Kel 4 - LP Askep Praktikum - Nyeri
Kel 4 - LP Askep Praktikum - Nyeri
Dosen Pengampu :
Emuliana Sulfat,. S,. Kep,. Ns,. M. Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 4 GR-3A
i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Kelompok 4
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini tepat pada
waktunya. Laporan Pendahuluan ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang
telah diamanatkan dan dengan berbagai rintangan kami mencoba untuk menyelesaikan laporan
ini.
Laporan Pendahuluan ini memuat tentang Manajemen nyeri non farmakologis yang
ditugaskan oleh Dosen Pembimbing sebagai acuan pembelajaran Asuhan Keperawatan
Praktikum dan agar bisa dipelajari secara lebih mendalam. Diperlukan waktu yang cukup
panjang untuk mendalami sub bab ini sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian laporan ini. Kami berharap laporan yang kami buat dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari para pembaca yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaannya.
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Adapun yang menjadi
manfaatnya antara lain: manfaat berupa mekanisme proteksi, mekanisme defensif, dan
membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di lain pihak, nyeri tetaplah merupakan
derita belaka bagi siapapun, dan semestinya ditanggulangi oleh karena menimbulkan
perubahan biokimia, metabolisme dan fungsi sistem organ. Bila tidak teratasi dengan baik nyeri
dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek fisik dari penderita.
Aspek psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian dan perilaku,gangguan
tidur dan gangguan kehidupan sosial. Sedangkan dari aspek fisik, nyeri mempengaruhi
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.
Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang
tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan, tekanan
ringan.3 Nyeri dapat dirasakan/terjadi secara akut, dapat pula dirasakan secara kronik oleh
penderita. Nyeri akut akan disertai heperaktifitas saraf otonum dan umumnya mereda dan
hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan. Pemahaman tentang patofisiologi terjadinya
nyeri sangatlah penting sebagai landasan menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita.
1
Bila pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri itu dapat
berkembang menjadi nyeri kronik.2 Nyeri sampai saat ini merupakan masalah dalam dunia
kedokteran. Nyeri bukan hanya berkaitan dengan kerusakan struktural dari sistem saraf dan
jaringan saja, tetapi juga
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.2 Klasifikasi
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasar durasi waktu, etiologi, dan intensitas. Klasifikasi
nyeri seringkali diperlukan untuk menentukan pemberian terapi yang tepat (Pinzon, 2016).
3
Nyeri kronis
Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 (enam)
bulan atau lebih. Nyeri kronis bersifat konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri neuropatik
Nyeri yang terjadi karena adanya lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf. Nyeri
neuropatik biasanya berlangsung lama dan sulit untuk di terapi. Salah satu bentuk
yang umum dijumpai di praktek klinik adalah nyeri pasca herpes dan nyeri neuropatik
diabetika.
Nyeri inflamatorik
Nyeri inflamatorik merupakan nyeri yang timbul akibat adanya proses inflamasi.
Nyeri inflamatorik kadang dimasukkan dalam klasifikasi nyeri nosiseptif. Salah satu
bentuk yang umum dijumpai di praktek klinik adalah osteoarthritis.
Nyeri campuran
Nyeri campuran merupakan nyeri yang etiologinya tidak jelas antara nosiseptif
maupun neuropatik atau nyeri memang timbul akibat rangsangan pada nosiseptor
maupun neuropatik. Salah satu bentuk yang umum dijumpai adalah nyeri punggung
bawah dan ischialgia akibat HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
4
2.2.3 Berdasarkan intensitasnya (berat ringannya)
Tidak nyeri
Kondisi dimana seseorang tidak mengeluhkan adanya rasa nyeri atau disebut juga
bahwa seseorang terbebas dari rasa nyeri.
Nyeri ringan
Seseorang merasakan nyeri dalam intensitas rendah. Pada nyeri ringan seseorang
masih bisa melakukan komunikasi dengan baik, masih bisa melakukan aktivitas
seperti biasa dan tidak terganggu kegiatannya.
Nyeri sedang
Rasa nyeri seseorang dalam intensitas yang lebih berat. Biasanya mulai menimbulkan
respon nyeri sedang akan mulai mengganggu aktivitas seseorang.
Nyeri berat
Nyeri berat/ hebat merupakan nyeri yang dirasakan berat oleh pasien dan membuat
pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, bahkan akan terganggu secara
psikologis dimana orang akan merasa marah dan tidak mampu untuk mengendalikan
diri.
Nyeri visceral
Nyeri visceral merupakan nyeri yang timbul karena adanya jejas pada organ dengan
saraf simpatis. Nyeri ini dapat disebabkan oleh distensi abnormal atau kontraksi pada
dinding otot polos, tarikan cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ (misalnya hati),
5
iskemi otot skelet, iritasi serosa atau mukosa, pembengkakan atau pemelintiran
jaringan yang berlekatan dengan organ-organ ke ruang peritoneal, dan nekrosis
jaringan. Biasanya terasa sebagai nyeri yang dalam, tumpul, linu, tertarik, diperas atau
ditekan. Termasuk dalam kelompok ini adalah nyeri alih (reffered pain).
6
- diaforesis
-
B. Nyeri Kronis
1. Tanda Mayor :
● Subjektif : Mengeluh Nyeri dan Merasa depresi
● Objektif :
- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menuntaskan aktivitas
2. Tanda Minor :
● Subjektif : merasa takut mengalami cedera berulang
● Objektif :
- Bersikap protektif (misalnya : waspada posisi menghindari
nyeri)
- waspada
- pola tidur berubah
- anoreksia
- fokus menyempit
- berfokus pada diri sendiri
2.4 Etiologi
Menurut Handayani (2015),Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma,
mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan
sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis.
sedangkan menurut Putri (2021), Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan psikis, secara fisik misalnya penyebab nyeri adalah
trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan,
gangguan sirkulasi darah, dan yang lainnya jika secara psikis penyebab nyeri dapat terjadi oleh
karena adanya trauma psikologis.
Etiologi atau penyebab dari nyeri akut antara lain agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. terbakar,bahan kimia iritan),
dan agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
7
Berbeda halnya dengan nyeri kronis yang dapat disebabkan oleh kondisi
muskuloskeletal kronis, kerusakan saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan
neurotransmitter, neuromodulator dan reseptor serta gangguan imunitas (misalnya, neuropati
terkait HIV, virus varicella-zoster), gangguan fungsi metabolik, riwayat posisi kerja statis,
peningkatan indeks massa tubuh, kondisi pasca trauma, tekanan emosional, riwayat
penganiayaan (mis, fisik, psikologis, seksual) dan yang terakhir riwayat penyalahgunaan obat
atau zat. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
2.5 Patofisiologi-Pathway
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors dalam kulit bisa intensitas tinggi maupun
rendah seperti peregangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yg mengalami nekrotik
akan merilis K + & protein intraseluler. Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan
mengakibatkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein dalam beberapa keadaan akan
menginfiltrasi mikroorganisme sebagai akibatnya mengakibatkan peradangan atau
inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan
histamin yg akan merangsang nosiseptor sebagai akibatnya rangsangan berbahaya dan
tidak berbahaya bisa mengakibatkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga
mengaktifkan faktor pembekuan darah sebagai akibatnya bradikinin dan serotonin akan
8
terstimulasi & merangsang nosiseptor. Apabila terjadi oklusi pembuluh darah maka akan
terjadi iskemia yg akan mengakibatkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yg selanjutnya
mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek
vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan
edema lokal, tekanan jaringan semakin tinggi dan juga terjadi perangsangan nosiseptor.
Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan
kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yg akan merangsang proses inflamasi dan juga
membentuk vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi
(oleh serotonin), diikuti sang vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk
serangan migrain. Perangsangan nosiseptor inilah yg mengakibatkan nyeri. (Silbernagl &
Lang, 2000)
9
5. Relaksasi merupakan keadaan dimana klien membayangkan dirinya dalam keadaan
damai dan tenang
6. Akupuntur yaitu teknik pengobatan cina untuk memblok chi menggunakan jarum dan
menusuknya ke titik-titik tubuh tertentu yang bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan yin dan yang
7. Termal terapi yaitu terapi dengan memanasi bagian tubuh tertentu yang nyeri,
memanasi bagian tubuh yang nyeri, otot yang lelah akan membuka pembuluh darah
sehingga meningkatkan aliran oksigen dan menghilangkan iritasi kimia yang terjadi
(Turk & Winter, 2005)
2.7.2 Tujuan
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeriIndikasi :Dilakukan untuk pasien
yang mengalami nyeri kronis
2.7.3 Prosedur
1. Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
d. Tahap orintasi
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
10
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang
dipahami/jelas
b. Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam sehingga rongga paru
berisi udara, intruksikan pasien dengan cara perlahan.
d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap anggota tabuh, pada saat
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhataiannya pada sesuatu hal yang
indah dan merasakan betapa nikmatnya rasanya
e. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2) menit
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskannya dengan cara perlahan
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju keparu-paru
seterusnya rasakan udara mengalir keseluruh bagian anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan tangan dan merasakan
keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan kehangatannya
i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kai dan rasakan
kehangatanya
j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri kembali
lagi
k. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara
mandiri
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
11
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga
12
2.8.3 Persiapan Alat dan tempat
- Hal yang disenangi klien (misalnya, televisi, handphone, koran atau majalah, bermain,
mendengarkan music)
- suasana yang tenang
2.8.4 Prosedur
A. Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat yang dibutuhkan
d. Tahap orientasi
B. Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga
C. Tahap Kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang
kurang dipahami/jelas
b. atur posisi nyaman pada klien,
c. dengan suara yang lembut mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan
d. tanyakan hal apa yang dapat membuat klien tenang dan senang
e. berikan apa yang diinginkan klien misal klien menyukai menonton video di
youtube
f. izinkan dan sediakan klien untuk menonton video tersebut.
g. Setelah pasien merasakan ketenangan, perawat dapat meninggalkannya atau
melanjutkan kegiatannya
D. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
13
E. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga
14
Cara Melakukan Kompres Dingin
Kompres dingin memiliki beberapa jenis. Berikut jenis kompres dingin yang dapat
digunakan:
1. Handuk es
- Basahi handuk dengan air dingin
- Peras handuk hingga lembab.
- Lipat handuk dan masukkan ke kantong plastik.
- Bekukan handuk selama 15 menit.
- Keluarkan dari kantong plastik dan letakkan di area yang cedera.
2. Ice pack
- Masukkan es batu sebanyak 0,5 kg ke dalam kantong plastik.
- Tambahkan air secukupnya.
- Keluarkan udara dari kantong plastik dan tutup rapat.
- Bungkus dengan handuk basah.
- Letakkan pada area yang cedera.
3. Cold Pack
- Masukkan cold pack ke dalam freezer selama 1 jam.
- Tempelkan pada area yang cedera.
15
4) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit
3.1.3 Persiapan Alat
- Kursi (jika ada) / tempat duduk dan tempat bersandar
- Kasur, sprei putih, selimut, bantal
- Aromatherapy candle
- Minyak aromatherapy sesuai keinginan pasien
- Handuk
3.1.4 Prosedur
- Menekan pada titik akupresur, hal ini dilakukan untuk memberikan rangsangan nyeri.
Ketika otot ditekan akan timbul shock, otot akan rileks.
- Friction atau gerakan menggerus melingkar yang bertujuan untuk menghancurkan sisa
sisa metabolisme tubuh yang menyebabkan otot kaku
- Stroking Effleurage, yaitu gerakan menggosok dengan menggunakan ibu jari dengan
arah menyilang dan disertai tekanan. tahap ini dilakukan untuk merilekskan otot kaku.
- Traksi, yaitu gerakan menarik yang bertujuan untuk memposisikan bagian tubuh yang
mengalami cedera
- Effleurage,yaitu gerakan menggosok ringan secara berirama dengan tujuan untuk
mengurangi rasa sakit, memperlancar peredaran darah, dll.
16
BAB 3
TINJAUAN ASKEP
17
Pasien memiliki beberapa pemeriksaan penunjang yaitu HB 11,0 g/dl, leukosit
10.730/Ul, trombosit 286.000, GD sewaktu 153 mg/dl. Pasien sudah mendapat beberapa
penatalaksanaan saat di rumah sakit yaitu Inf RL 12J/Kolf, Inj cefoperazon 2x1gr, Inj ranitidin
2x1gr, Inj ketorolac 3x1gr, Tramadol 3x1, Gentamicin 2x1.
3.2 Pengkajian
A. PENGKAJIAN
BIODATA
Nama : Tn. Y
Umur : -
Status Perkawinan : -
Pekerjaan : -
Agama : -
Pendidikan Terakhir : -
Alamat : -
No. Register : -
Tanggal MRS : -
Diagnosa Medis : Post Op Orif 1/3 Distal dengan Fraktur Femur Terbuka
Pasien mengatakan nyeri di bagian kaki sebelah kanan dan tidak bisa untuk
menggerakkan kakinya
18
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dan keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan ataupun penyakit
menular.
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. POLA MAKAN DAN MINUM :
19
3. Jumlah dan Jenis Cairan :
5. Pantangan :
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB :
2. BAK :
20
3. Kesulitan BAB/BAK :
C. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur :
2. Waktu Bangun :
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
PEMERIKSAAN FISIK :
B. Tanda-tanda Vital
21
Tinggi badan : tidak dikaji
b. Rambut : normal
c. Warna : normal
2. Mata
c. Pupil : normal
3. Hidung
4. Telinga : normal
6. Leher :
22
D. Pemeriksaan Integumen (Kulit) :
1. Inspeksi Thorak
b. Pernafasan
2. Pemeriksaan Paru
c. Auskulasi
23
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
H. Genetalia
J. Pemeriksaan Neurologi
24
4. Refleks :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
● HB 11,0 g/dl
● Leukosit 10.730/Ul
● Trombosit 286.000
● GD sewaktu 153 mg/dl
2. Rontgen : tidak ada
5. Lain – lain : -
25
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
● Inf RL 12J/Kolf
● Inj cefoperazon 2x1gr
● Inj ranitidin 2x1gr
● Inj ketorolac 3x1gr
● Tramadol 3x1
● Gentamicin 2x1
(……………………………..)
26
ANALISIS DATA
1. DS: Pasien mengatakan nyeri di Agen pencedera fisik Nyeri Akut (D.0077)
bagian sebelah kanan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan pasien merasa
nyeri pada kaki sebelah kanan, tampak meringis, tampak gelisah, bersikap protektif dan
RR 22x menit. (D.0077)
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan / melindungi integritas jaringan dibuktikan dengan pasien
pernah melakukan post op pada daerah femurnya dan terdapat luka di daerah tersebut.
(D.0129)
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
dibuktikan dengan pasien tidak bisa menggerakan kakinya dan merasa cemas. (D.0054)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
dibuktikan dengan pasien mengatakan gatal dan terdapat luka bekas op yang basah,
bengkak dan merah. (D.0142)
27
INTERVENSI KEPERAWATAN
28
- Ajarkan teknik non 1. Agar obat
farmakologis untuk analgetik tepat dosis
mengurangi rasa nyeri. dan sediaan serta
waktu pemberian.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
29
secukupnya.
30
enzimatik, biologis, secara mandiri
mekanis, autolitik), jika
perlu Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian 1. Agar pasien
antibiotik, jika perlu mengetahui
prosedur
debridement
2. Untuk
mengurangi
inokulasi bakteri
hidup pada luka
operasi.
31
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)
32
terdapat luka bekas op yang diharapkan gejala infeksi lokal dan yang muncul
basah, bengkak dan merah. risiko infeksi sistemik
(D.0142) menurun, Terapeutik :
dengan Terapeutik 1. Agar bakteri atau
kriteria hasil : - Berikan perawatan mikroorganisme
(L.14137) kulit pada area edema dari luar tidak ikut
- Kebersihan - Cuci tangan sebelum terbawa dalam
badan dan sesudah kontak ruangan klien
meningkat dengan pasien dan 2. Untuk mencegah
- Kemerahan lingkungan pasien penyebaran infeksi
menurun pada luka klien
- Bengkak Edukasi 3. Agar
menurun - Jelaskan tanda dan mikroorganisme
gejala infeksi yang berada di
- Ajarkan cara mencuci tangan tidak
tangan dengan benar berpindah ke luka
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka Edukasi :
atau luka operasi 1. Agar klien
- Anjurkan mengetahui tanda
meningkatkan asupan dan gejala infeksi
nutrisi seperti apa
- Anjurkan 2. Agar tangan klien
meningkatkan asupan tetap bersih
cairan 3. Agar luka tidak
terkena
Kolaborasi mikroorganisme
- Kolaborasi pemberian 4. Agar
imunisasi, jika perlu penyembuhan
infeksi semakin
cepat
Kolaborasi :
1. Mencegah adanya
virus yang masuk
melalui luka klien
33
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Terapeutik Terapeutik
1. Mengontrol lingkungan 1. Pasien merasa
yang memperberat rasa nyaman.
nyeri (mis. suhu ruangan, 2. Pasien memahami
pencahayaan, kebisingan). strategi tindakan yang
2. Mempertimbangkan diberikan.
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
18 Edukasi Edukasi
Febru 1. Menjelaskan penyebab, 1. Pasien mengetahui
ari periode, dan pemicu nyeri penyebab nyeri.
2021 2. Menjelaskan strategi 2. Pasien mengetahui
meredakan nyeri dan menyetujui tindakan.
3. Menganjurkan 3. Pasien merasakan obat
memonitor nyeri secara analgetik efektif dan
mandiri bekerja.
4. Menganjurkan
menggunakan analgetik
34
secara tepat.
5. Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi 1. Pasien diberikan obat
1. Mengkolaborasikan analgetik tepat dosis dan
pemberian analgetik, jika tepat waktu.
perlu
35
2. Gangguan integritas kulit 17 Perawatan Integritas Perawatan Integritas
berhubungan dengan Febru Kulit (I. 11353) Kulit (I. 11353)
kurang terpapar informasi ari Observasi Observasi
tentang upaya 2021 1. Mengidentifikasi 1. Pasien mengetahui
mempertahankan / penyebab gangguan kondisi dan penyebab
melindungi integritas integritas kulit (mis. gangguan integritas kulit
jaringan dibuktikan perubahan sirkulasi, yang diderita.
dengan pasien pernah perubahan status nutrisi,
melakukan post op pada penurunan kelembaban,
daerah femurnya dan suhu lingkungan ekstrim,
terdapat luka di daerah penurunan mobilitas)
tersebut. (D.0129) Terapeutik
18 Terapeutik 1. Pasien mengubah
Febru 1. Mengubah posisi tiap 2 posisi tiap 2 jam .
ari jam jika tirah baring 2. Pasien menggunakan
2021 2. Menggunakan produk produk berbahan
berbahan petroleum atau petroleum.
minyak pada kulit kering 3. Pasien menggunakan
3. Menggunakan produk produk berbahan dasar
berbahan ringan/alami dan ringan/alami.
hipoalergenik pada kulit 4. Pasien menghindari
sensitif produk berbahan dasar
4. Menghindari produk alkohol
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Edukasi Edukasi
1. Menganjurkan minum 1. Pasien meningkatkan
air yang cukup asupan nutrisi yang
2. Menganjurkan masuk ke dalam tubuh
meningkatkan asupan untuk mempercepat
nutrisi proses penyembuhan..
3. Menganjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
4. Menganjurkan
menghindari terpapar suhu
ekstrim.
5. Menganjurkan mandi
dan menggunakan sabun
secukupnya.
36
19 Perawatan Luka (I. Perawatan Luka (I.
Febru 14564) 14564)
ari Observasi Observasi
2021 - Memonitor karakteristik 1. Pasien mengetahui
luka (mis. drainase, warna, karakteristik lukanya.
ukuran, bau) 2. Pasien mengetahui
-Memonitor tanda-tanda adanya infeksi.
infeksi
Terapeutik Terapeutik
-Melepaskan balutan dan 1. Pasien merasakan
plester secara perlahan nyaman setelah tindakan
- Mencukur rambut di personal hygiene.
sekitar daerah luka, jika 2. Pasien terhindar dari
perlu infeksi luka lebih lanjut.
- Membersihkan dengan 3. Pasien menerima
cairan NaCl atau suplemen vitamin dan
pembersih non toksik, mineral sesuai indikasi.
sesuai
- Memasang balutan
sesuai jenis luka
- Mempertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Mengganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Menjadwalkan
perubahan posisi setiap 2
jam atau sesuai kondisi
pasien
- Memberikan suplemen
vitamin dan mineral (mis.
vitamin A, vitamin C,
Zinc. asam amino), sesuai
indikasi
Edukasi Edukasi
- Menjelaskan tanda dan 1. Pasien mengetahui
gejala infeksi tanda dan gejala infeksi.
- Mengajarkan prosedur 2. Pasien dapat
perawatan luka secara melakukan perawatan
mandiri luka secara mandiri.
Kolaborasi Kolaborasi
- Mengkolaborasikan 1. Pasien mengetahui
prosedur debridement prosedur tindakan
(mis. enzimatik, biologis, debridement.
37
mekanis, autolitik), jika
perlu
- Mengkolaborasikan
pemberian antibiotik, jika
perlu
Terapeutik Terapeutik
- Memfasilitasi aktivitas - Pasien melakukan
ambulasi dengan alat mobilisasi fisik dengan
bantu (mis. tongkat, kruk) baik dengan bantuan alat
- Melibatkan keluarga bantu.
untuk membantu pasien - Pasien dibantu keluarga
dalam meningkatkan dalam upaya
ambulasi peningkatan ambulasi.
Edukasi Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan - Pasien/keluarga
prosedur ambulasi mengetahui tujuan dan
- Menganjurkan prosedur dilakukannya
melakukan ambulasi dini ambulasi.
- Mengajarkan ambulasi - Pasien terbiasa
sederhana yang harus melakukan ambulasi.
dilakukan (mis, berjalan - Pasien mampu
dan tempat tidur kursi melakukan ambulasi
roda, berjalan dari tempat secara mandiri.
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
38
- Memonitor frekuensi lainnya.
jantung dan tekanan darah - Pasien dapat berhati-
sebelum memulai hati dalam melakukan
mobilisasi aktivitas.
- Memonitor kondisi - Pasien merasa terawasi
umum selama melakukan saat melakukan
mobilisasi mobilisasi.
Terapeutik Terapeutik
- Memfasilitasi aktivitas - Pasien dapat
mobilisasi dengan alat melakukan aktivitasnya
bantu (mis. pagar tempat dengan mudah.
tidur) - Pasien dibantu oleh
- Melibatkan keluarga keluarga.
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan - Pasien terbiasa
prosedur mobilisasi melakukan ambulasi.
- Menganjurkan - Pasien melakukan
melakukan mobilisasi dini aktivitas ringan dengan
- Mengajarkan mobilisasi mandiri.
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk disisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
39
- Mengajarkan cara - Pasien dapat
mencuci tangan dengan melakukan gerakan cuci
benar tangan dengan benar.
- Mengajarkan cara - Pasien dapat
memeriksa kondisi luka memeriksa kondisi
atau luka operasi lukanya sendiri.
- Menganjurkan - Pasien menambah
meningkatkan asupan asupan nutrisi dan
nutrisi cairan.
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi - Pasien
18 - Mengkolaborasikan mempertimbangkan
Febru pemberian imunisasi, jika pemberian imunisasi.
ari perlu
2021
EVALUASI KEPERAWATAN
40
3. Gangguan Mobilitas Fisik 19 Februari 2021 S: Pasien mengatakan
berhubungan dengan sudah sedikit bisa untuk
kerusakan integritas struktur menggerakkan kakinya
tulang dibuktikan dengan O: Gerak pasien terbatas,
pasien tidak bisa menggerakan kekuatan otot sedikit
kakinya dan merasa cemas. membaik
(D.0054) A: Masalah gangguan
mobilitas fisik teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
41
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non Farmakologi.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1), 2017.
http://dx.doi.org/10.30651/jkm.v2i1.1201
Gerald Corey, Teori dan praktek Konseling & psikoterapi (Bandung : PT Refika Aditama,
2010) hlm.193
Hendayani, W. L., & Amalia, R. F. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Tn . Y Post Op Orif 1 /
3 Distal Fraktur Femur Terbuka. Jurnal Pustaka Keperawatan, 1(1), 20–26.
https://jurnal.pustakagalerimandiri.co.id/index.php/pustakakeperawatan/article/download
/169/115
Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2 nd ed. Stamford: Appleton and
Lange, 1996, 274-316.
Mickey S & Patricia GB, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC.
Putri, N. R. (2021). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Gangren Diabetik Di RSUD
Ibnu Sina Gresik. Surabaya: Program D-III Keperawatan Fakultas Vokasi .
Rabial Jihan, (2009), Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Intensitas Nyeri. Skripsi. (diterbitkan), Fakultas Keperawatan,
Universitas sumatera Utara. Hlm (1)-1, (1)-4, (2)9-10, (2) 13-14, (2) 20-35.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suharko, (2006). Penatalaksanaan Rasa Nyeri Pada Lanjut Usia. Jurnal Universa Medicina. 25
(1). https://adoc.pub/penatalaksanaan-rasa-nyeri-pada-lanjut-usia.html
Turk, D, C & Winter F. (2005).The Pain Survival Guide: How to Reclaim Your Life (APA
Lifetools.) Washington DC: American Psychological Association.
42
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta,
43