Anda di halaman 1dari 29

STRATEGI ANTI FRAUD

Jakarta, LPPI 21 Februari 2020


Dasar Hukum
•Surat Edaran Bank Indonesia nomor 13/28/DPNP Tanggal 9
Desember 2011 tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi
Bank Umum.

•Surat Edaran Bank Indonesia nomor 13/23/DPNP Tanggal 25


Oktober 2011 tentang Perubahan atas SE 5/21/DPNP tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

•Undang-undang Perbankan nomor 7/1992 sebagaimana


POJK. No. xxx/03/2019 TENTANG PENERAPAN STRATEGI ANTI FRAUD BAGI BANK
UMUM

diubah dengan Undang-undang nomor 10/1998

Kebijakan Penerapan Strategi Anti Fraud

Rencana akan disempurnakan dgn POJK. No. xxx/03/2019 TENTANG PENERAPAN STRATEGI ANTI
FRAUD BAGI BANK UMUM
4 PILAR STRATEGI ANTI FRAUD

100

PEMANTAUA
INVESTIGASI N
PREVENTIF DETEKSI EVALUASI &
PELAPORAN
TINDAK
& SANKSI LANJUT

• Surat Edaran Bank Indonesia nomor 13/28/DPNP


PREVENTION
(Pencegahan)

Sosialisasi GCG/ Deklarasi Anti Fraud

ANTI FRAUD AWARENESS Employee Anti Fraud Awareness

Customer Anti Fraud Awareness

Identifikasi, Analisis, Menilai Risiko


IDENTIFIKASI KERAWANAN
Men-Dokumentasi & Melaporkan

Efektifitas Sis-Dur Recruitment

KNOW YOUR EMPLOYEE Kualifikasi, Promosi & Mutasi yg Tepat

Peka thdp karakter & Gaya Hidup

Rekam Jejak Calon Pegawai

•Pencegahan Fraud merupakan tanggung jawab seluruh Unit Kerja


(Fungsional Unit dan Bisnis Unit)
Anti Fraud Awareness

Priority Banking PEJABAT OPS


Officer

FUNDING OFFICER TELLER

CARD BUSSINES
SUPERVISOR
OFFICER
Anti Fraud
BISNIS OPS-RISK
ACCOUNT OFFICER Training CS

TREASSURY
OFFICER INTERNAL CONTROL
Anti Fraud Awareness
BRANCH MGR
AUDIT
Identifikasi Dokumen
DLL

Identifikasi Tanda Tangan

Modus Kejahatan Bank

Teknik Investigasi

Anti Fraud awareness adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya
pencegahan Fraud oleh seluruh pihak terkait. Melalui kepemimpinan yang baik didukung dengan
anti Fraud awareness yang tinggi diharapkan tumbuh kepedulian semua unsur di Bank terhadap
pengendalian Fraud. Moral dan awareness dari unsur pimpinan sampai staf terhadap anti Fraud
harus menjiwai setiap kebijakan atau ketentuan yang ditetapkannya.
Low Fraud Environment
Pada kondisi integritas yang rendah, kontrol yang lemah, akuntabilitas yang
rendah, dan tekanan yang tinggi, peluang seseorang menjadi tidak jujur akan
makin besar.

•Menyediakan tips anti-fraud secara online bagi karyawan


•Memberikan pelatihan anti-fraud bagi karyawan
•Memberikan pelatihan mengenai Anti fraud bagi manajemen/eksekutif

• Low fraud environment bisa diciptakan dengan adanya dukungan dari


budaya kejujuran yang tinggi, keterbukaan, dan program khusus bantuan
perusahaan kepada pegawai.

• Untuk menciptakan dukungan tersebut, paling tidak, bank harus


mempekerjakan orang-orang yang jujur dan selalu memberikan pelatihan
kepada mereka mengenai kesadaran akan bahaya fraud, dan
menciptakan lingkungan kerja yang positif,
Identifikasi Kerawanan

Identifikasi kerawanan merupakan proses Manajemen Risiko untuk mengidentifikasi,


menganalisis, dan menilai potensi risiko terjadinya Fraud.

Identifikasi kerawanan ditujukan untuk mengidentifikasi risiko terjadinya Fraud yang


melekat pada setiap kegiatan operasional dan bisnis yang berpotensi merugikan Bank.

Bank melakukan identifikasi kerawanan pada setiap aktivitas. Hasil identifikasi


didokumentasikan dan diinformasikan kepada pihak berkepentingan dan selalu dikinikan
terutama terhadap aktivitas yang dinilai berisiko tinggi untuk terjadinya Fraud.(SOP)
Penyebab Fraud

Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya


pengendalian internal di organisasi tersebut. Terbukanya
kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau
kelompok yang sebelumnya tidak memiliki motif untk
melakukan fraud.

Pressure atau motivasi pada seseorang atau individu akan


membuat mereka mencari kesempatan melakukan fraud,
beberapa contoh pressure dapat timbul karena masalah
keuangan pribadi, Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba,
berhutang berlebihan (gaya hidup) dan tenggat waktu dan
target kerja yang tidak realistis.

Rationalization terjadi karena seseorang mencari


pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud.
Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau merasa
bahwa tindakannya bukan merupakan suatu kecurangan
tetapi adalah suatu yang memang merupakan haknya,
bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena telah
berbuat banyak untuk organisasi.
Diamond Fraud
Posisi jabatan atau fungsi seseorang
dimana orang tersebut dapat
Positioning
memanfaatkan kesempatan
melakukan Fraud yang tidak dapat
dijalankan orang lain
Orang tsb cukup cerdas dan cukup
Intelligent kreatif untuk memahami dan
mengeksploitasi kelemahan
kontrol/pengendalian internal untuk
melakukan kecurangan
Orang yang memiliki keyakinan yang
kuat bahwa Fraud yang dilakukan
Ego
tidak akan terdeteksi atau Fraudster
memiliki kemampuan untuk
mengelabui orang lain
Orang yang memiliki kemampuan
Coercion untuk mempengaruhi orang lain
(Pemaksaan) untuk membantu niatnya, menutupi
kecurangan
Pelaku bisa berbohong atau pandai
Deceit mengalihkan (mampu
(Tipuan) mempertahankan
kebohongannya/beralibi)

Orang dapat menyembunyikan dan


Stress mengelola stres, sebagai tindakan
Management menyembunyikan Fraud yang telah
dilakukannya
Eksternal Working Group

Unit Fraud Investigation

Departemen Pemeriksaan Khusus & Forum Perbankan


Investigasi Perbankan- OJK (DKIP) Anti Fraud

Kerjasama Penanganan
Kasus
Sharing Modus Fraud Terkini

Tukar menukar informasi

Sharing Data Blacklist Pelaku

Workshop/Training
Forum Anti Fraud & Investigasi Perbankan

Tahun 2006 Tahun 2008


Forum Pencegahan Kejahatan Forum Pencegahan Kejahatan
Perbankan Perbankan
Sejarah Awal 8 Bank 13 Bank
BNI, DANAMON, BII, UIB, PERMATABANK,
NIAGA, ANZ, SCB
Ditampung
Sementara

Working Group- DIMP Bank Indonesia


Tahun (Dept. Investigasi dan Mediasi Perbankan)
2011
Tahun 2012
Selanjutnya nama FPKP berubah sementara menjadi
Forum Anti Fraud terbentuk di Desember 2011, 2 kali pertemuan
sejalan dengan keluarnya SEBI 13/28/DPNP tentang Tahun 2013 Tahun 2016
Penerapan Strategi Anti fraud Bagi Bank Umum.
3 kali pertemuan
Mendapatkan dukungan
Tahun 2014 dari OJK-DKIP
Dalam perkembangannya, anggota bank yang awalnya untuk perkuatan
hanya beberapa bank berkembang menjadi +/-34 Bank 3 kali pertemuan
kerjasama
baik bank Lokal maupun bank asing, Tahun 2015
Tahun 2017
2 kali pertemuan
34 Bank Tahun 2018 70
anggota
Tahun 2019
Know Your Employee

Penerapan sistem dan prosedur rekruitmen pegawai pelaksana bidang


operasional dan layanan secara efektif, obyektif dan transparan. Seleksi awal
pekerja melibatkan juga jajaran manajemen Kantor Cabang sebagai end-
user pekerja sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai karakter dan
rekam jejak calon karyawan secara lengkap.

Pelaksanaan promosi, rotasi maupun mutasi pekerja, termasuk penempatan pada posisi
yang memiliki risiko tinggi terhadap fraud harus berdasarkan pada penerapan prinsip Know
Your Employee yang dilakukan secara transparan. agar sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan untuk jabatan tujuan.

Pengenalan pekerja dengan baik oleh manajemen, antara lain mencakup pengenalan
dan pemantauan karakter, perilaku, lingkungan pekerja dan gaya hidup.
DETECTION
(Deteksi Risiko)

Perlindungan Whistle Blower

WHISTLE BLOWING SISTEM (WBS) Kebijakan & Instrumen Pengaduan

Tindak Lanjut Pengaduan & Laporan

Pemeriksaan Gabungan Unit Kerja


SURPRISE AUDIT
Unit Kerja/Cabang yang berisiko tinggi

Pemeriksaan Hasil Kerja


SURVEILLANCE SYSTEM
Pengujian Thdp Hasil Kerja ->kewajaran

•Deteksi Fraud merupakan tanggung jawab seluruh Unit Kerja (Fungsional


Unit dan Bisnis Unit)
WhistleBlower

Dalam sistem laporan dugaan pelanggaran ini, Bank memberikan perlindungan kepada
pelapor terhadap perlakuan yang merugikan seperti sebagai berikut :

•Pemecatan yang tidak adil.


•Penurunan jabatan atau pangkat.
•Menjaga kerahasiaan identitas pelapor.
•Menangani keluhan ataupun pengaduan dari pelapor yang mendapat tekanan
atau perlakuan ancaman dari terlapor.

•Pelecehan atau diskriminasi dalam segala bentuknyaMendokumentasikan setiap


laporan dugaan pelanggaran yang diterima.

Bank berkomitmen untuk memberikan penghargaan, melindungi pelapor yang beritikad


baik dan akan patuh terhadap segala peraturan perundangan yang terkait serta best
practices yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan
pelapor.

Perlindungan pelapor dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas kerahasian identitas


pelapor dan perlindungan dari tindakan yang merugikan pelapor. Bagi Bank,
perlindungan pelapor akan menumbuhkan rasa aman bagi karyawan dan pelapor
lainnya.
UU Perbankan
No.10 Tahun 1998
UU Perbankan
No.10 Tahun 1998
RAHASIA BANK

1. Psl. 40 ayat 1: Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai


Nasabah penyimpan dan simpanannya,

Pemaksaan terhadap pihak Bank atau pihak Teafiliasi untuk


memberikan keterangan sebagaimana psl. 40 diancam min 2
tahun dan maks. 4 tahun serta denda min. Rp 10 miliar dan maks.
Rp 200 miliar

Pembocoran rahasia bank dengan sengaja akan dipidana penjara


min 2 tahun dan denda min. Rp 4miliar dan maks. Rp 8 miliar
Pencatatan Palsu
2 Pasal 49 (1) : Anggota Dewan Komisaris, Direksi, Peg Bank dengan Sengaja :

-Membuat dan menyebabkan adanya pencatatan palsu, Menghilangkan


atau tdk memasukan atau menyebabkan tdk dilakukannya pencatatan
dlm pembukuan atau dlm laporan maupun dlm dokumen . . . Dst

Modus :
- Petugas Bank (Marketing, AO, CS) memanfaatkan nasabah prioritas (priority
banking) untuk menandatangani aplikasi kosong (Bilyet deposito, Aplikasi
Penarikan)
- Petugas AO melakukan perubahan BI Checking, Hasil Appraisal
- Petugas Bank memalsukan instruksi transfer se- olah2 dari nasabah
dengan memanfaatkan kelemahan petugas operasional

(Ancaman hukuman min 5 tahun dan maksimal 15 tahun dan denda 10 milyar)
Meminta/Menerima
Prinsip Kehati-Hatian
Komisi
Pasal. 49.2b dan psl 50 - Pihak Terafiliasi (Anggota Dewan Komisaris, Direksi dan
3.Pegawai
Pasal 49 (2a)wajib
Bank) : Anggota Dewan komisaris,
melaksanakan direksiyang
langkah-langkah ataudiperlukan
pegawai bank
untuk
memastikan ketaatan
yang dengan bank (azas
sengaja : prudential banking-Prinsip Kehati-hatian)
Pelanggaran terhadap psl ini dikenakan pidana sekurang-kurangnya 3 tahun dan
Meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk
paling lama 8 tahun serta denda min Rp 5 miliar dan maks. 100 milyar
menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang
atauinibarang
Pasal berharga
merupakan untukmembahayakan
pasal yang keuntungan posisi
pribadinya
pegawai bank bila melakukan
pelanggaran SOP/Prosedur
diancam
Contoh :
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan
paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp5.000.000.000 (lima karena
Kasus Fraud yang terjadi miliar
bagianrupiah) dan
operasional paling menjalankan
lalai dalam banyak
prosesnya, dalam kasus pencairan deposito seharusnya petugas bank harus
Rp100.000.000.000
berhadapan dengan nasabah dan apabila nasabah tidak hadir harus ada kuasa dari
nasabah dan wajib dikonfirmasi, dikarenakan proses tersebut dilanggar menyebabkan
deposito bobol karena perbuatan pelaku, maka petugas bank bag.oparasional dapat
terkena pidana
PEMANTAUAN
Pelanggaran prosedurEVALUASI & TINDAK LANJUT

Pasal. 49.2b dan psl 50 - Pihak Terafiliasi (Anggota Dewan Komisaris, Direksi dan
Pegawai
PEMAN Bank) A N melaksanakan Setiap
T A Uwajib peristiwa FRAUD
langkah-langkah yangwajib ditindaklanjuti
diperlukan
secara seriusKehati-hatian)
dan dimonitor
untuk
memastikan ketaatan bank (azas prudential banking-Prinsip
Pelanggaran terhadap psl ini dikenakan pidana sekurang-kurangnya 3 tahun dan
paling lama 8 tahun serta denda min Rp 5 miliar dan maks. 100 milyar

Pasal ini merupakan pasal yang membahayakan posisi pegawai bank bila melakukan
pelanggaran SOP/Prosedur
Evaluasi Langkah Perbaikan
Contoh
E V :A L U A S I
Identifikasi Kelemahan
Kasus Fraud yang terjadi karena bagian operasional lalai dalam menjalankan
prosesnya, dalam kasus pencairan deposito seharusnya petugas Penyebabbank
Terjadi Fraud
harus
berhadapan dengan nasabah dan apabila nasabah tidak hadir harus ada kuasa dari
Memperkuat
nasabah dan wajib dikonfirmasi, dikarenakan proses tersebut dilanggar Sistem
menyebabkan
Kendali Internal
deposito bobol karena perbuatan pelaku, maka petugas bank bag.oparasional dapat
terkena pidana
Setiap Unit Kerja Wajib memastikan bahwa sudah
dilakukan perbaikkan terhadap kelemahan yang
TINDAK LANJUT terjadi
KASUS DI BIDANG PERBANKAN
Kasus Operasional

Pemalsuan Tanda tangan & Pre-sign


Transfer Fiktif
Instruksi Palsu-->Tidak Call Back/Konfirmasi

Peka terhadap transaksi nasabah yg


mencurigakan
Pembukaan Rekening Penampungan
Perlu pengamatan lebih jeli thd Identitas
nasabah

Dual Control dilanggar


Pencurian Uang di Counter/Khasanah
Pengendalian Internal--->lemah

SOP-->rotasi staf tidak berjalan

Perubahan Instruksi Nasabah

Penarikan Dana Bank dan Nasabah Pemanfaatan celah SOP--> alasan bisnis

Penggunaan Kartu Debit dan PIN nasabah

Pendebetan GL
KASUS FUNDING
(Yang Berhubungan dengan Operasional)

Pembukaan Rekening
Perubahan Dokumen
Pemalsuan , Pre-Sign

Titipan Setoran
Penggelapan Dana Nasabah
Menyerahkan Kartu ATM nasabah kpd Oknum

Modus Investasi dengan Bunga Tinggi


Rekayasa Pemindahan Dana
Menyalahgunakan nama Perusahaan/Bank

Pelanggaran Prinsip Kehati-Hatian Over Service


Kasus Kredit

Bukan kepada pihak yang tepat


Rekayasa Pemberian Kredit
Penggunaan dana kredit yg menyimpang

Penggelembungan nilai agunan


Rekayasa Agunan
Agunan dalam penguasaan pihak ke-3
Jaminan Tidak sesuai fakta

Pemalsuan Sertifikat
Rekayasa Dokumen Kredit
Pemalsuan Laporan Keuangan
Pemalsuan Identitas/ID

Membagi Fasilitas Kredit menjadi beberapa


bagian guna menyamarkan
Pelanggaran Prinsip Kehati-hatian
Sengaja menyimpang dari SOP guna
kepentingan dan keuntungan pribadi

Tidak cermat dalam melakukan analisa


kredit
PENCEGAHAN KREDIT BERMASALAH

1. Tata Kelola Perusahaan yang baik

2.Penerapan Manajemen Risiko

3.Penerapan KYC dan KYE

4.Sistem Pengedalian Internal yang


cermat dan konsisten

Pengecekan secara cermat data debitur-SID

Black List Oknum Bank bukan hanya Pejabat Kerjasama Working Group
Know Your E setingkat Direksi s/d Kepala Cabang, namun
mployee termasuk level dibawahnya
Anti Fraud & Investigasi
Perbankan

Rekam jejak calon Pegawai


PENYEBAB FRAUD MENINGKAT
Sistem Rekruitment yang masih belum sempurna :
- KYE yang belum berjalan secara maksimal, terutama rekam jejak calon pegawai
- Integritas pegawai yang buruk (oknum)

Edukasi/pemahaman pegawai perihal SOP/Prosedur, Risiko Fraud dan GCG masih rendah

Kurangnya kepedulian/awareness atasan terhadap sub-ordinatenya/staf terkait dengan


pengawasan serta situasi kerja.

Skill atau keahlian pejabat/pegawai pada beberapa posisi yang strategis belum mencukupi
di bidangnya

Sinergi kerjasama yang berkesinambungan antar Unit Kerja dalam mencegah Fraud
masih lemah

OPPORUNITY—-> ‘Dual Control’ Tidak dijalankan


PRESSURE —-> Tekanan Target dicapai dengan melanggar, Gaya hidup tinggi
RATIONALIZATION —-> Menghalalkan segala cara (Pembenaran)
Bagaimana Pencegahan
• Pertama, ciptakan kontrol internal yang bagus. Kontrol internal yang bagus,
paling tidak, harus mencakup kontrol lingkungan yang bagus, sistem akuntansi
yang bagus, dan kontrol prosedur (aktivitas) yang juga bagus. Kontrol prosedur
yang bagus harus mencakup kontrol fisik atas aset-aset, otorisasi yang tepat,
segregasi tugas, pengecekan independen, dan dokumentasi yang lengkap.

• Kedua, menekan peluang terjadinya kolusi. Jika fraud terjadi disertai dengan
kolusi, akan lebih sulit untuk bisa mendeteksinya. Dan, karena kolusi biasanya
dibangun dalam waktu yang tidak singkat, cara yang jitu adalah merotasi
pegawai (job transfer) secara periodik.

• Ketiga, memberikan informasi kepada nasabah mengenai kebijakan bank.


Contoh : perilaku suap saat debitur mengharapkan kucuran dana kredit.
Bank bisa membuat surat secara periodik kepada nasabah terkait yang
menjelaskan mengenai kebijakan perusahaan yang tidak menerima segala
jenis suap atau hadiah, menitipkan dana kpd petugas bank untuk disetorkan
• Keempat, pengawasan pegawai. Para pelaku fraud biasanya menggunakan
hasil kejahatannya untuk mendukung gaya hidup yang mahal. Dengan
mengawasi gaya hidup setiap staf dan fasilitas-fasilitas pribadi di sekelilingnya,
bank bisa melakukan langkah pencegahan. Sebab, para staf yang
berpotensi melakukan fraud seakan-seakan merasakan terus diawasi. (Pelaku
korupsi biasanya “Tidak tahan untuk Tidak pamer dari barang yg dibelinya”)
• .

• Kelima, buat jalur khusus pelaporan fraud (tips hotline). Secanggih apa pun
fraud dilakukan, sering kali fraud bisa ditemukan melalui tips. Ketika seorang
pegawai merasakan bahwa rekan kerjanya atau pihak lain memiliki cara yang
sangat mudah untuk melaporkan terjadinya fraud, hal ini akan mengurangi
niat melakukan fraud itu sendiri. Takut dilaporkan!-->Whistleblower

• Keenam, menciptakan ekspektasi atas hukuman (law enforcement). Sanksi


yang tegas dan berat jelas akan mengurangi perilaku tidak jujur. Hukuman
yang tegas dan konsisten akan membuat para staf berpikir seribu kali sebelum
memastikan siap terlibat melakukan fraud. Kalau hanya diberhentikan,
terkadang tidak cukup kuat untuk mencegah fraud. Hukuman yang lebih
berarti, misalnya, memberi tahu kepada keluarga atau orang-orang terdekat
mengenai perilaku tidak jujur yang dilakukan seorang pegawai.
• Ketujuh, proactive fraud auditing. Sering kali, investigasi terhadap fraud
.

dilakukan setelah ada korban, yang artinya bersifat reaktif. Audit yang bersifat
pembinaan dan pro-aktif diharapkan akan membangun kesadaran para
pegawai bahwa apa yang mereka lakukan setiap saat tidak lepas
pengawasan dan “di-review”. Hal ini akan memberikan para pegawai rasa
takut akan tertangkap jika melakukan fraud, sehingga diharapkan akan
mengurangi perilaku kecurangan di bank.
Terima Kasih

Budi Setio Wibowo


Mobile Phone : 0811970934
Email : bswibowo1989@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai