Anda di halaman 1dari 32

PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPA MATERI SIKLUS AIR DI KELAS V MIS MADANI PEMATANGSIANTAR


TAHUN AJARAN 2022/2023

DISUSUN OLEH
YULI TRIANA (859872967)

UPBJJ-UT MEDAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan
laporan pemantapan kemampuan professional dengan tepat waktu. Shalawat serta salam penulis
limpahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad Saw yang kita nantikan syafaatnya di
akhirat kelak.
Adapun tujuan utama penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
dengan judul laporan penelitian perbaikan pembelajaran adalah “Penggunaan Media Diorama
dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Siklus Air di Kelas V MIS Madani
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2022/2023”.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan terlibat
dalam penulisan laporan mulai dari awal pembuatan hingga selesai. Penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan laporan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan masukan yang membangun dari pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan laporan.

Pematangsiantar, 04 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I : Pendahuan
a. Latar belakang
1. Identifikasi masalah
2. Analisis Masalah
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
d. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Bab II : kajian pustaka
a. Hasil Belajar Siswa
b. Pembelajaran IPA
c. Pengertian Media
d. Media Diorama
e. Kelebihan dan Kekurangan Media Diorama
f. Siklus Air
g. Penelitian Relevan
h. Kerangka Berpikir
BAB III : Pelaksanan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
a. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek
2. Tempat/waktu Penelitian
3. Pihak yang Membantu
b. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
c. Teknik Pengumpulan Data
d. Teknik Analisis Data
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
a. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
b. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
BAB V : Simpulan dan Saran serta Tindak Lanjut
1. Simpulan
2. Saran Tindak Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran di dalam kelas dikatakan berhasil apabila peserta didik mampu
mencapai tujuan pembelajaran baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam segi
kognitif, pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dikatakan penting. Apabila peserta
didik dapat meraih nilai sesuai atau diatas KKM (kriteria ketuntasan minimal), maka dapat
dikatakan bahwa tujuan pembelajaran tersebut berhasil. Begitu juga sebaliknya, apabila ketika
diberikan tes peserta didik tidak mampu meraih nilai yang baik, maka peserta didik tersebut
dianggap gagal dalam memahami materi pembelajaran.
Hasil belajar siswa yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Di
MIS Madani sendiri, masih ada dijumpai beberapa guru yang menggunakan metode
konvensional yaitu ceramah dimana dalam hal ini siswa dikatakan tidak aktif selama proses
pembelajaran. Kemudian, penggunaan media yang tidak tepat selama pembelajaran. Guru hanya
berpedoman pada buku pelajaran tanpa melibatkan media lain yang dirasa dapat membantu siswa
dengan mudah memahami materi pembelajaran dengan baik.
Untuk dapat nilai atau hasil belajar yang sesuai atau di atas KKM, banyak hal yang bisa
dilakukan guru seperti penggunaan metode, strategi, model atau media pembelajaran yang sesuai
dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pembelajaran merupakan salah satu
komponen terpenting. Dengan menggunakan media, maka pembelajaran akan lebih mudah untuk
dipahami oleh peserta didik. Peserta didik juga akan merasa lebih tertarik dan antusias jika
menggunakan media selama proses pembelajaran. Namun, dalam memilih media ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan seperti guru harus mengetahui betul karakteristik media tersebut
apakah sesuai dengan materi dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Dengan begitu
tujuan dari penggunaan media tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Salah satu pembelajaran yang menggunakan media sebagai alat pembelajaran adalah
pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, masih banyak materi pembelajaran
IPA yang dilakukan guru-guru di Mis Madani hanya menggunakan perantara buku paket dan
LKS. Minimnya penggunaan media sebagai alat bantu dalam memahami pembelajaran sehingga
banyak siswa/siswi yang memperoleh hasil belajar yang rendah.
Menurut Sapriati (2022:24) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA merupakan
pembelajaran yang mengenalkan peserta didik agar memiliki pengetahuan, konsep, dan gagasan
yang terorganisasi tentang alam sekitarnya. Pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan,
layak, sesuai konteks serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian sarana dan prasarana
merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, seorang pendidik
harus dapat memilih model, strategi dan media pembelajaran yang baik. Pembelajaran IPA
membutuhkan praktik secara langsung agar peserta didik lebih mudah memahaminya. Oleh
karena itu penggunaan media dirasa sangat dibutuhkan dalam hal ini. Salah satu materi
pembelajaran IPA yang berada dijenjang kelas V SD adalah siklus air. Dalam hal ini, guru harus
menentukan media mana yang sesuai dengan materi siklus air agar tujuan dari pembelajarannya
dapat tercapai.
1. Identifikasi Masalah
1. Siswa mendapatkan hasil belajar yang rendah pada materi siklus air
2. Penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat selama proses pembelajaran
3. Siswa tidak mampu memahami pembelajaran dengan baik
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka hasil analisis masalah yang di dapat yaitu
penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat oleh guru selama proses pembelajaran IPA
materi siklus air di kelas V.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui permasalah yang ada, penulis sekaligus seorang guru terdorong untuk
mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah dalam proses pembelajaran khususnya
pembelajaran IPA kelas V materi siklus air. Oleh karena itu, diperlukan sebuah media yang dapat
membantu siswa dalam memahami pembelajaran sehingga mendapatkan hasil belajar sesuai atau
di atas kriteria ketuntasan minimum (KKM).
Salah satu penggunaan media yang dirasa tepat adalah dengan menggunakan media
diorama dalam proses pembelajaran di MIS Madani. Media jenis ini merupakan jenis media
representasi benda asli yang dibuat dalam bentuk tiga dimenis. Media diorama adalah media
yang menggambarkan secara nyata mengenai suatu keadaan, kejadian atau suatu peristiwa alam
yang terjadi dalam bentuk miniature yang lebih kecil. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian
yang telah dilakukan oleh Aris Ika Evitasari dan Afina Farin (2022) tentang pengaruh
penggunaan media diorama dalam meningkatkan hasil belajar kognitif IPA di sekolah dasar.
Menurut penelitian yang telah dilakukannya ini, terbukti bahwa media diorama berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa sebesar rata-rata post-test 78,00 sedangkan rata-rata hasil belajar
siswa pada saat pre-test yaitu 41.83.
Berangkat dari hal tersebut, peneliti sekaligus guru di MIS Madani melakukan sebuah
penelitian menggunakan media diorama dengan judul “Penggunaan Media Diorama dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA materi Siklus Air Kelas V SD”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat diformulasikan
yaitu : Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan media diorama pada
pembelajaran IPA materi siklus air di kelas v?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis peningkatan hasil belajar
siswa setelah diterapkannya media diorama pada pembelajaran IPA materi siklus air di kelas v.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Secara teori
Secara teori, penelitian dapat memberikan informasi dan memperkaya pembaca secara
teori dalam proses pembelajaran materi siklus air dengan menggunakan media diorama.
2. Secara praktik
Secara praktik, penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada guru untuk dapat
mempertimbangkan hasil dari penelitian ini agar dapat diaplikasikan secara nyata. Selain itu,
untuk peserta didik, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar. Dan untuk
kepala sekolah, diharapkan untuk menyarankan guru-guru agar menggunakan media diorama
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi siklus air.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Siswa
Menurut pendapat Maulana, dkk (2022:138) hasil belajar merupakan standar pencapaian
yang didapat peserta didik secara menyeluruh sebagai suatu pemahaman setelah adanya
pembelajaran dalam waktu tertentu. Sedangkan Menurut Purwanto (2016:34) mengatakan bahwa
hasil belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri siswa dari segi perilaku akibat
adanya kegitan proses belajar. Hasil belajar identik dengan adanya pemberian skor seperti yang
dikatakan oleh Nudhar (2018:8) bahwa hasil belajar adalah suatu nilai berupa angka yang
diberikan kepada siswa setelah adanya proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku pada diri siswa
setelah proses pembelajaran dengan diberikannya suatu nilai yang sesuai dengan standar
pencapaian.
Menurut Musfiqon (2012: 8) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa meliputi
kondisi fisik siswa, kondisi psikologis siswa serta kemampuan siswa tersebut. Sedangkan faktor
dari luar siswa berasal dari lingkungan siswa itu sendiri. Kondisi lingkungan sangat
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Hasil belajar akan diperoleh dengan baik apabila
siswa memiliki kondisi yang baik, baik kondisi dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar.
Ketika proses pembelajaran dapat diterima oleh siswa dengan baik, maka hal tersebut
akan berdampak pada hasil belajar siswa. Artinya ketika hasil belajar siswa sudah baik, maka
bisa dikatakan proses pembelajaran yang telah terjadi sudah sesuai tujuan pembelajaran yang
sebelumnya sudah ditetapkan.
B. Pembelajaran IPA
Menurut Samatowa Usman (2016:2) IPA adalah sebuah ilmu yang membahas tentang
hubungan antara gejala-gejala alam dan kebendaan yang tersusun secara sistematis dan berlaku
secara umum berupa kumpulan dari hasil pengamatan dan percobaan. Menurut Kelana dan
Pratama (2019:15), IPA merupakan salah satu cara dalam mempelajari alam dan juga proses di
dalamnya dengan melalui proses sistematik dan juga ilmiah. Dengan demikian bisa disimpulkan
bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mempelajari tentang segala sesuatu atau
fenomena yang terjadi di alam yang dapat disajikan dalam bentuk sistematis melalui hasil
observasi dan juga eksperimen.
Menurut Sapriati Amalia dkk (2022: 24) Pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa
mapu menguasai pembelajaran IPA dalam segi konsepnya, fakta, prinsip, proses penemuan dan
mempunyai sikap ilmiah yang nantinya akan berguna untuk mereka dalam mengenal alam
sekitar tempat tinggal mereka. Lebih lanjut Kelana dan Pratama (2019:16-17) menyebutkan
bahwa ada 3 hakikat dalam pembelajaran IPA diantaranya yaitu IPA sebagai produk, IPA
sebagai proses dan IPA sebagai sikap ilmiah. IPA sebagai produk maskudnya adalah dalam
mengkaji alam, akan dilakukan sebuah pengamatan dan juga percobaan yang kemudian akan
menghasilkan sebuah produl atau hasil. IPA sebagai proses maksudnya adalah produk yang
dihasilkan dalam IPA tersebut telah melewati keterampilan proses. Dan IPA sebagai sikap ilmiah
maksudnya adalah sikap yang mampu menerima masukan dari orang lain, bertindak
memecahkan suatu masalah secara sistematis sesuai dengan tahapan-tahapan ilmiah.
C. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa Latin yaitu “Medius” yang artinya adalah perantara atau
pengantar. Menurut Suryadi (2020:13) dikatakan bahwa media adalah semua alat yang
dipergunakan dalam proses pentransferan atau pemberian informasi. Sedangkan menurut
Cahyono (2019:2) media diartikan sebagai sebuah penyedia atau penyaji pesan, yang dalam hal
ini mewakilik guru dalam menyajikan informasi belajar yang akan disampaikan kepada siswa.
Dengan demikian, media dapat diartikan sebagai sebuah alat komunikasi yaitu penyampai pesan
berupa informasi kepada siswa.
Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu unsur penting yang harus ada di
dalamnya. Seperti yang dikatakan oleh Gunawan & Ritonga (2019:4) bahwa dalam proses
pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari informan (guru) kepada si
penerima informasi (siswa). Gunawan dan Ritonga (2019:44) mengatakan lebih lanjut bahwa
media pembelajaran secara umum memiliki beberapa bentuk yaitu media cetak, media audio,
media visual, dan media audio visual. Salah satu contoh dari media dalam bentuk visual dimana
peserta didik dapat melihat dan menemukan informasi secara langsung dengan melihat
medianya.
D. Media Diorama
Menurut Pribadi (2017:50) media diorama diartikan sebagai sebuah alat yang dapat
membantu dengan maksud untuk dapat menyampaikan pesan dan memberikan pemahaman
tentang suatu kejadian pada masa lampau ataupun masa saat ini dalam bentuk 3 dimensi. Sejalan
dengan pernyataan tersebut, Maulana dkk (2022:138) menjelaskan bahwa media diorama adalah
sebuah media dalam pembelajaran yang dapat menggambarkan penampakan tiga dimensi dari
adanya dari suatu peristiwa sebenarnya kedalam bidang ilustrasi yang lebih kecil. Sedangkan
menurut Afifah & Attalina (2022:529) menjelaskan bahwa media diorama merupakan sebuah
gambaran yang berbentuk tiga dimensi yang dapat mendeskripsikan sebuah pemandangan yang
sebenarnya dalam bentuk lebih kecil dari bentuk aslinya. Berdasarkan pendapat ketiga ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media diorama adalah sebuah media tiga dimensi yang
digunakan untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang terjadi dalam bentuk miniatur agar
terlihat lebih nyata.
Menurut Khairiyah (2022:66) ada beberapa ciri-ciri yang terdapat pada media diorama
diantaranya yaitu : 1) media diorama berbentuk tiga dimensi, 2) hanya mempunyai satu sisi yaitu
sisi depan, 3) pada sisi depan berisi ilustrasi tiga dimensi yang mendeskripsikan seperti bentuk
aslinya, dan 4) bersifat sederhana dan mudah pembuatanya. Pengaruh media diorama sangat
bermanfaat dalam menerangkan atau menjelaskan kepada peserta didik selama proses
pembelajaran yang sebelumnya abstrak menjadi lebih konkret dengan demikian peserta didik
mampu menggambarkan keadaan asli dari materi pembelajaran yang terkait melalui media
diorama.
Menurut Maulana Agus dkk, (2022:137) pengaruh media diorama dalam pembelajaran
sangat bermanfaat dalam menerangkan sebuah materi yang awalnya bersifat abstrak sehingga
sulit dimengerti menjadi lebih konkret/nyata. Dengan demikian, siswa dapat melihat keadaan asli
dari materi pembelajaran melalui media diorama dalam bentuk representasi agar siswa dapat
mudah memahami konsep dari materi yang diajarkan yang kemudian mendapatkan hasil belajar
yang memuaskan.

E. Kelebihan dan Kekurangan Media Diorama


Kelebihan diorama sebagai media menurut Sanaky (2013:134) adalah pembuatan media
diorama yang tidak begitu sulit, bahan-bahan yang diperlukan juga tidak begitu mahal. Diorama
juga dapat dibuat dari alat dan bahan yang mudah ditemukan. Ukurannya juga dapat dibuat
sesuai dengan keinginan dan orang yang akan melihatnya. Media diorama dapat diletakkan di
mana saja. Subana (dalam Ismilasari dan Hendratno (2013:4) juga menambahkan bahawa media
diorama memiliki kelebihan diantaranya dapat dengan mudah dibuat dari bahan yang murah dan
mudah ditemukan, bisa dipakai berulang kali, dapat mendeskripsikan suatu kejadian atau bentuk
dari keadaan yang sebenarnya dan dapat menunjukkan bagian yang sulit dimengerti dari keadaan
sebenarnya.
Disamping kelebihan, ternyata ada beberapa kelemahan dari media diorama. Hal ini
disampaikan oleh Sanaky (dalam Murtiana 2015:35) bahwa sebaiknya media diorama tidak
dibuat terlalu banyak elemen di dalamnya cukup jelas dan tepat dengan sasaran, kemudian
diorama harus dikaitkan dengan pelajaran yang saat itu dijelaskan.
F. Materi Siklus Air
Manusia selalu membutuhkan air dalam kehidupan sehari-hari. Kegunaan air antara lain
untuk keperluan rumah tangga, pertanian, industri, dan untuk pembangkit listrik. Begitu besarnya
kebutuhan manusia akan air. Namun, mengapa air di permukaan bumi tidak pernah habis? Air di
muka bumi tidak pernah habis karena adanya siklus air. Apa itu siklus air?
Menurut Kiswandari (2016:971) materi daur air merupakan materi yang mengajarkan
kepada peserta didik tentang bagaimana proses terjadinya dau air mulai dari awal hingga akhir
beserta beberapa contoh kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi siklus air. Bersamaan
dengan pendapat di atas, daur air atau siklus hidrologi juga dapat diartikan sebagai urutan dari
perubahan suatu wujud air yang terjadi secara terus-menerus dan selalu berulang-ulang menurut
Anggraeni & Istianah (2017:4). Hal yang serupa juga disampaikan oleh Maulana, dkk
(2022:139) bahwa siklus air adalah perpindahan air secara terus-menerus dan berulang yang ada
di permukaan bumi menuju ke langit kemudian kembali lagi ke permukaan bumi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa siklus air adalah proses perputaran air yang terjadi secara
berulang dari permukaan bumi ke atmosfer lalu kembali ke permukaan bumi dan begitu
seterusnya.
Gambar 1.1 siklus air oleh Tim Masmedia (2021:46)
Jika melihat pada tempat turunnya air siklus air dibagi menjadi tiga jenis yaitu siklus
pendek. Siklus ini dimulai dari air laut yang mendapat panas dari sinar matahari. Kemudian air
laut menguap hingga mencapai ketinggian tertentu. Pada ketinggian tertentu tersebut, air
mengalami kondensasi dan membentuk embun. Kemudian hujan turun diatas laut tidak sampai
terbawa ke daratan maupun ke gletser oleh angin. Siklus pendek ini ada 3 tahapan yaitu
penguapan, pengembunan dan hujan.
Kemudian ada siklus sedang. Dalam siklus yang kedua, air laut yang mendapatkan
sinaran dari panas matahari kemudian menguap dan terbawa oleh angin hingga ke daratan.
Karena suhu udara yang terdapat di daratan (biasanya terdapat di pegunungan) maka terjadilah
kondensasi atau pengembunan dan terbentuklah awan. Kemudian apabila awan yang sudah
terbentuk tadi telah jenuh dengan uap air maka turunlah hujan. Hujan yang turun itu ada yang
masuk ke dalam tanah, ada yang mengalir ke sungai, ada yang masuk danau, dan kembali ke
lautan. Siklus sedang ini terdiri dari penguapan, pengembunan, hujan, penyerapan dan
pengaliran.
Yang ketiga adalah siklus panjang. Siklus panjang ini terjadi sama dengan yang lain. Air
laut yang terkena panas matahari kemudian menguap. Uap air tersebut dibawa oleh angin menuju
ke daratan yang jauh. Ketika uap air tersebut mengalami pendinginan, uap air itu kemudian
menjadi kristal-kristal es. Setelah itu terjadilah hujan salju. Salju-salju yang turun tadi kemudian
membentuk padang salju yang kemudian mencair kembali dan mengalir di sungai gletser.
Setelah kristal-kristal es tersebut mencair air dari kristal es itu akan mengalir kembali ke laut.
Secara sederhana maka, tahapan siklus air dapat dibagi menjadi lima proses diantaranya :
1. Proses penguapan (evaporasi) yaitu menguapnya air dari permukaan bumi karena adanya
panas sinar matahari
2. Proses pengembunan (kondensasi) yaitu mengembunnya uap air menjadi titik-titik air
yang nantinya akan membentuk awan
3. Proses hujan (presipitasi) yaitu turunnya air ke permukaan bumi karena udara pada
kumpulan awan yang terbentuk sudah tidak tahan lagi untuk menampungnya
4. Proses peresepan (infiltrasi) yaitu menyerapnya air hujan yang jatuh ke dalam tanah
5. Proses pengaliran (flow) yaitu mengalirnya air hujan ke sungai, danau atau laut karena
tidak menyerap ke dalam tanah. Tim Masmedia (2021:45).

G. Penelitian Relevan

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian
pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ika Evitasari dan Farin Afina (2022) dengan
judul “Pengaruh Penggunaan Media Diorama terhadap Hasil Belajar Kognitif IPA Materi
Siklus Air pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebanyakan Kota Serang”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh media diorama terhadap hasil belajar siswa di SDN Kebanyakan.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa perbandingan rata-rata pre-test dengan post-test
menunjukkan perubahan yang signifikan. Dimana pada pre-test rata-ratanya adalah 41.83
dimana tidak ada satupun dari 30 siswa yang mencapai nilai KKM. Namun, pada post-test rata-
ratanya adalah 78.00 dimana terdapat 28 siswa telah berhasil mencapai KKM dari 30 siswa.

Penelitian relevan yang kedua berasal dari Dewi Nur Afifah dkk (2022) dengan judul
“Pengembangan Media Diorama Siklus Air Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA di Sekolah
Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan media pembelajaran diorama siklus air
untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan sebesar 55% dari pre-test dengan rata-rata 27% dan rata-rata post-test yaitu 82%.
Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada siswa dalam
penggunaan media diorama.

Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh Agus Maulana (2022) dengan judul
“Pengaruh Media Diorama Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Siklus Air di Kelas V
SDN 52 Banda Aceh”. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh media
diorama terhadap hasil belajar siswa pada materi siklus air di kelas V SDN 52
Banda Aceh. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat bahwa hasil penelitian dengan
perolehan skor dari rata-rata pretest ialah 46,07 dan skor rata-rata post-test ialah 74,6
yang menunjukkan perbedaan pada proses pembelajaran tanpa pemberian
perlakuan dengan pembelajaran yang diberikan perlakuan. Dengan demikian maka media
diorama dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

H. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalah yang timbul dalam proses
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar IPA materi siklus air di kelas v dapat disebabkan karena
beberapa faktor diantaranya penggunaan media yang digunakan oleh guru kurang tepat, guru
cenderung menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa tidak tertarik dengan
pembelajaran. Tidak menariknya pembelajaran akan membuat siswa bosan dan berujung pada
ketidakpahaman mereka terhadap materi siklus air yang disajikan. Oleh karena itu, ditemukan
alternatif lain yang dapat digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran IPA materi
siklus air. Media diorama dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan yang tepat dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan pada beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan hasil yang sesuai diharapkan. Dengan
menggunakan media diorama ini siswa akan melihat secara langsung representasi dari siklus
air yang dibuat seolah-olah menyerupai aslinya.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 5-2 Mis Madani yang berjumlah 25 orang siswa
yang terdiri atas 12 laki-laki dan 13 perempuan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MIS Madani Pematangsiantar. Berlokasi di jln. Rakutta
Sembiring, gang Leo. Adapun alasan peneliti memilih sekolah ini karena peneliti merupakan
guru kelas di sekolah ini dan permasalahnya juga muncul atas keresahan guru dalam mengajar di
sekolah ini. Penelitian ini dilakukan hampir kurang lebih selama 1 bulan pada bulan Mei 2023.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Yang mana siklus I dilakukan pada hari Kamis, 11 Mei
2023 dan siklus II pada hari Selasa 16 Mei 2023. Selama penelitian perbaikan pembelajaran,
peneliti dibantu oleh supervisor 2 dalam memberikan masukan selama proses perbaikan
pembelajaran berlangsung.
3. Pihak yang Membantu
Selama penelitian, ada beberapa pihak yang membantu peneliti dalam membimbing dan
memecahkan beberapa persoalan yang dirasa peneliti sulit untuk ditemukan solusinya. Beberapa
pihak tersebut diantaranya Tutor PKP (Pemantapan Kemampuan Profesional) yaitu Ibu Elvi
Mailani S.Si, M.Pd yang juga bertindak sebagai supervisor 1, ibu Winda Sari S.PdI selaku
supervisor 2. Kemudian Kepala Madrasah MIS Madani dan juga rekan-rekan yang tidak dapat
disebutkan satu per satu namanya.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Prosedur perbaikan pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan pembelajaran secara sistematis untuk
meningkatkan proses pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini adalah salah satu upaya yang
dilakukan oleh guru guna memperbaiki segala bentuk kegiatan pembelajaran di dalam kelasnya.
Menurut Arikunto (2017:3) penelitian tindakan kelas yaitu sebuah penelitian tindakan yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas. Arikunto
(2017:5) lebih lanjut menerangkan ada tiga kata yang membentuk pengertian dari PTK, yaitu
penelitian, tindakan dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mengamati objek dengan menerapkan
beberapa aturan metodologu tertentu untuk mendapatkan sejumlah data dan informasi yang
berguna untuk meningkatkan mutu. Sedangkan tindakan adalah aktivitas yang dilakukan oleh
seorang guru. Dan kelas dalam hal ini bukanlah bentuk ruangannya, tetapi sekelompok siswa
yang menjadi subjek penelitian yang sedang belajar. Arikunto (2017:17) menjelaskan bahwa satu
siklus PTK terdiri dari empat langkah yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksaan, (3) pengamatan dan
(4) refleksi.

Gambar 3.1 Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2017)


Penelitain yang dilakukan ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan prosedur
penelitian tindakan kelas berikut maka akan dijabarkan satu per satu tahapan prosedurnya setiap
siklus yaitu :
1. Siklus I
Siklus I ini dilakukan dengan empat tahapan diantaranya yaitu :
a. Perencanaan (planning)
Dalam siklus pertama, perencanaan adalah langkah awal dalam proses penelitian untuk
melakukan perlakuan atau setelah peneliti yakin tentang masalah dari penelitian tersebut. Dalam
perencanaan, ada beberapa hal yang harus peneliti lakukan seperti memeriksa kembali RPP yang
telah disusun, memeriksa apakah alat peraga atau media yang ingin digunakan sudah tersedia,
mencoba alat peraga atau media yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan atau gangguan
ketika akan digunakan, memeriksa urutan kegiatan yang sudah direncanakan, dan memeriksa
apakah alat pengumpul data sudah tersedia atau belum. Semuaa kegiatan tersebut harus
dikerjakan selama perencanaan berlangsung.
b. Pelaksanaan (acting)
Kemudian adalah pelaksanaan tindakan yang dilakukan di dalam kelas berdasarkan
perencanaan yang telah dipersiapkan. Peneliti melakukan berbagai kegiatan seperti
menyampaikan materis sesuai dengan perencanaan. Kemudian memberikan siswa penilaian baik
secara kelompok ataupun individu, memberikan masukan dan menyimpulkan rangkaian kegiatan
selama proses pembelajaran.
c. Pengamatan (observing)
Tahap yang ketiga adalah langkah observasi. Observasi adalah kegiatan mengamati
sejumlah rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas untuk
mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran selama pembelajaran berlangsung atau
setelah pembelajaran. Dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan lembar observasi,
wawancara dan catatan lapangan agar memperoleh informasi untuk dapat dilakukannya refleksi.
Kegiatan mengobservasi ini, bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat
keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas.
d. Refleksi (reflecting)
Langkah yang terakhir adalah refleksi. Refleksi adalah sebuah kegiatan untuk
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan cara menganalisis data-data yang telah
tersedia. Dalam kegiatan refleksi, guru (peneliti) melakukan kegiatan mengevaluasi seluruh
tindakan yang terjadi mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Tujuan langkah ini dilakukan
adalah untuk menentukan langkah alternatif apa yang mungkin dapat dilakukan pada siklus II
nantinya agar tujuan akhir dapat tercapai. Pada tahap refleksi ini, peneliti dibantu oleh supervisor
2 sebagai teman diskusi dalam mencari hal-hal apa yang kurang atau harus diperbaiki untuk
dilakukan pada siklus II.
2. Siklus II
Siklus II ini akan dilaksanakan untuk menemukan hasil belajar siswa yang lebih baik lagi
dari siklus sebelumnya. Apabila siklus I dinyatakan gagal dan belum berhsail, maka dibuatlah
siklus II ini. Sama seperti siklus I, pada siklus II ini juga terdiri dari empat tahapan diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Setelah dilakukannya refleksi pada siklus I, maka peneliti merancang kembali perbaikan
yang akan dilakukan setelah melakukan refleksi pada siklus I. peneliti merencanakan kembali
rancangan perbaikan pembelajaran yang berbeda dengan siklus I. Seperti jika pada siklus I,
media diorama yang ditampilkan guru dari segi ukuran terlihat lebih kecil. Sehingga siswa yang
duduk di area belakang akan tidak begitu tampak. Oleh karena itu, guru memperbaiki media
diorama siklus air menjadi lebih besar. Selain itu bentuk evaluasi berupa tes juga harus ada dan
berubah pada siklus I sebelumnya.
b. Pelaksanaan (acting)
Sama dengan tahapan pada siklus II ini ada yang namanya pelaksanaan (acting).
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti di dalam kelas berdasarkan hal-hal apa saja yang
telah diamati. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan siklus I. Pada
siklus II ini, media yang dihadirkan guru lebih besar dan isi dari diorama siklus air tersebut lebih
beragam sehingga siswa tidak akan bosan untuk melihat dioramanya.
c. Pengamatan (observing)
Langkah ketiga berikutnya adalah observing atau pengamatan. Sama seperti halnya pada
siklus I, pengamatan juga dilakukan peneliti yang juga bertindak sebagai guru yang dilakukan
ketika proses pembelajaran berlangsung atau sesudah pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi pada siklus II ini akan dilakukan untuk menganalisis data-data yang telah diamati
pada tahap observing. Tujuan refleksi pada tahap ini adalah untuk menentukan langkah alternatif
lainnya yang mungkin dibuat meskipun tindakan yang dilakukan pada siklus II ini dianggap
berhasil untuk memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang oelh peneliti.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik dalam mengumpulkan data dibagi atas dua yaitu dalam
bentuk kualitatif dan kuantitatif. Dalam bentuk data kuantitatif berupa tes. Tes adalah alat untuk
mengukur pengetahuan atau performa siswa berupa angka atau nilai. Tes yang diberikan terbagi
dua jenis yaitu pre-tes (sebelum tindakan) dan post-test (setelah tindakan). Tes yang diberikan
dalam bentuk isian dan juga uraian. Pemberian tes dilakukan sebanyak tiga kali. Yang pertama
adalah pre-test. Pada saat pre-test diberikan lima pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari.
Pre-tes ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa. Yang kedua adalah post-
test. Post-tes yang dilakukan sebanyak dua kali. Yang pertama saat siklus I dan yang kedua saat
siklus II. Pemberian tes saat siklus I (post-test I) diberikan tes sebanyak sepuluh pertanyaan
dengan lima diantaranya isian dan lima diantaranya uraian. Pemberian post-tes pada siklus I ini
bertujuan untuk mengetahui Dan pada siklus II (post-test II), diberikan juga tes sebanyak sepuluh
pertanyaan dengan lima diantaranya isian dan lima diantaranya uraian. Pemberian tes pada siklus
II ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai yang terjadi dari post-tes I dan post-tes II.
Sedangkan dalam bentuk instrument data kualitatif berupa lembar observasi, catatan
lapangan dan juga wawancara. Lembar observasi pada penelitian ini diberikan kepada supervisor
dua dan juga guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti. Observasi yang dilakukan oleh
supervisor 2 bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan
sebagai bahan pertimbangan perbaikan. Dan lembar observasi yang dilakukan oleh guru
bertujuan untuk melihat kejadian atau hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan tujuan
penelitian. Lembar observasi dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung di dalam
kelas.
Selanjutnya adalah catatan lapangan. Catatan lapangan dalam penelitian ini dilakukan
oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung untuk dapat melaporkan segala hal yang
terjadi di dalam kelas dan berhubungan dengan siswa. Seperti respon dan perilaku siswa di
dalam kelas. Catatan lapangan ditulis di buku catatan peneliti. Catatan lapangan ini dilakukan
mulai dari sebelum pengimplementasian tindakan atau pre-test dan setelah pengimplementasian
tindakan pada siklus I dan siklus II.
Dan yang terakhir adalah wawancara. Wawancara pada penelitian ini dilakukan sebelum
dan sesudah pemberian tindakan. Objek yang diwawancarai dalam hal ini adalah siswa/siswi
kelas V MIS Madani. Wawancara pada saat sebelum pengimplementasian tindakan diberikan
bertujuan untuk mengetahui permasalahan pada siwa. Dan wawancara dilakukan setelah
pengimplementasian tindakan bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan berupa media
diorama yang diberikan sesuai dengan tujuannya atau tidak.

D. Teknik Analisis Data


Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila nilai yang didapat mencapai KKM yaitu
75. Rumus dalam memperoleh rata-rata siswa dapat dinyatakan dalam bentuk berikut :
∑x
x = N

Dimana :
x = Rata-rata nilai siswa
∑x = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa

Setelah itu, dalam menganalisis data kuantitatif dengan menggunakan t-tes. T-tes

digunakan untuk membandingkan nilai dari dua rata-rata dari siklus I dan juga siklus II. Rumus

dari t-tes menurut William Seely Gosset adalah sebagai berikut :

D
t = ∑ D 2−¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

Dimana:
D = Rata-rata dari perbedaan antara post-test I dan post-test II
D = Perbedaan
N = Jumlah siswa
Untuk data kualitatif, peneliti menggunakan teori dari Miles dan Huberman. Dimana ada
tiga langkah dalam menganalisis data kualitatif yaitu : reduksi data, display data dan kesimpulan
atau verifikasi.
Reduksi data menjadi langkah awal yang harus dilakukan dalam menganalisis data dalam
penelitian ini. Menurut Miles dan Huberman, reduksi data mengacu pada proses pemilihan,
pemusatan, penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data dalam bentuk catatan lapangan atau
transkrip. Reduksi data seringkali memaksa pilihan tentang aspek mana dari kumpulan data yang
harus ditekankan, diminimalkan, atau dikesampingkan sepenuhnya untuk keperluan proyek yang
sedang dikerjakan. Dalam penelitian ini data yang ada berupa checklist wawancara dan catatan
lapangan. Dan peneliti akan menganalisis data setelah menulis semua hal yang terjadi di dalam
kelas.
Display data adalah langkah kedua. Menurut Miles dan Huberman, umumnya display
atau tampilan adalah kumpulan informasi yang terorganisir dan terkompresi yang
memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan. Tampilan dapat berupa potongan teks atau
diagram, bagan, atau matriks yang diperluas yang menyediakan cara baru untuk mengatur dan
memikirkan data yang lebih tertanam secara tekstual. Tampilan data membantu kita memahami
apa yang sedang terjadi dan melakukan suatu analisis lebih lanjut atau kehati-hatian terhadap
pemahaman. Dalam penelitian ini penyajian data ditulis dengan memberikan kata-kata narasi.
Setelah selesai mereduksi data dan menampilkan data, langkah terakhir untuk
menganalisis data dalam penelitian ini adalah menarik kesimpulan. Menurut Miles dan
Huberman, kesimpulan akhir mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data selesai,
tergantung pada ukuran korpus catatan lapangan; penyimpanan kode dan metode pengambilan
dari lembaga pendanaan, tetapi mereka sering telah diprakirakan sejak awal bahkan ketika
seorang peneliti mengklaim telah melanjutkan secara induktif. Penarikan kesimpulan adalah
hasil yang digunakan untuk melakukan tindakan. Peneliti mengambil kesimpulan setelah
menginterpretasikan data yang diambil dari hasil wawancara, lembar observasi dan catatan
lapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diambil dari hasil tes yang dilakukan. Pre-test diberikan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Post-test I diberikan untuk mengetahui sejauh mana hasil
belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan media diorama. Dan pos-test
II diberikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari post-test I menuju post-test II.
Berikut ini akan disajikan tabel hasil belajar siswa dari pre-test, post-test I dan post-test II.

No Nama lengkap Pre-test Post-test I Post-test II


(siklus I) (siklus II)
1 Amelia Nirvana 45 71 76
2 Amira Yasmin 40 68 75
3 Bambang Aprizal 55 85 86
4 Delia Ananda 65 76 95
5 Egruby Juan Hafiz 45 65 73
6 Faeyza Danish Pane 55 80 89
7 Fatimah Az Zahra 60 90 100
8 Fikri 20 65 70
9 Hasbi fahdil Hadzami 40 70 78
10 Izzati Naifah Asri 67 80 82
11 Jihan Jasmine 55 85 85
12 Keysa Azka Difia 43 76 79
13 Lintang Fajar Assidik 70 90 90
14 Melati 67 75 84
15 Mifta Anggraeni 40 70 83
16 Muhammad Ilyasa 65 77 83
17 Muhammad Inamul Hasan 45 67 70
18 Nazwa Salsabila 32 68 73
19 Nuri Anjani 67 76 78
20 Nurin Khairana 54 60 65
21 Rafa Al Ansori Harahap 73 80 91
22 Roby Purwira 47 56 74
23 Sri Wahyuni 23 64 65
24 Tahir Aditya Harahap 50 85 97
25 Wahyu Al Fatih 40 70 71
Jumlah ∑x = 1080 ∑x = 1849 ∑x = 2012
x = 43.2 x = 73.96 x = 80.84

Tabel 4.1
Nilai siswa saat pre-test, post-test I dan post-test II
Dari data di atas, peneliti menemukan bahawa ada peningkatan hasil belajar siswa mulai
dari pre-test, post-test I hingga post-test II. Hal ini dapat terlihat dari tabel 4.1 yang memberikan
rata-rata nilai siswa dari pre-test hingga post-test I dan II.

No Nama lengkap Nilai Tuntas KKM ≥ 75


1 Amelia Nirvana 45 Tidak tuntas
2 Amira Yasmin 40 Tidak tuntas
3 Bambang Aprizal 55 Tidak tuntas
4 Delia Ananda 65 Tidak tuntas
5 Egruby Juan Hafiz 45 Tidak tuntas
6 Faeyza Danish Pane 55 Tidak tuntas
7 Fatimah Az Zahra 60 Tidak tuntas
8 Fikri 20 Tidak tuntas
9 Hasbi fahdil Hadzami 40 Tidak tuntas
10 Izzati Naifah Asri 67 Tidak tuntas
11 Jihan Jasmine 55 Tidak tuntas
12 Keysa Azka Difia 43 Tidak tuntas
13 Lintang Fajar Assidik 70 Tidak tuntas
14 Melati 67 Tidak tuntas
15 Mifta Anggraeni 40 Tidak tuntas
16 Muhammad Ilyasa 65 Tidak tuntas
17 Muhammad Inamul Hasan 45 Tidak tuntas
18 Nazwa Salsabila 32 Tidak tuntas
19 Nuri Anjani 67 Tidak tuntas
20 Nurin Khairana 54 Tidak tuntas
21 Rafa Al Ansori Harahap 73 Tidak tuntas
22 Roby Purwira 47 Tidak tuntas
23 Sri Wahyuni 23 Tidak tuntas
24 Tahir Aditya Harahap 50 Tidak tuntas
25 Wahyu Al Fatih 40 Tidak tuntas
Jumlah ∑x = 1080 -

x = 43.2

Tabel 4.2
Nilai siswa pada saat pre-test
Dari data pre-test di atas, dapat diidentifikasi bahwa dari 25 siswa kelas V, tidak ada
satupun siswa yang mampu mendapatkan nilai sesuai KKM yaitu 75 poin. Untuk melihat rata-
rata dari test ini, peneliti menerapkan rumus berikut yaitu :
∑x
x = N
Dimana :
x = Rata-rata nilai siswa
∑x = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa
1080
Sehingga, rata-rata dari nilai di atas yaitu x = = 43.2
25
Dengan rata-rata 43.2 tersebut, maka hasil belajar siswa dinyatakan rendah. Sebab belum
sesuai dengan nilai KKM yaitu 75. Kemudian di bawah ini disajikan data pada post-test I yang
telah dilakukan oleh Peneliti.

No Nama lengkap Nilai Tuntas KKM ≥ 75


1 Amelia Nirvana 71 Tidak tuntas
2 Amira Yasmin 68 Tidak tuntas
3 Bambang Aprizal 85 Tuntas
4 Delia Ananda 76 Tuntas
5 Egruby Juan Hafiz 65 Tidak tuntas
6 Faeyza Danish Pane 80 Tuntas
7 Fatimah Az Zahra 90 Tuntas
8 Fikri 65 Tidak tuntas
9 Hasbi fahdil Hadzami 70 Tidak tuntas
10 Izzati Naifah Asri 80 Tuntas
11 Jihan Jasmine 85 Tuntas
12 Keysa Azka Difia 76 Tuntas
13 Lintang Fajar Assidik 90 Tuntas
14 Melati 75 Tuntas
15 Mifta Anggraeni 70 Tidak tuntas
16 Muhammad Ilyasa 77 Tuntas
17 Muhammad Inamul Hasan 67 Tidak tuntas
18 Nazwa Salsabila 68 Tidak tuntas
19 Nuri Anjani 76 Tuntas
20 Nurin Khairana 60 Tidak tuntas
21 Rafa Al Ansori Harahap 80 Tuntas
22 Roby Purwira 56 Tidak tuntas
23 Sri Wahyuni 64 Tidak tuntas
24 Tahir Aditya Harahap 85 Tuntas
25 Wahyu Al Fatih 70 Tidak tuntas
Jumlah ∑x = 1849

x = 73. 96
Tabel 4.3
Nilai siswa pada saat post-test I
Dari data post-test I di atas, ditemukan bahwa dari 25 siswa terdapat 13 siswa dinyatakan
lulus KKM sedangkan 12 siswa lainnya belum mencapai nilai KKM. Dari data tersebut, maka
dapat dicari rata-ratanya seperti berikut ini :
∑x
x=
N
1849
x= = 73.96
25
Dari analisis data di atas, rata-rata hasil belajar siswa pada post-test I masih rendah yaitu
73.96. Yang itu artinya bahwa belum dapat mencapai KKM 75. Namun, dapat dilihat kenaikan
dari nilai yang diperoleh siswa. Yang awalnya pada pre-test tidak ada yang mencapai KKM dan
kini ada 13 siswa dinyatakan lulus KKM. Dan rata-rata pre-test adalah 43.2 sedangkan pada
post-test I 73.96. Dengan demikian rata-rata hasil belajar siswa pada post-test I lebih tinggi
daripada pre-test. Oleh sebab itu, untuk dapat meningkatkan kembali hasil belajar siswa, maka
dilakukanlah post-test II pada siklus II dengan hasil berikut ini :

No Nama lengkap Nilai Tuntas KKM ≥ 75


1 Amelia Nirvana 76 Tuntas
2 Amira Yasmin 75 Tuntas
3 Bambang Aprizal 86 Tuntas
4 Delia Ananda 95 Tuntas
5 Egruby Juan Hafiz 73 Tidak tuntas
6 Faeyza Danish Pane 89 Tuntas
7 Fatimah Az Zahra 100 Tuntas
8 Fikri 70 Tidak tuntas
9 Hasbi fahdil Hadzami 78 Tuntas
10 Izzati Naifah Asri 82 Tuntas
11 Jihan Jasmine 85 Tuntas
12 Keysa Azka Difia 79 Tuntas
13 Lintang Fajar Assidik 90 Tuntas
14 Melati 84 Tuntas
15 Mifta Anggraeni 83 Tuntas
16 Muhammad Ilyasa 83 Tuntas
17 Muhammad Inamul Hasan 70 Tidak tuntas
18 Nazwa Salsabila 73 Tidak tuntas
19 Nuri Anjani 78 Tuntas
20 Nurin Khairana 65 Tidak tuntas
21 Rafa Al Ansori Harahap 91 Tuntas
22 Roby Purwira 74 Tidak tuntas
23 Sri Wahyuni 65 Tidak tuntas
24 Tahir Aditya Harahap 97 Tuntas
25 Wahyu Al Fatih 71 Tidak tuntas
Jumlah ∑x = 2012

x = 80.48
Tabel 4.4
Nilai siswa pada saat post-test II
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 17 siswa yang mencapai KKM
dari 25 siswa. Dan siswa yang tidak lulus KKM sebanyak 8 siswa. Dengan demikian rata-rata
dari nilai siswa adalah berikut ini :
∑x
x=
N
2012
x= = 80.48
25
Dari hasil data tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hal itu
dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa yaitu 80.48 yang berarti telah mencapai KKM 75 poin. Hal
ini dapat dikatakan bahwa post-test II pada siklus II ini dinyatakan sukses. Oleh karena itu,
peneliti menghentikan sampai siklus II.
x Pre-test Post-test I Post-test II
Rata-rata 43.2 74.08 80.36
Tabel 4.5
Rata-rata nilai siswa dari pre-test, post-test II dan post-test II
Selain dengan membandingkan rata-rata setiap hasil belajar siswa yang mengalami
penaikan, peneliti juga melakukan analisis data dengan menggunakan t-test. Analisis melalui t-
test ini bertujuan untuk membuktikan apakah media diorama ini dapat digunakan dalam
meningkatkan hasil belajar IPA materi siklus air.
No Nama Lengkap Siswa Post-test I Post-test II D D2

Nilai L/TL Nila T/L


i
1 Amelia Nirvana 71 TL 76 L 5 25
2 Amira Yasmin 68 TL 75 L 7 49
3 Bambang Aprizal 85 L 86 L 1 1
4 Delia Ananda 76 L 95 L 19 361
5 Egruby Juan Hafiz 65 TL 73 TL 8 64
6 Faeyza Danish Pane 80 L 89 L 9 81
7 Fatimah Az Zahra 90 L 100 L 10 100
8 Fikri 65 TL 70 TL 5 25
9 Hasbi fahdil Hadzami 70 TL 78 L 8 64
10 Izzati Naifah Asri 80 L 82 L 2 4
11 Jihan Jasmine 85 L 85 L 0 0
12 Keysa Azka Difia 76 L 79 L 3 9
13 Lintang Fajar Assidik 90 L 90 L 0 0
14 Melati 75 L 84 L 9 81
15 Mifta Anggraeni 70 TL 83 L 13 169
16 Muhammad Ilyasa 77 L 83 L 6 36
17 Muhammad Inamul Hasan 67 TL 70 TL 3 9
18 Nazwa Salsabila 68 TL 73 TL 5 25
19 Nuri Anjani 76 L 78 L 2 4
20 Nurin Khairana 60 TL 65 TL 5 25
21 Rafa Al Ansori Harahap 80 L 91 L 11 121
22 Roby Purwira 56 TL 74 TL 18 324
23 Sri Wahyuni 64 TL 65 TL 1 1
24 Tahir Aditya Harahap 85 L 97 L 12 144
25 Wahyu Al Fatih 70 TL 71 TL 1 1
∑x1 = 1849 ∑x2 = 2012 ∑D = 163 ∑D2 = 1723

Tabel 4.6
Analisis dari hasil belajar siswa pre-test, post-test I dan post-test II

Dari data tersebut maka :

∑ D 163
D= = 25 = 6.52
N

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus di bawah ini :

D
t=
√∑ D −¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
2
6.52


= 1723− 26569
25
25(25−1)
6.52
6.52
=
√ 1723−1062.76 =
600
√1.1

6.52
= 1.04 = 6.26

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari t obser = 6.26, jika df =
N-2 = 23, dengan nilai α = 5 % atau 0.05 dan t tabel (1,71), sehingga tobser (6.26) > ttabel (1.71).
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa penggunaan media diorama dalam pembelajaran IPA
siklus air dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT
1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan diskusi mengenai penggunaan media diorama dalam meningkatkan
hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa media diorama dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi siklus air di kelas v. Hal ini terbukti dari data kuantitatif dan kualitatif yang
telah dianalisis. Berdasarkan data kuantitatif yang dilakukan lewat tes, ditemukan bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa mulai dari pre-test, post-test I dan post-test II. Pada pre-test rata-
rata siswa yaitu 43.2, sedang pada post-test I rata-rata siswa yaitu 73.96 dan pada post-test II
rata-rata nilai siswa yaitu 80.48. Berdasarkan ketiga rata-rata tersebut, terdapat peningkatan hasil
belajar siswa setelah diterapkannya penggunaan media diorama.
Selanjutnya berdasarkan data kualitatif yang dilakukan lewat lembar observasi, catatan
lapangan dan wawancara. Dari lembar observasi menunjukkan bahwa siswa merasa tertarik dan
antusias ketika guru mengajar dengan menggunakan media diorama. Siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Dan siswa dapat dengan mudah memahami materi siklus air dengan
baik melalui media diorama yang diberikan. Kemudian melalui catatan lapangan, selama
pembelajaran berlangsung kegiatan proses pembelajaran mulai dari siklus I dan siklus II berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan. Siswa tampak tertarik dengan media diorama dan merasa
senang selama pembelajaran. Dan dengan melalui wawancara yang dilakukan kepada beberapa
siswa terkait penggunaan media diorama, seluruh siswa menyatakan senang dan tertarik dapat
belajar dengan media diorama serta siswa merasa lebih mudah memahami materi sikus air
dengan media diorama ini.
2. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil dari penelitian, maka saran tindak lanjut yang dapat peneliti berikan
yaitu :
a. Untuk siswa
Siswa harus memperhatikan sungguh-sungguh pembelajaran yang sedang berjalan.
Meskipun media diorama ini terlihat menarik dan indah, namun diperlukan kesungguhan dan
juga konsentrasi agar dapat memahami pembelajaran lewat diorama siklus air. Dan dengan
penggunaan media diorama ini semoga siswa/siswi juga bisa membuat sendiri karya diorama
lainnya dengan lebih kreatif dan inovatif.
b. Untuk guru
Bagi guru lainnya, diorama ini dapat dijadikan sebagai salah satu aternatif media
pembelajaran. Diorama siklus air ini dapat membantu guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pembelajaran.
c. Untuk Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya memberikan motivasi dan dukungan kepada guru untuk
menggunakan diorama sebagai salah satu media pembelajaran dalam siklus air.
d. Untuk peneliti lainnya
Untuk peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan responden
lain yang berbeda, dapat menggunakan diorama sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan
terkait hasil belajar siswa yang tentunya akan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, D. N., Widiyono, A., & Attalina, S. N. C. (2022). Pengembangan Media Diorama Siklus
Air Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Konseling (JPDK), 4(3), 528-533.

Anggraeni, R., & Istianah, F. (2017). Penggunaan Media Diorama Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Ipa Tentang Daur Air Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 5(3), 254433.

Arikunto, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian Program. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Cahyono, Guntur. (2019). Media Pembelajaran “Teori dan Praktik Pembelajaran”.


Sukoharjo: Oase Pustaka

Gunawan, & Ritonga A.A. (2019). Media Pembelajaran Berbasis Industri 4.0. Medan : Rajawali
Press

Hasan, Muhammad, dkk. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran. Jawa Tengah : CV Tahta
Media Group

Kelana, B. J., dan Pratama, F. (2019). Bahan Ajara IPA Berbasis Literasi Sains. Bandung :

Lekas

Khairiyah, Ummu. (2022). To Be Fun Teacher. Lamongan : Nara Litera Publishing

Kiswandari, S. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Diorama Daur Air Pada Mata
Pelajaran IPA Kelas V SD. Basic Education, 5(10), 970-975.

Maulana, A., Israwati, I., & Syafrina, A. (2022). Pengaruh Media Diorama Terhadap Hasil
Belajar

Siswa Pada Materi Siklus Air di Kelas V SDN 52 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(4).

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya
Nudhar, A. N. (2019). Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Siklus Air Menggunakan Model
Inquiry dan Media Diorama Pada Siswa Kelas V MI Kumpulrejo 02 Salatiga Tahun
Pelajaran 2018/2019 (Doctoral dissertation, IAIN SALATIGA).

Pribadi, Benny, A. (2017). Media & Teknologi dalam Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka

Samatowa, Usman (2016). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta Barat : PT Indeks

Sapriati, Amalia. dkk. (2022). Pembelajaran IPA di SD. Banten : Universitas Terbuka

Suryadi. (2020). Teknologi dan Media Pembelajaran Jilid 1. Sukabumi: CV Jejak, Anggota
IKAPI.

Tim Masmedia. (2021). Metode Ringkas Terpadu. Sidoarjo : Tim Masmedia Buana Pustaka

Wardani, I.G.A.K & Wihardit Kuswaya. (2021). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang :
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai