Anda di halaman 1dari 30

ANAMNESA DAN PENGKAJIAN FISIK

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

MAKALAH

OLEH :
1. ELLYSABETH HARTATI (211151007)
2. MARUWAN KRISTO (211151018)
3. RENDY LUNSA SAPUTRA (211151029)
4. YUSTINA SARI (211151040)

DOSEN PENGAMPU

Ns. EMILIANA, S.Kep.,M.A.P,

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN SINTANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul "Pengkajian
Fisik Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman."

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Emiliana, S.Kep.,M.A.P,
selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodologi Keperawatan yang telah membantu kami
dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini menyajikan informasi mengenai kebutuhan rasa aman dan nyaman yang
diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca yang membaca makalah ini. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan teman-teman mahasiswa yang lain akan kebutuhan rasa aman dan
nyaman.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan tugas makalah kami ini selanjutnya.
Kami juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang kebutuhan
rasa aman dan nyaman kepada pembaca dan sekali lagi kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Ns. Emiliana, S.Kep.,M.A.P, selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodologi
Keperawatan.

Demikian yang dapat kami sampaikan pada makalah ini, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat serta tambahan pengetahuan bagi kita semua.

Sintang, 05 April 2022

Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar isi ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
A. Anamnesa
1. Pengertian ......................................................................................... 3
B. Pemeriksaan Fisik ......................................................................................... 4
1. Pengertian...........................................................................................` 4
2. Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman ................................................ 4
3. Faktor yang mempengaruhi Rasa Aman dan Nyaman...................... 5
C. Gangguan Rasa Nyaman .............................................................................. 6
D. Pengkajian ..................................................................................................... 9
E. Asuhan Keperawatan .................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 25
A. Kesimpulan .................................................................................................. 25
B. Saran ............................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto
dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau
yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Meliala & Suryamiharja, 2007).

Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diperlihatkan dengan cara berbeda


pada setiap individu. Setiap individu memiliki pengalaman nyeri dengan skala tertentu.
Nyeri bersifat subyektif dan dipersepsikan individu berdasarkan pengalamannya. Nyeri
menjadi alasan paling umum seseorang mencari perawatan kesehatan karena merasakan
terganggu dan menyulitkan mereka. Nyeri secara serius jika tidak ditangani dapat
menyebabkan ketidakmampuan dan imobilisasi pada individu, sehingga kondisi tersebut
akan merusak kemampuan individu untuk melakukan aktifitas perawatan diri, menyebabkan
isolasi sosial, depresi serta perubahan konsep diri.

Kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia terdiri dari 5 tingkatan
kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan fisiologis (phiysiological needs), kebutuhan akan rasa
aman (safety and security needs), kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki
(love and belonging needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan
aktualisasi diri (self actualization). Salah satu kebutuhan dasar menurut Maslow adalah
kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Dimana keamanan dan kenyamanan adalah
keadaan aman dan nyaman tentram (Aziz, 2009).

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Pemeriksaan Fisik?


2. Apa yang dimaksud dengan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman?
4. Apa saja yang termasuk dalam Pemenuhan Rasa Nyaman?
5. Apa saja gangguan yang terjadi dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman?
6. Bagaimana Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) pada Kebutuhan
Rasa Aman dan nyaman?

C. Tujuan

1. Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Pemeriksaan Fisik.


2. Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Kebutuhan Rasa Aman dan
Nyaman.
3. Pembaca dapat mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Rasa Aman
dan Nyaman.
4. Pembaca dapat mengetahui apa saja yang termasuk dalam Pemenuhan Rasa Nyaman
5. Pembaca dapat mengetahui apa saja gangguan yang terjadi dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.
6. Pembaca dapat mengetahui bagaimana Pengkajian Fisik Pada Kebutuhan Rasa Aman
dan Nyaman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anamnesa
a. Pengertian
Kata anamnesa berasal dari bahasa Yunani yaitu anmnisin atau dalam Bahasa
Indonesia adalah ‘ingat’, anamimnskomai mempunyai arti mengingat atau saya ingat. Dari
kata anamnesis dapat diartikan bahwa pasien diminta untuk mengingat-ingat kembali
melalui pertanyaan-pertanyaan dokter/tenaga medis lainnya yang mengarah kepada
permasalahan medis saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit yang ada di
keluarga, termasuk kebiasaan dan pola hidup pasien. Anamnesa biasanya bentuk bidang
kesehatan yang bersifat bidang psikologi, karena kemampuan seorang dokter atau tenaga
kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kemampuan guna menanggapi cerita pasien.
Anamnesa dapat dilakukan dari beberapa dokter terhadap pasien dalam bentuk perawatan
kepada pasien maupun psikologi. Anamnesa adalah Cara pemeriksaan yang dilakukan
dengan wawancara baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau
sumber lain ( Allo anamnese ) 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari
anamnese.

B. Pemeriksaan Fisik
a. Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah tindakan dimana kita menganalisa dan mensintesa
informasi yang terkumpul dalam rangka mengambil keputusan tentang status kesehatan
klien sebagai bagian dari proses keperawatan. Ada 4 teknik utama yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Hal-hal yang harus
diperhatikan sebelum dilakukan pemeriksaan fisik adalah pemberian posisi sesuai tujuan
pemeriksaan dan universal precaution.
Hal-hal lain yang dianjurkan untuk dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan fisik menurut Center for Disease Control (1991) adalah antara lain: Cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak pemeriksaan fisik gunakan sarung tangan bila ada
kontak dengan cairan tubuh, lesi terbuka dan untuk membersihkan peralatan yang kotor
serta pada saat pengumpulan specimen.

3
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki (head to toe) pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang
klien dan memungkinkan kita sebagai seorang perawat untuk membuat penilaian klinis.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010).

C. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


a. Pengertian
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep
kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki
karakteristik fissiologis, sosial, spiritual, psikologis dan kebudayaan yang mempengaruhi
cara mereka menginterpretasikan dan merasakan nyeri.
  Kebutuhan rasa aman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, terlindungi dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri.
Perubahan rasa aman akan menimbulkan rasa yang tidak enak atau tidak nyaman dalam
berespon terhadap stimulusyang berbahaya ( Purwanto,2008 ).
Kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia terdiri dari 5 tingkatan
kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan fisiologis (phiysiological needs), kebutuhan akan rasa
aman (safety and security needs), kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki
(love and belonging needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan
aktualisasi diri (self actualization). Salah satu kebutuhan dasar menurut Maslow adalah
kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Dimana keamanan dan kenyamanan adalah
keadaan aman dan nyaman tentram (Aziz, 2009).
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau aman
baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati, wirowiyono, & Subu, 2015).
Kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
2. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang
dirasakan didalam atau dengan lingkungannya.
4
3. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.

5
b. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

1. Emosi Kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah terjadi
dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
2. Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klien selalu merasa
tidak aman dalam beraktivitas dan tidak nyaman dengan keterbatasan fisik yang
dialaminya.
3. Gangguan Persepsi Sensori Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman, pendengaran dan penglihatan yang lebih
sering tidak nyata menimbulkan rasa tidak nyaman saat gangguan datang.
4. Keadaan Imunitas Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit.
5. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat
membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan
dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan
resistensi dan anafilaktik syok.
9. Status nutrisi Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan
mudah menimbulkan pe nyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi beresiko
terhadap penyakit tertentu.
10. Usia Perbedaan usia membedakan akibat yang terjadi dari apa yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
11. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berspon terhadap tin gkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
meniningkatkan dan mengatasi kenyamanan dalam hidupnya.

6
3. Pemenuhan Rasa Nyaman
Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan merupakan keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan
transenden. Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic yang mencakup empat
aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri seorang
yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.

D. Gangguan Rasa Nyaman


1. Pengertian
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman dan
sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan sosialnya (Keliat dkk.,
2015).
Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai batasan
karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress,
gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas dengan keadaan, menangis,
merasa dingin, merasa kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa
tidak nyaman, merintih, dam takut.
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang
senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual, lingkungan
serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor mengeluh mual
(PPNI, 2016).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala maupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).

7
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau pun potensial. Nyeri merupakan alasan
utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan dan yang paling banyak
dikeluhkan (American Medical Association, 2013).

2. Teori Nyeri
 Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis
melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke
tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di
korteks sensoris tempat rangsangan nyari tersebut diteruskan.
 Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini ,menyebabkan suatu
respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri,
serta konstraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi
sel T.

3. Skala Nyeri

KETERANGAN:
0 : Tidak Nyeri 7-9 : Sangat Berat
1-3 : Nyeri Ringan 10 : Rasa Sakit Yang Amat
4 : Nyeri Sedang Parah
6 : Nyeri Berat

8
4. Jenis Gangguan Nyaman
Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, & Mulyaningrum, 2013) Gangguan rasa
nyaman dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan
merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik sampai dengan
kurang dari enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya
sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari enam bulan.
c. Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensai yang tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada seluruh bagian perut yang
bisa saja menimbulkan muntah atau tidak.
5. Penyebab Gangguan Rasa Nyaman
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) penyebab
Gangguan Rasa Nyaman adalah:
a. Gejala penyakit.
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan
pengetahuan).
d. Kurangnya privasi.
e. Gangguan stimulasi lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).
g. Gangguan adaptasi kehamilan.

6. Gejala Dan Tanda Gangguan Rasa Nyaman


Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman (mual) dapat dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu sebagai berikut (PPNI, 2016):
a. Gejala dan tanda mayor:
Data subjektif:
1) Mengeluh tidak nyaman
2) Mengeluh mual
3) Mengeluh ingin muntah

9
4) Tidak berminat makan
Data objektif:
b. Gejala dan tanda minor
Data subjektif:
1) Merasa asam di mulut
2) Sensasi panas/dingin
3) Sering menelan
Data objektif:
1) Saliva meningkat
2) Pucat
3) Diaphoresis
4) Takikardi
5) Pupil dilatasi

7. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu komponen dari proses
keperawatan yaitu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan
dari pasien meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin,2009).

A. Faktor predisposisi:
 Teori Psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian
yaitu ide, ego, dan super ego. Ide melambangkan dorongan insting dan impuls
primitive.Super ego mencerminkan hatinurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator
antara ide dan super ego.Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang
suatu budaya yang perlu segera diatasi.
• Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas berat.

10
• Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
• Kajian Biologis
Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.

B. Pengkajian Nyeri Dengan Metode PQRST


 P (provokatif//paliatif/pemacu/penyebab), yaitu faktor yang mempengaruhi
gawat atau ringannya nyeri.
 Q (quality/quantitas), berasal dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat.
 R (region/radiasi/penyebaran), yaitu daerah perjalanan dan penyebaran nyeri.
 S (severity/skala keparahan), adalah keparahan atau intensitas nyeri.
 T (time/waktu), adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

P (provokatif//paliatif/pemacu/penyebab)  Apa penyebab timbulnya nyeri?


 Misalnya nyeri akibat kerusakan
jaringan tubuh, cedera otot akibat
olahraga atau nyeri pada radang
sendi.

Q (quality/quantitas)  Seberapa berat keluhan nyeri


terasa?
 Bagaimana rasanya? Misalnya:
seperti ditusuk, tertekan/tertimpa
benda berat, diris-iris, seperti
diremas, membakar, nyeri berat,
kolik, kaku.
 Seberapa sering terjadinya?
R (region/radiasi/penyebaran)  Dimana lokasi nyeri
dirasakan/ditemukan?
 Apakah menyebar ke daerah lain?
 Apaka berfokus pada satu titik?

11
S (severity/skala keparahan)  Seperti apa sakitnya (skala
nyerinya)?
 Penilaian dapat dilakukan dengan:
- Skala nyeri deskriptif/Verbal
Descriptor Scale (VDS)
- Skala numerik angka/Numerical
Rating Scale (NRS)
- Skala wajah/Faces Scale.
T (time/waktu)  Kapan nyeri mulai dirasakan?
 Seberapa sering keluhan nyeri
terjadi?
 Apakah terjadi mendadak atau
bertahap?
 Apakah akut atau kronis?
 Apakah nyeri muncul secara terus-
menerus atau kadang-kadang?
 Apakah pernah mengalami nyeri
seperti ini sebelumnya?

B. Faktor Presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari. Ancaman
terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan integritas fungsi
social.

C. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam
upaya mempertahankan diri dari ansietas. Identitas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan ansietas. (Dalami dkk, 2009).

12
8. Perencanaan
(Dalami Ernawati, dkk, 2010).
Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
a. Klien mampu menjalin hubungan saling percaya.
b. Klien mampu mengenali cemasnya.
c. Klien mampu memperluas kesadarannya terhadap perkembangan cemas.
d. Klien mampu menggunakan tekhnik relaksasi.

Tindakan keperawatan
a. Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya.
Jadi pendengar yang baik, hangat dan responsif. Beri waktu yang cukup pada klien
untuk berespon. Beri dukungan pada klien mengekspresikan dirinya.
b. Membantu dirinya untuk mengenal ansietasnya.
Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya. Kaitkan
perilaku klien dengan perasaannya. Validasi kesimpulan dan asumsi klien.
c. Memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas.
Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang mendahului ansietas. Bersama
klien tinjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dapat mengancam dan
menimbulkan konflik. Kaitkan pengalaman sekarang dengan pengalaman masa
lalu klien yang relevan.
d. Meningkatkan respon relaksasi.
Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat ansietas klien. Ajarkan klien
latihan relaksasi untuk mengingat control dan rasa percaya diri.

1. Pengalihan situasi
2. Latihan relaksasi:
a. Tarik napas dalam
b. Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
3. Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)
2. Tindakan keperawatan pada pasien pola nafas tidak efektif.
Tujuan tindakan untuk klien: Klien mampu memiliki pola nafas yang efektif.

13
Tindakan keperawatan
a. Monitor keadaan pernafasan, dan frekuensi serta ekspansi dada.
b. Monitor respirasi dan status O2.
c. Monitor TD, nadi, suhu, dan pernafasan.
d. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
e. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
f. Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA.

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 52 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Golongan darah : O
Diagnose medis : CHF (Congestive Heart Failure)

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan nyeri di hati dan panas di ulu hati.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Propocative/Palliative
1. Apa penyebabnya: Klien sering memikirkan tentang kesehatannya yang
semakin parah yang dapat merenggut nyawanya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan: Keluarga yang mendampingi
menyemangati dan menghibur klien.

B. Quantitiy/Quality.
1. Bagaimana dirasakan: Keluarga klien mengatakan Tn. K masih sering terlihat
murung dan kadang tidak mau berbicara.Klien mengatakan tidak nyaman
dan klien mengatakan merasa cemas dengan penyakitnya.

14
2. Bagaimana dilihat: Klien terlihat murung dan diam. Klien tampak gelisah,
berkeringat, klien selal bertanya tentang penyakitnya, ekspresi wajah tampak
tegang.

C. Severity
Keluarga klien mengatakan Tn. K merasa khawatir dengan kondisinya saat ini.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi.
2. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan
Pasien mengatakan sudah pernah berobat ke Rumah Sakit.
3. Pernah dirawat atau pernah dioperasi
Pasien mengatakan belum pernah dioperasi.
4. Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Orang tua
Pasien mengatakan orang tua klien memiliki penyakit Diabetes Melitus.
2. Saudara kandung
Pasien mengatakan saudara kandung pasien tidak pernah mengalami penyakit
yang serius.
3. Penyakit keturunan
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga
4. Anggota keluarga yang menggalami gangguan jiwa
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
5. Anggota keluarga yang meninggal
Pasien mengatakan ibu kandung sudah meninggal di sebabkan penyakit
Diabetes Melitus.
6. Penyebab meninggal
Pasien mengatakan ibunya meninggal dikarenakan sakit DM.

15
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien kurang menerima kondisinya saat ini.
b. Ideal diri
Klien mengatakan sudah gagal menjadi kepala keluarga.
c. Harga diri
Klien mengatakan tidak menerima keadaannya sekarang.
d. Peran diri
Klien berperan sebagai kepala keluarga dan ayah untuk ketiga orang anaknya.
e. Identitas diri.
Klien mengatakan kalau dirinya seorang kepala keluarga sudah tidak mampu
melakukan apa-apa dan berfikir kalau dirinya hanya dapat menyusahkan
keluarganya.

2.Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dan berpegaruh dalam hidupnya
adalah istri dan anaknya karena mereka selalu setia menemani, merawat
dan menjaganya.
b. Hubungan dengan keluarga
Pasien mengatakan ia memiliki hubungan yang baik dengan semua
keluarga
c. Hubungan dengan orang lain.
Pasien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan orang lain
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan ia tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan
dan berinteraksi dengan orang lain.

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam, dalam kehidupan sehari-hari pasien mengikuti
nilai dan keyakinan yang sesuai dengan agama

16
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan selama sakit pasien jarang beribadah (sholat).

VII. STATUS MENTAL DAN EMOSI


a. Penampilan. Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.
b. Tingkah laku. Klien selalu memikirkan penyakitnya dan bahkan klien pun
menanyakan tentang kematiannya.
c. Pola komunikasi. Dalam berkomunikasi kalien lebih sering diam.
d. Mood dan Afek. Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan
selalu
mengeluh akan keadaannya.
e. Proses pikir. Klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya setelah
mengalami kematian.
f. Persepsi. Klien mengalami penurunan perhatian.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Pasien tampak lemas dan cemas, pasien juga terlihat gelisah.

2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Pernapasan : 40 kali/menit
Nadi : 100 kali/menit
Temperatur : 36,5 oC
BB : 50 kg
TB : 150 cm

3. Pemeriksaan head to toe


a. Kepala dan rambut
Bentuk : Bulat dan simetris.
Kulit kepala :Kulit kepala pasien bersih.
Penyebaran rambut :Penyebaran rambut merata di kepala, rambut
lurus
Bau : Rambut pasien tidak berbau.

17
Warna rambut : Warna rambut klien berwarna hitam.
b. Wajah
Warna kulit : Warna kulit pasien normal.
Struktur wajah : Struktur wajah simetris.

c. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Struktur mata pasien lengkap dan simetris
antara mata kanan dan mata kiri.
Palpebra : Tidak ada edema pada palpebra.
Konjungtivadan sclera : Konjungtiva pasien tidak anemis dan sklera
klien berwarna putih.
Pupil : Pupil pasien isikor kanan dan kiri.
Corneadan iris : Tidak terjadi pengapuran katarak pada
mata klien dan tidak ada peradangan pada mata pasien.
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan.

d. Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi: Tulang hidung simetris dan posisi septum,
ditengah.
Lubang hidung :Lubang hidung bersih dan simetris.
Cuping hidung : Tidak ada pergerakan cuping hidung pada pasien.

e. Telinga
Bentuk telinga : Bentuk telinga pasien normal.
Ukuran telinga :Ukuran telinga pasien simetris kiri dan kanan.
Lubang telinga : Lubang telinga pasien tidak ada kelainan.
Ketajaman pendengaran : Pasien memiliki ketajaman pendengaran yang
baik.

f. Mulut dan faring


Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab.
Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan pada gusi dan gigi pasien.
Keadaan lidah : Tidak ada kelainan pada lidah pasien.
Orofaring : Tidak ada kelainan orofaring pada pasien.

18
g. Leher
Posisi trakea : Posisi trakea pasien normal.
Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid.
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis.
Denyut nadi karotis : Denyut nadi karotis pasien teraba.

h. Pemeriksaan integumen
Kebersihan : Kebersihan kulit pasien terjaga.
Kehangatan : Ekstremitas pasien teraba dingin.
Warna : Warna kulit pasien pucat.
Kelembaban : Kelembapan kulit pasien teraba hangat.
Klien berkeringat terlihat di telapak tangan klien, dahi klien dan teraba dingin.

i. Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks : Normal
Pernafasan (frekuensi, irama) : 40 x/ menit, cepat
Tanda kesulitan bernafas : Pasien ada sesak.
Suara tambahan : Bunyi ronchi.

j. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi (bentuk,benjolan) : Normal
Auskultasi : Pada saat di auskultasi peristaltic pasien
10x/menit dan tidak ada suara tambahan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

k. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS VII linea aksilaris anterior
Palpasi : Iktus Kordis teraba ICS VII linea aksilaris anterior
sinistra.
Perkusi : Batas atas, bawah, kanan dan kiri normal.
Auskultasi :Murmur sistolik di katup mitral grade 3/6. Murmur

19
diastolic di katup pulmonal grade 3/6.
l. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genitalia (rambut pubis)
Rambut pubis : ada
Lubang anus : ada
Kelainan pada anus : tidak ada

m. Pemeriksaan neurologi
1. Nervus Olfaktorius (N I)
Pasien dapat membedakan bau
2. Nervus Optikus (N II)
Pasien dapat melihat ke segala arah.
3. Nervus Okulomotorius (N III), Nervus Trochlearis (N IV), Nervus Abdusen
(N VI)
Pasien dapat menggerekkan bola mata
4. Nervus Trigeminus (N V)
Pasien dapat merasakan sentuhan di pipi, dagu, dan dahi
5. Nervus Fasialis (N VII)
Pasien dapat menggembungkan kedua pipi
6. Nervus Vestibulocochlearis (N VII)
Pasien tidak dapat berdiri tegak
7. Nervus Glossopharingeus (N IX), Nervus Vagus ( N X)
Pasien dapat menelan.
8. Nervus Asesorius (N XI)
Pasien dapat menggangkat kedua bahu bersamaan dan tetapi tidak dapat
menehan tekanan yang diberikan kepada klien, klien dapat menoleh
kekanan dan kekiri dan dapat menahan tekanan yang diberikan kepada klien.
9. Nervus Hipoglossus ( N XII)
Pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat mengerakkan lidah kesegala arah.
n. Fungsi motorik
Tidak dilakukan pemeriksaan karena pasien lemas.
O. Fungsi sensorik
Tes tajam-tumpul : Pasien dapat membedakan benda tajam dan benda
tumpul.

20
Tes panas dingin : Pasien dapat membedakan rasa panas dan rasa dingin.
IX. Pola kebiasaan Sehari-hari
1. Pola makanan dan minuman
a. Frekuensi makanan/hari : 3 kali sehari.
b. Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan tidak selera untuk makan.
c. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
e. Mual dan muntah : Pasien mengatakan tidak ada mual
f. Waktu pemberian makan : Waktu pemberikan makan pasien pagi pukul 7.00
WIB,
siang pukul 12.00 WIB , dan malam 18.00 WIB
g. Jumlah dan jenis makan : Jumlah makanan 5-6 sendok makan jenis makanan
nasi bubur
h.Waktu dan pemberian cairan/minum : Pasien mengatakan minum ketika
pasien haus dan pasien terpasang infus RL 20 tts/ menit

2. Perawatan diri/personal hygiene


a. Kebersihan tubuh : Klien terlihat bersih.
b. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi pasien ada yang berlubang
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan terlihat pendek dan
bersih

3. Pola kegiatan/aktivitas
a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan
secara mandiri, sebahagian, atau total.
Pasien mandi dengan bantuan total dari perawat dan keluarga. Pada saat
makan pasien butuh bantuan keluarga yaitu disuapi oleh istrinya. Pada saat
eliminasi urine pasien menggunakan kateter urin. Pada saat ganti pakaian pasien
membutuhkan bantuan total dari perawat dan keluarga.
b. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Pasien jarang menunaikan ibadah sholat.

X. POLA ELIMINASI
a. BAB
Pola BAB: BAB 1 kali dalam 1-2 hari.

21
Karakter feses: Normal
Riwayat perdarahan : -
Diare: Tidak diare
b. BAK
Pola BAK: Terpasang kateter 1500cc/12 jam
Karakter Urine: kekuningan
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Tidak ada

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Foto thorax mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
pleurayang menegaskan diagnose CHF.
2. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
disebabkan AMI), ekokardiogram.
3. Pemeriksaan Lab meliputi: Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelabihan retensi air,
K,
Na, Cl, Ureum, Gula darah.

22
9. Data
NO DATA MASALAH
DS: Klien mengatakan merasa cemas dengan Kecemasan
keadaannya.
Klien mengatakan tidak nyaman

DO: Klien tampak gelisah


Klien tampak berkeringat
Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
Eksperesi wajah tampak tegang
TD: 140/90
HR: 100x/menit.
RR: 40x/menit.

23
10. Perencanaan Keperawatan
No. Dx Perencanaan Keperawatan

Cemas Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan: Klien mampu mengontrol dan mengurangi kecemasannya.
Kriteria Hasil:
a. Wajah klien cerah dan tersenyum
b. Klien mau membalas salam
c. Klien bersedia menceritakan perasaannya

Rencana Tindakan Rasional

Strategi Pertemuan 1: Perasaan dan tingkah laku


a. Mengidentifikasi perasaan klien menunjukan jenis
klien. kecemasan klien.
b. Mengidentifikasi kecemasan
klien.
c. Mengajarkan klien teknik
relaksasi.
Strategi pertemuan 2: Melihat kemajuan klien dan
a. Mengevaluasi perasaan dan membantu klien dalam
kemajuan klien. mengontrol kecemasannya.
b. Melatih klien mengontrol
cemas.

Rencana Tindakan Rasional

Dengan teknik mengerutkan otot


c. Menganjurkan klien
melakukan teknik tersebut
saat merasakan cemas.

24
Strategi Pertemuan 3: Melihat kemajuan klien
a. Mengevaluasi kemajuan klien dalam melakukan teknik
b. Melatih pasien untuk mengurangi
mengendalikan kecemasan kecemasannya.
dengan melakukan teknik
hypnosis 5 jari.
Evaluasi: Jika ada perubahan maka

Catat hasil dan perubahan yang tindakan dianggap berhasil.

terjadi.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anamnesa adalah Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara
baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain
( Allo anamnese ) 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese.

Anamnesa biasanya bentuk bidang kesehatan yang bersifat bidang


psikologi, karena kemampuan seorang dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
berhubungan dengan kemampuan guna menanggapi cerita pasien. Anamnesa dapat
dilakukan dari beberapa dokter terhadap pasien dalam bentuk perawatan kepada
pasien maupun psikologi.

Pemeriksaan fisik adalah tindakan dimana kita menganalisa dan mensintesa


informasi yang terkumpul dalam rangka mengambil keputusan tentang status kesehatan
klien sebagai bagian dari proses keperawatan. Ada 4 teknik utama yang digunakan
dalam pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to
toe) pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan kita sebagai seorang perawat untuk membuat penilaian klinis.
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri. Nyeri
merupakan pengalaman pribadi yang diperlihatkan dengan cara berbeda pada setiap
individu. Kebutuhan rasa aman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, terlindungi dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri.
Perubahan rasa aman akan menimbulkan rasa yang tidak enak atau tidak nyaman dalam
berespon terhadap stimulus yang berbahaya.

B. Saran

Disarankan kepada pembaca agar dapat memahami isi ataupun inti dari
makalah ini, sehingga pengetahuan mengenai pentingnya kebutuhan rasa aman dan
nyaman bertambah. Dan kami harap, pembaca yang belum memenuhi kebutuhan rasa
aman dan nyaman dengan baik, sebaiknya merencanakan dan melakukannya dalam
26
kehidupan sehari- harinya mulai dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Anita 05. 2020. “Kebutuhan Rasa Nyaman”,


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2481/5.%20BAB%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y, diakses pada 05 April 2022.

Husmin, Aminarsih. 2022. “Makalah Pemeriksaan Fisik”,


https://www.academia.edu/12672900/Makalah_pemeriksaan_fisik, diakses pada 24 Maret 2022.

Kemkes, BPPSDMK. 2020. “Kebutuhan Dasar Manusia”,


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kebutuhan-dasar-manusia-
komprehensif.pdf, diakses pada 05 April 2022.

Rekaladina 10. 2022. “Modul Pemeriksaan Fisik”,


https://laboratorium.umkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/Modul-Pemeriksaan-Fisik.pdf , diakses
pada 06 April 2022.

Handle, Bitstream. 2020. “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman
Nyaman”, https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2857/142500097.pdf?
sequence=1&isAllowed=y, diakses pada 06 April 2022.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Blog Perawat, 2020. “Cara Pengkajian Nyeri PQRST”,


https://www.blogperawat.net/2020/06/cara-pengkajian-nyeri-pqrst.html, diakses pada 10
April 2022.

27

Anda mungkin juga menyukai