Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIKUM


‘MANAJEMEN NYERI’

Dosen Pengampu :
Emuliana Sulfat,. S,. Kep,. Ns,. M. Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 4 GR-3A

Sheane Luhukay 152111913050


Regina Riska Riswana 152111913052
Hera Ayu Puspita 152111913005
Heti Kurniawati 152111913075
Nanda Kurnia Aziz 152111913009
Novi Ispari Indah 152111913078
Salsabilah Okthafia Arifianti 152111913026
Ratna Suwardah 152111913064
Zahrotun Nisa’ 152111913006
Fita Ramdhani Hidayat 152111913054
Sukma Rahayuning Tyas 152111913048
Asmaaul Fadhilah 152111913023
Anisa Khairani 152111913032

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022

i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Pendahuluan praktik Asuhan


Keperawatan yang kami susun sebagai syarat pembelajaran mata kuliah Asuhan Keperawatan
program studi D3 Keperawatan Universitas Airlangga seluruhnya merupakan hasil karya kami
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Laporan Pendahuluan yang kami kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah,
dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Laporan Pendahuluan ini
bukan hasil karya kami sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, kami
bersedia menerima sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Gresik, 13 September 2022

Kelompok 4

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini tepat pada
waktunya. Laporan Pendahuluan ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang
telah diamanatkan dan dengan berbagai rintangan kami mencoba untuk menyelesaikan laporan
ini.
Laporan Pendahuluan ini memuat tentang Manajemen nyeri non farmakologis yang
ditugaskan oleh Dosen Pembimbing sebagai acuan pembelajaran Asuhan Keperawatan
Praktikum dan agar bisa dipelajari secara lebih mendalam. Diperlukan waktu yang cukup
panjang untuk mendalami sub bab ini sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian laporan ini. Kami berharap laporan yang kami buat dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari para pembaca yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaannya.

Gresik, 13 September 2022

Kelompok 4

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii


DAFTAR ISI .........................................................................................................................iv
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB 2 : TINJAUAN TEORI .................................................................................................. 3
2.1 Definisi nyeri ................................................................................................................ 3
2.2 Klasifikasi..................................................................................................................... 3
2.3 Tanda dan Gejala ......................................................................................................... 6
2.4 Etiologi ......................................................................................................................... 7
2.5 Patofisiologi-Pathway .................................................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................. 9
2.7 Teknik Relaksasi ......................................................................................................... 10
2.8 Terapi Perilaku........................................................................................................... 12
2.9 Kompress Hangat atau Dingin ..................................................................................... 14
3.0 Terapi Massage........................................................................................................... 15
BAB 3: TINJAUAN ASKEP ................................................................................................. 17
3.1 Kasus Semu ................................................................................................................ 17
3.2 Pengkajian.................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 42

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri mempunyai sifat
yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan, tetapi disisi
lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri bukan hanya merupakan modalitas sensori
tetapi juga merupakan suatu pengalaman. Menurut The International Association for the Study
of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya atau potensi rusaknya jaringan atau
keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan tersebut.Berdasarkan definisi tersebut nyeri
merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan
komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis).

Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Adapun yang menjadi
manfaatnya antara lain: manfaat berupa mekanisme proteksi, mekanisme defensif, dan
membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di lain pihak, nyeri tetaplah merupakan
derita belaka bagi siapapun, dan semestinya ditanggulangi oleh karena menimbulkan
perubahan biokimia, metabolisme dan fungsi sistem organ. Bila tidak teratasi dengan baik nyeri
dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek fisik dari penderita.
Aspek psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian dan perilaku,gangguan
tidur dan gangguan kehidupan sosial. Sedangkan dari aspek fisik, nyeri mempengaruhi
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.

Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang
tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan, tekanan
ringan.3 Nyeri dapat dirasakan/terjadi secara akut, dapat pula dirasakan secara kronik oleh
penderita. Nyeri akut akan disertai heperaktifitas saraf otonum dan umumnya mereda dan
hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan. Pemahaman tentang patofisiologi terjadinya
nyeri sangatlah penting sebagai landasan menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita.

1
Bila pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri itu dapat
berkembang menjadi nyeri kronik.2 Nyeri sampai saat ini merupakan masalah dalam dunia
kedokteran. Nyeri bukan hanya berkaitan dengan kerusakan struktural dari sistem saraf dan
jaringan saja, tetapi juga

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum
Laporan Pendahuluan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran
Praktikum Asuhan Keperawatan sehingga penulis mampu mendalami materi dengan baik.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Memahami Pemeriksaan Nyeri
2. Memahami Klasifikasi Nyeri
3. Memahami Tanda dan Gejala Nyeri
4. Memahami Etiologi Nyeri
5. Memahami Teknis Relaksasi

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Teoritis
Laporan ini memiliki manfaat teoritis untuk memberikan landasan bagi para pembaca
dalam melakukan pendalaman teori dan praktik yang sejenis dalam rangka mengasah hardskill
agar lebih kompeten.

1.3.2 Manfaat Praktis


1. Memberikan pemikiran yang aktif dan kritis bagi mahasiswa dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
2. Memperluas wawasan bagi mahasiswa mengenai laporan pendahuluan hingga standar
operasional prosedur praktikum yang berkaitan dengan sistem endokrin.
3. Melatih mahasiswa agar mampu berpikir kritis dalam mendalami teori dan praktik
keperawatan.

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi nyeri


Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional.
Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti
terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten, persisten), dan penyebaran (superfisial atau
dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen
kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga
berkaitan dengan reflek menghindar dan perubahan output otonom.
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat seseorang mencium bau
harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang semuanya merupakan persepsi panca
indera dan dirasakan manusia sejak lahir. Namun, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera.
Karena stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau yang
berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan (Bahrudin, 2017).

2.2 Klasifikasi
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasar durasi waktu, etiologi, dan intensitas. Klasifikasi
nyeri seringkali diperlukan untuk menentukan pemberian terapi yang tepat (Pinzon, 2016).

2.2.1 Berdasarkan durasi (waktu terjadinya)


Nyeri akut
Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan seseorang selama beberapa
detik sampai dengan 6 (enam) bulan. Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya
berkaitan dengan cedera spesifik, jika ada kerusakan maka berlangsung tidak lama
dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan proses
penyembuhan. Beberapa pustaka lain menyebutkan nyeri akut adalah bila <12
minggu. Nyeri antara 6-12 minggu adalah nyeri sub akut. Nyeri diatas 12 minggu
adalah nyeri kronis.

3
Nyeri kronis
Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 (enam)
bulan atau lebih. Nyeri kronis bersifat konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.

2.2.2 Berdasarkan etiologi (penyebab timbulnya nyeri)


Nyeri nosiseptik
Nyeri yang terjadi karena adanya rangsangan/stimulus mekanis ke nosiseptor.
Nosiseptor adalah saraf aferen primer yang berfungsi untuk menerima dan
menyalurkan rangsang nyeri. Ujung ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai
saraf yang peka terhadap rangsangan mekanis, kimia, suhu, listrik yang menimbulkan
nyeri. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot rangka, dan sendi.

Nyeri neuropatik
Nyeri yang terjadi karena adanya lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf. Nyeri
neuropatik biasanya berlangsung lama dan sulit untuk di terapi. Salah satu bentuk
yang umum dijumpai di praktek klinik adalah nyeri pasca herpes dan nyeri neuropatik
diabetika.

Nyeri inflamatorik
Nyeri inflamatorik merupakan nyeri yang timbul akibat adanya proses inflamasi.
Nyeri inflamatorik kadang dimasukkan dalam klasifikasi nyeri nosiseptif. Salah satu
bentuk yang umum dijumpai di praktek klinik adalah osteoarthritis.

Nyeri campuran
Nyeri campuran merupakan nyeri yang etiologinya tidak jelas antara nosiseptif
maupun neuropatik atau nyeri memang timbul akibat rangsangan pada nosiseptor
maupun neuropatik. Salah satu bentuk yang umum dijumpai adalah nyeri punggung
bawah dan ischialgia akibat HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

4
2.2.3 Berdasarkan intensitasnya (berat ringannya)
Tidak nyeri
Kondisi dimana seseorang tidak mengeluhkan adanya rasa nyeri atau disebut juga
bahwa seseorang terbebas dari rasa nyeri.

Nyeri ringan
Seseorang merasakan nyeri dalam intensitas rendah. Pada nyeri ringan seseorang
masih bisa melakukan komunikasi dengan baik, masih bisa melakukan aktivitas
seperti biasa dan tidak terganggu kegiatannya.
Nyeri sedang
Rasa nyeri seseorang dalam intensitas yang lebih berat. Biasanya mulai menimbulkan
respon nyeri sedang akan mulai mengganggu aktivitas seseorang.
Nyeri berat
Nyeri berat/ hebat merupakan nyeri yang dirasakan berat oleh pasien dan membuat
pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, bahkan akan terganggu secara
psikologis dimana orang akan merasa marah dan tidak mampu untuk mengendalikan
diri.

2.2.4 Berdasarkan lokasi (tempat terasa nyeri)


Nyeri somatik/superfisial
Nyeri somatik merupakan nyeri yang timbul akibat rangsangan terhadap nosiseptor
baik superfisial maupun dalam. Nyeri somatik superfisial merupakan nyeri yang
timbul akibat rangsangan atau stimulasi nosiseptor di dalam kulit atau jaringan
subcutan dan mukosa yang mendasarinya. Hal ini ditandai dengan adanya sensasi/
rasa berdenyut, panas atau tertusuk, dan mungkin berkaitan dengan rasa nyeri yang
disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak mengakibatkan nyeri (misalnya
allodinia), dan hiperalgesia. Jenis nyeri ini biasanya konstan dan jelas lokasinya. Nyeri
superfisial biasanya terjadi sebagai respon terhadap luka terpotong, luka gores dan
luka bakar superfisial.

Nyeri visceral
Nyeri visceral merupakan nyeri yang timbul karena adanya jejas pada organ dengan
saraf simpatis. Nyeri ini dapat disebabkan oleh distensi abnormal atau kontraksi pada
dinding otot polos, tarikan cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ (misalnya hati),

5
iskemi otot skelet, iritasi serosa atau mukosa, pembengkakan atau pemelintiran
jaringan yang berlekatan dengan organ-organ ke ruang peritoneal, dan nekrosis
jaringan. Biasanya terasa sebagai nyeri yang dalam, tumpul, linu, tertarik, diperas atau
ditekan. Termasuk dalam kelompok ini adalah nyeri alih (reffered pain).

2.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala nyeri ada bermacam macam tergantung perilaku yang tercermin dari
pasien. Secara umum tanda dan gejala seseorang yang mengalami nyeri ada di dapatkan respon
psikologis berupa :
a. Suara : menangis, merintih, menghembuskan nafas
b. Wajah : meringis, dahi berkerut
c. Bibir : menggigit bibir,, mengatupkan gigi
d. Pergerakan tubuh : kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok, bergerak
melindungi tubuh (protektif terhadap rasa nyeri yang dirasa), imobilisasi
e. Interaksi sosial : menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus aktivitas untuk
mengurangi nyeri, disorientasi waktu (Mohammad, 2012)
2.3.1 Tanda dan gejala nyeri menurut PPNI 2016 :
A. Nyeri Akut
1. Tanda mayor :
● Subjektif : mengeluh nyeri
● Objektif :
- tampak meringis
- bersikap protektif (misalnya : waspada posisi menghindari nyeri)
- gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- sulit tidur
2. Tanda minor :
● Objektif :
- tekanan darah meningkat
- pola nafas berubah
- nafsu makan berubah
- proses berpikir terganggu
- menarik diri
- berfokus pada diri sendiri

6
- diaforesis
-
B. Nyeri Kronis
1. Tanda Mayor :
● Subjektif : Mengeluh Nyeri dan Merasa depresi
● Objektif :
- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menuntaskan aktivitas
2. Tanda Minor :
● Subjektif : merasa takut mengalami cedera berulang
● Objektif :
- Bersikap protektif (misalnya : waspada posisi menghindari
nyeri)
- waspada
- pola tidur berubah
- anoreksia
- fokus menyempit
- berfokus pada diri sendiri

2.4 Etiologi
Menurut Handayani (2015),Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma,
mekanik, thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan
sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis.
sedangkan menurut Putri (2021), Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan psikis, secara fisik misalnya penyebab nyeri adalah
trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan,
gangguan sirkulasi darah, dan yang lainnya jika secara psikis penyebab nyeri dapat terjadi oleh
karena adanya trauma psikologis.
Etiologi atau penyebab dari nyeri akut antara lain agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. terbakar,bahan kimia iritan),
dan agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

7
Berbeda halnya dengan nyeri kronis yang dapat disebabkan oleh kondisi
muskuloskeletal kronis, kerusakan saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan
neurotransmitter, neuromodulator dan reseptor serta gangguan imunitas (misalnya, neuropati
terkait HIV, virus varicella-zoster), gangguan fungsi metabolik, riwayat posisi kerja statis,
peningkatan indeks massa tubuh, kondisi pasca trauma, tekanan emosional, riwayat
penganiayaan (mis, fisik, psikologis, seksual) dan yang terakhir riwayat penyalahgunaan obat
atau zat. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

2.5 Patofisiologi-Pathway

Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors dalam kulit bisa intensitas tinggi maupun
rendah seperti peregangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yg mengalami nekrotik
akan merilis K + & protein intraseluler. Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan
mengakibatkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein dalam beberapa keadaan akan
menginfiltrasi mikroorganisme sebagai akibatnya mengakibatkan peradangan atau
inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan
histamin yg akan merangsang nosiseptor sebagai akibatnya rangsangan berbahaya dan
tidak berbahaya bisa mengakibatkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga
mengaktifkan faktor pembekuan darah sebagai akibatnya bradikinin dan serotonin akan

8
terstimulasi & merangsang nosiseptor. Apabila terjadi oklusi pembuluh darah maka akan
terjadi iskemia yg akan mengakibatkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yg selanjutnya
mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek
vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan
edema lokal, tekanan jaringan semakin tinggi dan juga terjadi perangsangan nosiseptor.
Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan
kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yg akan merangsang proses inflamasi dan juga
membentuk vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi
(oleh serotonin), diikuti sang vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk
serangan migrain. Perangsangan nosiseptor inilah yg mengakibatkan nyeri. (Silbernagl &
Lang, 2000)

2.6 Penatalaksanaan Medis


Meskipun pendekatan farmakologi lebih umum digunakan dalam manajemen nyeri,
pendekatan non farmakologi merupakan pengobatan yang efektif untuk nyeri ringan,
memiliki efek samping yang lebih sedikit, dan lebih murah (Suharko, 2006). Masase,
relaksasi dan guide imagery, stimulasi saraf dengan listrik transkutan, penggunaan
kompres panas dan dingin, sentuhan terapeutik, meditasi, hipnotis dan akupresur, TENS
(Transcutaneus Electrical Nerve stimulation). Teknik-teknik ini umumnya aman, tersedia,
dan dapat dilakukan di rumah atau di fasilitas perawatan akut (Mickey S. dan Patricia GB,
2007).
1. Tehnik distraksi merupakan teknik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien
dari nyeri seperti melakukan hal yang sangat disukai, bernafas lembut dan berirama
secara teratur
2. Terapy music merupakan proses interpersonal digunakan untuk mempengaruhi
keadaan fisik, emosional, mental, estetik dan spiritual, untuk mendukung proses belajar
dan membangun rasa percaya diri
3. Masase atau pijatan adalah manipulasi yang dilakukan dalam jaringan lunak yang
bertujuan untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi. Teknik
massage yang bisa dilakukan adalah remasan, selang seling tangan, gesekan, eflurasi,
petriasi, tekanan menyikat
4. Guide Imaginary adalah upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri
dengan mendorong pasien untuk menghayal dengan bimbingan

9
5. Relaksasi merupakan keadaan dimana klien membayangkan dirinya dalam keadaan
damai dan tenang
6. Akupuntur yaitu teknik pengobatan cina untuk memblok chi menggunakan jarum dan
menusuknya ke titik-titik tubuh tertentu yang bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan yin dan yang
7. Termal terapi yaitu terapi dengan memanasi bagian tubuh tertentu yang nyeri,
memanasi bagian tubuh yang nyeri, otot yang lelah akan membuka pembuluh darah
sehingga meningkatkan aliran oksigen dan menghilangkan iritasi kimia yang terjadi
(Turk & Winter, 2005)

2.7 Teknik Relaksasi


2.7.1 Pengertian
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami
nyerikronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasansehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri. Ada tiga hal yang utama
dalam teknik relaksasi
1. Posisikan pasien dengan tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang

2.7.2 Tujuan
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeriIndikasi :Dilakukan untuk pasien
yang mengalami nyeri kronis

2.7.3 Prosedur
1. Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
d. Tahap orintasi
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien

10
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga

3. Tahap kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang
dipahami/jelas
b. Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
c. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam sehingga rongga paru
berisi udara, intruksikan pasien dengan cara perlahan.
d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap anggota tabuh, pada saat
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhataiannya pada sesuatu hal yang
indah dan merasakan betapa nikmatnya rasanya
e. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2) menit
f. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskannya dengan cara perlahan
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju keparu-paru
seterusnya rasakan udara mengalir keseluruh bagian anggota tubuh
h. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan tangan dan merasakan
keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan kehangatannya
i. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kai dan rasakan
kehangatanya
j. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri kembali
lagi
k. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara
mandiri

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan

5. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan

11
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga

2.8 Terapi Perilaku


2.8.1 Pengertian
Salah satu penatalaksanaan dari nyeri yang merupakan kategori non farmakologis
adalah terapi perilaku. Gerald Corey (2010), berpendapat bahwa terapi perilaku adalah
penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar.
Sedangkan Stephen Palmer terapi perilaku berpandangan bahwa semua perilaku, baik normal
atau abnormal, dipelajari melalui pengkondisian operan atau klasik. Di dalam penerapan terapi
perilaku ini selalu berhubungan erat dengan terapi kognitif yang mana keduanya selalu
digunakan bersamaan, karena terapi tersebut saling mendukung kebersamaannya untuk
mengurangi nyeri (Rabial,2009).
Terapi perilaku kognitif mencakup teknik relaksasi, manajemen stress, distraksi
dan cara lain yang dapat membantu pasien dalam mengatasi nyeri yang dirasakan. Beberapa
pasien tidak dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal bahwa mereka merasa nyeri,
oleh karena itu perawat juga bertanggung jawab terhadap perilaku nonverbal yang dapat
terjadi bersama dengan nyeri (Suddart & Brunner, 2001).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku adalah teknik khusus yang
digunakan untuk mengubah perilaku seseorang yang kurang tepat (maladaptif) menjadi
perilaku yang adaptif serta dalam penerapannya terapi perilaku harus berjalan bersama dengan
terapi kognitif.
Terapi perilaku dapat dilakukan dengan cara distraksi, hipnotis dan Guided Imagery
(Imajinasi Terbimbing). Terapi perilaku Hipnotis yaitu membantu mengubah persepsi nyeri
melalui pengaruh sugesti positif. Sedangkan Distraksi yaitu mengalihkan perhatian terhadap
nyeri dan efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Dan Guided Imagery (Imajinasi
Terbimbing) yaitu terapi yang dilakukan perawat pada klien dengan meminta klien
membayangkan hal yang menyenangkan. Tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang
tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan harus
dihentikan.
2.8.2 Tujuan
Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk merubah cara berpikir tentang nyeri
agar respon tubuh dan pikiran lebih baik ketika mengalami nyeri.

12
2.8.3 Persiapan Alat dan tempat
- Hal yang disenangi klien (misalnya, televisi, handphone, koran atau majalah, bermain,
mendengarkan music)
- suasana yang tenang
2.8.4 Prosedur
A. Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat yang dibutuhkan
d. Tahap orientasi
B. Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga
C. Tahap Kerja
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang
kurang dipahami/jelas
b. atur posisi nyaman pada klien,
c. dengan suara yang lembut mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan
d. tanyakan hal apa yang dapat membuat klien tenang dan senang
e. berikan apa yang diinginkan klien misal klien menyukai menonton video di
youtube
f. izinkan dan sediakan klien untuk menonton video tersebut.
g. Setelah pasien merasakan ketenangan, perawat dapat meninggalkannya atau
melanjutkan kegiatannya
D. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan

13
E. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga

2.9 Kompress Hangat atau Dingin


2.9.1 Definisi
Kompres adalah salah satu tindakan terapi non farmakologi yang biasanya digunakan
dalam kondisi tertentu sehingga bisa memulihkan tanpa bantuan obat-obatan. Terdapat
dua macam kompres, yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
2.9.2 Tujuan
Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat yang bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman, mengatasi nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan
rasa hangat pada daerah tertentu. Sedangkan kompres dingin diantaranya adalah
mengurangi aliran darah ke daerah luka sehingga dapat mengurangi resiko
perdarahan dan oedema, kompres dingin menimbulkan efek analgetik dengan
memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak
akan lebih sedikit.
2.9.3 Persiapan Alat
Kompres Hangat
1. Air hangat dengan suhu 40 derajat celcius.
2. Handuk/kain/washlap.
Kompres Dingin
1. Handuk es
2. Ice pack
3. Cold pack
2.9.4 Prosedur
Cara Melakukan Kompres Hangat
- Siapkan alat dan bahan
- Basahi handuk/kain/washlap dengan air hangat.
- Peras kain agar tidak terlalu basah.
- Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres.
- Lakukan kembali ketika kain sudah kering atau suhu kain mulai dingin.
- Kompres selama 20 menit.

14
Cara Melakukan Kompres Dingin
Kompres dingin memiliki beberapa jenis. Berikut jenis kompres dingin yang dapat
digunakan:
1. Handuk es
- Basahi handuk dengan air dingin
- Peras handuk hingga lembab.
- Lipat handuk dan masukkan ke kantong plastik.
- Bekukan handuk selama 15 menit.
- Keluarkan dari kantong plastik dan letakkan di area yang cedera.
2. Ice pack
- Masukkan es batu sebanyak 0,5 kg ke dalam kantong plastik.
- Tambahkan air secukupnya.
- Keluarkan udara dari kantong plastik dan tutup rapat.
- Bungkus dengan handuk basah.
- Letakkan pada area yang cedera.
3. Cold Pack
- Masukkan cold pack ke dalam freezer selama 1 jam.
- Tempelkan pada area yang cedera.

3.0 Terapi Massage


3.1.1 Definisi
Terapi massage adalah bentuk sentuhan terstruktur dengan menggunakan
tangan atau kadang-kadang bagian tubuh yang lain seperti lengan atas atau siku, yang
digunakan untuk menggerus kulit. Menurut Maryunani (2010), Massage merupakan
salah satu manajemen nyeri non farmakologi untuk membuat tubuh menjadi rileks,
bermanfaat mengurangi rasa sakit atau nyeri, menentramkan diri, relaksasi,
menenangkan saraf dan menurunkan tekanan darah.
3.1.2 Tujuan Terapi Massage
1) Memperlancar peredaran darah.
2) Merangsang persarafan terutama saraf tepi untuk meningkatkan kepekaan rangsang.
3) Meningkatkan ketegangan otot dan meningkatkan kekenyalan otot untuk meningkatkan
daya kerja otot.

15
4) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit
3.1.3 Persiapan Alat
- Kursi (jika ada) / tempat duduk dan tempat bersandar
- Kasur, sprei putih, selimut, bantal
- Aromatherapy candle
- Minyak aromatherapy sesuai keinginan pasien
- Handuk
3.1.4 Prosedur
- Menekan pada titik akupresur, hal ini dilakukan untuk memberikan rangsangan nyeri.
Ketika otot ditekan akan timbul shock, otot akan rileks.
- Friction atau gerakan menggerus melingkar yang bertujuan untuk menghancurkan sisa
sisa metabolisme tubuh yang menyebabkan otot kaku
- Stroking Effleurage, yaitu gerakan menggosok dengan menggunakan ibu jari dengan
arah menyilang dan disertai tekanan. tahap ini dilakukan untuk merilekskan otot kaku.
- Traksi, yaitu gerakan menarik yang bertujuan untuk memposisikan bagian tubuh yang
mengalami cedera
- Effleurage,yaitu gerakan menggosok ringan secara berirama dengan tujuan untuk
mengurangi rasa sakit, memperlancar peredaran darah, dll.

16
BAB 3

TINJAUAN ASKEP

3.1 Kasus Semu


Saat dilakukan pengkajian pada Selasa tanggal 16 Februari 2021 jam 20.00 WIB
di Ruangan Imam Bonjol RS Dr.Reksodiwiryo pada pasien post op orif hari ke 1 didapatkan
pasien yang bernama Tn.Y mengatakan nyeri di bagian kaki sebelah kanan, pasien tampak
meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak bersikap protektif karena menghindari
nyeri, pasien mengatakan tidak bisa untuk menggerakkan kakinya, pasien mengatakan cemas
untuk akan menggerakkan kakinya, pasien mengeluh enggan akan melakukan kegiatan
beraktivitas, pasien tampak lemah, kekuatan otot menurun, gerakan pasien terbatas, pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk pisau dengan durasi 3-8 menit, keluarga
pasien mengatakan luka bekas op agak basah, pasien tampak pucat, Luka pasien terlihat
bengkak dan merah di daerah luka, pasien mengatakan gatal di daerah luka, daerah luka
tampak bengkak, tampak luka lecet di daerah kaki kanan, leukosit didapatkan 10.730, luas luka
5cmx 4cmx4cm, TTV didapatkan: TD:140/80 mmHg, ND:85x/menit, Suhu:37,4,
Pernafasan/RR:22x/menit. Pengkajian nyeri: P: Luka post op orif fraktur femur Q: Nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk pisau R: Lokasi nyeri yang dirasakan di daerah femur bekas op S:
7 T: Nyeri yang dirasakan sering.
Pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit. Pasien
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dan keluarga
tidak mempunyai penyakit keturunan ataupun penyakit menular. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran composmentis TD:140/80 mmHg, ND:85x/menit, S:37,4, P:22x/menit. Pengkajian
nyeri: P:Luka post op orif fraktur femur Q:Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk pisau R:Lokasi
nyeri yang dirasakan di daerah femur bekas op S:7 T:Nyeri yang dirasakan sering. Rambut,
mata, telinga, hidung dan tenggorokan kesan dalam batas normal. Paru, gerak dada dan
fremitus taktil simetris, tidak terdengar adanya ronkhi dan wheezing di kedua lapang paru,
kesan dalam batas normal. Batas jantung tidak melebar, kesan pemeriksaan jantung dalam
batas normal. Pada pemeriksaan abdomen inspeksi cembung dan simetris, auskultasi
didapatkan bising usus normal, perkusi timpani pada 9 regio abdomen, palpasi tidak didapatkan
nyeri tekan. Ekstremitas, tidak ditemukan edema, kesan dalam batas normal.
Muskuloskeletal dan status neurologis dalam batas normal.

17
Pasien memiliki beberapa pemeriksaan penunjang yaitu HB 11,0 g/dl, leukosit
10.730/Ul, trombosit 286.000, GD sewaktu 153 mg/dl. Pasien sudah mendapat beberapa
penatalaksanaan saat di rumah sakit yaitu Inf RL 12J/Kolf, Inj cefoperazon 2x1gr, Inj ranitidin
2x1gr, Inj ketorolac 3x1gr, Tramadol 3x1, Gentamicin 2x1.

3.2 Pengkajian
A. PENGKAJIAN

BIODATA

Nama : Tn. Y

Jenis kelamin : Laki - laki

Umur : -

Status Perkawinan : -

Pekerjaan : -

Agama : -

Pendidikan Terakhir : -

Alamat : -

No. Register : -

Tanggal MRS : -

Tanggal Pengkajian : 16 Februari 2021

Jam Pengkajian : 20.00 WIB / 08.00 P.M.

Diagnosa Medis : Post Op Orif 1/3 Distal dengan Fraktur Femur Terbuka

KESEHATAN KLIEN RIWAYAT

1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :

Pasien mengatakan nyeri di bagian kaki sebelah kanan dan tidak bisa untuk
menggerakkan kakinya

18
2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Di Ruangan Imam Bonjol RS Dr.Reksodiwiryo pada pasien post op orif hari ke


1 didapatkan pasien yang bernama Tn.Y mengatakan nyeri di bagian kaki sebelah
kanan, pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak bersikap
protektif karena menghindari nyeri, pasien mengatakan tidak bisa untuk
menggerakkan kakinya, pasien mengatakan cemas untuk akan menggerakkan
kakinya, pasien mengeluh enggan akan melakukan kegiatan beraktivitas, pasien
tampak lemah, kekuatan otot menurun, gerakan pasien terbatas, pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk pisau dengan durasi 3-8
menit, keluarga pasien mengatakan luka bekas op agak basah, pasien tampak
pucat, keluarga mengatakan bengkak dan merah di daerah luka, pasien
mengatakan gatal di daerah luka, daerah luka tampak bengkak, tampak luka lecet
di daerah kaki kanan

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama dan keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan ataupun penyakit
menular.
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. POLA MAKAN DAN MINUM :

1. Jumlah dan jenis makanan : -

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

2. Waktu Pemberian Makan :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

19
3. Jumlah dan Jenis Cairan :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

4. Waktu Pemberian Cairan :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

5. Pantangan :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

6. Masalah Makan dan Minum :


a. Kesulitan mengunyah : tidak dikaji

b. Kesulitan menelan : tidak dikaji

c. Mual dan Muntah : tidak dikaji

d. Tidak dapat makan sendiri : tidak dikaji

B. POLA ELIMINASI :

1. BAB :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

2. BAK :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

20
3. Kesulitan BAB/BAK :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

C. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :

1. Waktu tidur :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

2. Waktu Bangun :

· Sebelum sakit : tidak dikaji

· Saat sakit : tidak dikaji

3. Masalah tidur : tidak dikaji

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :

1. Pemeliharaan Badan : tidak dikaji

2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut : tidak dikaji

3. Pemeliharaan Kuku : tidak dikaji

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

A. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : tidak dikaji

PEMERIKSAAN FISIK :

A. Kesan Umum / Keadaan Umum : .

B. Tanda-tanda Vital

Suhu Tubuh : 37,4 derajat C Nadi : 85 kali/menit

Tekanan darah : 140/80 mmHg Respirasi : 22 kali/menit

21
Tinggi badan : tidak dikaji

Berat Badan : tidak dikaji

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :

1. Kepala dan rambut

a. Bentuk Kepala : normal

b. Rambut : normal

c. Warna : normal

2. Mata

a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : normal

b. Konjuctiva dan sclera : normal

c. Pupil : normal

3. Hidung

a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : normal

b. Lubang Hidung : normal

c. Cuping Hidung : normal

4. Telinga : normal

5. Mulut dan Faring :

a. Keadaan Bibir : normal

b. Keadaan Gusi dan Gigi : tidak dikaji

6. Leher :

a. Kelenjar Lymphe : tidak dikaji

22
D. Pemeriksaan Integumen (Kulit) :

a. Kebersihan : Tidak dikaji

b. Warna : Tampak pucat

c. Turgor : Tidak dikaji

d. Kelembaban : Bekas op agak basah

e. Kelainan pada Kulit : Tidak dikaji

E. Pemeriksaan Payudara : tidak dikaji

F. Pemeriksaan Thorak / Dada :

1. Inspeksi Thorak

a. Bentuk Thorak : tidak dikaji

b. Pernafasan

- Frekuensi : tidak dikaji


- Irama : tidak dikaji

c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak dikaji

2. Pemeriksaan Paru

a. Palpasi getaran suara : tidak dikaji

b. Perkusi : tidak dikaji

c. Auskulasi

- Suara nafas : tidak dikaji


- Suara tambahan : tidak terdengar adanya rongkhi dan wheezing

4. Pemeriksaan Jantung : normal

23
G. Pemeriksaan Abdomen

a. Inspeksi

- Bentuk Abdomen : cembung dan simetris


- Benjolan/massa : tidak dikaji

b. Auskultasi

- Peristaltik Usus : normal

c. Palpasi

- Tanda nyeri tekan : tidak ditemukan nyeri tekan


- Benjolan/massa : tidak ditemukan
- Tanda-tanda Ascites : tidak ditemukan
- Hepar : tidak ditemukan
- Lien : tidak ditemukan

d. Perkusi

- Suara Abdomen : timpani pada 9 regio abdomen.

H. Genetalia

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstrimitas)

a. Kesimetrisan otot : tidak dikaji

b. Pemeriksaan Edema : tidak ditemukan edema

c. Kekuatan otot : tidak dikaji

J. Pemeriksaan Neurologi

1. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/ GCS : tidak dikaji

2. Fungsi Motorik : tidak dikaji

3. Fungsi Sensorik :tidak dikaji

24
4. Refleks :

a. Refleks Fisiologis : tidak dikaji

b. Refleks Patologis : tidak dikaji

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang Medis :

1. Laboratorium :
● HB 11,0 g/dl
● Leukosit 10.730/Ul
● Trombosit 286.000
● GD sewaktu 153 mg/dl
2. Rontgen : tidak ada

3. ECG : tidak ada

4. USG : tidak ada

5. Lain – lain : -

25
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

● Inf RL 12J/Kolf
● Inj cefoperazon 2x1gr
● Inj ranitidin 2x1gr
● Inj ketorolac 3x1gr
● Tramadol 3x1
● Gentamicin 2x1

Gresik , 13 September 2022


Mahasiswa yang Mengkaji

(……………………………..)

26
ANALISIS DATA

No. Data Subyektif Obyektif Etiologi Diagnosa

1. DS: Pasien mengatakan nyeri di Agen pencedera fisik Nyeri Akut (D.0077)
bagian sebelah kanan

DO: Tampak meringis, tampak


gelisah, bersikap protektif, RR
22x/menit

2. DS: Pasien mengatakan pernah Kurang terpapar Gangguan Integritas


melakukan post op pada daerah femur informasi tentang Kulit (D.0129)
upaya
DO: Terdapat luka pada bekas mempertahankan /
operasi melindungi integritas
jaringan

3. DS: Pasien mengatakan tidak bisa Kerusakan integritas Gangguan Mobilitas


untuk menggerakan kakinya. struktur tulang Fisik (D.0054)

DO: Cemas menggerakan kaki,


kekuatan otot menurun, gerakan
pasien terbatas.

4. DS: Pasien mengatakan gatal Ketidakadekuatan Risiko infeksi


pertahanan tubuh (D.0142)
DO: Luka bekas op agak basah, primer
bengkak dan merah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan pasien merasa
nyeri pada kaki sebelah kanan, tampak meringis, tampak gelisah, bersikap protektif dan
RR 22x menit. (D.0077)
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
upaya mempertahankan / melindungi integritas jaringan dibuktikan dengan pasien
pernah melakukan post op pada daerah femurnya dan terdapat luka di daerah tersebut.
(D.0129)
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
dibuktikan dengan pasien tidak bisa menggerakan kakinya dan merasa cemas. (D.0054)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
dibuktikan dengan pasien mengatakan gatal dan terdapat luka bekas op yang basah,
bengkak dan merah. (D.0142)

27
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn. Y Ruang : Ruangan Imam Bonjol


Umur : - No. Register : -

Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional TTD

Nyeri akut berhubungan Setelah Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera fisik dilakukan (I.08238) (I.08238)
dibuktikan dengan pasien tindakan Tindakan : Observasi :
merasa nyeri pada kaki keperawatan Observasi 1. Agar mengetahui
sebelah kanan, tampak 3x24 jam - Identifikasi lokasi, nyeri yang
meringis, tampak gelisah, diharapkan karakteristik, durasi, dirasakan klien.
bersikap protektif dan RR tingkat nyeri frekuensi, kualitas, 2. Agar mengetahui
22x menit. (D.0077) menurun, skala nyeri berapa tingkatan
dengan - Identifikasi intensitas nyeri
kriteria hasil : nyeri. 3. Agar mengetahui
(L.08066) - Identifikasi faktor berapa besar
- Keluhan yang memperberat dan pengaruh faktor
nyeri memperingan nyeri. nyeri pada klien.
menurun - Identifikasi pengaruh 4. Agar rasa nyeri
- Meringis nyeri pada kualitas yang dirasakan klien
menurun hidup. dapat berkurang.
- Gelisah - Monitor efek samping 5. Agar rasa nyeri
menurun penggunaan analgetik yang dirasakan klien
- Sikap tidak semakin berat.
protektif Terapeutik
menurun -Kontrol lingkungan Terapeutik :
yang memperberat rasa 1. Agar memberikan
nyeri (mis. suhu rasa nyaman pada
ruangan, pencahayaan, klien.
kebisingan). 2. Agar tindakan
-Pertimbangkan jenis yang diberikan
dan sumber nyeri dalam kepada klien tepat
pemilihan strategi
meredakan nyeri. Edukasi :
1. Agar klien
Edukasi mengetahui
- Jelaskan penyebab, penyebab nyeri
periode, dan pemicu yang dirasakan
nyeri 2. Agar klien
- Jelaskan strategi mengetahui serta
meredakan nyeri menyetujui tindakan
- Anjurkan memonitor 3. Agar obat
nyeri secara mandiri analgetik efektif dan
- Anjurkan bekerja
menggunakan analgetik
secara tepat. Kolaborasi :

28
- Ajarkan teknik non 1. Agar obat
farmakologis untuk analgetik tepat dosis
mengurangi rasa nyeri. dan sediaan serta
waktu pemberian.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan integritas kulit Setelah Perawatan Integritas Perawatan


berhubungan dengan kurang dilakukan Kulit (I. 11353) Integritas Kulit
terpapar informasi tentang tindakan Tindakan : (I.11353)
upaya mempertahankan / keperawatan Observasi
melindungi integritas 3x24 jam - Identifikasi penyebab Observasi
jaringan dibuktikan dengan diharapkan gangguan integritas 1.Agar mengetahui
pasien pernah melakukan gangguan kulit (mis. perubahan kondisi dan
post op pada daerah integritas sirkulasi, perubahan penyebab integritas
femurnya dan terdapat luka nyeri status nutrisi, penurunan kulit yang diderita
di daerah tersebut. (D.0129) menurun, kelembaban, suhu klien.
dengan lingkungan ekstrim,
kriteria hasil : penurunan mobilitas) Terapeutik :
(L.14125) 1. Menghindari luka
- Kerusakan Terapeutik yang diderita klien
jaringan - Ubah posisi tiap 2 jam semakin parah
menurun jika tirah baring akibat posisi yang
- Kerusakan - Gunakan produk kurang nyaman.
lapisan kulit berbahan petroleum 2. Menghindari luka
menurun atau minyak pada kulit menjadi infeksi
kering apabila tidak rajin
- Gunakan produk dibersihkan.
berbahan ringan/alami 3. Agar luka yang
dan hipoalergik pada telah dibersihkan
kulit sensitif tidak terkena
- Hindari produk mikroorganisme.
berbahan dasar alkohol 4. Agar
pada kulit kering menghindari kulit
yang telah kering.
Edukasi
- Anjurkan minum air Edukasi :
yang cukup 1. Agar proses
- Anjurkan penyembuhan luka
meningkatkan asupan dapat semakin cepat
nutrisi dengan menambah
- Anjurkan nutrisi yang masuk.
meningkatkan asupan
buah dan sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem.
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun

29
secukupnya.

Perawatan Luka (I. Perawatan Luka


14564) (I. 14564)
Tindakan : Observasi :
Observasi 1. Untuk
- Monitor karakteristik mengetahui secara
luka (mis. drainase, detail karakteristik
wama, ukuran, bau) - luka
Monitor tanda-tanda 2. Untuk
infeksi mengetahui adanya
infeksi
Terapeutik
-Lepaskan balutan dan Terapeutik
plester secara perlahan 1. Untuk mencegah
- Cukur rambut di adanya luka ketika
sekitar daerah luka, jika pelepasan balutan
perlu 2. Mencegah adanya
- Bersihkan dengan infeksi lanjutan
cairan NaCl atau 3. Menjaga agar
pembersih non toksik, tetap hygiene
sesuai 4. Mencegah
- Pasang balutan sesuai terjadinya infeksi
jenis luka luka lebih lanjut
- Pertahankan teknik 5. Mencegah tidak
steril saat melakukan terkontaminasi
perawatan luka kuman dan bakteri
- Ganti balutan sesuai 6. Untuk menjaga
jumlah eksudat dan luka agar tetap
drainase bersih dan
- Jadwalkan perubahan mencegah
posisi setiap 2 jam atau pembentukan
sesuai kondisi pasien eksudat.
- Berikan suplemen 7. Agar klien
vitamin dan mineral merasa nyaman
(mis. vitamin A, 8. Menghindari
vitamin C, Zinc. asam adanya defisit
amino), sesuai indikasi nutrisi, terutama
vitamin dan mineral
Edukasi tubuh
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi Edukasi :
- Ajarkan prosedur 1. Agar pasien
perawatan luka secara mengetahui tanda
mandiri dan gejala infeksi
seperti apa
Kolaborasi 2. Agar pasien bisa
- Kolaborasi prosedur melakukan
debridement (mis. perawatan luka

30
enzimatik, biologis, secara mandiri
mekanis, autolitik), jika
perlu Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian 1. Agar pasien
antibiotik, jika perlu mengetahui
prosedur
debridement
2. Untuk
mengurangi
inokulasi bakteri
hidup pada luka
operasi.

Gangguan Mobilitas Fisik Setelah Dukungan Ambulasi Dukungan


berhubungan dengan dilakukan (I. 06171) Ambulasi (I.
kerusakan integritas struktur tindakan Tindakan : 06171)
tulang dibuktikan dengan keperawatan Observasi Observasi :
pasien tidak bisa 3x24 jam - Identifikasi adanya 1. Untuk
menggerakan kakinya dan diharapkan nyeri atau keluhan fisik mengetahui adanya
merasa cemas. (D.0054) gangguan lainnya nyeri atau keluhan
mobilitas fisik - Monitor frekuensi 2. Agar
menurun, jantung dan tekanan mempermudahkan
dengan darah sebelum memulai pasien untuk
kriteria hasil : ambulasi berpindah tempat
(L.05042) - Monitor kondisi
- Pergerakan umum selama Terapeutik :
ekstremitas melakukan ambulasi 1. Agar
meningkat mempermudahkan
- Kekuatan Terapeutik pasien dalam
otot - Fasilitasi aktivitas mobilitas fisik
meningkat ambulasi dengan alat 2. Agar keluarga
- Rentang bantu (mis. tongkat, pasien membantu
gerak (ROM) kruk) dalam melakukan
meningkat - Libatkan keluarga kegiatan
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan Edukasi :
ambulasi 1. Untuk memberi
pengetahuan baik
Edukasi kepada
- Jelaskan tujuan dan pasien/keluarga
prosedur ambulasi 2. Supaya pasien
- Anjurkan melakukan terbiasa melakukan
ambulasi dini ambulasi
- Ajarkan ambulasi 3. Supaya pasien
sederhana yang harus bisa lebih mandiri
dilakukan (mis, berjalan dalam melakukan
dan tempat tidur kursi ambulasi
roda, berjalan dari

31
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)

Dukungan Mobilisasi Dukungan


(I. 05173) Mobilisasi (I.
Tindakan : 05173)
Observasi
- Identifikasi adanya Observasi :
nyeri atau keluhan fisik 1. Untuk
lainnya mengetahui letak
- Monitor frekuensi nyeri atau keluhan
jantung dan tekanan fisik lainnya
darah sebelum memulai 2. Supaya pasien
mobilisasi lebih berhati-hati
- Monitor kondisi dalam melakukan
umum selama aktivitas
melakukan mobilisasi 3. Supaya pasien
tetap terawasi dalam
Terapeutik melakukan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar Terapeutik :
tempat tidur) 1. Agar
- Libatkan keluarga mempermudah
untuk membantu pasien pasien dalam
dalam meningkatkan melakukan kegiatan
pergerakan 2. Agar pasien tetap
bergerak meskipun
Edukasi sangat minim sekali
- Jelaskan tujuan dan 3. Supaya pasien
prosedur mobilisasi merasa terbantu dan
- Anjurkan melakukan mempermudah
mobilisasi dini dalam melakukan
- Ajarkan mobilisasi kegiatan
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk Edukasi :
di tempat tidur, duduk 1. Supaya pasien
disisi tempat tidur, terbiasa melakukan
pindah dari tempat tidur ambulasi
ke kursi) 2. Supaya pasien
dapat bergerak
sedini mungkin

Risiko Infeksi berhubungan Setelah Pencegahan Infeksi Pencegahan


dengan ketidakadekuatan dilakukan (I.14539) Infeksi (I.14539)
pertahanan tubuh primer tindakan Tindakan : Observasi :
dibuktikan dengan pasien keperawatan Observasi 1. Mengetahui tanda
mengatakan gatal dan 3x24 jam - Monitor tanda dan dan gejala infeksi

32
terdapat luka bekas op yang diharapkan gejala infeksi lokal dan yang muncul
basah, bengkak dan merah. risiko infeksi sistemik
(D.0142) menurun, Terapeutik :
dengan Terapeutik 1. Agar bakteri atau
kriteria hasil : - Berikan perawatan mikroorganisme
(L.14137) kulit pada area edema dari luar tidak ikut
- Kebersihan - Cuci tangan sebelum terbawa dalam
badan dan sesudah kontak ruangan klien
meningkat dengan pasien dan 2. Untuk mencegah
- Kemerahan lingkungan pasien penyebaran infeksi
menurun pada luka klien
- Bengkak Edukasi 3. Agar
menurun - Jelaskan tanda dan mikroorganisme
gejala infeksi yang berada di
- Ajarkan cara mencuci tangan tidak
tangan dengan benar berpindah ke luka
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka Edukasi :
atau luka operasi 1. Agar klien
- Anjurkan mengetahui tanda
meningkatkan asupan dan gejala infeksi
nutrisi seperti apa
- Anjurkan 2. Agar tangan klien
meningkatkan asupan tetap bersih
cairan 3. Agar luka tidak
terkena
Kolaborasi mikroorganisme
- Kolaborasi pemberian 4. Agar
imunisasi, jika perlu penyembuhan
infeksi semakin
cepat

Kolaborasi :
1. Mencegah adanya
virus yang masuk
melalui luka klien

33
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. Y Ruang : Ruangan Imam Bonjol


Umur : - No. Register : -

No. Diagnosa Keperawatan Tggl/ Implementasi Respon Pasien TTD


Jam

1. Nyeri akut berhubungan 17 Manajemen Nyeri 1. Pasien mengetahui


dengan agen pencedera Febru (I.08238) proses identifikasi
fisik dibuktikan dengan ari lokasi, karakteristik,
pasien merasa nyeri pada 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
kaki sebelah kanan, karakteristik, durasi, kualitas, dan skala nyeri.
tampak meringis, tampak frekuensi, kualitas, skala 2. Pasien mengetahui
gelisah, bersikap protektif nyeri intensitas nyerinya.
dan RR 22x menit. 2. Mengidentifikasi 3. Pasien mengetahui
(D.0077) intensitas nyeri. faktor yang memperberat
3. Mengidentifikasi faktor dan memperingan nyeri.
yang memperberat dan 4. Pasien memahami
memperingan nyeri. pengaruh nyeri terhadap
4. Mengidentifikasi kualitas hidupnya.
pengaruh nyeri pada 5. Pasien mengetahui
kualitas hidup. efek samping pemberian
5. Memonitor efek analgetik.
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik Terapeutik
1. Mengontrol lingkungan 1. Pasien merasa
yang memperberat rasa nyaman.
nyeri (mis. suhu ruangan, 2. Pasien memahami
pencahayaan, kebisingan). strategi tindakan yang
2. Mempertimbangkan diberikan.
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.

18 Edukasi Edukasi
Febru 1. Menjelaskan penyebab, 1. Pasien mengetahui
ari periode, dan pemicu nyeri penyebab nyeri.
2021 2. Menjelaskan strategi 2. Pasien mengetahui
meredakan nyeri dan menyetujui tindakan.
3. Menganjurkan 3. Pasien merasakan obat
memonitor nyeri secara analgetik efektif dan
mandiri bekerja.
4. Menganjurkan
menggunakan analgetik

34
secara tepat.
5. Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi 1. Pasien diberikan obat
1. Mengkolaborasikan analgetik tepat dosis dan
pemberian analgetik, jika tepat waktu.
perlu

35
2. Gangguan integritas kulit 17 Perawatan Integritas Perawatan Integritas
berhubungan dengan Febru Kulit (I. 11353) Kulit (I. 11353)
kurang terpapar informasi ari Observasi Observasi
tentang upaya 2021 1. Mengidentifikasi 1. Pasien mengetahui
mempertahankan / penyebab gangguan kondisi dan penyebab
melindungi integritas integritas kulit (mis. gangguan integritas kulit
jaringan dibuktikan perubahan sirkulasi, yang diderita.
dengan pasien pernah perubahan status nutrisi,
melakukan post op pada penurunan kelembaban,
daerah femurnya dan suhu lingkungan ekstrim,
terdapat luka di daerah penurunan mobilitas)
tersebut. (D.0129) Terapeutik
18 Terapeutik 1. Pasien mengubah
Febru 1. Mengubah posisi tiap 2 posisi tiap 2 jam .
ari jam jika tirah baring 2. Pasien menggunakan
2021 2. Menggunakan produk produk berbahan
berbahan petroleum atau petroleum.
minyak pada kulit kering 3. Pasien menggunakan
3. Menggunakan produk produk berbahan dasar
berbahan ringan/alami dan ringan/alami.
hipoalergenik pada kulit 4. Pasien menghindari
sensitif produk berbahan dasar
4. Menghindari produk alkohol
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering

Edukasi Edukasi
1. Menganjurkan minum 1. Pasien meningkatkan
air yang cukup asupan nutrisi yang
2. Menganjurkan masuk ke dalam tubuh
meningkatkan asupan untuk mempercepat
nutrisi proses penyembuhan..
3. Menganjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
4. Menganjurkan
menghindari terpapar suhu
ekstrim.
5. Menganjurkan mandi
dan menggunakan sabun
secukupnya.

36
19 Perawatan Luka (I. Perawatan Luka (I.
Febru 14564) 14564)
ari Observasi Observasi
2021 - Memonitor karakteristik 1. Pasien mengetahui
luka (mis. drainase, warna, karakteristik lukanya.
ukuran, bau) 2. Pasien mengetahui
-Memonitor tanda-tanda adanya infeksi.
infeksi

Terapeutik Terapeutik
-Melepaskan balutan dan 1. Pasien merasakan
plester secara perlahan nyaman setelah tindakan
- Mencukur rambut di personal hygiene.
sekitar daerah luka, jika 2. Pasien terhindar dari
perlu infeksi luka lebih lanjut.
- Membersihkan dengan 3. Pasien menerima
cairan NaCl atau suplemen vitamin dan
pembersih non toksik, mineral sesuai indikasi.
sesuai
- Memasang balutan
sesuai jenis luka
- Mempertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Mengganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Menjadwalkan
perubahan posisi setiap 2
jam atau sesuai kondisi
pasien
- Memberikan suplemen
vitamin dan mineral (mis.
vitamin A, vitamin C,
Zinc. asam amino), sesuai
indikasi

Edukasi Edukasi
- Menjelaskan tanda dan 1. Pasien mengetahui
gejala infeksi tanda dan gejala infeksi.
- Mengajarkan prosedur 2. Pasien dapat
perawatan luka secara melakukan perawatan
mandiri luka secara mandiri.

Kolaborasi Kolaborasi
- Mengkolaborasikan 1. Pasien mengetahui
prosedur debridement prosedur tindakan
(mis. enzimatik, biologis, debridement.

37
mekanis, autolitik), jika
perlu
- Mengkolaborasikan
pemberian antibiotik, jika
perlu

3. Gangguan Mobilitas Fisik 18 Dukungan Ambulasi (I. Dukungan Ambulasi (I.


berhubungan dengan Febru 06171) 06171)
kerusakan integritas ari Observasi Observasi
struktur tulang dibuktikan 2021 - Mengidentifikasi adanya - Pasien dapat berpindah
dengan pasien tidak bisa nyeri atau keluhan fisik tempat dengan mudah.
menggerakan kakinya dan lainnya
merasa cemas. (D.0054) - Memonitor frekuensi
jantung dan tekanan darah
sebelum memulai
ambulasi
- Memonitor kondisi
umum selama melakukan
ambulasi

Terapeutik Terapeutik
- Memfasilitasi aktivitas - Pasien melakukan
ambulasi dengan alat mobilisasi fisik dengan
bantu (mis. tongkat, kruk) baik dengan bantuan alat
- Melibatkan keluarga bantu.
untuk membantu pasien - Pasien dibantu keluarga
dalam meningkatkan dalam upaya
ambulasi peningkatan ambulasi.

Edukasi Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan - Pasien/keluarga
prosedur ambulasi mengetahui tujuan dan
- Menganjurkan prosedur dilakukannya
melakukan ambulasi dini ambulasi.
- Mengajarkan ambulasi - Pasien terbiasa
sederhana yang harus melakukan ambulasi.
dilakukan (mis, berjalan - Pasien mampu
dan tempat tidur kursi melakukan ambulasi
roda, berjalan dari tempat secara mandiri.
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)

Dukungan Mobilisasi (I. Dukungan Mobilisasi


05173) (I. 05173)
Observasi Observasi
- Mengidentifikasi adanya - Pasien dapat
nyeri atau keluhan fisik menunjukkan letak nyeri
lainnya dan keluhan fisik

38
- Memonitor frekuensi lainnya.
jantung dan tekanan darah - Pasien dapat berhati-
sebelum memulai hati dalam melakukan
mobilisasi aktivitas.
- Memonitor kondisi - Pasien merasa terawasi
umum selama melakukan saat melakukan
mobilisasi mobilisasi.

Terapeutik Terapeutik
- Memfasilitasi aktivitas - Pasien dapat
mobilisasi dengan alat melakukan aktivitasnya
bantu (mis. pagar tempat dengan mudah.
tidur) - Pasien dibantu oleh
- Melibatkan keluarga keluarga.
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan - Pasien terbiasa
prosedur mobilisasi melakukan ambulasi.
- Menganjurkan - Pasien melakukan
melakukan mobilisasi dini aktivitas ringan dengan
- Mengajarkan mobilisasi mandiri.
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk disisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

4. Resiko infeksi 17 Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi


berhubungan dengan Febru (I.14539) (I.14539)
ketidakadekuatan ari Observasi Observasi
pertahanan tubuh primer 2021 - Memonitor tanda dan - Pasien mengetahui
dibuktikan dengan pasien gejala infeksi lokal dan tanda dan gejala infeksi
mengatakan gatal dan sistemik yang akan muncul.
terdapat luka bekas op
yang basah, bengkak dan
merah. (D.0142) Terapeutik Terapeutik
- Memberikan perawatan - Pasien mencuci tangan
kulit pada area edema sebelum dan sesudah
- Mencuci tangan sebelum kontak dengan orang lain
dan sesudah kontak atau lingkungan sekitar.
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
Edukasi - Pasien mengetahui dan
- Menjelaskan tanda dan memahami tanda dan
gejala infeksi gejala infeksi.

39
- Mengajarkan cara - Pasien dapat
mencuci tangan dengan melakukan gerakan cuci
benar tangan dengan benar.
- Mengajarkan cara - Pasien dapat
memeriksa kondisi luka memeriksa kondisi
atau luka operasi lukanya sendiri.
- Menganjurkan - Pasien menambah
meningkatkan asupan asupan nutrisi dan
nutrisi cairan.
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi - Pasien
18 - Mengkolaborasikan mempertimbangkan
Febru pemberian imunisasi, jika pemberian imunisasi.
ari perlu
2021

EVALUASI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TGL EVALUASI TTD


KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan 19 Februari 2021 S: Pasien mengatakan


dengan agen pencedera fisik nyeri kaki di bagian
dibuktikan dengan pasien kanan sudah berkurang
merasa nyeri pada kaki sebelah O : Pasien sudah tidak
kanan, tampak meringis, tampak meringis, pasien
tampak gelisah, bersikap sudah bersikap tidak
protektif dan RR 22x menit. protektif
(D.0077) A: Masalah nyeri akut
teratasi
P: Intervensi dihentikan

2. Gangguan integritas kulit 19 Februari 2021 S: Keluarga pasien


berhubungan dengan kurang mengatakan luka bekas
terpapar informasi tentang operasi agak basah
upaya mempertahankan/ O: Bengkak luka
melindungi integritas jaringan berkurang dan luka lecet
dibuktikan dengan pasien di daerah kaki kanan mulai
pernah melakukan post op pada mengering.
daerah femurnya dan terdapat A: Masalah gangguan
luka di daerah tersebut. integritas kulit teratasi
(D.0129) sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

40
3. Gangguan Mobilitas Fisik 19 Februari 2021 S: Pasien mengatakan
berhubungan dengan sudah sedikit bisa untuk
kerusakan integritas struktur menggerakkan kakinya
tulang dibuktikan dengan O: Gerak pasien terbatas,
pasien tidak bisa menggerakan kekuatan otot sedikit
kakinya dan merasa cemas. membaik
(D.0054) A: Masalah gangguan
mobilitas fisik teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

4. Resiko infeksi berhubungan 19 Februari 2021 S: Pasien mengatakan


dengan ketidakadekuatan gatal didaerah luka mulai
pertahanan tubuh primer berkurang setelah
dibuktikan dengan pasien dilakukan tindakan.
mengatakan gatal dan terdapat O: Keluarga mengatakan
luka bekas op yang basah, setelah dilakukan tindakan
bengkak dan merah. (D.0142) keperawatan bengkak di
daerah luka mulai
menurun dan kemerahan
berkurang.
A: Masalah resiko infeksi
teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan

41
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non Farmakologi.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1), 2017.
http://dx.doi.org/10.30651/jkm.v2i1.1201

Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7-13.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449

Gerald Corey, Teori dan praktek Konseling & psikoterapi (Bandung : PT Refika Aditama,
2010) hlm.193

Hendayani, W. L., & Amalia, R. F. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Tn . Y Post Op Orif 1 /
3 Distal Fraktur Femur Terbuka. Jurnal Pustaka Keperawatan, 1(1), 20–26.
https://jurnal.pustakagalerimandiri.co.id/index.php/pustakakeperawatan/article/download
/169/115

Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2 nd ed. Stamford: Appleton and
Lange, 1996, 274-316.

Mickey S & Patricia GB, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC.

Pinzon, R. T. (2016). Pengkajian Nyeri. Yogyakarta: Betha Grafika.

Putri, N. R. (2021). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Gangren Diabetik Di RSUD
Ibnu Sina Gresik. Surabaya: Program D-III Keperawatan Fakultas Vokasi .

Rabial Jihan, (2009), Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Intensitas Nyeri. Skripsi. (diterbitkan), Fakultas Keperawatan,
Universitas sumatera Utara. Hlm (1)-1, (1)-4, (2)9-10, (2) 13-14, (2) 20-35.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suharko, (2006). Penatalaksanaan Rasa Nyeri Pada Lanjut Usia. Jurnal Universa Medicina. 25
(1). https://adoc.pub/penatalaksanaan-rasa-nyeri-pada-lanjut-usia.html

Turk, D, C & Winter F. (2005).The Pain Survival Guide: How to Reclaim Your Life (APA
Lifetools.) Washington DC: American Psychological Association.

42
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Edisi 1. Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta,

43

Anda mungkin juga menyukai