Anda di halaman 1dari 26

“PPN,PBB DAN RETRIBUSI DAERAH”

Dibuat Oleh :

Eva Ria Susanti Purba (201110022)

Untuk Memenuhi Tugas :


Mata Kuliah : PPN,PBB DAN RETRIBUSI DAERAH
Dosen Pembimbing : IMAN INDRAFANA KH,SE.,M.Si.

Tahun Akademik 2022/2023


FAKULTAS EKONOMI BISNIS

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya kelompok ini dapat menyelesaikan makalah dengan
judul: “PPN,PBB DAN RETRIBUSI DAERAH”. Makalah ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah “PPN,PBB DAN
RETRIBUSI DAERAH”.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, dan tak luput dari kesalahan serta kekurangan,
untuk itu saya senantiasa terbuka untuk menerima segala kritik dan saran dari
pembaca.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan. Terimaksih.

Medan, Oktober 2022

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 4
BAB I PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 5
PENGERTIAN PPN 5
PENGERTIAN PPN MENURUT PARA AHLI 5
BARANG ATAU JASA YANG DIKENAKAN PPN 6
TARIF PPN 7
PEMBAYARAN DAN PELAPORAN 8
SUBJEK DAN WAJIB PPN 8
RUMUS PPN 8
DASAR PENGHITUNGAN PPN 9
BAB II PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 10
PENGERTIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 10
SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 11
TIDAK TERMASUK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 11
UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN 12
TARIF PAJAK 12
CARA MENDAFTARKAN OBJEK PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN 12
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM
MENDAFTARKAN OBJEK PAJAK 13
DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 14
NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK 15
NILAI JUAL KENA PAJAK 16

3|Page
BAB III RETRIBUSI DAERAH 17
PENGERTIAN RETRIBUSI DAERAH 17
JENIS-JENIS RETRIBUSI DAERAH 17
PERBEDAAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN
PAJAK DAERAH 21
OBJEK RETRIBUSI DAERAH 23
SUBJEK RETRIBUSI DAERAH 23
CONTOH RETRIBUSI DAERAH 23
BAB IV PENUTUP 24
DAFTAR PUSTAKA 25

4|Page
BAB I
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PENGERTIAN PPN
PPN adalah pungutan yang dikenakan dalam setiap proses produksi maupun
distribusi. Itulah alasannya kita sering menemukan PPN dalam transaksi sehari-
hari. Sebab, dalam PPN, pihak yang menanggung beban pajak adalah konsumen
akhir/pembeli.

Sebagai bukti bahwa PPN adalah kewajiban pembeli, kita bisa menemukan PPN
pada lembaran struk belanja atau pembelian. Pada struk tersebut kita dapat
menemukan tulisan PPN maupun terjemahannya dalam Bahasa Inggris
yakni Value Added Tax (VAT).

PENGERTIAN PPN MENURUT PARA AHLI


Berikut ini terdapat beberapa pengertian PPN menurut para ahli :
1. Menurut Sukardji
PPN membebankan pajak pada pengeluaran yang dikonsumsi oleh
individu dan lembaga pemerintah, dalam bentuk pengeluaran untuk barang
atau jasa yang dibebankan pada anggaran negara.
2. Menurut Mardiasmo
PPN diakui sebagai alternatif dari pajak penjualan. Alasannya adalah
bahwa pajak konsumsi tidak cukup untuk mendukung kegiatan
masyarakat, terutama karena belum mencapai tujuan kebutuhan

5|Page
pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan negara, mendorong
ekspor dan beban pajak secara merata.
3. Menurut Suparmono
PPN adalah pajak yang dikenakan pada konsumsi domestik (area bea
cukai) untuk konsumsi BKP dan JKP.

BARANG ATAU JASA YANG DIKENAKAN PPN

Barang atau jasa yang dikenai PPN jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu,
untuk memudahkan Anda membedakan mana barang yang dikenakan PPN dan
tidak.

Berikut adalah daftar barang yang tidak dikenakan PPN:

 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung


dari sumbernya.
 Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi
di tempat atau tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
oleh usaha jasa boga atau catering.
 Uang, emas batangan, dan surat berharga.

Sedangkan untuk jasa yang tidak dikenakan PPN meliputi:

 Jasa pelayanan kesehatan medis.


 Jasa pelayanan sosial.
 Jasa pengiriman surat dengan perangko.
 Jasa keuangan.
 Jasa asuransi.
 Jasa keagamaan.
 Jasa pendidikan.
 Jasa kesenian dan hiburan.
 Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan.

6|Page
 Jasa angkutan umum di darat dan air serta jasa angkutan dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri.
 Jasa tenaga kerja.
 Jasa perhotelan.
 Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum.
 Jasa penyediaan tempat parkir.
 Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.
 Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
 Jasa boga atau katering.

TARIF PPN
Ketentuan tarif umum tertuang dalam Pasal 7 UU PPN. Tarif sebesar 11% mulai
berlaku pada tanggal 1 April 2022. Tarif kemudian akan naik menjadi 12% yang
mulai berlaku paling lambat tanggal 1 Januari 2025. Contoh cara menghitung PPN
dengan tarif terbaru dapat dilihat pada artikel berikut ini. Tarif sebesar 0%
diterapkan atas penyerahan tertentu. Penyerahan yang dimaksud adalah ekspor
Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud, dan Ekspor
Jasa Kena Pajak. Pada Pasal 7 ayat (3) UU PPN, dijelaskan bahwa tarif dapat
diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen). Tarif juga dapat diubah menjadi
paling tinggi 15% yang perubahannya diatur dengan peraturan pemerintah.

Tarif PPN yang dikenakan kepada pembeli akan tertulis jelas pada setiap bukti
transaksi jual beli. Artinya, harga yang nantinya dibayar akan ditambah dengan
jumlah PPN. Namun, jika kita tidak menemukan keterangan PPN pada struk,
artinya total harga yang tertera sudah termasuk PPN.

7|Page
PEMBAYARAN DAN PELAPORAN

PPN mengikat pembeli dan penjual. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, PPN adalah
kewajiban dari pembeli sehingga dibayarkan oleh pembeli itu sendiri. Namun, kewajiban
pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN merupakan kewajiban penjual/Pengusaha
Kena Pajak (PKP).

Penjual/PKP kemudian melaporkan pemungutan PPN secara akumulatif ke Ditjen


Pajak. Bukti pungutan PPN ini disebut dengan faktur pajak.

Di dalam sebuah faktur pajak dicantumkan beberapa hal seperti, nama, alamat,
barang atau jasa yang dibeli, NPWP, dll. Penjual wajib melaporkan faktur pajak
paling lambat pada akhir bulan terjadinya transaksi.

SUBJEK DAN WAJIB PPN

 Pengusaha kena pajak (PKP) yang mengajukan barang kena pajak / jasa
kena pajak dalam bea cukai dan ekspor barang kena pajak berwujud /
barang kena pajak tidak berwujud / jasa kena pajak.
 Pengusaha kecil yang memilih untuk meninjau adalah pengusaha kena
pajak (PKP).

RUMUS PPN

PPN = 11% × harga jual

PPN = 11% × penggantian

8|Page
PPN = 11% × nilai impor

PPN = 11% × nilai ekspor

DASAR PERHITUNGAN PPN

 Harga penjualan
 Penggantian
 Nilai impor
 Jumlah ekspor

9|Page
BAB II
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

PENGERTIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul
karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang
atau badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari
padanya.

Jika dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang
bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek
yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut
menentukan besarnya barang.

Contoh objek bumi:

 Sawah.
 Ladang.
 Kebun.
 Tanah.
 Pekarangan.
 Tambang.
Contoh objek bangunan:

 Rumah tinggal.
 Bangunan usaha.

10 | P a g e
 Gedung bertingkat.
 Pusat perbelanjaan.
 Pagar mewah.
 Kolam renang.
 Jalan tol.

SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Subjek PBB adalah orang pribadi dan badan yang secara nyata memiliki hal-hal
berikut ini:

 Mempunyai hak atas bumi.


 Memperoleh manfaat atas bumi.
 Memiliki bangunan.
 Menguasai bangunan.
 Memperoleh manfaat atas bangunan.

TIDAK TERMASUK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Ternyata, tidak semua objek bumi bangunan bisa dikenakan PBB. Terdapat juga
objek pajak yang tidak dapat dikenakan PBB. Namun, objek pajak tersebut harus
memiliki kriteria tertentu yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Berikut ini daftar kriteria
tersebut:

 Objek pajak tersebut digunakan semata-mata untuk kepentingan umum


dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional,
yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan hal tersebut.
 Objek pajak  merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggemkbalaan yang dikuasai suatu desa, dan
tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
 Objek pajak digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan
asas perlakuan timbal balik.

11 | P a g e
 Objek pajak digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.

UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR PAJAK BUMI DAN


BANGUNAN
Pungutan atas PBB didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan.

Kemudian, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak


dan Retribusi Daerah, maka kewenangan dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) telah diserahkan ke
pemerintah kabupaten/kota.

Sedangkan, untuk PBB sektor Pertambangan, Perhutanan, dan Perkebunan (PBB


P3) masih di bawah wewenang pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal
Pajak (DJP).

TARIF PAJAK

Tarif pajak bumi dan bangunan yang berlaku sejak dahulu hingga saat ini masih
sama, yakni sebesar 0,5%.

CARA MENDAFTARKAN OBJEK PAJAK BUMI DAN


BANGUNAN

Bagi Anda yang ingin mendaftarkan objek PBB, baik untuk orang pribadi maupun
badan, Anda harus mendaftarkan Objek Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP),

12 | P a g e
Kantor Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya
meliputi letak objek pajak yang akan Anda daftarkan.

Sesampainya di sana, Anda perlu meminta formulir Surat Pemberitahuan Objek


Pajak (SPOP) yang sudah tersedia secara gratis di KPP dan KP2KP setempat.
Agar prosesnya berjalan dengan lancar, maka Anda juga perlu memahami hak dan
kewajiban Anda sebagai pendaftar objek pajak bumi dan bangunan Anda.

HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM MENDAFTARKAN


OBJEK PAJAK

Berikut ini hak-hak Anda ketika mengurus atau mendaftarkan Objek Pajak Anda
ke KPP dan KP2KP:

1. Anda dapat memperoleh formulir SPOP secara GRATIS pada KPP,


KP2KP, atau tempat lain yang sudah ditunjuk oleh pemerintah.
2. Anda berhak mendapatkan penjelasan, keterangan tentang tata cara
pengisian maupun penyampaian kembali SPOP pada KPP atau KP2KP
setempat.
3. Anda berhak mendapatkan tanda terima pengembalian SOPO dari KPP
atau KP2KP setempat.
4. Anda boleh memperbaiki atau mengisi ulang SPOP jika terdapat kesalahan
dalam pengisian. Namun, perbaikan ini juga harus disertai dengan
fotokopi bukti sah sertifikat tanah, akta jual beli tanah, dan lain
sebagainya.
5. Anda juga berhak menunjuk pihak lain selain pegawai DJP dengan syarat
melampirkan surat kuasa khusus yang disertai meterai, sebagai tanda atas
kuasa wajib pajak untuk mengisi serta menandatangani SPOP.
6. Anda berhak mengajukan permohonan secara tertulis soal penundaan
penyampaian SPOP asalkan tidak melampaui batas waktu dan
menyebutkan alasan-alasan yang sah.

13 | P a g e
Sedangkan kewajiban Anda sebagai wajib pajak dalam mendaftarkan objek pajak
Anda melalui KPP atau KP2KP adalah:

1. Kewajiban Anda sebagai wajib pajak yang memiliki objek pajak bumi dan
bangunan adalah mendaftarkan objek pajak dengan mengisi SPOP.
2. Ketika mengisi SPOP harus jelas, benar, dan lengkap. Artinya, data dapat
dibaca sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, dan data terisi seluruhnya, kemudian ditandatangani,
serta melampirkan surat kuasa khusus jika proses pengisian/pengurusan
SPOP dikuasakan.
3. Memberikan atau menyampaikan kembali SPOP yang telah Anda isi ke
KPP Pratama atau KP2KP setempat paling lambat 30 hari setelah formulir
SPOP diterima.
4. Jika ada perubahan data, Anda wajib melaporkan perubahan atas data
objek pajak ke KPP Pratama atau KP2KP setempat dengan mengisi
kembali SPOP sebagai perbaikan SPOP yang salah sebelumnya dengan
melampirkan beberapa dokumen pendukung seperti, Fotokopi sertifikat
tanah, akta jual beli tanah, dan lain sebagainya.

DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Setelah mengetahui pengertian PBB, dasar hukumnya, subjek dan objek PBB,
tarif, serta cara mendaftarkan obejk pajak, kini Anda juga perlu tahu dasar PBB.
Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP).

NJOP merupakan harga rata-rata atau harga pasar pada transaksi jual beli
tanah. Dalam hal ini, objek pajaknya adalah bumi dan bangunan. Setiap tahun,
biasanya Menteri Keuangan dengan mendengarkan pertimbangan bupati/walikota
menetapkan NJOP. Penetapan tersebut didasarkan atas sejumlah hal seperti:

1. Dasar penetapan NJOP bumi:

o Letak.

14 | P a g e
o Pemanfaatan.

o Peruntukan.

o Kondisi Lingkungan.

2. Dasar penetapan NJOP bangunan:

o Bahan yang digunakan dalam bangunan.

o Rekayasa.

o Letak.

o Kondisi lingkungan.

Selain itu, terdapat juga dasar penetapan NJOP saat tidak ada transaksi jual beli.
Nah, penjelasannya akan dijabarkan di bawah ini.

1. Perbandingan Harga dengan Objek Lainnya: objek lain yang dimaksud


merupakan objek yang masih sejenis, lokasinya berdekatan, memiliki
fungsi yang sama dengan objek lain yang sudah diketahui nilai jualnya.
Penggunaan objek lain yang memiliki kriteria tersebut sebagai gambaran
yang kurang lebih bisa mendekati nilai objek yang dibandingkan.
Sehingga NJOP yang ditetapkan pun memiliki hitungan yang benar.
2. Nilai Perolehan Baru: penetapan NJOP dengan nilai perolehan baru yang
dimaksud adalah dengan menghitung biaya yang sudah dikeluarkan untuk
memperoleh objek pajak. Penilaian tersebut nantinya akan dikurangi
dengan penyusutan yang terjadi, seperti penyusutan yang terjadi pada
kondisi fisik objek pajak.
3. Nilai Jual Pengganti: nilai jual pengganti yang dimaksud adalah
penetapan NJOP berdasarkan pada hasil produk onjek pajak. Jadi, nilai
jualnya didasarkan pada keluaran yang dihasilkan oleh objek pajak itu
sendiri.

15 | P a g e
NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
NJOPTKP merupakan batas Nilai Jual Objek Pajak atas bumi dan bangunan yang
tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP di masing-masing wilayah memang
berbeda-beda. Namun, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
201/KMK.04/2000 ditetapkan, NJOPTKP untuk setiap daerah di kabupaten/kota
setinggi-tingginya senilai Rp12.000.000 dengan memperhatikan ketentuan sebagai
berikut:

1. Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak 1 kali


dalam 1 Tahun Pajak.
2. Jika wajib pajak memiliki lebih dari 1 objek pajak, maka yang bisa atau
mendapat pengurangan NJOPTKP hanya 1 objek pajak yang nilainya
paling besar dan tidak bisa digabungkan dengan objek pajak lainnya yang
wajib pajak miliki.

NILAI JUAL KENA PAJAK (NJKP)

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) merupakan dasar penghitungan PBB. NJKP juga
dikenal sebagai assessment value atau nilai jual objek yang akan dimasukan dalam
perhitungan pajak terutang. Artinya, NJKP merupakan bagian dari NJOP.

Dalam KMK Nomor 201/KMK.04/2000, terdapat ketentuan persentase NJKP


sudah ditetapkan oleh pemerintah. Berikut ini rinciannya:

 Objek pajak perkebunan sebesar 40%.

 Objek pajak pertambangan sebesar 40%.

 Objek pajak kehutanan sebesar 40%.

 Objek pajak lainnya seperti Pedesaan dan Perkotaan dilihat dari nilai
NJOP-nya, yakni:

o Jika NJOP-nya > Rp1.000.000.000,00, persentase NJKP sebesar


40%.

16 | P a g e
o Sedangkan, jika NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00, persentase
NJKP sebesar 20%.

BAB III
RETRIBUSI DAERAH

PENGERTIAN RETRIBUSI DAERAH


Banyak orang beranggapan bahwa retribusi daerah sama dengan pajak daerah.
Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena keduanya memiliki persamaan
dan perbedaan. Keduanya merupakan sumber pendapatan pemerintah daerah yang
penting untuk membiayai pembangunan. Apalagi keduanya dipaksa dan
dipaksakan oleh masyarakat. Jika masyarakat patuh membayar keduanya, maka
akan tercapai persemakmuran.

JENIS-JENIS RETRIBUSI DAERAH

17 | P a g e
Retribusi Daerah dibagi menjadi 3 golongan, sebagaimana diatur dalam UU No.
28 Tahun 2009, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan
Retribusi Lisensi Tertentu. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas masing-masing
persoalan satu per satu:

1. Retribusi Pelayanan Publik

Retribusi Pelayanan Publik adalah penerimaan yang dipungut atas pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat dan dapat
dimanfaatkan oleh perorangan atau organisasi.

Biaya Pelayanan Umum dibagi menjadi 15 bagian, antara lain:

1. Biaya Pelayanan Kesehatan untuk  pelayanan kesehatan di Puskesmas,


Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah dan fasilitas kesehatan 
sejenis yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah.
2. Pelayanan sampah/kebersihan Remunerasi atas penerimaan sampah/jasa
kebersihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, meliputi
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, serta penyediaan tempat
untuk pengolahan/pembuangan sampah rumah tangga dan komersial. Itu
belum termasuk pembersihan jalan umum, taman, tempat ibadah dan bakti
sosial.
3. Biaya pencetakan fotokopi Kartu Tanda Penduduk, Akta Catatan Sipil,
dan penggantian biaya jasa pembuatan Kartu Tanda Penduduk, Akta
Kependudukan, kartu identitas penduduk, kartu keterangan tempat tinggal,
kartu identitas kerja dan kartu identitas penduduk.
4. Pajak Pemakaman dan Kremasi atas pajak atas jasa pemakaman dan
kremasi jenazah, termasuk jasa, penggalian, penguburan, kremasi dan
penyewaan fasilitas yang dimiliki atau dioperasikan oleh distrik.
5. Layanan Parkir Remunerasi untuk layanan parkir  tepi jalan umum yang
disediakan oleh kawasan.
6. Jasa Pedagang Retribusi atas penggunaan peralatan pedagang tradisional
berupa pengadilan dan kios yang diselenggarakan oleh daerah dan khusus 

18 | P a g e
untuk pedagang, tidak termasuk jasa peralatan pedagang yang dikelola
oleh BUMN, BUMD dan perorangan.
7. Biaya tes kendaraan bermotor untuk biaya layanan tes kendaraan bermotor
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
diselenggarakan oleh daerah.
8. Pengujian alat pemadam kebakaran Biaya pemeriksaan jasa pemeriksaan
dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat pemadam kebakaran,
dan alat keselamatan.
9. Penggantian biaya pencetakan peta untuk penggunaan peta yang
dihasilkan oleh pemerintah daerah.
10. Biaya penyediaan WC dan/atau biaya jasa penyedotan disediakan oleh
daerah dan tidak termasuk biaya yang dikelola oleh BUMD dan swasta.
11. Biaya pengolahan limbah cair yang dikumpulkan dari jasa pengolahan air
limbah untuk rumah tangga, perkantoran dan industri yang dimiliki dan
dioperasikan oleh pemerintah daerah.
12. Biaya jasa kalibrasi dan kalibrasi ulang dipungut untuk jasa pengujian
alat, alat ukur, timbangan, perlengkapannya dan pengujian barang  yang
dikemas sesuai dengan undang-undang.
13. Jasa Pendidikan Pendapatan dari jasa pendidikan dan pelatihan teknis
pemerintah daerah.
14. Biaya pengendalian menara telekomunikasi untuk penggunaan pajak ruang
untuk menara telekomunikasi.
15. Biaya pengaturan lalu lintas adalah biaya penggunaan jalan, koridor, dan
kawasan tertentu pada waktu dan  kepadatan tertentu.

Tarif ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya penyelenggaraan pelayanan,


kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian pelayanan.
Biaya-biaya tersebut meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga dan
biaya modal.

2. Retribusi Jasa Usaha


Retribusi jasa usaha adalah pembayaran jasa yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah sesuai dengan prinsip komersial, baik jasa yang menggunakan

19 | P a g e
Pemanfaatan/penggunaan aset daerah yang belum dimanfaatkan dan/atau dilayani
secara optimal. oleh pemerintah daerah sampai dapat disediakan secara optimal
dan memadai oleh pihak swasta.

Retribusi jasa usaha dibagi menjadi 11 bagian, yaitu:

 Retribusi penggunaan barang milik daerah atas penggunaan barang milik


daerah berupa penggunaan tanah dan bangunan, d ruang untuk suku
cadang dan kendaraan/mesin berat/mesin besar milik daerah. Tidak
termasuk peruntukan lahan yang tidak merubah fungsi tanah, seperti
mendirikan tiang listrik/tiang telepon, dan sejenisnya.
 Retribusi Lelang Kompensasi untuk penggunaan tempat lelang yang
ditentukan oleh otoritas lokal untuk melakukan lelang ikan, ternak, hasil
pertanian dan hutan.
 Terminal mengenakan retribusi atas penggunaan titik pelayanan yang
menyediakan tempat parkir mobil penumpang dan bus umum, tempat
niaga dan fasilitas lainnya di lingkungan stasiun yang
diselenggarakan/dikelola oleh pengelola kawasan, kecuali pemerintah,
BUMN, BUMD dan poin yang dimiliki/dikelola pribadi.
 Kompensasi tempat parkir khusus untuk retribusi penggunaan ruang parkir
khusus kawasan yang dimiliki dan/atau dikelola, tidak termasuk milik
BUMN, BUMD dan pemasok/pengelola swasta.
 Akomodasi / Restoran / Vila.
 Retribusi Rumah Potong Hewan untuk penyediaan sarana pemotongan
yang dimiliki dan/atau dikelola daerah, termasuk pemeriksaan kesehatan
hewan sebelum dan sesudah kematian.
 Layanan Pelabuhan Pembayaran biaya untuk layanan pelabuhan yang
disediakan, dimiliki dan/atau dioperasikan oleh otoritas setempat.
 Imbalan untuk tempat hiburan dan olah raga untuk penggunaan kawasan
hiburan, pariwisata dan olah raga yang dimiliki dan dikelola oleh kawasan
tersebut.
 Retribusi Jasa Penyeberangan Perairan bagi orang/barang yang
menggunakan saluran air milik/kelola daerah.

20 | P a g e
 Retribusi penjualan produk niaga daerah untuk pajak penjualan produk
niaga pemerintah daerah, tidak termasuk pendapatan usaha Pemerintah,
BUMN, BUMD dan swasta.

Tarif atas jasa usaha didasarkan pada tujuan memperoleh laba relatif, yaitu laba
yang diperoleh jika jasa usaha itu dilakukan secara efisien dan sesuai dengan
orientasi harga pasar.

3. Retribusi Perizinan Tertentu


Retribusi Perizinan Tertentu adalah penerimaan atas jasa perizinan tertentu oleh
pemerintah daerah kepada orang pribadi atau organisasi untuk mengatur dan
mengawasi kegiatan pemanfaatan ruang, pemanfaatan sumber daya, harta benda,
fasilitas atau beberapa fasilitas untuk melindungi dan melindungi lingkungan
hidup.

Beberapa biaya izin dibagi menjadi 6 kategori, yaitu:

1. Biaya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk biaya pelayanan izin


mendirikan bangunan.
2. Izin Penjualan Minuman Beralkohol Kuasa untuk memungut biaya atas
pelayanan perizinan penjualan minuman beralkohol di suatu lokasi
tertentu.
3. Lisensi yang Mengganggu untuk Biaya Layanan Perizinan
untuk Bisnis/Operasi di Beberapa Lokasi Dapat Menyebabkan Kerusakan,
Kehilangan/Gangguan, Kecuali Lokasi Bisnis/Aktivitas yang diidentifikasi
berdasarkan wilayah.
4. Otorisasi trayek Biaya jasa untuk penerbitan izin penyelenggaraan jasa
angkutan penumpang umum pada satu atau lebih trayek yang diatur.
5. Perizinan Perikanan Remunerasi untuk memungut atau menerbitkan izin
penangkapan ikan komersial dan kegiatan budidaya ikan.
6. Biaya perpanjangan Izin Kerja Asing (IMTA) atas penerimaan
perpanjangan IMTA bagi pemberi kerja asing.

21 | P a g e
Untuk beberapa izin, retribusi didasarkan pada maksud untuk menutupi sebagian
atau seluruh biaya administrasi penerbitan izin yang relevan. Biaya
meliputi dokumentasi perizinan, pengawasan lapangan, penegakan, administrasi,
dan biaya yang terkait dengan dampak negatif perizinan.

PERBEDAAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN PAJAK


DAERAH

Berdasarkan pasal 1 angka 8 Undang-Undang Pajak Daerah dan Bea Masuk


(PDRD), pajak daerah adalah iuran wajib bagi daerah yang terutang orang
perseorangan atau secara moral ditegakkan secara hukum, tanpa kompensasi
langsung dan digunakan untuk kebutuhan daerah untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat ciri-ciri yang


melekat dalam pengertian pajak daerah yang antara lain dipungut atas dasar
hukum, tanpa imbalan atau kontraproduktif, langsung, dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran publik bagi kesejahteraan rakyat

Bahwa menurut Pasal 1 angka 64, pajak daerah adalah pendapatan daerah untuk
membayar pelayanan atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.

Tidak seperti pajak daerah, retribusi hanya dapat diterapkan jika pemerintah
daerah menyediakan layanan secara langsung atau mengeluarkan izin tertentu.
Layanan dan lisensi ini diberikan ketika individu atau organisasi
mengajukan permintaan untuk layanan atau lisensi tertentu.

Ini berarti bahwa biaya penggunaan hanya berlaku untuk individu atau organisasi
yang menerima layanan atau lisensi tertentu dari pemerintah. Sementara itu, pajak

22 | P a g e
daerah ditegakkan dengan undang-undang. Dengan demikian, jika ada wajib pajak
yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya, maka akan dikenakan sanksi.

Selain itu, orang pribadi atau badan yang membayar pajak akan memperoleh
pernyataan langsung. Misalnya, keberhasilan sebaliknya adalah memperoleh
pelayanan tertentu sesuai dengan jenis balas jasa yang dibayarkan.

Perbedaan lainnya adalah bahwa berdasarkan pasal 161 undang-undang PDRD,


penggunaan pendapatan dari setiap pajak lebih diutamakan untuk kegiatan
keuangan yang berkaitan langsung dengan kinerja layanan terkait.

OBJEK RETRIBUSI DAERAH

Objek retribusi merupakan jasa yang akan diberikan kepada individu ataupun
badan yang akan menggunakan jasa tersebut. Sementara itu objek pajak daerah
merupakan penghasilan yang telah diperoleh atas pekerjaan ataupun usaha yang
dilakukan di suatu daerah tersebut.

SUBJEK RETRIBUSI DAERAH

Subjek retribusi merupakan orang-orang yang akan menikmati jasa yang biasa
diberikan oleh pemerintah daerah. Sedangkan untuk subjek pajak daerah telah
diberlakukan kepada banyak orang yang menikmati pekerjaan ataupun usaha yang
biasa dilakukan di daerah tersebut.

23 | P a g e
CONTOH RETRIBUSI DAERAH

Contoh penerimaan pelayanan publik antara lain pelayanan kesehatan lingkungan


seperti pembayaran kebersihan dan sampah, pembayaran Kartu Tanda Penduduk
(KTP) dan surat keterangan status kependudukan, santunan pemakaman atau
kremasi, santunan parkir di pinggir jalan umum, santunan jasa pasar, santunan
pemeriksaan kendaraan bermotor, pungutan jasa pendidikan, dan lain-lain.

Contoh pajak jasa bisnis termasuk penggunaan properti di daerah, pajak toko atau
pasar grosir, pajak lelang barang, pajak terminal transit, pajak area parkir, pajak
properti (villa, hotel , dll.), pajak hiburan dan olahraga, dll.

Contoh beberapa jenis retribusi izin antara lain izin mendirikan bangunan,
retribusi izin minuman keras, retribusi izin gangguan, retribusi izin jalan, dan
retribusi izin usaha penangkapan ikan.

BAB IV PENUTUP

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, yang  masih jauh dari kesempurnaan dalam
pembuatannya. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini, Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca. Terimakasih.

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-ppn/

https://pakdosen.co.id/pengetian-ppn/

https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/uu-
ppn

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-bumi-
dan-bangunan

25 | P a g e
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/
retribusi-daerah

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai