Diskusi Fiqih KB 1 Dan 2
Diskusi Fiqih KB 1 Dan 2
PERNIKAHAN
MONOGAMI,
POLIGAMI DAN
Diskusi KB 1 Fikih :
Perkembangan konsep zakat dari konvensional menjadi zakat profesi dan zakat produktif
menjadikan Islam sebagai agama yang mampu mengayomi pemeluknya dari sisi kesetaraan
ekonomi dan pengentasan kemiskinan..diskusikan kenapa demikian…..??????
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang berdimensi keadilan sosial kemasyarakatan.
Esensi dari zakat adalah pengelolaan dana yang diambil dari aghniyā’ (QS. al-Taubah [9]:
103), untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya (QS. al-Taubah [9]: 60) dan
bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam.
1. Secara sosiologis, zakat merupakan refleksi rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan serta
ketakwaan yang tertanam dalam sikap orang kaya, karena ibadah zakat tidak hanya
mengandung dimensi habl min Allah, tetapi juga mengandung dimensi habl min al-nas.
2. Banyak hikmah dan manfaat dari ibadah zakat, baik yang dirasakan oleh pemberi zakat
(muzaki), penerima (mustahik), maupun masyarakat secara keseluruhan.
- Muzaki akan meningkat kualitas keimanannya, rasa syukur, kebersihan jiwa dan hartanya,
sekaligus pengembangan harta yang dimilikinya.
- Mustahik akan meningkat kesejahteraan hidupnya, terjaga agama, akhlaknya, meningkatnya
etos kerja dan ibadahnya.
- Bagi masyarakat luas, hikmah zakat akan dirasakan dalam bentuk tumbuhnya rasa solidaritas
sosial antar sesama anggota masyarakat, keamanan, ketenteraman, dan roda ekonomi berputar
karena dengan zakat harta terdistribusi dengan baik, sekaligus akan menjaga dan
menumbuhkembangkan etika dalam bekerja dan berusaha.
- Pertama, zakat diserahkan langsung kepada mustahik untuk dikembangkan, artinya ‘ayn
al-zakah yang ditamlikkan kepada mustahik sehingga zakat tersebut menjadi hak milik penuh
mustahik. Pendistribusian seperti ini disebut juga dengan pendistribusian zakat secara
produktif non investasi Pendistribusian dalam bentuk ini terdiri dari dua model yaitu:
a). Zakat yang diberikan berupa uang tunai atau ganti dari benda zakat yang dijadikan sebagai
modal usaha. Nominalnya disesuaikan dengan kebutuhan mustahik agar memperoleh laba dari
usaha tersebut.
b). Zakat yang diberikan berupa barang-barang yang bisa berkembangbiak atau alat utama
kerja, seperti kambing, sapi, alat cukur, mesin jahit dan lain-lai
a). Memberikan modal usaha kepada mustahik dengan cara bergiliran yang digulirkan
kepada semua mustahik.
Silahkan didiskusikan dengan lebih dulu mencermati video, membaca artikel 1-2 di LMS:
Perkembangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan mengalami disparitas yang signifikan,
bisa 1:4 – 1:8 …Islam punya konsep poligami tetapi mengapa umat Islam sendiri banyak yang
menolak, terutama kaum wanita….diskusikan poligami dari sisi aturan agama dan interaksi
social!
Poligami adalah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Istilah poligami sering
terdengar namun tidak banyak masyarakat yang dapat menerima keadaan ini.
Ketiga, poligami memicu terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Banyak
organisasi perempuan, termasuk Kongres Ulama Perempuan baru-baru ini, menyebut poligami
sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga
1. Pada dasarnya asas perkawinan dalam Islam adalah monogami. Hal ini dapat dipahami
dari surat an-nisa’ ayat (3) , kendati Allah SWT memberi peluang untuk beristeri sampai
empat orang, tetapi peluang itu dibarengi oleh syarat-syarat yang sebenarnya cukup berat
untuk ditunaikan kecuali oleh orang-orang tertentu saja. Allah SWT membarengi kebolehan
berpoligami dengan ungkapan “jika kamu takut atau cemas tidak akan dapat berlaku adil, maka
kawinilah satu perempuan saja”. Firman Allah SWT surat an-Nisa’ ayat (3) tersebut selalu
dipahami sebagai dasar kebolehan berpoligami. Dalam ayat tersebut untuk kebolehan
berpoligami hanya dipersyaratkan dapat berlaku adil.
2. Syarat adil bagi kebolehan berpoligami bukanlah syarat hukum, akan tetapi ia adalah
syarat agama dengan pengertian bahwa agama yang menghendakinya, karena yang dikatakan
syarat hukum itu adalah yang dituntut adanya sebelum adanya hukum, seperti wudhu’ selaku
syarat sahnya shalat, dituntut adanya sebelum shalat, karena shalat tidak sah dilakukan
kecuali dengan wudhu’. Maka shalat dan wudhu’ tidak dapat berpisah selama shalat belum
selesai, sedangkan adil tidak dapat dijadikan syarat hukum sahnya poligami, karena adil itu
belum dapat diwujudkan sebelum terwujudnya poligami. Oleh karena itu adil adalah syarat
agama yang menjadi salah satu kewajiban suami setelah melakukan poligami
Poligami termasuk persoalan yang masih kontroversi, mengundang berbagai persepsi pro dan
kontra.
- poligami merupakan bentuk perkawinan yang sah dan telah dipraktekkan berabad-
abad yang lalu oleh semua bangsa didunia
- poligami justru mengangkat martabat kaum perempuan, melindungi moral agar
tidak terkontaminasi oleh perbuatan keji dan maksiat yang dilarang oleh Allah SWT,
seperti maraknya tempat-tempat pelacuran, prostitusi, wanita-wanita malam yang
mencari nafkah dengan menjual diri, dan perbuatan maksiat lainnya yang justru
merendahkan martabat perempuan dan mengiring mereka menjadi budak pemuas nafsu si hidung
belang. Poligami mengandung unsur penyelamatan, ikhtiar perlindungan serta penghargaan
terhadap eksistensi dan martabat kaum perempuan.
Kesimpulan :
Perkawinan poligami dianggap sah apabila memenuhi ketentuan hukum materiil, yaitu telah
dilakukan sesuai dan dengan memenuhi syarat-syarat dan rukunnya menurut hukum Islam, dan
telah memenuhi hukum formal, yaitu dilakukan setelah mendapat izin dari Pengadilan yang
membolehkan untuk melangsungkan perkawian poligami tersebut
Ketentuan mengenai hal ini sebagaimana dituangkan dalam Undangundang Nomor 1 Tahun
1974 Pasal 3 ayat (2) menyatakan bahwa “Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami
untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki pihak-pihak yang bersangkutan”.