Anda di halaman 1dari 33

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK PERILAKU BULLYING TERHADAP KESEHATAN

MENTAL ANAK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Fariz Rafi Ardianto

XI IPS 2

SMAN 1 KARAWANG

Jalan Ahmad Yani No. 22 Karawang


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis Ilmiah :

Dampak perilaku Bullying terhadap Kesehatan mental anak.

Oleh :

Fariz Rafi Ardianto

202110330

Guru Pembimbing,

Hasna Diana, S.Pd.

NIP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-

Nya, Penulis bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul " Dampak perilaku Bullying

terhadap Kesehatan mental anak."

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hasna Diana selaku guru Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia yang telah membantu Penulis dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini memberikan beberapa informasi terkait dampak Bullying terhadap

Kesehatan suatu mental anak.

Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran dan

kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga

karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang Pengaruh komunikasi & informasi

terhadap karakter remaja SMA.

Karawang, February 2022

Penulis

Fariz Rafi Ardianto


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii

BAB I..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................1

B. Perumusan Masalah............................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian................................................................................................................4

D. Kontribusi Penelitian..........................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................5

LANDASAN TEORI..................................................................................................................5

A. Teori Dan Dampak Dari Perilaku Bullying.........................................................................5

B. Teori Perilaku Belajar Dan Upaya Sekolah......................................................................13

BAB III......................................................................................................................................18
METODE PENELITIAN..........................................................................................................18

A. Metode Penelitian.............................................................................................................18

B. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................................................18

C. Jenis Penelitian..................................................................................................................19

D. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................................19

E. Definisi Operasional..........................................................................................................19

F. Teknik Pengumpulan Data................................................................................................19

G. Instrumen Penelitian.........................................................................................................20

H. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................................21

BAB IV......................................................................................................................................22

HASIL PENELITIAN...............................................................................................................22

A. Pengumpulan Data............................................................................................................22

B. Deskripsi Data...................................................................................................................23

BAB V.......................................................................................................................................25

SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena school bullying atau bullying

mulai mendapat perhatian peneliti, pendidik, organisasi perlindungan, dan tokoh

masyarakat. Pelopornya adalah Profesor Olweus dari University of Bergen yang

sejak 1970-an di Skandinavia mulai memikirkan secara serius tentang fenomena

bullying di sekolah.1 Maraknya bullying pada anak –anak saat ini mulai terjadi.

Bullying tidak hanya terjadi pada anak usia remaja. Saat ini anak usia Sekolah

Dasar (SD) sudah mulai mengenal bullying. Secara tidak disadari, mereka

melakukan tindakan bullying kepada teman sebaya ataupun teman sekelas.

Tindakan yang mereka lakukan biasanya yaitu, mengejek teman, menjauhi teman,

mengancam, bahkan melakukan tindakan fisik seperti memukul dengan tangan.

Salah satu kasus kematian akibat bullying adalah kematian anak remaja usia 13

tahun berinisial FK yang melakukan aksi bunuh diri pada 15 Juli 2005. Kematian

siswi Sekolah Dasar ini dipicu oleh rasa minder dan frustasi karena sering diejek

1
Novan Ardy Wijaya, Save Our Children from School Bullying, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), 11.
sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya.2

Bullying muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan penghukuman,

terutama fisik, akibat buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku, yaitu

muatan kurikulum yang hanya mengandalkan aspek kognitif dan mengabaikan

pendidikan dengan kemampuan efektif.3 Lingkungan sekolah dan keluarga menjadi

salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan bullying yang

dilakukan oleh anak. Hal ini berarti bahwa orang tua dan guru memiliki faktor

penting dalam tumbuh kembang anak di rumah maupun di sekolah. Tontonan

mereka seperti televisi, youtube, ataupun saluran media sosial yang lain juga

menjadi faktor anak menjadi pelaku bullying

Di sebagian besar negara Barat, bullying dianggap sebagai hal yang serius

karena cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dampak dari perilaku

bullying sangat negatif. Menurut Rigby,4 penelitian-penelitian tersebut

menunjukkan bahwa siswa yang menjadi korban akan mengalami kesulitan dalam

bergaul, merasa takut datang ke sekolah, sehingga absensi mereka tinggi dan

tertinggal pelajaran, dan kesehatan mental maupun fisik jangka pendek maupun

2
Ibid 17
3
Ibid, 7.
4
Ibid,18
jangka panjang korban akan terpengaruh.

Perilaku bullying sepatutnya mendapatkan perhatian khusus oleh para

praktisi pendidikan. Sebab, dampak yang ditimbulkan oleh bullying jika dibiarkan

akan menjadi fatal. Bahkan anak bisa bunuh diri karena bullying. Sebagian dari

mereka merasa tertekan karena sering dibully. Korban bullying biasanya

cenderung diam dan tidak mau bercerita tentang tindakan bullying yang dialami.

Anak korban bullying biasanya cukup lama dalam menerima pelajaran

yang diberikan. Hal ini disebabkan karena anak merasa tertekan saat di dalam

kelas dan bertemu dengan pelaku bullying. Anak juga merasa dirinya terancam.

Sehingga ia tidak fokus kepada pelajaran justru fokus kepada bagaimana caranya

agar tidak di bully.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana dampak perilaku bullying terhadap kesehatan mental anak?

2. Apa upaya sekolah dalam mengurangi perilaku bullying?


C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan dampak perilaku bullying terhadap kesehatan mental anak.

2. Mendeskripsikan upaya sekolah dalam mengurangi perilaku bullying di

lingkungan sekolah.

D. Kontribusi Penelitian

Ada dua manfaat pada penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan tentang bullying di sekolah, serta sebagai tambahan referensi bahan

pustaka, khususnya penelitian tentang bullying di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi terkait

dengan dampak bullying terhadap mental anak sekolah dasar.

b) Bagi siswa, dapat memberikan pengetahuan siswa mengenai dampak dari

bullying.

c) Bagi pembaca pada umumnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

rujukan untuk melakukan kajian lebih lanjut.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Dan Dampak Dari Perilaku Bullying

1. Pengertian Bullying

Bullying berasal dari bahasa Inggris, yang asal katanya bully jika diartikan dalam

bahasa Indonesia berarti menggertak atau mengganggu. Menurut Olweus, bullying

merupakan suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan

ketidaksenangan atau menyakitkan oleh orang lain, baik satu atau beberapa orang

secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya. 5 Menurut

American Psychiatric Association (APA) bullying adalah perilaku agresif yang

dikarakteristikkan dengan 3 kondisi yaitu:

A. Perilaku negatif yang bertujuan untuk merusak atau membahayakan.

B. Perilaku yang diulang selama jangka waktu tertentu.

C. Adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat.6

5
Olweus, Bullying at School, (Australia: Blackwell, 1994), 9.
6
American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental isorders, Fourth Edition, Text
Revision, (Arlington VA, 2000).
Menurut Coloroso, bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara

berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah, dilakukan

dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya secara fisik maupun

emosional.7 Rigby menyatakan, bullying merupakan perilaku agresi yang dilakukan

secara berulang-ulang dan terus menerus, terdapat kekuatan yang tidak seimbang antara

pelaku dan korbannya, serta bertujuan untuk menyakiti dan menimbulkan rasa tertekan

bagi korbannya.8

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan pengertian bullying adalah perilaku

negatif yang dilakukan oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah

dengan menggunakan maupun tidak menggunakan alat bantu yang bertujuan agar

merasa tertekan baik secara fisik maupun emosional.

2. Karakteristik Pelaku dan Korban Bullying

Menurut Olweus karekteristik dari para korban bullying (victims) adalah korban

merupakan individiu yang pasif, cemas, lemah, kurang percaya diri, kurang

popular dan memiliki harga diri yang rendah. Korban tipikal bullying juga bisanya

adalah anak-anak atau remaja yang pencemas, yang secara sosial menarik diri,
7
Barbara Coloroso, Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU), (Jakarta:
PT. Ikrar Mandiriabadi, 2007).
8
P.R. Astuti, Meredam Bullying (3 cara efektif mengatasi kekerasan pada anak), (Jakarta: PT. Grasindo, 2008).
terkucil dari kelompok sebayanya dan secara fisik lebih lemah dibandingkan

kebanyakan teman sebayanya. Sedangkan pelaku bullying biasanya kuat, dominan

dan asertif dan biasanya pelaku juga memperlihatkan perilaku agresif terhadap

orang tua, guru, dan orang-orang dewasa lainnya. Sedangkan menurut olweus

pelaku bullying biasanya kuat, agresif, impulsive, menunjukan kebutuhan atau

keinginan untuk mendominasi dan memperlihatkan kekerasan.

Menurut Murphy, karakteristik tertentu yang khas pada korban bullying adalah

penampilan mereka yang berbeda atau memiliki kebiasaan yang berbeda dalam

berperilaku sehari-hari. Sebagian korban “dipilih” karena ukuran mereka yang

berbeda. Mereka dianggap secara fisik lebih kecil dari kebanyakan anak, lebih

tinggi dari kebanyakan anak, atau mengalami kelebihan berat badan.9

Umumnya anak atau remaja korban bullying adalah anak yang pencemas, mudah

gugup, selalu merasa tidak aman, pemalu, pendiam, self-esteem rendah, memiliki

cacat fisik atau mental, masalah tingkah laku atau gangguan perkembangan

neurologis.
9
Nurul Hidayati, “Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi”, INSAN, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Gresik, Vol.No. 01, (April 2012), 43.
Sedangkan karakteristik anak atau remaja pelaku bullying adalah hiperaktif,

agresif, destruktif, menikmati dominasi atas anak atau remaja lainnya, cenderung

pemarah, mudah tersinggung, dan memiliki toleransi rendah terhadap frustrasi.

Mereka juga cenderung sulit memproses informasi sosial sehingga sering

menginterpretasikan secara keliru perilaku anak atau remaja lain sebagai perilaku

bermusuhan juga saat sikap permusuhan itu ditujukan pada anak atau remaja lain.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik pelaku

dan korban bullying adalah sebagai berikut:

a) Pelaku

Secara psikologis, pelaku lebih agresif, hiperaktif, destruktif, sifat

mendominasi, mudah tersinggung, memiliki rasa toleransi rendah.

Secara fisik lebih kuat dan mempunyai kecakapan berkomunikasi.

Secara sosial memiliki jumlah masa yang banyak.

b) Korban
Secara psikologis, korban memiliki kemampuan yang berbeda, mengalami

kendala belajar seperti slow learner, down syndrom, retardasi mental, dll,

memiliki sifat pencemas, mudah gugup, selalu merasa tidak aman, pemalu,

pendiam, self-esteem rendah. Secara fisik memiliki perbedaan dalam hal

tinggi badan, berat badan, warna kulit, gaya bicara, penampilan dll. Secara

sosial, memiliki perbedaan etnis, strata sosial, agama, dll.

3. Faktor-faktor Bullying

Munculnya perilaku ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

mengintervensi pelaku untuk melakukan perilaku bullying pada korbannya.

Sebenarnya anak-anak tidak diajarkan untuk berperilaku bullying. Tingkah laku

itupun juga tidak diajarkan secara langsung kepada anak-anak. Terdapat berbagai

faktor yang mempengaruhi seorang anak berkembang menjadi seorang pelaku

bullying. Faktor-faktor tersebut temasuk faktor biologi dan tempramen, pengaruh

keluarga, teman, dan lingkungan. Penelitian membuktikan bahwa gabungan faktor

individu, sosial, resiko lingkungan, dan perlindungan berinteraksi dalam menentukan

perilaku bullying.10

Jadi faktor-faktor dari perilaku bullying terdiri dari faktor individu seperti

10
Herson Verlinden & Thomas, “Perilaku Bullying: Asesmen Multidimensi dan Intervensi Sosial” dalam Jurnal
Psikologi, Undip Vol. 11, No. 2, (Oktober 2012).
tempramen dan biologi. Faktor dari luar individu yaitu pengaruh keluarga, teman,

dan lingkungan.

4. Bentuk-bentuk Bullying

Ada tiga bentuk bullying menurut Coloroso, yaitu:

a. Verbal bullying (bullying secara lisan)

Verbal bullying dapat berbentuk name-calling (memberi nama julukan), taunting

(ejekan), belittling (meremehkan), cruel criticsm (kritikan yang kejam), personal

defamation (fitnah secara personal), racist slurs (menghina ras), sexually

suggestive (bermaksud/bersifat seksual) atau sexually abusive remark (ucapan

yang kasar).

b. Physical bullying (bullying fisik)

Bentuk bullying yang paling dapat terlihat dan paling mudah untuk diidentifikasi

adalah bullying secara fisik. Bentuk ini meliputi menampar, memukul, mencekik,

mencolek, meninju, menendang, menggigit, menggores, memelintir, meludahi,

merusak pakaian atau barang dari korban.


c. Relational bullying (bullying secara hubungan)

Bentuk ini adalah yang paling sulit untuk dideteksi. Relational bullying adalah

pengurangan perasaan (sense) diri seseorang yang sistematis melalui pengabaian,

pengisolasian, pengeluaran, penghindaran. Penghindaran, sebagai suatu perilaku

penghilangan, dilakukan bersama rumor adalah sebuah cara yang paling kuat

dalam melakukan bullying. Relational bullying paling sering terjadi pada tahun-

tahun pertengahan, dengan onset remaja yang disertai dengan perubahan fisik,

mental, emosional, dan seksual. Pada waktu inilah, remaja sering

menggambarkan siapa diri mereka dan mencoba menyesuaikan diri dengan teman

sebaya.11

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk- bentuk perilaku

bullying secara garis besar terbagi menjadi tiga aspek yaitu verbal bullying,

physical bullying, dan relation bullying.

11
Barbara Coloroso, Stop Bullying.
5. Dampak Bullying

Bullying akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan terhadap metal anak,

tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi pelakunya. Menurut Coloroso pelaku

bullying akan terperangkap dalam peran sebagai pelaku bullying, mereka tidak dapat

mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap dalam memandang sesuatu dari

perspektif lain, tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan

disukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan

datang.12

Sementara dampak negatif bagi korbannya adalah akan timbul perasaan depresi

dan marah. Mereka marah terhadap diri sendiri, pelaku bullying, orang dewasa dan

orang-orang di sekitarnya karena tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Korban

bullying cenderung merasa takut, cemas, dan memiliki self esteem yang lebih rendah

dibandingkan anak yang tidak menjadi korban bullying. Duncan juga menyatakan

bila dibandingkan dengan anak yang tidak menjadi korban bullying, korban bullying

akan memiliki self esteem yang rendah, kepercayaan diri rendah, penilaian diri yang

buruk, tingginya tingkat depresi, kecemasan, ketidakmampuan, hiper sensitivitas,

12
Barbara Coloroso, Stop Bullying.
merasa tidak aman, panik dan gugup di sekolah, konsentrasi terganggu, penolakan

oleh rekan atau teman, menghindari interaksi sosial, lebih tertutup, memiliki sedikit

teman, terisolasi, dan merasa kesepian.

Skrzypiec (2008) mengadakan survei dengan melibatkan hampir 1.400 siswa

kelas tujuh, delapan dan sembilan di sekolah dasar Australia dan memeriksa efek

bullying pada pembelajaran siswa dan kesejahteraan sosial dan emosional serta status

kesehatan mental mereka. Analisis tersebut menemukan bahwa sepertiga siswa yang

mengalami bully serius juga dilaporkan mengalami kesulitan serius dalam

berkonsentrasi dan memperhatikan di kelas karena bullying dan ketakutan yang

terkait dengannya.13

B. Teori Perilaku Belajar Dan Upaya Sekolah

1. Pengertian Perilaku Belajar

Perilaku sering juga diartikan sebagai behavior yaitu semua aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang pada umumnya. Perilaku atau yang biasa disebut sikap

mengandung makna yang luas, Allport menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul

13
M.S. Afroz Jan, “Bullying in Elementary Schools: Its Causes and Effects on Students” dalam Journal of
Education and Practice, ISSN 2222-1735, Vol.6, No.19, 2015, 46.
seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta

memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.14

Ada juga yang berbeda pendapat dengan Allport, seperti Harlen yang menurutnya

sikap merupakan kesiapan kecenderungan seseorang yang bertindak dalam

menghadapi suatu objek atau situasi tertentu. Dalam istilah kecenderungan,

terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan

dengan suatu objek.15

Setiap tingkah laku manusia mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini

tampak jelas pada perbuatan–perbuatan seperti belajar atau bekerja, tetapi hal ini

juga terdapat pada tingkah laku lain yang tampaknya tidak ada tujuannya.16

Dari semua definisi ditarik kesimpulan bahwa perilaku adalah semua kegiatan

atau aktivitas dari manusia itu sendiri baik berupa reaksi, tanggapan, jawaban,

atau balasan yang dilakukan individu. Perilaku belajar dapat diartikan sebagai

sebuah aktivitas dalam belajar.

14
Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 114
15
Ibid., 115.
16
Abu ahmadi dan Widodo Suoriyono, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 15.
2. Perwujudan Perilaku Belajar

Konsep dan pengertian dari perilaku belajar sendiri banyak dan beragam tergantung

dari sudut pandang yang mengamati karena setiap individu memiliki perilaku belajar

yang berbeda. Oleh karena itu, para ahli mengklasifikasikan kedalam bentuk-bentuk

dari perilaku belajar. Bentuk perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering

tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut:17

a. Kebiasaan

Witherington dalam Andi Mappiare mengartikan kebiasaan (habit) sebagai an

acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic atau

cara yang diperoleh dari akting yang terus- menerus, seragam, dan cukup

otomatis.18

b. Keterampilan

Kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya

muncul dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan

sebagainya. Meskipun sifatnya motorik namun keterampilan itu memerlukan

koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.

17
Ibid.
18
Djali, Psikologi., 128.
Disamping itu, menurut Reber keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-

pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai

dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.19

c. Pengamatan

Proses menerima, menafsirkan dan memberi rangsangan yang masuk melalui

indra-indra seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar siswa akan

mampu mencapai pengamatan yang benar, objektif sebelum mencapai pengertian.

d. Sikap (attitude)

Kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk

terhadap orang atau barang tertentu. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi

afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang

relative tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya20.

19
Muhibbin Syah, psikologi., 117.
20
Muhammad Faturrohman & Sulistyowati, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN membantu meningkatkan mutu
pembelajaran sesuai standart nasional (Sleman Yogyakarta: Teras 2012), 127.
3. Upaya sekolah dalam mengurangi perilaku Bullying

Cara untuk mengurangi bullying di lingkungan sekolah diantaranya yaitu,

pembelajaran di dalam kelas dapat dengan berjalan kondusif, siswa tidak melakukan

perkelahian lagi dengan temannya, di dalam kelas siswa tidak mengolok-olok

temannya, siswa tidak mengucilkan temannya lagi, mendidik siswa untuk lebih sopan

terhadap gurunya, karakter siswa terbentuk dapat terbentuk sesuai visi dan misi

sekolah, dan siswa tidak mengulangi perbuatan yang telah dilakukannya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sebagai karya ilmiah, maka tidak bisa dilepaskan dari penggunaan metode. Secara

umum metode penelitian adalah sebuah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan

pengetahuan ilmiah atau ilmu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Tujuannya untuk

mendeskripsikan hasil observasi terhadap Dampak Bullying terhadap Kesehatan mental anak.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan terhadap potensi dampak Bullying terhadap

Kesehatan mental anak dilakukan dengan instrumen penelitian observasi.

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi saat ini terkait pelaku maupun korban

Bullying yang pernah dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Dari hasil analisis ini

diharapkan akan diperoleh hasil yang jelas dan konprehensif tentang dampak Bullying

terhadap Kesehatan mental anak.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi : SMAN 1 KARAWANG

2. Sampel : Siswa / Siswi SMAN 1 KARAWANG


C. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel yang biasanya ditentukan secara acak untuk diambil

data-datanya, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. (Sugiyono, 2010:

14).

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMA Negeri 1 Karawang, Yang beralamat Jl.

Jendral Ahmad Yani No.22, Nagasari, Kec. Karawang Barat, Kab. Karawang, Jawa Barat

41312.

E. Definisi Operasional

Bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan untuk menyakiti secara fisik, verbal,

dan psikologis. Perilaku tersebut dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang untuk

menyakiti orang lain yang lebih lemah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah Teknik Observasi. Teknik Observasi

adalah metode yang cukup mudah dilakukan untuk pengumpulan data.


G. Instrumen Penelitian

Lembar Observasi Perilaku Bullying Di Lingkungan Masyarakat.

Nama : ....................................................................

NIS : ......................................................................

Kelas : .....................................................................

Hari/Tanggal : .........................................................

Pokok Bahasan : ......................................................

No Aspek Yang akan di Observasi Kemunculan

Ya Tidak

1. Apakah anda pernah melakukan


Tindakan Bullying?
2. Apakah anda sering melakukan
Tindakan Bullying?
3. Pernakah anda menjadi korban
Bullying?
4. Apakah anda sering melihat perilaku
Bullying diluar sekolah?
5. Apakah anda akan melaporkan ke
pihak guru / sekolah apabila anda
melihat perilaku bullying?
 Bila benar

Keterangan : Laki – Laki : 10 Orang

Perempuan : 14 Orang

H. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun

demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Etis Remaja SMA dalam penelitian ini

hanya terdiri dari tiga variabel, yaitu Pengendalian Intern, Kepatuhan dan Kompensasi

Manajemen. Sedangkan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi Perilaku Etis

Remaja SMA.

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuantitatif yaitu Sulit dalam

memperdalam data. Hal ini disebabkan alat utama dalam pengumpulan data adalah

instrumen penelitian, seperti observasi sehingga peneliti kesulitan untuk mendapatkan

data lebih dan yang tertulis di dalam Angket observasi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pengumpulan Data

Berikut ini adalah data yang diperoleh penulis dari angket yang telah disebarkan yakni

meliputi 5 pertanyaan dengan menggunakan dua opsi yaitu “Ya” atau “Tidak”.

No Aspek Yang akan di Observasi Kemunculan

Ya Tidak

1. Apakah anda pernah melakukan 8 16


Tindakan Bullying?
2. Apakah anda sering melakukan 3 21
Tindakan Bullying?
3. Pernakah anda menjadi korban 14 10
Bullying?
4. Apakah anda sering melihat perilaku - 24
Bullying diluar sekolah?
5. Apakah anda akan melaporkan ke 6 18
pihak guru / sekolah apabila anda
melihat perilaku bullying?

 Bila benar

Keterangan : Laki – Laki : 10 Orang

Perempuan : 14 Orang
B. Deskripsi Data

Setelah penulis memperoleh data dari angket yang disebarkan tentang pengaruh

kemajuan teknologi terhadap karakter remaja. Terdapat sebanyak 24 responden yang

memberikan tanggapannya terhadap angket yang telah disebarkan. Dari tabel tersebut,

dapat disimpulkan bahwa:

Pertanyaan 1: Pada pertanyaan pertama, terdapat 8 responden menjawab “Ya” dan 16

Responden menjawab “Tidak”. Beberapa responden yang menjawab “Ya”

menyatakan kalau dirinya sempat membully teman sekelasnya seperti mengejek orang

tua, mengejek kekurangannya dan lain lain.

Pertanyaan 2: Pada pertanyaan kedua, sebanyak 3 responden menjawab ”Ya” dan 21

Responden menjawab “Tidak”. Dari beberapa responden dalam pertanyaan 1 yang

menjawab “Ya” kini menjadi jawab “Tidak”, dari peryataan yang saya dapat mereka

menjelaskan bahwa kini mereka sudah sadar bahwa perilaku bullying merupakan

perilaku yang tidak baik dan mungkin dapat merusak Kesehatan mental anak.
Pertanyaan 3: Pada pertanyaan ketiga, sebanyak 14 responden menyatakan bahwa

dirinya pernah menjadi korban Bullying oleh teman teman sekelasnya saat SMP,

sedangkan sebanyak 10 responden tidak pernah di Bully oleh teman teman sekelasnya.

Pertanyaan 4: Pada pertanyaan keempat, sebanyak 24 responden menyatakan bahwa

mereka tidak pernah melihat perilaku bullying sehabis pulang sekolah maupun diluar

lingkungan sekolah.

Pertanyaan 5: Pada pertanyaan kelima, sebanyak 6 responden menyatakan bahwa

mereka lebih memilih untuk melaporkan kepada pihak guru / sekolah dikarenakan

mereka sadar apabila perilaku ini terus dibiarkan akan merusak mental suatu korban

dan membuat korban menjadi enggan datang ke sekolah, sedangkan sebanyak 18

responden menyatakan bahwa mereka lebih memilih untuk diam dikarenakan mereka

takut atas tuduhan laporannya ini membuat dirinya diincar oleh para pelaku bullying.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Arti, T. S. (2022). Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian. Karawang.

Gissani, M. F., & Wulandari, T. A. (2017). Aktivitas Komunikasi Bobotoh Persib dalam

Cyberspace. Jurnal Komunikasi, http://elib.unikom.ac.id/file/disk1/767/jbptunikompp-

gdl-muhammadfi-38345-10-unikom_4-1.pdf.

Nasrullah, R. (2012). Komunikasi Antar Budaya dan Dunia Siber. Bandung: SIMBIOSA

REKATAMA MEDIA.

Nasrullah, R. (2014). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: PRENADAMEDIA

GROUP.

Nasution, H. F. (2016). Instrumen Penelitian dan Urgensinya dalam Penelitian Kuantitatif.

Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman, 59-75.


Lampiran

hasil obseRVASI PERILAKU BULLYING DI


LINGKUNGAN MASYARAKAT
Laki - Laki (Ya) Perempuan (Ya) Laki - Laki (Tidak) Perempuan (Tidak)

P er t an y aan 5 8 6 6 7

P er t an y aan 4 10 14

P er t an y aan 3 6 8 4 6

P er t an y aan 2 3 7 14

P er t an y aan 1 8 2 14

0 5 10 15 20 25 30

Anda mungkin juga menyukai