Anda di halaman 1dari 16

CBR

BAB I

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Peraturan Mentri Pendidikan


Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara
indonesia yang cerdas , terampil dan berkarakter yang di amatkan oleh pencasila dan UUD
1945.

Pendidikan kewarganegaraan digambarkan secara luas terkait proses penyiapan


generasi muda dalam mengambil peran selanjutnya serta tanggung jawab sebagai
warganegara , dan terkhusus , peran pendidikan di dalam persekolahan , pengajaran , dan
belajar dan proses penyiapan warganegara .

Tujuan PKn di indonesia nantinya mampu menjadi peserta didik yang berkomitmen
yang kuat dan konsisten dalam mepertahan NKRI. Hakikat NKRI ialah negara kesatuan
modern.Branson ( 1999:4 ) civic education dalam demokrasi adalah pendidikan
mengembagakan , memperkuat dalam pemerintahan otonom.

Kesimpulannya PKn adalah program pendidikan yang memiliki tujuan untuk


mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa indonesia , cerdas
terampil , bertanggung jawab dan berperan aktif sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.

B. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan

Nu’man soemantri ( cholisin , 2004:44-57) , sejarah singkat perkembangan PKn


setelah kemerdekaan diawali program pendidikan PKn di idonesia yang berisikan moral dan
nilai – nilai kemasyarakatan, adat agama .tahun 1957 PKn juga mempelajari bagaimana cara
memperoleh dan kehilangan warga negaranya . tahun 1961, istilah kewarganegaraan berubah
menjadi civics yang membahas tentang sejarah Nasional , sejarah Proklamasi , UUD 1945 ,
pancasila , pidato – pidato kenegaraan presiden , pembinaan , persatuan dan kesatuan bangsa .
C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Diatur dalam permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 , standar isi pendidikan dasar dan
menengah .

1. berfikir secara kritis dan tanggap terhadap isu yang kewarganegaraan

2. berpartisipasi dan bertanggung jawab , bertindak secara cerdas dalam kegiatan :


keawarganegaraan , kemasyarakatan , berbangsa bernegara dan anti korupsi .

3. berkembang secara posiif dan demokratis dalam membentuk diri bedasarkan karakter –
karakter masyarakat indonesia dan damai hidup bersama bangsa – bangsa lain .

4. berinteraksi dan ikut percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan TIK.

D. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Karakteristik , atau ciri khas PKn mencangkup tiga hal yaitu : civic knowledge
( pengetahuan kewarganegaraan ) , civic skill ( kecakapan kewarganegaraan ) , dan civic
dispostion ( watak – watak kewarganegaraan ) .

1. civic knowledge “berkaitan dengan kandungan nilai apa yang seharusnya di ketahui oleh
kewarganegaraan”.

2. civic skil “keterampilan intelektual , keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara”

3. civic dispostion “watak – watak kewarganegaraan”.

E. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup PKn diatur dalam permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi
untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah :

1. persatuan , dan kesatuan bangsa

2. Norma hukum dan peraturan


3. hak asasi manusia

4. kebutuhan warga negara

5. konstitusi negara

6. kekuasaan dan politik

7. pancasila

8. globalisasi

BAB II

Dimensi Dan Substansi Pendidikan Kewarganegaraan

Pada masa globalisasi esensi pendidikan kewarganegaraan menjadi perhatian penting bagi
dunia.tujuan pkn secara luas sebagai pendidikan dasar dan menegah namun sama
pinsipnya.walaupun demikian masih banyak kelemahan di dalam pendidikan
kewarganegaraan ini seperti :

1. Kelemahan dalam filisofis


2. Bersifat indoktrinatif menonjolkam behavioristik
3. Kesenjangan materi pelajaran dengan basic keilmuan
4. Banyaknya intervensi kepentingan politik
5. Pembentukan warganegara loyalitas
6. Kurang mengemban kehidupan demokrasi

Perkembagan pendidikan kewarganegaraan sejak tahun 1980 ,mulai diwarnai pentingnya


demokrasi .jhon patrick (quickley ,2000:4-7) kecenderungan pkn secara global
yaitu :pendidikan kewarganegaraan mempunyai keterkaitan antara pengetahuan dan
kewarganegaraan ( civic knowledge ) , pendidikan kewarganegaraan memiliki pola
pembelajraan , menganalisis kasus kewarganegaraan , mengemban keterampilan dan
kemauan siswa , analisis perbandingan internasional pemerintah, mengemban keterampilan
parsipatoris , penggunaan sumber buku didalam mengemban kebajikan , mempelajari secara
aktif pengetahuan , penghubungan antara isi dan proses .
Upaya pemberdayaan warganegara adalah upaya pembangunan sdm ,pendidikan
kewarganegaraan merupakan suatu paradigma baru berorientasi pada terbentuknya
masyarakat sipil ( civil society ) , dengan memberdayakan warga negara melalui proses
pendidikan agar mampu berperan secara aktif di dalam sistem pemerintahan negara
demokratis.

Secara pasti pkn memilki suatu komponen dan paradigma yang berbeda pada pada
pembelajaran yang lain pada pengetahuan ( civic knowledge ) .

restruksi isi kurikulum materi pkn penting dalam pembaharuan kurikulum . konteks
pendidikan pkn dengan paradigma baru dimensi global, dalam membangun demokrasi dan
civil society untuk pemberdayaan warga negara.

BAB III

Paradigma baru pendidikan kewarganegaraan

Suatu wadah pendidikan pendidikan , yaitu pkn diharapkan mampu mengarahkan dan
mendidik warga negara agar dapat berperan aktif dalalm kehidupan demokrasi dan
pemerintahan .pkn juga memiliki kecendrungan seperti : keterkaitn fungsional pengetahuan
dan keterampilannya , pola pembelajran sistematik , pengaplikasian konsep – konsep ,
analisis perbandingan internasional , pengembangan keterampilan partisipatoris , penggunaan
sumber buku, pembelajran secara aktif pengetahuan , penghubungan isi dan proses .

Hakikat dari upaya pemberdayaan warga negara adalah upaya pembangunan sumber daya
mannusia . paradigma baru diusulkan dalam pendidikan kewarganegaraan harus berorientasi
pada terbentuknya masyarakat sipil.paradigma baru untuk pendidikan kewarganegaraan di
indonesia adalah pkn yang demokratis sebagai titik sentralnya .

BAB IV

Warga , negara dan kewarganegaraan

Defenisi warganegaraa menurut kbbi , penduduk sebuah negara atau bangsa


bedasarkan keturunan , tempat kelahiran, dan sebaginya yang mempunyai hak dan kewajiban
dan hak penuh sebagai seorang warga negara itu .dalam menentukan kewarganegaraan
bedasarkan kelahiran , asas kewarganegaraan , bedasarkan perkawinan , dan asas
kewarganegaraan bedasarkan naturalisasi .
Asas kewarganegaraan bedasarkan kelahiran di kenal dengan dua asas yaitu ius soli ( asas
tempat kelahiran /hukum tempat kelahiran ) dan ius sanguinis ( hukum darah ) , ass
kewarganegaraan bedasrkan perkawinan terbagi menjadi : asas kesatuan hukum , asas
persamaan derajat , asas kewarganegaraan bedasarkan naturalisasi .

Defenisi negara dikenal pertama kali di yuyani dengan istilah polis yang artinya Negara kota ,
Negara di gambarkan dengan sebuah kota kecil yang sudah melaksanakan kepemimpinan
yang demokratis .negara merupakan organisasi dari sekumpulan orang yang menempati
wilayah tertentu dan diorganisir oleh pemerintahan yang berkedaulatan .

Teori terjadinya negara terdiri atas teori kontrak sosial ( terbentuknya negara ats perjanjian
yang dilakukan oleh masyarakat ) , teori ketuhanan ( berdirinya negara atas kehendak
tuhan ) , teori kekuasaan ( terbentuknya negara karena adanya kekuasan / kekuatan ) , teori
hukum alam ( terbentuknya negara karena adanya kebutuhan manusia ) .

Bentuk negara dan tugas pemerintahan. Bentuk negara ada 2 yaitu kesatuann dan serikat .
tugas – tugas pemerintahan yaitu menciptakan kondisi keamananan , memelihara ketertiban ,
menegakkan keadilan ,melakukan pekerjaan umum , menerpakn kebijakan ekonomi ,
membuat dan menerapkan kebijakan pemeliharaan sumber daya alam .

Defenisi kewarganegaraan yaitu dikenal istilah civic kewarganegaraan menurut konsep yang
menekan pentingnya hak – hak dasar . warga negara dan kewarganegaraan salah satu di
terimanya status persyaratan di terimanya warga negara adalah adanya unsur
warganegara .cara memperolah warga negara diatur dalam UU No. 12 tahun 2006
menjelaskan pasal 1 ayat 3 pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh kewarganegaraan melalui permohonan . kehilangan warganegara diatur dalam
pada bab IV , tentang kehilangan kewarganegaraan republik indonesia pada pasal 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29 , 30 undang – undang dasar no 12 tahun 2006 . kewargaenegaraan bagi orang
cina , orang – orang cina peranakan yang tinggal dan menetap turun temurun di indoensia ,
sejak masa reformasi hingga saat ini telah berhasil memperjuangkan agar tidak di sebut
sebagi orang cina tetapi sebagi orang tiong hoa .

Pembaharuan undang – undang kewarganegaraan , dalam rangka pembaharuan undang –


undang kewarganegaraan berbagai ketentuan yang bersifat diskriminatif sudah selayaknya di
sempurnakan dan digunakan.
BAB V

Hak dan kewajiban

Istilah hak memiliki banyak arti dapatb diartikan sebgai sesuatu yang benar , kewenagan ,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau kekuasaan yang benar atas sesuatu untuk menuntut
sesuatu .kewajiban warganeagra menjadi sesuatu yang penting bagi negara dalam
melaksanakan tujuan negara .

Konsep hak dan kewajiban , terlebih dahulu pahamilah konsep adil .karena adil tidak dapat di
pisahkan dengan hak dan kewajiban .konsep warga negara , adalah anggota negara . asas hak
dan kewajiban warga negara indonesia , hak dan kewajiban warga negara diatur dlam pasal
27, 28, 29 , 30 , 31, 32, 33, dan 34. UUD 1945.

BAB IV

Hakikat konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constituer ( prancis ) yang artinya membentuk . konstitusi dalam
praktiknya lebih luas dari pengertian Undang – undang dasar ada juga menyamakannya
undang – undang dasar . perbedaan konstitusi ada yang tertulis dan tidak tertulis relatif tidak
begitu penting sebab semua konstitusi di dunia merupakan konstitusi tertulis . kedudukan
konstitusi , konstitusi yang berlaku di dunia pada umumnya merupakan dokumen atau hasil
kodifikasi .konstitusi indonesia yaitu UUD konstitusi yang pernah berlaku di indonesia yaitu
UUD 1945 ( 18 agustus 1945 – 27 september 1949 ) , UUD RIS (27 desember 1949 – 17
agustus 1950 ) , UUDS 1950 (17 agustus 1950 – 5 juli 1959 ) , UUDS 1959 (1966 – 21 mei
1998) .sifat dan tujuan fungsi konstitusi sifat konstitusi ada 2 yaitu fleksible dan riqid /
kaku .kedudukan UUD terdiri dari sejumblah aturan – aturan mendasar yang menduduki
status khusus memainkan fungsi khusus di dalam wilayah kedaulatan nasional yang harus di
taati baik oleh seluruh anggota masyarakat ataupun alat – alat perlengkapan daerah .

BAB VII

Demokrasi dan pendidikan demokrasi

Pengertian demokrasi berasal dari bahasa latin “demos” dan “cratein” atau “cratos” .
menurut abraham lincon demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat untuk
rakyat .demokrasi ada dua macam yaitu demokrasi sistem presidensil dan demokrasi sistem
parlementer .prinsip – prinsip demokrasi dapat disimpulkan bahwa dalam negara yang
menganut demokrasi sebagi sistem politiknya perlu adanya perwakilan politik dimana rakyat
dapat menyampaikan aspirasinya .demokrasi di indonesia dinamika demokrasi di indonesia
sangatlah dinamis . rakyat dannpenyelengara negara dimasanhya sering menafsirkan dan
melaksanakan niali – nilai demokrasi yang beragam .perkembangan demokrasi di indonesia
terbagi menjadi 4 periode yaitu : periode 1945 – 1959 , periode 1959 – 1965 ,periode 1966-
1998, periode 1999- sekarang .siste pemerintahan di indonesia , presiden merupakan
pemegang kekuasaan eksekutif (menjalankan pemerintahannya ), DPR dan para anggotan
MPR adalah pemegang kekuasaan legislatif , sedangka kekuasaan yudikatif dipegang oleh
tiga lembaga tinggi negara yaitu : MK, KY , dan MA serta lembaga pemeriksa keuangan
yaitu : BPK . pendidikan demokrasi , upaya melakukan pendidikan demokrasi di indonesia
relevan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional . menurut pasal 3 Undang – undang
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional , pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa .

BAB VIII

Rule of law dan hak asasi

Defenisi rule of law pada abad ke 19 di eropa bersamaan dengan munculnya ide tentang
demokrasi dan negara konstitusi .secara umum rule of law menjadi dua yaitu: kekuasaan
umum yang terorganisasi ( formal) dan rule of law secara hakiki .pelaksanaan rule of law di
indonesia telah memilki jaminan tegaknya hukum dan keadilan .defenisi hak asasi manusia ,
hak asasi manusia ada sejak manusia itu hadir di dalam kandungan . sejarah perkambangan
hak asasi manusia , munculnya perjuangan hak asasi manusia dalam kehidupan berbangasa
dn bernegara , merupakan reaksi terhadap kesewengan – wenangan penguasa yang menginjak
– injak harkat dan martabat manusia . perkembangan pemikiran Ham di dunia bermula dari
beberapa pendangan , meliputi magma charta , the american declaration , the french
declaration dan the four .saat ini pemikiran ham terus berlangsung sesuai konteks ruang dan
waktu jaman .
BAB II

I. KELEMAHAN

Secara materi buku pembanding lengkap di bandingkan dengan buku utama , buku
pembanding memiliki materi – materi lama yang sepatutnya tidak boleh di lupakan seperti
wawasan nusantara , stategi politik nasional , secara sub bab materi buku pembanding lebih
sedikit dan perincian materinya yang padat dan tidak bertele – tele membuat pembaca lebih
mudah memahaminya , sedangkan pada buku utama materi yang di sampaikan hanya materi
dasar dan banyak pengulangan materi tentan civic , seperti civic knowledge , civic disposition
, dll. Hanya terus berulang – ulang . jika di persamakan kedua buku ini memiliki kekurangan
yang sama tidak ada penjelasan secara utuh tentang bagaimana pancasila itu sendiri . kedua
buku hanya fokus mendoktin bagaimana penerapan dan pelaksanaan suatu pendidikan
kewarganegaraannya saja .

II. KELEBIHAN

Jika di baca kedua buku banyak memilki persamaan terutama disegi bentuk, namun
berbeda jika kita telurusi di dalamnya materi buku pembading lebih berat dan banyak materi
yang di sampaikannya tidak seperti buku utama materi sedikit dan berulang – ulang . buku
pembanding jelas banyak keistimewaannya bagi saya krna banyak pemaparan materinya , di
bandingkan buku utama materi yang terlalu singkat .
BAB I
RINGKASAN JURNAL

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 61-72

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan


Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

Deny Setiawan*
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Medan,
Indonesia
Diterima Oktober 2014; Disetujui November 2014; Dipublikasikan Desember 2014

Abstrak

Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru berorientasi pada terbentuknya


masyarakat sipil (civil society) dengan memberdayakan warganegara dalam sistem
pemerintahan yang demokratis. Oleh karena itu, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
pada sekolah dasar perlu dirancang dengan menjabarkan komponen civic knowledge, civic
skills dan civic dispositions secara fungsional, sehingga peserta didik sebagai warganegara
dapat berpartisipasi secara aktif baik dalam tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta dalam era kehidupan global (desirable personal qualities). Untuk tercapainya
tujuan tersebut, maka pembelajaran PKn berbasis karakter perlu diterapkan melalui
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sebagai pembelajaran yang inovatif.

Kata Kunci: Karakter; Pembelajaran; Pendekatan; Pendidikan Kewarganegaraan

PENDAHULUAN
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga
aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, peserta didik akan memiliki kecerdasan
emosi. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam
tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis (Suyatno, 2009).
Pembangunan karakter bangsa memiliki sifat multidimensional, karena mencakup dimensi-
dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses being. Pemilikan nilainilai
karakter di era globalisasi, dipandang mendesak sekaitan dengan paradoksal nilai yang kini
membawa dilema. Untuk itu proses having dalam pembangunan karakter dipandang tidak
mencukupi jika tidak dibarengi dengan proses being. Proses ini menunjukkan: (1) karakter
merupakan hal yang sangat esensial dalam mempertahankan eksistensi kehidupan berbangsa
dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa; (2)
karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi
bangsa yang beradab; (3) karakter menunjukkan jati diri bangsa, (4) pembangunan karakter
membentuk manusia dan masyarakat Indonesia berakhlak mulia dan turut membentuk warga
negara yang kompeten (civic competence) . Tanpa bermaksud mengecilkan artipendidikan
yang lain, penulis memberikan tempat untuk pembangunan karakter melaluipendidikan
kewarganegaraan sebagai wahana sistemik dalam membangun karakter peserta didik. Namun
sayang, sebagai akibat dari pengaruh politik pada masa lalu terhadap mata pelajaran PKn,
telah menyebabkan mata pelajaran tersebut menghadapi dilema, seperti cenderung kurang
menarik, dianggap sepele, membosankan, dan bermacam-macam kesan negatif lainnya.
Belum lagi dengan fakta di lapangan yang menunjukkan Pendidikan Kewarganegaraan masih
dalam posisi pembelajaran konvensional, yakni:
(1) pendekatan teacher centered;
(2) dominasi ekspositori;
(3) tumbuhnya budaya belajar verbalistik;
(4) mengajar berdasarkan buku teks;
(5) evaluasi yang berorientasi pada kognitif tingkat rendah; dan
(6) posisi guru yang masih transfer of knowledge.
Menghadapi fakta masalah-masalah di atas, maka pendidikan kewarganegaraan di era
global perlu melakukan pembenahan diri. Pertama, membangun pendidikan kewarganegaraan
dengan paradigma baru. Kedua, mengembangkan pembelajaran inovatif, yang salah satunya
melalui penerapan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

PEMBAHASAN
Upaya pemberdayaan warga negara adalah upaya pembangunan sumber daya manusia,
sehingga cara yang strategis adalah melalui proses pendidikan. Untuk itulah, paradigma
pendidikan yang seharusnya dianut pada era reformasi adalah “pendidikan untuk
pemberdayaan.” Dalam sistem pendidikan nasional, tanpa mengesampingkan mata pelajaran
yang lain, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentu saja harus lebih mampu
berfungsi secara efektif dalam pemberdayaan warga negara, sebab objek material mata
pelajaran ini terutama adalah mengenai hak dan kewajiban warga negara. Dari sinilah perlu
dirumuskan visi, misi, dan peran Pendidikan Kewarganegaraan baru. Pendidikan
Kewarganegaraan dengan paradigma lama jelas tidak dapat berfungsi sebagai sarana
pemberdayaan warga negara, bahkan sebaliknya justru dapat menjadikan warga negara
semakin tidak berdaya. Secara klasik sering dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan diIndonesia adalah untuk membentuk warganegara yang baik (a good
citizenship). sesuai dengan tafsir penguasa. Pada masa Orde Lama, warga negara yang baik
adalah warga negara yang berjiwa “revolusioner”, anti imperialisme, kolonialisme, dan neo
kolonialisme. Pada masa Orde Baru, warga negara yang baik adalah warga negara yang
Pancasilais, manusia pembangunan dansebagainya. Sejalan dengan visi Pendidikan
Kewarganegaraan paradigma baru, misi mata pelajaran ini adalah meningkatkan kompetensi
siswa agar mampu menjadi warga negara yang berperan serta secara aktif dalam sistem
pemerintahan negara yang demokratis.
Dengan memperhatikan tiga komponen/dimensi di atas yang berorientasi pada sistem
kehidupan global maka materi Pendidikan Kewarganegaraan yang memuat komponen-
komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warganegara, tidak saja
fungsional dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam era
kehidupan global. Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan materi
atau substansi yang harus diketahui warga negara. Komponen pengetahuan diwujudkan
dalam bentuk pemaknaan terhadap struktur dasar sistem kehidupan bermasyarakat, berpolitik,
berpemerintahan, dan bernegara. Setiap orang perlu memiliki kesempatan untuk mempelajari
pemerintahan dan masyarakat madani. Pembekalan materi tersebut akan membantu siswa
membuat pertimbangan yang luas dan penuh nalar tentang hakekat kehidupan bermasyarakat,
berpolitik, dan berpemerintahan, dan mengapa politik dan pemerintahan itu diperlukan;
tujuan pemerintahan; ciri-ciri penting pemerintahan (terbatas dan tidak terbatas); hakekat dan
tujuan konstitusi; dan cara-cara altenatif mengorganisasikan pemerintahan. Pembelajaran
materi ini hendaknya meningkatkan pemahaman yang lebih banyak tentang hakekat dan
pentingnya masyarakat madani atau jaringan kompleks asosiasiasosiasi politik, sosial, dan
ekonomi yang dibentuk secara bebas dan sukarela.
Berpartisipasi dalam urusan-urusan kemasyarakatan menurut cara yang penuh pemikiran dan
efektif. Disposisi ini menghendaki wawasan yang luas sebelum memberikan suara atau
berpartisipasi dalam debat publik, keterlibatan dalam wacana yang santun dan reflektif, dan
memangku kepemimpinan jika sesuai. Pendidikan nilai dan moral sebagaimana dicakup
dalam Pkn tersebut, dalam pandangan Lickona (1992) disebut "education for character" atau
"pendidikan watak". Lickona mengartikan watak atau karakter sesuai dengan pandangan
filosof Michael Novak (Lickona 1992 : 50-51) yakni suatu perpaduan yang harmonis dari
berbagai kebajikan yang tertuang dalam keagamaan, sastra, pandangan kaum cerdikpandai
dan manusia pada umumnya sepanjang zaman. Lickona (1992: 51) memandang karakter atau
watak memiliki tiga unsur yang saling berkaitan yakni moral knowing, moral feeling, and
moral behavioral atau konsep moral, rasa dan sikap moral dan perilaku moral, sebagaimana
digambarkan sebagai berikut: Bila pemikiran Lickona (1992) sebagaimana gambar 2, kita
kaitkan dengan karakteristik PKn, nampaknya kita dapat menggunakan model Lickona itu
sebagai kerangka pikir dalam melihat sasaran belajar dan isi PKn. Setiap konsep nilai
Pancasila yang telah dirumuskan sebagai butiran materi PKn pada dasarnya harus memiliki
aspek konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. Namun sayang, paradigma baru PKn
pasca-reformasi belum terimplementasi secara optimal, sekaitan dengan dilemma yang
khususnya pada konteks pembelajaran masih berada pada tataran konvensional. Pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) merupakan sebuah model pembelajaran
kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses
pembelajarannya. Pertama, proses interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru,
rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses komunikasi (siswa
mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui
cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).

SIMPULAN
Pendidikan kewarganegaraan di era globalisasi perlu melakukan pembenahan diri. Pertama,
membangun pendidikan kewarganegaraan dengan paradigma baru. Kedua, mengembangkan
pembelajaran penerapan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Melalui pembelajaran kewarganegaraan berbasis karakter dengan penerapan pendekatan
pembelajaran aktif, kratif, efektif dan menyenangkan, maka sejumlah masalahpembelajaran
PKn yang konvensional dapat bergeser menjadi pembelajaran yang inovatif. Sekolah dasar
telah lama dikembangkan pola pembelajaran yang menyenangkan (Joyful Learning), tetapi
tentunya bukan sekedar menyenangkan tetapi juga harus bermakna. Pembelajaran akan
bermakna jika ada lesson point yang didapat oleh siswa bahkan juga guru pada tiap kurun
pembelajaran. Lesson point akan didapat jika pembelajaran berkesan, berkesan jika
melibatkan semua indra dan aktivitas yang menarik seperti yang dicontohkan pada format
analisis nilai di atas. Dengan demikian penerapan pembelajaran aktif, kreatif dan
menyenangkan dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis karakter pada
hakikatnya adalah penerapan pembelajaran inovatif. Penerapan aktif, kreatif dan
menyenangkan yang dipadu dengan penerapan pembelajaran inovatif dalam pendidikan
kewarganegaraan berbasis karakter diharapkan dapat: (a) pembelajaran lebih efektif dan
bermakna; (b) pengalaman belajar bervariasi dengan suasana belajar yang menyenangkan; (c)
siswa lebih berpikir kritis (civic knowledge); (d) meningkatkan kematangan emosional (civic
disposition); dan (e) komitmen untuk berbuat atau berpartisipasi (civis skill).

KOMENTAR :
I.KELEBIHAN
Penulis menuliskan bagaimana pendidikan pkn di era globalisasi dan bagaimana
penerapan nilai pancasila , terutama pada penerapan nilai pancasila ia menuliskannya melalui
penyampaian secara teknis kepada peserta didik .
Penulis juga menuliskan metode secara singkat bagaimana penerapanya melalui bagan dan
tabel yang ia sampaikan pada materi .penulis juga menuliskan bagaimana teknik analisis
pembelajran , serta menawarkan pembelajran PAKEM .serta masih banyak kelebihan yang ia
sampaikan secra singkat dan padat .

II. KEKURANGAN
Secara keseluruhan penulis menuliskan isi pada abstrak yaitu “Pendidikan
Kewarganegaraan dengan paradigma baru berorientasi pada terbentuknya masyarakat sipil
(civil society) dengan memberdayakan warganegara dalam sistem pemerintahan yang
demokratis. Oleh karena itu, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada sekolah
dasar perlu dirancang dengan menjabarkan komponen civic knowledge, civic skills dan civic
dispositions secara fungsional, sehingga peserta didik sebagai warganegara dapat
berpartisipasi secara aktif baik dalam tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta dalam era kehidupan global (desirable personal qualities). Untuk
tercapainya tujuan tersebut, maka pembelajaran PKn berbasis karakter perlu diterapkan
melalui pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sebagai pembelajaran yang
inovatif.” Namun penulis tidak menuliskan secara singkat apa itu pendidikan
kewarganegaraan era lama sehingga perbedaan era baru dengan era lama tidak ada, dan di
dalam materi ini tentang pendidikan Kewarganegaraan hanya membentuk sifat
kemanusiaannya saja dan tidak mendasarkan pada ideologi negara yaitu pancasila . secara
materi penulis menyampaikan teknis teknis pembentukan suatu individu peserta didik
menjadi lebih baik melalui materi pengajaran , namun tidak saya jumpai sebagai reviewer
tidak menjumpai bagaimana penerapan pendidikan pancasila secara utuh.penulis
menyampaikan materi pancasila hanya pada penyampaian praktek tidak pada teori dasar –
dasar pengenalan .
BAB I

REKASAYA IDE

I. PERMASALAHAN :

Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan adalah materi dasar yang di jadikan dan
di gunakan sebagai materi pembelajaran untuk meningkatkan suatu kebajikan – kenajikan
sikap kewarganegaraan . pada dasarnya materi ini adalah materi yang di pakai di semua
jenjang pendidikan dan penerapannya sangat mudah . penerapannya dapat di lakukan oleh
semua kalangan mulai dari kalangan keluarga , masyarakat , institusi pendidikan kelompok
bermain . pendidikan kewarganegaraan adalah percampuran pendidikan dari agama , budi
pekerti dan dasar – dasar negara . di era globalisasi ini permasalahan yang paling menakutkan
adalah banyaknya manusia individu peserta didik yang kurang bermoral dan tidak
mempunyai akal pikiran . seperti kasus yang beru terjadi sekarang yaitu seorang siswa yang
melawan seorang guru hingga terancam nyawa seorang guru. Seharusnya pendidikan
kewarganegaraan ini adalah penangkal sekaligus solusi dari permasalahan ini . namun yag
terjadi sekarang ialah memudarnya pendidikan kewarganegaraan yang di terpakan di suatu
instansi pendidikan seharusnya juga pendidikan kewarganegaraaan ini adalah suatu
pendidikan yang setara nilainya dengan pendidikan seperti matematika , bahasa , ipa , dan ips
. namun apa yang terjadi ? ketidak seimbangan dan penyelewengan akan pendidikan
kewarganegaraan sering terjadi di institusi pendidikan seperti : guru PPKn yang sering
meninggalkan siswa pada mata pelajaran dan menyuruhnya belajar sendiri di kelas atau
mengisi LKS , hal ini sering di lakukan oleh guru, dan yang paling sering terjadi yaitu
seorang guru PPKn yang kurangnya metode dan media pembelajaran serta kurangnya
pendekatan mendoktrinasi peserta didik sehingga terjadilah fenomena kasus seperti itu
banyak hal yang terjadi atas dasar permasalahan seperti ini .

Pendidkan PPKn yaitu pendidikan PANCASILA dan KEWARGANEGARAAN ,


namun apa yang terjadi pendidikan ini tidak menjadi pendidikan dasar yang harus benar –
benar di terapkan karena semua hanya terfokus pada penerapan kewarganegaraannya saja .
sedangkan pancasila nya selalu di lupakan . sudah sangat jarang pendidikan pancasila yang
mengupas tuntas apa arti pancasila , teori teori pancasila sehingga banyak juga siswa tidak
hafal tentang apa itu pancasia . hanya karena pendidikan PPKn ini adalah program
pendidikan yang di perpolitiki oleh pemerintah .
II. SOLUSI

Solusi pada permasalahan pada permasalahan kenapa pendidikan dasar tentang


pancasila yaitu dengan mengubah sistem program pendidikan . karena apa ? PPKn hanya
program pendidikan dan selalu mengalami perubahan program di era dekade kepemimpinan .

Adapun yang kedua dapat di lakukan oleh pendidik yaitu dengan membuat program
pendidikan khsusus sebagai ciri khas suatu institusi pendidikan itu sendiri .

Adapun solusi yang yang terakhir yaitu membuat pelatihan – pelatihan khusus untuk penddik
kepada guru – guru ppkn

banyak hal yang dapat di lakukan untuk membasmi permasalahan yang terjad
termasuk membuat PAKEM seperti yang tertuang pada jurnal tersebut .

Anda mungkin juga menyukai