Pada dua artikel sebelumnya yang saya tulis, yaitu mengenai jenis-jenis pemutusan hubungan
kerja (PHK) sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan, telah dijelaskan beberapa jenis
PHK dan imbalannya. Jika sebut sebagai pelajaran, itu adalah teorinya. Dalam prakteknya, cara
perhitungan pesangon ini ada tata cara nya dan ada hal-hal penting yang harus diperhatikan baik
untuk pengusaha maupun untuk pekerja.
Didalam artikel ini akan diberikan cara perhitungan pesangon PHK sesuai UUK 13 dan hal-hal
yang harus diperhatikan.
1. Tabel Uang Pesangon (disingkat “UP”): Tabel pertama disebut Tabel Uang Pesangon, tabel
ini terdapat pada pasal 156 ayat 2.
2. Tabel Uang Penghargaan Masa Kerja (disingkat “UPMK”): Tabel kedua disebut Tabel
Uang Penghargaan Masa Kerja, tabel ini terdapat pada pasal 156 ayat 3.
Perlu diketahui, yang dimaksud pada tabel pertama (Tabel Uang Pesangon) adalah bukan
“pesangon” yang selama ini dipahami secara umum. Kadangkala disebutkan jika seorang pekerja
terkena PHK (PHK secara umum, misalkan Pensiun, Meninggal, Sakit Berkepanjangan, Resign
dan lain-lain), maka pekerja tersebut akan mendapatkan pesangon. Namun bukan berarti pekerja
tersebut hanya mendapatkan tabel uang pesangon saja, tapi juga tabel uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak.
Saya sendiri menggunakan kata pesangon pada judul artikel ini masksudnya adalah tabel uang
pesangon, tabel uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak. Digunakan
istilah pesangon (secara umum) hanya untuk mengikuti bahasa secara umum saja.
Dan berikut adalah tabel uang pesangon dan tabel uang penghargaan masa kerja sesuai UUK-13
Pasal 156.
Jika diatas adalah telah dijelaskan 2 komponen tabel untuk perhitungan besaran imbalan
pesangon untuk setiap jenis PHK, di UUK13 disebutkan bahwa ada satu lagi yang menjadi
komponen ketiga dalam perhitungan tersebut yaitu:
3. Uang Penggantian Hak (disingkat “UPH”): Uang penggantian Hak ini bukan dalam bentuk
tabel, tapi didefinisikan sebagai berikut (UUK-13 Pasal 156 ayat 4:
1. Cuti tahunan yang belum gugur (atau belum diambil oleh pekerja);
2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;
3. Pengganti perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas
perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat;
4. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.
Sebagai pengetahuan; ada ketentuan tambahan mengenai UPH nomor 3 diatas. Ketentuan yang
dimaksud adalah Surat Edaran Menaker No. B.600/MEN/Sj-H/VII/2005, yang menyatakan
bahwa dikarenakan pekerja yang mengundurkan diri tidak mendapatkan UP dan UPMK, maka
pekerja yang bersangkutan tidak mendapatkan uang penggantian perumahan serta pengobatan
dan perawatan sebagaimana ketentuan di UUK-13 pasal 156 ayat 4.
Perlu ditekankan bahwa Surat Edaran diatas adalah untuk ketentuan diatas PHK mengundurkan
diri saja. Tidak untuk Jenis PHK lainya.
Sampai dengan hari ini, beredarnya Surat Edaran ini masih menjadi perdebatan antara pengusaha
dan serikat pekerja. Serikat pekerja menganggap bahwa Surat Edaran ini merupakan bentuk
interpretasi pemerintah pada pasal 156 ayat 4 nomor 3 tersebut. Karena mereka menganggap
surat edaran tidak dapat dijadikan bagian dari UUK-13. Sedangkan pengusaha menganggap
sebaliknya, bahwa Surat Edaran tersebut adalah ketentuan yang sah atas interpretasi pasal 156
ayat 4 nomor 3 di UUK-13.
Untuk terjalin satu pemahaman mengenai Surat Edaran tersebut, sebaiknya dimusyawarahkan
antara pengusaha dan serikat pekerja dan hasil musyawarah tersebut di cantumkan dalam
dokumen internal di Perusahaan, Peraturan Perusahaan (PP) atau dalam Perjanjian Kerja
Bersama (PKB).
Di UUK-13 pasal 157 telah dijelaskan bahwa upah yang menjadi dasar perhitungan pesangon
PHK (UP, UPMK dan UPH) ini adalah terdiri dari:
1. Upah Pokok
2. Segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh
dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan kepada
pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar pekerja/buruh dengan
subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga pembeli dengan harga yang
harus dibayar oleh pekerja/buruh.
Kadang-kadang pengusaha melakukan pesangon PHK atas dasar gaji pokok saja, padahal pekerja
yang di PHK tersebut memiliki tunjangan yang bersifat tetap, sesuai definisi pasal 157 di UUK-
13. Dan sebaliknya ada pengusaha yang memasukan tunjangan tidak tetap sebagai bagian dari
upah untuk dasar perhitungan pesangon.
Sebagai pekerja, anda juga harus tahu dan paham, di perusahaan anda upah yang dijadikan dasar
perhitungan pesangon PHK ini adalah gaji pokok saja atau kah gaji pokok ditambah tunjangan
tetap.
Sebaiknya upah dasar perhitungan PHK ini diatur dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau dalam
Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Sekali lagi, hal terkait dengan masa kerja ini harus dibicarakan secara baik-baik antara pekerja
dan pengusaha, dan harus dicantumkan secara tertulis dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau
dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Seperti yang telah disinggung di awal artikel ini, saya pernah menjelaskan jenis-jenis Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) serta imbalan nya sesuai UUK-13. Artikel yang dimaksud adalah sbb:
Formula atau Rumus setiap jenis PHK pada dua artikel tersebut diatas dapat di rangkum sebagai
berikut (klik tabel untuk perbesar):
Seorang pekerja yang telah bekerja di suatu perusahaan selama 5 tahun 4 bulan, memutuskan
untuk mengundurkan diri secara baik-baik. Gaji pokok saat dia keluar adalah Rp 4 juta dan
tunjangan tetap sebesar Rp 500 ribu. Sisa cuti tahunan yang telah diambil pada tahun saat dia
mengundurkan diri adalah 5 hari. Pekerja tersebut di rekrut dan bekerja di kota yang sama
dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Sesuai kesepakatan perusahaan dan pekerja, komponen UPH pasal 156 ayat 4 abjad c adalah
mengikuti Surat Edaran Menaker No. B.600/MEN/Sj-H/VII/2005. Selain itu berdasarkan
peraturan perusahaan, untuk pekerja yang mengundurkan diri secara baik-baik akan
mendapatkan uang pisah sebesar tabel berikut:
Berdasarkan rangkuman rumus pesangon diatas, rumus imbalan pesangon untuk mengundurkan
diri (Nomor 4), pekerja mendapatkan UPH + Uang Pisah.
a. UPH:
- Sisa cuti yang belum diambil: (sisa cuti / jumlah hari kerja sebulan) x Upah
Note: Jumlah hari kerja sebulan sebanyak 21 hari adalah berdasarkan kesepakatan pekerja dan
perusahaan yang dicantumkan di PKB.
- Ongkos Pemulangan = Nil. Pekerja tersebut di rekrut dan bekerja di kota yang sama
- Pengganti perumahan serta pengobatan dan perawatan=Nil. Sesuai kesepakatan pekerja dan
perusahaan
b. Uang Pisah:
Berdasarkan tabel uang pisah diatas, masa kerja 5 tahun mendapatkan 1 kali upah = 1 x Rp
4,500,000,- = Rp 4,500,000,-
Maka total pesangon yang diterima karyawan tersebut adalah : Rp 1,071,429,- + Nil + Nil + Rp
4,500,000,- = Rp 5,571,429,- atau dibulatkan Rp 5,571,500,-.
Seorang pekerja yang telah bekerja di suatu perusahaan selama 7 tahun 3 bulan. Pada tahun
2012, perusahaan tersebut dibeli oleh investor yang baru. Pekerja tersebut memutuskan untuk
tidak meneruskan hubungan kerja dengan manajemen yang baru. Jika Gaji pokok saat dia
memutuskan untuk tidak melanjutkan bekerja adalah Rp 4 juta dan tunjangan tetap sebesar Rp
500 ribu. Tidak ada sisa cuti tahunan. Pekerja tersebut di rekrut dan bekerja di kota yang sama
dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Berdasarkan tabel rankuman pesangon PHK diatas, untuk kasus contoh ini sesuai dengan nomor
5, yaitu 1xUP + 1xUPMK + UPH.
Berdasarkan tabel Uang Pesangon, untuk masa kerja 7 tahun didapatkan faktor pengali 8.
Berdasarkan tabel Uang Penghargaan Masa Kerja, untuk masa kerja 7 tahun didapatkan faktor
pengali 3.
- Sisa cuti yang belum diambil: Nil. Pekerja tidak memiliki sisa cuti tahunan
- Ongkos Pemulangan = Nil. Pekerja tersebut di rekrut dan bekerja di kota yang sama
15% dari UP dan UPMK yang sesuai = 15% x (UP+UPMK) = 15% x ( Rp 36,000,000,- + Rp
13,500,000,- ) = Rp 7,425,000,-
UP+UPMK+UPH = 56,925,000,-
Untuk menghitung berapa pajak yang dikenakan atas pembayaran pesangon tersebut dapat
dihitung sesuai dengan tarif pajak pada artikel ini.
Note: Contoh perhitungan diatas hanya ilustrasi, perhitungan yang dilakukan setiap perusahaan
dapat berbeda, namun perbedaan tersebut seharusnya tidak melenceng dari yang telah ditentukan
di UUK-13. Sebaiknya pekerja mengetahui dan memahami tatacara perhitungan pesangon.
Biasanya ketentuan mengenai perhitungan pesangon ini ada di dalam Peraturan Perusahaan atau
di Perjanjian Kerja Bersama (PKB).