat pedagogis produktif untuk mengajarkan berbagai bentuk
kritis dengan melibatkan visual dengan teks, karena itu akan membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Beberapa kelebihan komik yang disampaikan tersebut semakin menegaskan bahwa
komik mampu berperan sebagai perantara untuk memfasilitasi siswa dalam meningkatkan hasil
belajar siswa yang dipengaruhi pula oleh kemampuan literasi membaca siswa.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh komik pembelajaran dalam pembelajaran tematik di sekolah
dasar.Penelitian tersebut dirumuskan melalui judul “Pengaruh Media Cerita Bergambar dan Literasi
Membaca terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”.
METODE PENELITIAN
Penelitian Desain penelitian menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2.Dua
kelompok dibedakan menjadi 2 kelas yakni kelas control dan kelas eksperimen. Kelas control dalam
proses pembelajaran menggunakan media teks bergambar sedangkan kelas eksperimen menggunakan
media komik. Adapun kedua media pembelajaran tersebut diterapkan pada mata pelajaran Tema Cita-
citaku Subtema Cita-cita kita kelas V SD. Sejalan dengan hipotesis-hipotesis yang akan diuji, yaitu
pengaruh penggunaan media Komik dengan pengaruh variabel kemampuan literasi membaca siswa
yang tinggi dan yang rendah, serta pengaruh interaksi antar kedua variabel tersebut terhadap variabel
tergantung, yakni hasil belajar dan kemampuan literasi membaca siswa, maka rancangan eksperimen
faktorial tipe 2x2 digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1 di bawah ini memperlihatkan rancangan
faktorial (2x2) yang digunakan dalam penelitian.
271
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019
Kemampuan literasi A1 A2
membaca siswa (Media Komik) (Media Teks Bergambar)
B1
A1B1 A2B1
(Rendah)
B2
A1B2 A2B2
(Tinggi)
Adapun sasaran populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V yang berada
di SDN Majalengka Kota yang berjumlah 17 SD Negeri.Populasi terjangkau dari penelitian ini
adalah siswa kelas V SDN Majalengka Kulon II berjumlah 37 siswa dan SDN Majalengka Wetan
VII berjumlah 38 siswa. Jadi total keseluruhan sebanyak 75 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes, angket, observasi dan
dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) uji prasyarat
berupa uji normalitas dan uji homogenitas; 2) dan uji hipotesis.
Berikut di bawah ini adalah hasil uji prasyarat berupa uji normalitas, uji homogenitas dan uji
hipotesis dengan uji ANAVA 2 jalur.
1. Uji Normalitas
Pengujian persyaratan normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik uji Liliefors. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai Lhitung pada kelompok A1, A2, A1B1, A1B2, A2B1 dan A2B2
semuanya mendapatkan nilai yang lebih kecil dari nilai Ltabel. Untuk lebih jelasnya rangkuman hasil
uji normalitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas (Liliefors)
272
Rusmono & Muhammad Iqbal Al Ghozali, Pengaruh Media Cerita….
Berdasarkan data pada Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa semua kelompok yang diuji
menggunakan uji Liliefors memberikan nilai hasil perhitungan Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Mengingat
nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel maka sebaran data hasil belajar siswa yang menggunakan media
cerita bergambar dan literasi membaca siswa yang tinggi maupun rendah cenderung membentuk
kurva normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan terhadap data kelompok perlakuan antara media cerita bergambar
dan literasi membaca siswa (A1B1, A2B1, A1B2, dan A2B2). Uji homogenitas data dilakukan dengan
menggunakan uji Bartlett pada taraf signifikansi α = 0,05; dimana dk(1- a)(k-1) dengan kriteria apabila
nilai 2hitung lebih kecil dari nilai 2tabel maka varians semua kelompok perlakuan bersifat homogen.
Adapun rangkuman hasil perhitungan pengujian homogenitas varians disajikan pada tabel berikut:.
Tabel 3.
Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas
A1B1 17
A2B2 18
Data pada Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa 2hitungadalah 2,352 dan 2tabeladalah 7.71. Hasil
uji homogenitas varians menyimpulkan bahwa H 0 diterima, dan keempat kelompok perlakuan bersifat
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan secara manual menggunakan ANAVA dua
jalan diperoleh analisis seperti pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4.
Hasil Uji ANAVA Interaksi Antara Media Komik Pembelajaran dan
Literasi Membaca Terhadap Hasil Belajar Siswa.
273
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019
Hasil pengujian pada keempat kelompok dengan menggunakan uji Kolmogorov Liliefors
dengan taraf signifikansi α=0,05 dapat disajikan sebagai berikut.
a. Perbandingan Hasil Belajar Siswa antara Media Komik Pembelajaran dengan Media Teks
Bergambar.
Hasil Analisis Varian (ANAVA) pada Tabel 1 diperoleh Fhitung = 7,96 pada Ftabel
(0,05) =4,11, maka H0 ditolak. Maka, terdapat perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan media komik pembelajaran (A1) dengan media teks bergambar (A2).
Nilai rata-rata kelompok siswa menggunakan media komik pembelajaran (A1) adalah
XA1 =20,4 dengan kelompok siswa yang menggunakan media teks bergambar (A2)
adalah XA2 = 18,35.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui
media komik pembelajaran lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan melalui media teks
bergambar.
b. Pengaruh Interaksi antara Media Komik Pembelajaran dan Literasi Membaca terhadap Hasil
Belajar Siswa.
Hasil Analisis Varian (ANAVA) pada Tabel 1., diperoleh Fhitung = 23.87 pada Ftabel
(0,05) =4,11, maka H0 ditolak. Maka, terdapat pengaruh interaksi yang sangat
signifikan antara media komik pembelajaran dan literasi membaca terhadap hasil
belajar siswa. Setelah diperoleh adanya interaksi antara media komik pembelajaran dan literasi
membaca siswa maka diperlukan uji lanjut, dikarenakan jumlah subjek, maka uji lanjut yang
digunakan adalah uji Tukey. Dengan uji Tukey dapat dinyatakan bahwa adanya pengaruh interaksi
antara pemberian media komik pembelajaran dan literasi membaca. Hal ini dapat dilihat dari
Gambar 1.sebagai berikut.:
25
23
19,3
20
17,4
15 17,8
Kemampuan Literasi
rendah (B2)
10 Kemampuan Literasi Tinggi
(B1)
0
Media Komik (A1) media teks bergambar (A2)
274
Rusmono & Muhammad Iqbal Al Ghozali, Pengaruh Media Cerita….
Keterangan :
A1 = Media Komik pembelajaran
A2 = Media Teks Bergambar
B1 = Literasi Membaca Tinggi
B2 = Literasi Membaca Rendah
c. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa yang Memiliki Literasi Membaca Tinggi yang
Mengikuti Pembelajaran melalui Media Komik Pembelajaran dengan Media Teks Bergambar.
Pengujian menggunakan uji Tukey tentang perbedaan hasil belajar siswa yang
memiliki literasi membaca tinggi yang diberikan pembelajaran menggunakan media
komik pembelajaran dengan siswa yang memiliki literasi membaca tinggi
menggunakan media teks bergambar menunjukan bahwa Qhitung = 7.71 dan Qtabel =
2,042, maka H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan signifikan hasil belajar pada media
komik bergambar dengan media teks bergembar pada kelompok siswa yang memiliki
literasi membaca tinggi atau A1B1 > A2B1 dikarenakan XA1B1 = 23 dan XA2B1 = 17,4.
Qtabel
Kelompok yang Dibandingkan Qhitung
α= 0,05
A1B1 dan A2B1 7.71 2,042
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang memiliki
literasi membaca tinggi menggunakan media komik bergambar lebih tinggi dibandingkan siswa
yang memiliki literasi membaca tinggi yang menggunakan media teks bergambar.
d. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar yang Memiliki Literasi Membaca Rendah yang
Diberikan Pembelajaran menggunakan Media Komik Pembelajaran dengan Media Teks
Bergambar.
Pengujian menggunakan uji Tukey tentang perbedaan hasil belajar siswa yang
memiliki literasi membaca rendah yang diberikan pembelajaran menggunakan media
komik pembelajaran dengan siswa yang memiliki literasi membaca rendah
menggunakan media teks bergambar menunjukan bahwa Qhitung = 2.06 dan Qtabel =
2,042, maka H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan signifikan hasil belajar pada media
komik pembelajaran dengan media teks bergambar pada kelompok siswa yang
memiliki literasi membaca tinggi atau A1B2 < A2B2 dikarenakan XA1B2 = 17,8 dan
XA2B1 = 19,3.
275
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019
Qtabel
Kelompok yang Dibandingkan Qhitung
α= 0,05
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang memiliki literasi
membaca rendah yang menggunakan media komik pembelajaran lebih rendah dibandingkan siswa
yang memiliki literasi membaca rendah yang menggunakan media teks bergambar.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji Tukey pada instrumen yang digunakan dalam
penelitian, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut.
276
Rusmono & Muhammad Iqbal Al Ghozali, Pengaruh Media Cerita….
keunggulan komik tersebut menjadikan sebuah media yang dapat memberikan siswa
banyak pengalaman belajar seperti yang dikemukakan oleh Affeldt, Meinhart, dan
Eilks (2018) bahwa komik menawarkan peluang untuk memperkaya
pengalaman belajar dibandingkan dengan konvensional, instruksi murni berbasis
teks.
Meskipun komik lebih unggul dari teks bergambar, namun bukan berarti media
teks bergambar tidak memiliki kelebihan. Media teks bergambar dapat memberikan
kemudahan bagi siswa agar siswa dapat membaca, memecahkan kode, membuat,
mempertanyakan, dan menafsirkan tujuan dan makna yang dimaksudkan dari
berbagai bentuk teks yang terkait dengan seluler teknologi multimedia (Costa dan
Xavier, 2016). Dalam hal ini, media yang masih melibatkan unsur visual di
dalamnya, masih memiliki keunggulan dibandingkan dengan media pembelajaran
yang hanya menyajikan unsur verbal.Menurut Lubis (2018) Hasil dari
penelitiannya menunjukan bahwa buku bergambar tanpa kata memberi kesempatan
kepada anak-anak untuk buat cerita sendiri dan untuk membawa pemahaman mereka
sendiri tentang dunia ke teks.Unsur visual dalam sebuah media dapat meningkatkan
pemahaman, kreativitas, dan motivasi belajar siswa. Hasil analisis tersebut kemudian diperkuat
dengan hasil perhitungan keefektifan penggunaan media komik pembelajaran dan teks bergambar
secara keseluruhan, yaitu Fhitung = 7,96 pada Ftabel (0,05) =4,11, maka H0 ditolak atau terdapat
perbedaan hasil belajar siswa menggunakan media komik pembelajaran dengan teks bergambar.
277
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019
pembacaan buku komik bisa membaca siswa akan dikuasai dengan mudah jika
didukung oleh persepsi visual siswa yang meningkatkan akuisisi kosakata siswa,
pemahaman bacaan juga motivasi belajar mereka (Mei-Ju, Yung-Hung dan Ching-
Chi, 2015) .Kecepatan dan pemahaman tinggi karena memiliki hubungan
yang positif (Memiş dan Sivri, 2016). Persepsi visual adalah kemampuan
untuk menterjemahkan apa yang dilihat oleh mata, sehingga perlu didukung oleh media berbasis
visual dalam melatih kecepatan dan pemahaman membaca siswa.
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Cayir (2015),
yaitu siswa kelas pertama di tingkat membaca instruksional memiliki keterampilan
persepsi visual yang lebih baik dengan bukti keterampilan persepsi visual yang lebih
baik mendapat skor lebih baik dalam kecepatan membaca, pemahaman membaca,
dan kesalahan membaca.
Kemampuan literasi membaca merupakan salah satu kemampuan yang muncul
dalam kurikulum 2013 dan sedang digalakkan agar dibudayakan siswa.Kemampuan
literasi membaca ini berperan sebagai modal penting yang harus dimiliki siswa dalam
mengoptimalkan dirinya untuk memperoleh informasi secara langsung. Siswa yang
memiliki kemampuan literasi membaca tinggi mempunyai kemampuan untuk
menemukan cara baru dan menghubungkannya dengan pengetahuan dan
pemahaman yang ada dari pada yang memiliki kemampuan literasi membaca rendah.
Hal ini dimungkinkan karena yang mempunyai kemampuan literasi membaca tinggi
lebih banyak dalam memperoleh dan menangkap materi pelajaran. Sebaliknya
dengan yang mempunyai kemampuan literasi membaca rendah akan kesulitan dalam
proses pembelajaran karena terbatas dengan pengetahuannya. Hasil Analisis Varian
(ANAVA) menunjukan Fhitung = 23.87 pada Ftabel (0,05) =4,11, maka H0 ditolak atau
terdapat pengaruh interaksi yang sangat signifikan antara media cerita bergambar dan
kemampuan literasi membaca terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam pemberian media cerita bergambar harus
disesuaikan dengan kemampuan literasi membaca yang akan membantu dalam
meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar.
3. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa yang Memiliki Literasi Membaca Tinggi yang
Mengikuti Pembelajaran melalui Media Komik Pembelajaran dengan Media Teks Bergambar.
Siswa yang memiliki kemampuan literasi membaca tinggi cenderung mampu peka
terhadap informasi yang diperolehnya dan menghubungkan berbagai informasi,
sehingga mempermudah dirinya dalam mempelajari materi yang disajikan oleh guru
khususnya dalam mengkonstruksi informasi lama terhadap informasi baru. Siswa
dengan kemampuan literasi membaca tinggi akan lebih bermakna jika diberikan
278
Rusmono & Muhammad Iqbal Al Ghozali, Pengaruh Media Cerita….
perlakuan pembelajaran dengan media komik pembelajaran. Hal ini karena media
komik mampu menarik siswa untuk ikut serta dan fokus pada pembelajaran yang
dilaksanakan, sehingga akan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan
yang didapatkannya dengan kehidupan sehari-harinya. Kegemaran siswa membaca
komik (bahkan jika mereka tidak sering pembaca) juga dapat menyebabkan
kegembiraan mereka dalam menganalisis isi komik bahkan dalam tantangan
kerangka kerja seperti literasi kritis (Vie dan Dieterle, 2016). Kelebihan komik dapat
memadukan unsur gambar dan teks (teks dialog) sehingga seolah-olah gambar itu
hidup sehingga dapat menarik perhatian siswa da mempermudah untuk menemukan
makna dan pesan yang disampaikan. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh McGrail, Rieger, dan Doepker (2017) bahwa desain visual
dari seri buku komik TOON seperti gambar, karya seni, atau grafis terbukti menjadi
sumber yang sangat membantu konteks dan informasi linguistik ekstra untuk siswa
ketika mereka menemukan kosakata yang sulit atau ide-ide baru dalam teks yang
mereka pelajari. Winarto dkk (2018) juga menambahkan bahwa hasil
pengujian lapangan yang dilakukannya menunjukan bahwa BUSAPAKSA (buku saku
berbasis komik) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Berbeda dengan penggunaan teks
bergambar, siswa dengan kemampuan literasi membaca tinggi akanmengalami kesulitan. Dalam
penggunaan media ini, siswa hanya dapat melihat melihat teks yang disertai dengan penggambaran
visual yang terbatas mengakibatkan siswa mudah bosan dan tidak mengikuti alur dalam cerita.
4. Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar yang Memiliki Literasi Membaca Rendah yang Diberikan
Pembelajaran menggunakan Media Komik Pembelajaran dengan Media Teks Bergambar.
Dalam pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan literasi membaca rendah akan
mengalami kesulitan untuk mengkonstruksi informasi. Siswa yang memiliki kemampuan literasi
membaca rendah lebih senang jika belajar dengan cara yang sederhana, sehingga proses
pembelajaran membuat mereka merasa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. Siswa
yang memiliki kemampuan literasi membaca rendah yang belajar menggunakan teks
bergambar dapat meraih keberhasilan lebih tinggi dalam belajar. materi pembelajaran yang
dikemas dalam suatu teks yang didampingi gambar sedehana lebih mudah di pahami oleh siswa yang
memiliki kemampuan literasi membaca rendah.
Siswa yang memiliki kemampuan literasi membaca rendah yang menggunakan
media komik pembelajaran merasa kesulitan karena proses pembelajaran terlalu
rumit untuk diikuti (tidak sederhana). Mereka fokus terhadap gambar dalam komik,
sedangkan informasi yang diperoleh melalui alur yang telah ditentukan dalam gambar
kurang dipahami secara jelas.Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa membaca.
Bagi siswa yang memiliki kemampuan literasi membaca rendah akan sulit
279
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019
KESIMPULAN
Pertama, hasil belajar siswa sekolah dasar yang belajar dengan media komik
pembelajaran lebih tinggi daripada yang belajar menggunakan teks bergambar.
Kedua, terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan media komik pembelajaran
dan kemampuan literasi membaca terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar.
Ketiga, hasil belajar siswa sekolah dasar antara siswa yang belajar dengan media
komik pembelajaran yang memiliki kemampuan literasi membaca tinggi lebih tinggi
dari pada siswa yang belajar dengan media teks bergambar yang memiliki
kemampuan literasi membaca tinggi. Keempat, hasil bbelajar siswa sekolah dasar
antara siswa yang belajar dengan media komik pembelajaran yang memiliki
kemampuan literasi membaca rendah lebih rendah dari pada siswa yang belajar
dengan media teks bergambar yang memiliki kemampuan literasi membaca rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Affeldt, Fiona, Meinhart, Daniel, Eilks, Ingo. (2018). The Use of Comics in Experimental
Instructions in a Non-formal Chemistry Learning Context. International Journal of
Education in Mathematics, Science and Technology. ISSN: 2147-611X. Volume
6, Number 1
Aisami, Riad S. (2015). Learning styles and visual literacy for learning and performance.
Faculty of Instructional Technology, Troy University, Troy, Alabama, USA,
Procedia - Social and Behavioral Sciences 176,
Arini, Fitri Dwi.(2017). The Use of Comic as a Learning Aid to Improve Learning Interest of
Slow Learner Student. European Journal of Special Education Research.
Sebelas Maret University, Vol. 2, Issue 1,
Çayir, Aybala. (2017).Analyzing the Reading Skills and Visual Perception Levels of First
Grade Students. Department of Primary School Teaching, Faculty of Education,
Aksaray University, Turkey. Universal Journal of Educational Research 5(7),
280
Rusmono & Muhammad Iqbal Al Ghozali, Pengaruh Media Cerita….
Costa, Santos, G., & Xavier, A. C. (2016).Critical visual literacy: the new phase of applied
linguistics in the era of mobile technology. In A. Pareja-Lora, C. Calle-Martínez,
& P. Rodríguez-Arancón (Eds), New perspectives on teaching and working with
languages in the digital era (pp. 2010-211). Dublin: Research-publishing.net.
Kerneža, Maja. (2016). Comics as a Literary-Didactic Method and Their Use for Reducing
Gender Differences in Reading Literacy at the Primary Level of Education.Faculty of
Education, University of Maribor, Slovenia , Vol 6 (2).
Krusemark, Renee EdD. (2015). The Role Of Critical Thinking Inreader Perceptions Of
Leadership In Comic Book. Sane Jorunal: Sequential art narrative in education.
Vol. 2 Issue 1.September.
Lawrence, Julian, Lin, Ching-Chiu, Irwin, Rita.(2017). Images, Speech Balloons, and Artful
Representation: Comics as Visual Narratives of Early Career Teachers. SANE
journal: Sequential Art Narrative in Education. Volume 2 | Issue 2 Article 3 April
McCloud, Scott. (1993). Understanding Comics The Invisible Art. New York: Kitchen Sink
Press.
McGrail, Ewa; Rieger, Alicja; and Doepker, Gina M. (2017). "Pre-Service Teachers’
Perceptions about the Effectiveness of the TOON Comic Books in Their Guided
Reading Instruction," Georgia Educational Researcher: Vol. 14 : Iss. 1 , Article
1.
Mei-Ju, Chou, Yung-Hung, Hsu , Ching-Chi, Chen. (2015). Will Aesthetics English Comic
Books Make Junior High School Students Fall in Love with English Reading?. .
Universal Journal of Educational Research 3(10): 671-679,
281
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019
Memiş, Aysel, Sivri, Diler Ayvaz. (2016).The Analysis of Reading Skills and Visual Perception
Levels of First Grade Turkish Students. Journal of Education and Training
Studies.ISSN 2324-805X E-ISSN 2324-8068. Vol. 4, No. 8; August.
Merc Ali.(2013). The Effect Of Comic Strips On EFL Reading Comprehension. Anadolu
University Faculty of Education.International Journal on New Trends in
Education and Their Implications. Volume: 4 Issue: 1, Januari.
Vie, Stephanie and Dieterle, Brandy. (2016). Minding the Gap: Comics as Scaffolding for
Critical Literacy Skills in the Classroom. ISSN: 1522-7502. Composition Forum.
Spring.
Winarto, Khiyarusoleh, Ujang, Ardiyansyah, Aqib, Wilujeng, Insih, dan Sukardiyono. (2018).
Pocket Book Based on Comic to Improve Conceptual Understanding of Child Sex Abuse
(CSA): A Case Study of Elementary School. International Journal of Instruction. Vol.11, No.4
e-ISSN: 1308-1470. October.
282
122
ABSTRACT
The aim of the research is to identify the influence of learning model and IPA study result on the ability
to solve problem in learning environmental education at the elementary school. This research was conducted in
SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Bandung. Experimental method with factorial plan 2 x 2 is the method
that was employed in this study. The sampling objects are 40- fourth grade students. Twenty of them achieved
high result of environmental study and the remain were having low result. Two ways varian analysis (ANAVA)
was used in hypothesis test continued by Tukey test. The research conclusion were: (1) Generally, students with
the ability to solve environmental problem using constructivist model of learning are better than student using
interactive model of learning.; (2) Students in high IPA study result, have the ability to solve environmental
problem better after following the constructivist method of learning than using interactive method of learning;
(3) Students in low IPA study result, both of constructivist and interactive method of learning did not give
significance difference to the ability in solving environmental problem; (4) There are interaction between
learning model and the IPA study result on the ability to solve environmental problem in the learning
environmental education.
Keywords : constructivist model of learning, interactive model of learning, IPA study result, environmental
problem.
Pendahuluan
pembelajaran yang berpusat kepada siswa atau kondisi belajar, tetapi juga pada
sehingga siswa terlibat secara aktif dalam pengetahuan awal siswa.
proses belajar.
Gagasan siswa yang diperoleh dari
Dalam melaksanakan PLH seperti persepsinya terhadap alam sekitar yang
diuraikan di atas, diperlukan model dibawa dari rumah, seringkali berbeda
pembelajaran yang tepat. Model dengan gagasan ilmiah. Dengan model
pembelajaran sering pula diistilahkan konstruktivis, diupayakan pembelajaran
dengan strategi pembelajaran atau strategi yang memungkinkan siswa dengan sadar
belajar mengajar. Bruce Joyce dan Marsha mengubah apa yang diyakininya ternyata
Weil (1986) menyebutkan bahwa strategi mungkin tidak sesuai dengan konsep
belajar mengajar adalah sebagai Models of ilmiah. Menurut pandangan konstruktivis,
Teaching. proses pembelajaran didasarkan kepada
anak membangun sendiri pengetahuannya
Model pembelajaran konstruktivis dan
dan banyak memperoleh pengetahuan di
model pembelajaran interaktif merupakan
luar sekolah (Dahar, 1996: 160). Informasi
dua model pembelajaran yang dapat
baru yang diterima oleh siswa pada waktu
digunakan pada proses pembelajaran di
ia berinteraksi dengan lingkungan akan
tingkat pendidikan dasar, termasuk dalam
membentuk struktur kognitif tertentu.
pembelajaran PLH. Tetapi dalam
Struktur kognitif ini disebut skemata.
pelaksanaannya, guru jarang menggunakan
(Dahar, 1996: 150)
model–model ini dalam pembelajaran
sehari-hari. Fosnot mengemukakan (1989, 19-
21), bahwa terdapat empat prinsip dasar
Menurut model konstruktivis,
konstruktivisme. Pertama, pengetahuan
pengetahuan dibangun oleh siswa melalui
terdiri atas konstruksi masa silam. Kita
kegiatan eksplorasi dan diskusi dengan
mengkontruksi pengalaman kita tentang
temannya. Pengetahuan bukanlah
dunia obyek dengan memandang melalui
seperangkat fakta, konsep, atau kaidah
suatu kerangka logis yang
yang siap untuk diambil atau diangkat.
mentransformasi, mengorganisasi dan
Tetapi siswa harus mengkontruksi
menginterpretasikan pengalaman kita.
pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Dalam model Kedua, pengonstruksian
konstruktivis, keberhasilan belajar pengetahuan terjadi melalui asimilasi dan
bergantung bukan hanya pada lingkungan akomodasi. Ketiga, mengacu kepada
belajar sebagai suatu proses organik dalam dimiliki siswa mempengaruhi stimulus
penemuan, lebih daripada suatu proses yang akan diikuti, masukan yang dipilih
mekanik dalam mengakumulasi. dan diperhatikan tidak segera mempunyai
Konstruktivisme mengambil posisi bahwa makna baginya. (3) siswa menyusun
siswa harus mendapat pengalaman hubungan-hubungan antara informasi baru
berhipotesis dan memprediksi, dan ide-ide yang ada pada dirinya yang
memanipulasi obyek, mengajukan dianggap relevan. (3) siswa mengkontruk
pertanyaan, mencari jawaban, makna dari hubungan-hubungan antara
berimajinasi, meneliti dan menemukan, informasi baru dan pengetahuan yang telah
dalam upaya mengembangkan konstruk- dimilikinya. (4) siswa menguji makna-
konstruk baru. Dalam perspektif ini jelas makna yang disusunnya yang berlawanan
diperlukan proses pembelajaran yang dengan memori dan pengalaman yang
berpusat pada siswa, dengan model dirasakan. (5) siswa memasukkan
instruksional yang aktif. Keempat, konstruk-konstruk ke dalam salah satu
mengacu kepada mekanisme yang memorinya dengan menghubungkan
memungkinkan berlangsungnya dengan ide-ide yang ada atau dengan cara
perkembangan kognitif. Belajar bermakna membangun kembali ide-idenya, dan (6)
terjadi melalui refleksi dan pemecahan siswa akan meletakkan beberapa status
konflik kognitif. Driver mengemukakan pada konstruksi baru dan menerima atau
(1993) bahwa belajar menurut pandangan menolaknya.
konstruktivis adalah proses aktif dan
Model pembelajaran interaktif
berkesinambungan yang dilakukan siswa
merupakan model pembelajaran yang juga
dalam menggunakan informasi dari
dikenal sebagai model pertanyaan siswa.
lingkungan untuk membangun interpretasi
Pada model pembelajaran ini, guru
dan makna sendiri berdasarkan
memberikan kesempatan kepada siswa
pengetahuan awal (prior knowledge) dan
untuk melakukan eksplorasi terhadap
pengalaman.
obyek yang akan dipelajari untuk membuat
Bell (1993) merangkum siswa mampu mengajukan pertanyaan-
komponen-komponen utama model pertanyaan terhadap obyek yang
konstruktivis dalam belajar sebagai diamatinya. Selanjutnya guru
berikut: (1) siswa secara aktif memilih dan membimbing siswa untuk melakukan
mengamati beberapa informasi baru dalam penyelidikan guna menjawab pertanyaan-
lingkungannya, (2) pengetahuan yang pertanyaannya sendiri. Salah satu tujuan
ada. Van Domelen (2002) mencatat berkaitan dengan pencemaran dan limbah,
beberapa metode yang sering energy, degradasi lahan, keanekaragaman
digunakan dalam memecahkan hayati, dan sumber daya air.
masalah, yaitu The competent problem
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
solver method, process control
merupakan ilmu pengetahuan tentang
method, model-based “paradigm
alam semesta dengan segala isinya
problem” method, basic mechanic
yang didapatkan melalui suatu proses
method, dan electrostatic method.
untuk memperoleh kebenaran. IPA
Selain harus menjalankan strategi di
juga merupakan cara atau metode
atas, menurut Austin (2003) seorang
untuk mengamati alam yang bersifat
pemecah masalah yang baik harus
analitis, lengkap, cermat, serta
mempunyai karakteristik di antaranya:
menghubungkan antara satu fenomena
sikap positif (positive attitude), peduli
dengan fenomena yang lainnya
pada keakuratan (concern for
sehingga keseluruhannya membentuk
accuracy), perencanaan yang sesuai
suatu perspektif yang baru tentang
metode (methodological planning) dan
obyek yang diamatinya. Pendidikan
konsentrasi (concentration).
IPA di SD diharapkan dapat menjadi
Chiras (1985) mengemukakan wahana bagi siswa untuk mempelajari
bahwa permasalahan lingkungan dapat diri sendiri dan alam sekitar, serta
meliputi aspek-aspek yang menjadi pengembangan proses lebih lanjut
indikator menurunnya kualitas sumber dalam menerapkannya di dalam
daya kehidupan pada kegiatan masa kehidupan sehari-hari. Proses
lalu, saat ini, dan prospek bagi pembelajarannya menekankan pada
kebutuhan di masa datang. Aspek pemberian pengalaman secara
permasalahan lingkungan itu adalah langsung untuk mengembangkan
pencemaran dan limbah, energy, kompetensi dengan cara menjelajahi
degradasi lahan, keanekaragaman dan memahami alam sekitar secara
hayati, dan sumber daya air. ilmiah.
yang mempunyai hasil belajar IPA siswa yang mempunyai hasil belajar
rendah di sekolah dasar? IPA rendah di SD.
4. Apakah terdapat interaksi model 4. Interaksi antara model pembelajaran
pembelajaran dan hasil belajar IPA dan hasil belajar IPA terhadap
terhadap kemampuan memecahkan kemampuan memecahkan masalah
masalah Lingkungan Hidup siswa Lingkungan Hidup siswa SD.
sekolah dasar?
Secara umum, penelitian ini Metodologi Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Penelitian ini dilaksanakan di SD
model pembelajaran dan hasil belajar
Laboratorium UPI Kampus Cibiru
IPA terhadap kemampuan
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung
memecahkan masalah Lingkungan
Provinsi Jawa Barat.
Hidup di SD. Adapun secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk Metode yang digunakan dalam
mengetahui : penelitian ini adalah metode eksperimen.
Dalam penelitian ini, variabel bebas
1. Perbedaan pengaruh antara model
(variabel eksperimen) yang menjadi ruang
pembelajaran konstruktivis dan
lingkup penelitian adalah : (1) model
model pembelajaran interaktif
pembelajaran konstruktivis, dan (2) model
terhadap kemampuan memecahkan
pembelajaran interaktif. Variabel terikat
masalah Lingkungan Hidup di
(variabel tercoba) adalah Kemampuan
sekolah dasar pada seluruh siswa.
memecahkan masalah lingkungan hidup di
2. Perbedaan pengaruh antara model
sekolah dasar. Sedangkan variabel atribut
pembelajaran konstruktivis dan
adalah hasil belajar IPA, yang terdiri dari
model pembelajaran interaktif
(1) hasil belajar IPA tinggi dan (2) hasil
terhadap kemampuan memecahkan
belajar IPA rendah. Adapun rancangan
masalah lingkungan hidup pada siswa
penelitian yang digunakan adalah
yang mempunyai hasil belajar IPA
rancangan factorial bertingkat dua atau
tinggi di sekolah dasar.
rancangan factorial 2 x 2 sebagaimana
3. Perbedaan pengaruh antara model
terdapat pada tabel 1 berikut::
pembelajaran konstruktivis dan
model pembelajaran interaktif
terhadap kemampuan memecahkan
masalah lingkungan hidup pada
Model Pembelajaran ( A )
A2B1 = Kelompok siswa yang
Variabel X1 memiliki hasil belajar IPA
Konstruktivis Interaktif tinggi dengan perlakuan
(A1) (A2) model pembelajaran
Variabel X2 interaktif.
Tinggi
Hasil A1B1 > A2B1
(B1) A1B2 = Kelompok siswa yang
belajar
IPA
Rendah memiliki hasil belajar IPA
(B) A1B2 < A2B2
(B2) rendah dengan perlakuan
Interaksi
model pembelajaran
AxB
kontruktivis
H1:μA1 ˃ μA2
Min 80,00 71,00 75,00 67,00 71,00 67,00
H1:μA1B1 ˃ μA2B1
∑x 1876,00 1620,00 1678,00 1576.00 3496,00 3254,00
2
Volume XVI Nomor 02 ∑xSeptember
176576
2015132600 141944
ISSN 125620 309176
1411-1829 267564
133
penelitian
Ini memberikan gambaran terhadap
Keterangan
pencapaian hasil kemampuan
N :banyak sampel setiap kelompok denganmemecahkan masalah lingkungan
perlakuan hidup menggunakan model pembelajaran
konstruktivis berada dalam kategori yang
̅ : rata-rata skor hasil kemampuan baik.
memecahkan masalah
Kemampuan Memecahkan Masalah
s : simpangan baku Lingkungan Hidup yang Diperoleh
Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Interaktif, Secara
Kemampuan Memecahkan Masalah Keseluruhan (A2)
Lingkungan Hidup yang Diperoleh Secara keseluruhan, diperoleh
Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Konstruktivis, Secara harga rata-rata sebesar ̅ = 81,3500, dan
Keseluruhan (A1). simpangan baku sebesar s = 8,55015.
Secara keseluruhan, diperoleh Distribusi frekuensi sebagai mana terlihat
harga rata-rata sebesar ̅ = 87,4000, dan dalam tabel 4 berikut:
simpangan baku sebesar s = 9,64179.
Tabel 4.
Distribusi frekuensi sebagai mana terlihat
Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan
pada tabel 3 berikut: Memecahkan Masalah Lingkungan Hidup Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Interaktif
Tabel 3 Secara Keseluruhan (A2)
Cumulati
Valid Valid 67-71 8 20.0 20.0 20.0
Frequency Percent ve
Percent
Percent
72-76 6 15.0 15.0 35.0
Valid 71-75 9 22.5 22.5 22.5
77-81 10 25.0 25.0 60.0
76-80 3 7.5 7.5 30.0
82-86 3 7.5 7.5 67.5
dan hasil belajar IPA terhadap persyaratan analisis dan pembahasan hasil
kemampuan memecahkan masalah penelitian, maka kesimpulannya adalah :
lingkungan siswa SD dapat dilihat
1. Siswa kelas IV SD yang
dari dasar pelaksanaan PLH yaitu
mengikuti pembelajaran PLH
menekankan pada pembentukan sikap
dengan menggunakan model
dan perilaku peduli terhadap
pembelajaran konstruktivis, baik
lingkungan hidup. Perilaku
dari kelompok yang memiliki hasil
berhubungan langsung dengan niat
belajar IPA tinggi maupun dari
untuk bertindak. Namun sebelum
rendah memiliki kemampuan
sampai kepada tindakan, terdapat
memecahkan masalah lingkungan
beberapa faktor yang mempengaruhi
hidup yang lebih baik
yaitu kesiapan dalam bertindak,
dibandingkan dengan siswa yang
pengetahuan tentang strategi
mengikuti pembelajaran PLH
bertindak, pengetahuan tentang isu,
dengan menggunakan model
dan faktor-faktor kepribadian. Seperti
pembelajaran interaktif.
sikap dan tanggung jawab individu.
2. Siswa kelas IV SD yang memiliki hasil
Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi
belajar IPA tinggi , memiliki
perilaku atau tindakan yang
kemampuan memecahkan masalah
diinginkan. Sikap sebagai ekspresi
lingkungan hidup yang lebih baik
dari nilai atau pandangan hidup yang
setelah melaksanakan pembelajaran
dimiliki seseorang. Sikap seorang
PLH dengan menggunakan model
siswa sangat dipengaruhi oleh
pembelajaran konstruktivis daripada
kegiatan pembelajaran yang dia
siswa yang memiliki hasil belajar IPA
lakukan dan itu terfasilitasi melalui
tinggi yang melaksanakan
model pembelajaran, sedangkan nilai-
pembelajaran PLH dengan
nilai berkaitan erat dengan
menggunakan model pembelajaran
pengetahuan yang dia miliki, dalam
interaktif.
hal ini adalah hasil belajar IPA.
3. Bagi siswa yang memiliki hasil belajar
IPA rendah, model pembelajaran
Kesimpulan
konstruktivis dan model pembelajaran
Berdasarkan temuan-temuan dan interaktif yang digunakan dalam
deskripsi data hasil penelitian, pengujian pembelajaran PLH tidak memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap
Abstrak
Pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini masih menggunakan pembelajaran konvensional,
dan berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam belajar, dan tidak menemukan
sendiri konsep dari materi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model
pembelajaran discovery lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
eksperimen yaitu desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswa SD se-Kecamatan Sumedang Selatan yang berada pada kelompok unggul.
Sementara, sampelnya adalah siswa kelas IV SDN Sukaraja II sebagai kelas eksperimen dan SDN
Sukaraja I sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes hasil belajar siswa,
pedoman observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, lembar angket, serta lembar wawancara.
Hasil uji perbedaan rata-rata Mann Whitney kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh P-
value (Sig. 2-tailed) sebesar 0,031 sehingga H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Model pembelajaran discovery, hasil belajar siswa, materi gaya.
241
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia
Pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah Hasil observasi dan wawancara terhadap
dasar hendaknya dapat mencapai standar beberapa guru di salah satu SD di kecamatan
kompetensi sesuai dengan ketentuan Sumedang Selatan, menyatakan bahwa
pemerintah. Permendiknas No. 22 Tahun pembelajaran lebih berpusat kepada guru
2006 (dalam Sujana, 2014) tentang standar isi atau teacher-centered dan pembelajaran
menyebutkan bahwa standar kompetensi bersifat konvensional. Pembelajaran lebih
lulusan mata pelajaran adalah mengamati sering menggunakan metode ceramah,
gejala alam kemudian menceritakan hasil tanya-jawab, dan penugasan tanpa
pengamatan tersebut dalam bentuk lisan dan menggunakan model pembelajaran. Hal
tulisan. Memahami penggolongan, manfaat, tersebut mengakibatkan pembelajaran
upaya pelestarian hewan dan tumbuhan serta menjadi tidak menyenangkan, kurang
cara makhluk hidup berinteraksi dengan aktifnya siswa dalam belajar, dan siswa tidak
lingkungan. Memahami bagian-bagian dan menemukan sendiri konsep dari materi
fungsi dari tubuh manusia, hewan, dan sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
tumbuhan, serta perubahan yang terjadi pada Dengan melihat kondisi seperti itu, maka
makhluk hidup. Memahami beragam sifat, diperlukan suatu inovasi untuk menciptakan
wujud benda yang berhubungan dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
kegunaan dan penyusunnya. Memahami tidak mematikan keaktifan belajar siswa,
berbagai bentuk energi, perubahan dan siswa dapat menemukan konsep secara
manfaatnya. Memahami matahari sebagai mandiri, siswa memiliki kemampuan sains
pusat tata surya, kenampakan dan perubahan yang lebih baik, dan mencapai tujuan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa pembelajaran sehingga dapat berdampak
alam dengan kegiatan manusia. pada hasil belajar siswa.
Menurut Sagala (2003, hlm. 175), bahwa
Melalui paparan di atas, maka dapat “Untuk mengatasi berbagai problematika
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu
242
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
243
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia
244
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
Kelas IV SDN Sukaraja I dijadikan untuk kelas nilai rata-rata pretes siswa kelas eksperimen
kontrol dan SDN Sukaraja II dijadikan untuk yaitu 58,99 sedangkan nilai rata-rata pretes
kelas eksperimen. siswa kelas kontrol yaitu 56,91 namun, hal
tersebut belum cukup untuk mengetahui
Subjek Penelitian signifikansi perbandingan nilai pretes siswa
Populasi dalam penelitian ini diperoleh dari antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
hasil rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) pada Oleh karena itu harus dilakukan uji
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) normalitas, uji homogenitas, dan uji
tingkat SD/MI Kecamatan Sumedang Selatan perbedaan rata-rata. Taraf signifikansi yang
Kabupaten Sumedang tahun ajaran digunakan dalam penelitian ini yaitu 5% atau
2014/2015 yang dilakukan secara acak atau sebesar 0,05.
random.
Hasil uji normalitas menunjukan bahwa data
Instrumen Penelitian pretes siswa di kelas eksperimen dan kelas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kontrol memiliki P-value (Sig.) yang sama
ini berupa tes hasil belajar siswa dengan tipe yaitu sebesar 0,200. Hal ini menunjukkan
subjektif bentuk uraian yang berjumlah bahwa P-value (Sig.) pretes siswa kelas
delapan butir soal, lembar observasi kinerja eksperimen dan kelas kontrol < α sehingga H0
guru, lembar observasi aktivitas siswa, diterima. Dengan demikian, dapat
angket, dan wawancara. Instrumen tes hasil disimpulkan bahwa data pretes siswa di kelas
belajar ini diuji validitas, reliabilitas, tingkat eksperimen dan data pretes siswa di kelas
kesukaran, dan daya pembedanya agar kontrol berdistribusi normal. Setelah
diketahui layak atau tidaknya instrumen diketahui data tersebut berdistribusi normal,
tersebut digunakan dalam penelitian. maka langkah selanjutnya yaitu melakukan uji
homogenitas dan uji perbedaan rata-rata.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data yang digunakan Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa P-
dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan value (Sig.) dari data pretes siswa kelas
data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar
hasil pretes dan postes siswa pada kelas 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa P-value
eksperimen dan kelas kontrol yang diolah (Sig.) ≥ α yang berarti bahwa H0 diterima.
dengan menggunakan bantuan Microsoft Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan
Office Excell 2010 dan Statistical Product and variansi antara kedua kelompok sampel atau
Service Solutions (SPSS) 16.0 for windows. data pretes siswa di kelas eksperimen dan
Sementara, data kualitatif diperoleh dari hasil kelas kontrol homogen.
observasi (kinerja guru dan aktivitas siswa),
angket, dan wawancara. Kemudian, hasil uji perbedaan rata-rata
dengan menggunakan uji-t dua arah
HASIL DAN PEMBAHASAN (Independent Samples t-test) menunjukkan
Penelitian ini diawali dengan memberikan bahwa P-value (Sig. 2-tailed) dari data pretes
pretes kepada siswa di kelas eksperimen dan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan adalah sebesar 0,683. Hal ini menunjukkan
awal hasil belajar siswa dari masing-masing bahwa P-value (Sig. 2-tailed) pretes siswa
kelas. Hasil pretes menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol ≥ α. Oleh
kemampuan awal siswa di kelas eksperimen karena itu, H0 diterima yang berarti bahwa
dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan tidak terdapat perbedaan rata-rata pretes
atau sama. Hal tersebut dapat terlihat dari siswa kelas eksperimen dengan rata-rata
245
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia
pretes siswa kelas kontrol. Dengan demikian, harus dilakukan uji hipotesis namun,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal sebelumnya harus melakukan analisis data
siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol hasil nilai pretes dan nilai postes siswa di kelas
sama atau tidak terdapat perbedaan. eksperimen untuk mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan hasil belajar siswa
Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan
pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas pembelajaran dengan menggunakan model
IV sekolah dasar maka dilakukan kegiatan pembelajaran discovery.
pembelajaran selama tiga kali pertemuan di
masing-masing kelas. Pada kelas eksperimen Hasil uji normalitas pretes siswa di kelas
pembelajaran IPA yang dilakukan eksperimen menunjukkan bahwa P-value
menggunakan model pembelajaran discovery (Sig.) sebesar 0,200, sementara untuk postes
sedangkan kelas kontrol menggunakan siswa di kelas eksperimen memiliki P-value
pembelajaran konvensional. Setelah (Sig.) sebesar 0,005. Hal ini menunjukkan
dilakukan pembelajaran selama tiga kali bahwa pretes siswa di kelas eksperimen
pertemuan langkah selanjutnya yaitu berdistribusi normal sedangkan postes siswa
melakukan postes untuk mengetahui apakah di kelas eksperimen berdistribusi tidak
terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar normal. Berdasarkan hasil uji normalitas data
siswa setelah melakukan kegiatan pretes dan postes kelas eksperimen,
pembelajaran dengan sebelum melakukan diperoleh kesimpulan bahwa data pretes dan
kegiatan pembelajaran. postes kelas eksperimen berdistribusi tidak
normal karena terdapat salahsatu data yang
Nilai rata-rata postes siswa kelas eksperimen berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu,
yaitu 80,41 sedangkan nilai rata-rata postes tidak dilanjutkan melakukan uji homogenitas
siswa kelas kontrol yaitu 69,59. Hal tersebut akan tetapi langsung melakukan uji
menunjukkan bahwa kemampuan akhir siswa perbedaan rata-rata.
di kelas eksperimen dan kelas kontrol
berbeda dengan selisih sebesar 10,82. Uji perbedaan rata-rata nilai pretes dan
Dengan demikian, nilai rata-rata postes siswa postes siswa kelas eksperimen dengan
di kelas eksperimen lebih besar daripada nilai menggunakan uji non parametrik (uji
rata-rata postes siswa di kelas kontrol namun, wilcoxon) karena sampelnya terikat dan
hal tersebut belum cukup untuk mengetahui berdistribusi tidak normal. Adapun hasilnya
signifikansi perbandingan hasil belajar siswa yaitu P-value (Sig. 2-tailed) sebesar 0,000
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol namun, dalam uji hipotesis ini hanya
juga untuk menjawab rumusan masalah 1, 2, mengukur satu arah, sehingga P-value (Sig)
dan 3. Oleh karena itu, dilakukan uji hipotesis nya dibagi dua menjadi 0,000. Oleh karena
dari rumusan masalah tersebut. itu, P-value (Sig.1-tailed) < α, sehingga H0
ditolak yang artinya model pembelajaran
Pembelajaran dengan Menggunakan Model discovery memberikan peningkatan terhadap
Pembelajaran Discovery dapat Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya. Rata-rata
Hasil Belajar Siswa pada Materi Gaya di Kelas nilai pretes sebesar 58,99 sementara rata-
IV Secara Signifikan rata nilai postes sebesar 80,41 sehingga
Untuk menjawab rumusan masalah 1 diperoleh selisih sebesar 21,42. Dengan
mengenai apakah pembelajaran dengan demikian, hipotesis 1 diterima yaitu model
menggunakan model pembelajaran discovery pembelajaran discovery dapat meningkatkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada hasil belajar siswa pada materi gaya di kelas
materi gaya secara signifikan di kelas IV maka IV secara signifikan.
246
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
247
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia
aktivitas siswa. Siswa merasa senang normalitas, hasil uji perbedaan rata-rata dan
mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa nilai rata-rata postes siswa di kelas
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan eksperimen dan kelas kontrol.
pembelajaran. Pada pertemuan pertama, Berdasarkan hasil uji normalitas dapat
siswa dapat berpartisipasi, dan antusias diketahui bahwa data postes siswa kelas
mengikuti kegiatan pembelajaran walaupun eksperimen dan kelas kontrol memiliki P-
masih terdapat siswa yang kurang value (Sig.) yang berbeda. Postes siswa kelas
berpartisipasi dan antusias mengikuti eksperimen memiliki P-value (Sig.) sebesar
kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa P-value
kedua siswa sudah mulai dapat menunjukkan (Sig.) postes kelas eksperimen < α sehingga H0
respon yang lebih baik dari pertemuan ditolak. Dengan demikian, data postes siswa
pertama. Ketika siswa berdiskusi dengan kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.
kelompoknya untuk mengerjakan LKS dan
melakukan percobaan yang berhubungan Sementara untuk postes siswa kelas kontrol
dengan alat dan bahan percobaan yang memiliki P-value (Sig.) sebesar 0,200. Hal ini
disukai oleh banyak siswa seperti kelereng. menunjukkan bahwa P-value (Sig.) kelas
Begitupun pada pertemuan ketiga aktivitas kontrol ≥ α sehingga H0 diterima. Dengan
siswa lebih baik lagi dari pertemuan pertama demikian, data postes siswa kelas kontrol
dan kedua siswa dapat mengikuti kegiatan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji
pembelajaran dengan lebih antusis, dapat normalitas data postes kelas eksperimen dan
berpartisipasi dan bekerjasama dengan kelas kontrol maka diperoleh kesimpulan
kelompoknya. Ketika mengerjakan LKS dan bahwa data postes kelas eksperimen dan
melakukan percobaan siswa sangat antusias kelas kontrol berdistribusi tidak normal
karena siswa dapat membuat berbagai karena terdapat salahsatu data yang
macam benda dari plastisin. Pembelajaran berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu,
yang menciptakan siswa senang belajar dan tidak dilanjutkan melakukan uji homogenitas
siswa dapat berpartisipasi aktif dalam akan tetapi langsung melakukan uji
pembelajaran dapat berpengaruh baik perbedaan rata-rata. Uji perbedaan rata-rata
terhadap tercapainya suatu tujuan yang digunakan yaitu uji-U.
pembelajaran.
Hasil uji perbedaan rata-rata dengan
Pembelajaran dengan Menggunakan Model menggunakan uji-U (Mann-Whiteney) pada
Pembelajaran Discovery Lebih Baik Secara nilai postes siswa di kelas eksperimen dan
Signifikan daripada Pembelajaran kelas kontrol dapat diketahui bahwa P-value
Konvensional dalam Meningkatkan Hasil (Sig. 2-tailed) dari data postes siswa kelas
Belajar Siswa pada Materi Gaya di Kelas IV eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar
Secara Signifikan 0,031. Hal ini menunjukkan bahwa P-value
(Sig. 2-tailed) postes siswa kelas eksperimen
Uji hipotesis rumusan masalah 3 dilakukan dan kelas kontrol < α. Oleh karena itu, H0
untuk mengetahui diantara model ditolak yang berarti bahwa terdapat
pembelajaran discovery dan pembelajaran perbedaan rata-rata postes siswa kelas
konvensional yang lebih baik dalam eksperimen dengan rata-rata postes siswa
meningkatkan hasil belajar siswa secara kelas kontrol.
signifikan pada materi gaya di kelas IV.
Kemudian, rata-rata nilai postes siswa di kelas
Analisis yang digunakan untuk menjawab eksperimen yaitu sebesar 80,41 sedangkan
rumusan masalah 3 yaitu melakukan uji rata-rata postes siswa di kelas kontrol yaitu
248
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)
sebesar 69,59. Berdasarkan rata-rata nilai terlepas dari kinerja guru saat
postes siswa di kelas eksperimen dan kelas perencanaan dan pelaksanaan yang
kontrol dapat terlihat perbedaan dinilai optimal, dan mengalami
peningkatannya. Selisih rata-rata nilai postes peningkatan pada setiap pertemuannya.
kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu Aktivitas juga merupakan faktor yang
sebesar 10,82 sehingga rata-rata nilai postes mendukung keberhasilan kegiatan
siswa di kelas eksperimen lebih baik daripada pembelajaran dan keberhasilan dalam
rata-rata nilai postes siswa di kelas kontrol. meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian, hipotesis 3 diterima yaitu
model pembelajaran discovery lebih baik 2. Pembelajaran IPA dengan menggunakan
secara signifikan daripada pembelajaran pembelajaran konvensional terbukti
konvensional dalam meningkatkan hasil dapat meningkatkan hasil belajar siswa
belajar siswa pada materi gaya di kelas IV. pada materi gaya di kelas IV secara
signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari
Penggunaan model pembelajaran discovery di hasil perhitungan uji beda rata-rata
kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil pretes dan postes siswa di kelas kontrol.
belajar siswa, hal tersebut dapat dipengaruhi Peningkatan tersebut dapat didukung
oleh beberapa faktor yaitu aktivitas siswa, oleh beberapa faktor yaitu kinerja guru
kinerja guru, dan langkah-langkah yang dan aktivitas siswa. Kinerja guru yang
terdapat dalam pembelajaran model optimal mulai dari perencanaan,
discovery. Perbedaan peningkatan hasil persiapan, dan penyajian media
belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas pembelajaran yang menarik bagi siswa
kontrol dapat dipengaruhi oleh aktivitas siswa berpengaruh terhadap pemahaman
ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, dan materi yang sedang dipelajari oleh siswa.
perlakuan guru yang diberikan ketika kegiatan Aktivitas siswa juga mendukung
pembelajaran. peningkatan hasil belajar siswa yaitu
karena siswa terlibat aktif dan memiliki
SIMPULAN respon yang positif terhadap kegiatan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembelajaran. Keberhasilan belajar
pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan berpengaruh dari respon positif siswa
dari penelitian yang telah dilakukan yaitu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sebagai berikut. sesuai dengan yang dikemukakan oleh
1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan Throndike.
model pembelajaran discovery dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada 3. Pembelajaran IPA dengan menggunakan
materi gaya di kelas IV secara signifikan. model pembelajaran discovery lebih baik
Hal tersebut dapat terlihat dari hasil secara signifikan dalam meningkatkan
perhitungan uji beda rata-rata pretes dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan
postes siswa di kelas eksperimen. Model pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran discovery merupakan pembelajaran konvensional pada materi
model pembelajaran yang menekankan gaya di kelas IV. Hal tersebut dapat
pada kegiatan penemuan agar siswa terlihat dari hasil uji perbedaan rata-rata
terlibat aktif dalam kegiatan dengan menggunakan uji-U (Mann-
pembelajaran sehingga dapat Whiteney) pada nilai postes siswa di kelas
menemukan suatu konsep dari materi eksperimen dan kelas kontrol.
yang dipelajarinya. Peningkatan hasil Peningkatan tersebut didukung oleh
belajar siswa di kelas eksperimen tidak tahapan kegiatan pembelajaran,
249
Dewi Fathina, Regina Lichteria, Julia
DAFTAR PUSTAKA
Bundu, P. (2006). Penilaian keterampilan
proses dan sikap ilmiah dalam
pembelajaran sains sekolah dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.
250
Accelerat ing t he world's research.
motivasi1.pdf
fera mawati
PENGARUH MOT IVASI BELAJAR SISWA T ERHADAP PESTASI BELAJAR IPA DI SEKOLAH DASAR…
samsul huda
PENGARUH MOT IVASI BELAJAR SISWA T ERHADAP PESTASI BELAJAR IPA DI SEKOLAH DASAR
farah nadia
Koko
Andika NEGARA
ISSN 1412-565X
ABSTRACT
Motivation is one of the several things which determines the successful of the student learning
activity. Without motivation, learning process is difficult to achieve optimum success. The use of
the principle of motivation is something essential in the learning and education process. This
article trils to investigate the influence of learning motivation to the student science performance.
This correlation descriptive study was conducted as a case study on elementary school fourth
grade students and the objective was to describe the level of influence of student's motivation
toward science performance. A total of 26 fourth grade students at Tarumanagara Elementary
School District Tawang is used as a sample. Data was collected using a questionnaire as an
instrument of learning motivation variables and test results as the average student achievement
variable. Results of data processed with statistical calculations and the average correlation
performed using SPSS 16.0. Results showed that on average, learning motivation and science
learning performance of students achieve good interpretation. The Influence of student’s learning
motivation showed significant high correlation and donate the influence of 48.1% on student’s
science performance.
PENDAHULUAN
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah
melaksanakan pengalaman belajar (Sadirman, 2004). Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah
satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih siswa. Dengan prestasi yang tinggi, para
siswa mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya
motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh
dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal
yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.
Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap prestasi
belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka siswa
akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi
belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi
belajar yang telah diraih sebelumnya.
Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengungkapkan motivasi belajar
siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan
kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada
siswa perlu diperkuat terus-menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang
kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal.
Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11).
Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang
tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang
dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, dapat memberikan peranan dan
pengalaman bagi siswa. Hasil pembelajaran IPA pun dapat sangat dipengaruhi oleh motivasi dari
siswa. Baik itu motivasi internal maupun motivasi eksternal. Pembelajaran IPA dilakukan dengan
berbagai upaya, yaitu salah satunya melalui peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa
akan berhasil jika dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau dorongan
untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan
sikap dan perilaku siswa dalam belajar, dalam hal ini belajar IPA.
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Tentang Belajar dan pembelajaran
Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa
mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.
Mohamad Surya (2004) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap, pengertina pembelajaran dapat
dirumuskan sebgai berikut: “pembelajaran ialah suatu proes yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamn
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya“.
2. Motivasi Belajar
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan
siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau
hasil belajar sebaik mungkin.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu
belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati
dan Mudjiono, 2006)
Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Abin Syamsudin M (1996) yang dapat kita
lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu. Indikator
motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan
kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan
untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8)
Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
3. Prestasi Belajar
Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport” Selanjutnya Winkel
(1997) mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang
dicapainya” Sedangkan menurut Nasution, S (1987) prestasi belajar adalah “ kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan
tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-
informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian dengan metode penelitian kuantitatif ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 18
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan sampel sebanyak 26 orang siswa dan dilakukan
selama 4 bulan dari bulan Agustus sampai dengan November 2010. Variabel independen dalam
penelitian ini yaitu motivasi belajar siswa dengan 8 indikator sebagaimana yang diungkapkan oleh
Abin Syamsudin M (2007:30) kemudian disusun dalam bentuk instrumen angket (skala likert)
dengan jumlah 20 soal. Angket ini terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas sebelum dipakai
di lapangan. Sedangkan variabel dependen yaitu nilai tes formatif mata pelajaran IPA yang
berasal dari data dokumentasi rata-rata prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
Data hasil penelitian dari angket dan data prestasi siswa diolah dengan merata-ratakan dan
dihitung berdasarkan kategori dari Riduan (2009):
Xid - 0,61sd < X < X id + 0,61 sd adalah cukup dirasakan atau sedang
Setelah itu dilakukan uji normalitas, uji korelasi dan Uji Koefisien Determinasi berdasarkan
hipotesis: (H0) “Tidak terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPA”. Sedangkan Ha “Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPA. Analisis dilakukan terhadap semua data yang diperoleh dengan
bantuan program SPSS Statistik 16.0.
Hasil deskriptif data motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diterangkan bahwa terdapat
jumlah kasus 26 orang siswa yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 87,46;
simpangan baku (standar deviasi) = 7,596; skor minimun dari data motivasi belajar siswa yang
paling rendah = 72 dan skor maksimum dari data motivasi belajar siswa = 99. Sedangkan jumlah
skor keseluruhan sebesar 2274.
Sedangkan Perbandingan rata-rata setiap indikator dari jumlah total siswa dapat dilihat dari
gambar dibawah ini:
Rata-rata skor
Indikator Motivasi
Hasil dari nilai prestasi belajar siswa dihitung dengan hasil perhitungan Deskriftif seperti
Tabel 4.20 sebagai berikut:
TABEL 2
DESKRIPTIF PRESTASI BELAJAR IPA
N Std.
Mean Min Max Sum
Valid Missing Deviation
Hasil deskriftif data prestasi belajar IPA dalam penelitian ini diterangkan bahwa terdapat
26 orang siswa yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 88,46; simpangan baku
(standar deviasi) = 7,317; skor minimun dari data motivasi belajar siswa yang paling rendah = 70
dan skor maksimum dari data motivasi belajar siswa = 100. Sedangkan jumlah skor keseluruhan
sebesar 2300.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh, besarnya koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih
besar dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima yaitu “terdapat hubungan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA” Jika
dikonsultasikan dengan pendapat Arikunto, S (2006) maka besarnya korelasi ini berada pada
rentang 0,600 – 0,800 dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dengan demikian data di atas
memiliki tingkat hubungan yang tinggi anatara motivasi siswa dan prestasi belajar pada mata
pelajaran IPA.
Sementara itu berdasarkan uji koefisien determinasi dengan rumusan KP = r2 x 100%,
menunjukkan kontribusi variabel X (motivasi siswa) terhadap variabel Y (prestasi belajar IPA)
berpengaruh sebesar 48,1%, sedangkan 51,9% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diketahui.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum motivasi belajar dan prestasi belajar
siswa kelas IV SD N Tarumanagara tergolong baik. Analisis juga menunjukkan bahwa pengaruh
motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA dari siswa. Sehungga
sebagaimana yang diungkapkan oleh Keller (dalam Nashar, 2004:77) bahwa prestasi belajar
dapat dilihat dari terjadinya perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk
berhasil. Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah
motivasi untuk belajar.
Hasil penelitian ini juga menginformasikan terdapat pengaruh yang signifikan antara
motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam
belajar, maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan
yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan buruk (rendah).
KESIMPULAN
Tanggapan siswa kelas IV Tarumanagara Kota Tasikmalaya terhadap motivasi belajar
diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (87,46) berada dalam kategori X ≥ 61. Prestasi tiap
siswa berbeda-beda ada yang tinggi dan ada yang rendah. Prestasi belajar pada kelas IV SDN
Tarumanagara umumnya diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (88,46) berada dalam
kategori X ≥ 61.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan dibantu program SPSS 16.0 diperoleh
koefisien korelasi (r) sebesar 0,693 artinya motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa
memiliki pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA”. Setelah dikorelasikan menunjukkan interprestasi
tingkat reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa
kelas IV SDN Tarumanagara Tawang Tasikmalaya adalah sebesar 48,1%.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1 95
April 2011
ISSN 1412-565X
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Muhamad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani
Quraisyi.
Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta:
Delia Press.
Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Poerwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Riduan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:
Alfabeta.
Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wasty Soemanto. (2003). Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta.
Winkel WS. (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
BIODATA SINGKAT
Penulis adalah staf pengajar tetap bidang pendidikan IPA
di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.