Anda di halaman 1dari 42

PLANT SITE

Penentuan Lokasi Pabrik

MATERI KULIAH PTLF


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UPN VETERAN YOGYAKARTA
Perencanaan lokasi pabrik/fasilitas

 Perencanaan lokasi pabrik/fasilitas mempunyai peranan yang sangat


penting dalam menunjang perkembangan perusahaan dan lokasi
pabrik/fasilitas menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan.
 Pada dasarnya lokasi pabrik terbaik adalah jika lokasi tersebut mampu
memberikan total biaya produksi yang rendah dan mendatangkan
keuntungan yang maksimal.
Kondisi yang mendorong

1. Expansion (perluasan pabrik)


2. Decentralization (pemecahan pabrik ke dalam sentral-sentral unit
kerja)
3. Economic Factors (perubahan pasar, ketersediaan tenaga kerja)
Lokasi Pabrik Ideal

Lokasi yang terletak pada suatu tempat yang memberikan total biaya
produksi rendah dan keuntungan yang maksimal
Dasar Pemilihan Lokasi Pabrik

1. Lokasi di kota besar


2. Lokasi di pinggir kota
3. Lokasi jauh diluar kota
Faktor yang dipertimbangkan

1. Market Location
2. Raw material
3. Transportation
4. Power
5. Climate
6. Buruh
7. UU
8. Limbah, dll
Metode dalam penentuan lokasi
pabrik/fasilitas
 Penentuan Lokasi Pabrik/Fasilitas Dengan Pendekatan Diskrit:
adalah teknik penentuan satu lokasi dari beberapa alternatif-
alternatif lokasi yang ada.
1. Analisis Kualitatif
2. Analisis Kuantitatif
3. Analisis Hibrid
 Penentuan Lokasi Pabrik/Fasilitas Dengan Pendekatan Kontinyu.
1. Metode “median”
2. Metode Gravity
3. Metode ‘Weiszfeld’
Pendekatan Diskrit
Macam-macam metode untuk penentuan lokasi pabrik/fasilitas
dengan pendekatan diskrit :
1. Metode kualitatif → analisa ranking procedure
2. Metode kuantitatif →
a. analisa pusat gravitasi
b. analisa transportasi
3. Metode hybrid → analisa brown gibson
Analisis Kualitatif
ANALISA RANKING PROCEDURE
 Teknik menggunakan metode scoring dan didasarkan pada
keputusan yang bersifat subjektif. Langkah-langkah dalam
menyelesaikan metode ini adalah :
1. Catat semua faktor yang dianggap penting dan dapat
mempengaruhi dalam perencanaan fasilitas.
2. Berikan bobot yang sesuai (antara 0-1) tiap faktor
berdasarkan pada kepentingan relatif..
3. Berikan skor (antara 0-100) tiap rencana fasiliats terkait
dengan faktor.
4. Hitung bobot skor tiap lokasi fasilitas dengan mengalikan
bobot tiap faktor dengan skor tiap rencana fasilitas.
5. Jumlahkan bobot skor tiap rencana fasilitas dan pilih fasilitas
yang berdasarkan pada bobot skor.
Identifikasi faktor – faktor subjektif yang
mempengaruhi lokasi pabrik
Lokasi pengsuplai bahan baku (x1) bobotnya
20 %
Lokasi area pemukiman (x2) bobotnya 40%
Lokasi tenaga kerja (x3) bobonya 10 %
Kondisi iklim (x4) bobotnya 5%
UU dan perda (x5) bobotnya 5%
Factor loyalitas dan service (x6) bobotnya 20%
Menentukan alternatif lokasi terdapat 4 alternatif lokasi
Factor subjektif I II III IV

Bahan baku 10 50 60 90

Pemukiman 30 40 70 80

Tenaga kerja 50 70 90 50

Iklim 40 30 40 30

Uu & perda 20 80 90 10

service 30 50 80 50
Mengalikan bobot tiap faktor dengan nilai /scor tiap lokasi, kemudian
pilihlah lokasi dengan hasil perkalian terbesar.

Contoh perhitungan :

1 = ( 20% x 10) + ( 40% x 30) + (10% x 50 ) + ( 5% x 40 ) + ( 5% x 20 ) +


(20% x 30 ) = 34
2 = ( 20% x 50 ) + ( 40% x 40 ) + ( 10% x 70 ) + ( 5% x 30 ) + ( 5% x 80 ) +
( 20%x 50 ) = 58.5
3= ( 20% x 60 ) + (40% x 70 ) + (10% x 90 ) + ( 5% x 40) + (5% x 90 ) +
( 20% x 80 ) = 87.5
4= (20% x 90) + (40% x 80) + (10% x 30) + (5% x 30) + (5% x 10 ) +
(20% x 50) = 75
Begitu seterusnya sampai mendapat hasinya dan yang dipilih adalah nilai
terbesar yaitu lokasi III dengan bobot terbesar 87.5
Analisis Kuantitatif
ANALISA PUSAT GRAVITASI
Analisa pusat gravitasi dibuat dengan
memperhitungkan jarak masing-masing lokasi
sumber (j) atau daerah pemasaran (j) dengan
alternatif lokasi (i), Pada metode ini terdapat asumsi
bahwa biaya produksi dan distribusi untuk masing-
masing lokasi adalah sama Rumus umum yang
dipergunakan adalah :
Keterangan Rumus :

 M : Jumlah alternatif lokasi


 n : Jumlah daerah pemasaran atau sumber material
 (Xi , Yi) : Koordinat lokasi pabrik
 (aj , Bj) : Koordinat lokasi pasar atau sumber material
 Wj : Besar demand pada pasar atau jumlah source
Contoh analisa pusat gravitasi
Analisis Kuantitatif
ANALISA TRANSPORTASI
 Dipergunakan untuk menentukan pola distribusi terbaik dari
lokasi pabrik ke wilayah pemasaran (atau lokasi sumber
material) tertentu.
 Keputusan diambil untuk lokasi yang memberikan total cost
terkecil
 Teknik transportasi yang paling sederhana, cepat dan mudah
yaitu dikenal dengan teknik/metode heuristic atau least
assignment routine method
 Metoda-metoda lain secara terperinci akan dipelajari secara
khusus pada operation research
 Contoh :
PT. Mohon Order adalah sebuah perusahaan PMDN yang bergerak
dalam industri makanan ternak dan sekarang ini telah memiliki dua
buah lokasi pabrik yang berada di P1 dan P2. Pabrik-pabrik tersebut
didirikan guna mensuplai 5 wilayah pemasaran yang berada di kota
M1, M2, M3, M4, M5. Data yang berkaitan dengan kapasitas produksi
(tons/minggu), biaya produksi serta distribusi/transportasi (Rp./kg) dan
ramalan kebutuhan (demand)untuk masing-masing wilayah pemasaran
(tons/minggu) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Analisis HYBRID

Brown – Gibson Model (1)


 Merupakan metode dengan konsep “preference of measurement”
→ ukuran preferensi tertentu yang mengkombinasikan faktor-faktor
obyektif (kuantitatif) dan subyektif (kualitatif)
 Dikembangkan oleh PA. Brown dan DF. Gibson dalam jurnal (vol. 4,
no. 1, pp. 1-10, March 1972)

20
Brown – Gibson Model (2)

1. Eliminasi setiap alternatif lokasi yang jelas-jelas tidak layak dan


infeasible.
2. Hitung dan tetapkan “performance measurement” untuk faktor-
faktor obyektif (OF). Biasanya diukur dengan satuan estimasi biaya
yang relevan untuk masing2 alternatif lokasi (Ci) dengan formulasi :

OFi =
Brown – Gibson Model (3)
3. Tentukan faktor-faktor yang memberi pengaruh
signifikan dan harus dipertimbangkan pada saat
menetapkan lokasi pabrik (faktor2 ini lebih bersifat
subyektif, seperti pendidikan, keadaan masy. Dll).
3a. Tetapkan rating factor (Wj), dimana j = 1,2,…n
untuk setiap faktor subyektif. Pada prinsipnya cara
ini adalah membandingkan dan menilai satu faktor
subyektif thd faktor lain secara berpasangan
(pairwise). Penilaian lebih baik = 1, lebih jelek = 0
atau sama-sama jelek/baik.
3b. Secara terpisah, buat ranking – tetap dengan
“pairwise comparisson” berdasarkan faktor subyektif
yang ditentukan. Rangking lokasi dinotasikan Rij (0 ≤
Rij ≤ 1 dan Ʃ Rij = 1)
Brown – Gibson Model (4)
3c. Tetapkan faktor subyektif (SFi) dengan cara
mengkombinasikan sebagai berikut:
SFi = w1 . Ri1 + w2.Ri2 + …….. + wn . Rin
3d. Buat pembobotan (mana yg lebih penting) antara
faktor obyektif dan subyektif (bobot = 1-k) dimana 0 < k <
1. Kombinasi faktor obyektif (OFi) dan faktor subyektif
(SFi) yang nilai masing-masing sudah dihitung/diukur
untuk setiap alternatif lokasi yang ada. Perhitungan ini
akan menghasilkan “location preference measurement
(LPM)”.
LPMi = k (Ofi) + (1-k) (SFi)
Jika faktor obyektif dipakai sebagai dasar maka k =1 dan
faktor subyektif diabaikan, jika faktor obyektif 4 kali lebih
penting dari subyektif maka k = 0,8. Keputusan yang
diambil adalah alternatif lokasi yang mempunyai nilai
LPMi maksimum.
Brown – Gibson Model (5)
Contoh :
Manajemen PT kertas “kartoraharjo” telah
melaksanakan suatu studi kelayakan untuk
pendirian pabrik baru dalam rangka mengantisipasi
permintaan (demand) yang terus melonjak dengan
pesat diatas kapasitas pabrik yang ada sekarang.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis
bahwa pendirian pabrik kertas harus ditunjang ole
beberapa faktor seperti kedekatan dengan sumber
bahan baku (pulp), tersedianya supply air yang
cukup besar, jaringan transportasi yang baik, dll,
maka alternatif lokasi yang layak dan memenuhi
syarat untuk dipetimbangkan dalam hal ini adalah
di wilayah A, B, C dan D.
Brown – Gibson Model (6)
 Langkah 1
Asumsikan bahwa berdasarkan pertimbangan harga
tanah yang terlalu mahal, alternatif D dinilai tidak layak.
 Langkah 2
Dari tiga data alternatif yang ada, diperoleh data biaya
sbb:

Biaya tahunan (Milyar rupiah)


Total
Lokasi 1/Ci
Karyawan Distribusi Pajak Dll (C1)

A 3,62 2,08 0,25 4 9,95 0,100503


B 3,40 2,75 0,30 4 10,45 0,956940
C 3,75 2,90 0,40 4 11,05 0,090498
Total : 0,286695
Brown – Gibson Model (7)

OFi =
Sehingga faktor obyektif untuk masing alternatif
lokasi :
OF(A) = [(9,95) (0,2867)] = [2,8526] = 0,35056
OF(B) = 0,33378
OF(C) = 0,31566

 Langkah 3
Faktor subyektif diidentifikasikan sbb:
1. Fasilitas pendidikan
2. Kondisi pengadaan fasilitas perumahan
3. Sikap masyarakat
Perumahan
Brown – Gibson Model (7)

Faktor (i) Site Ranking (Rj) Bobot


A B C Faktor (Wi)
1 0,50 0,25 0,25 0,25
2 0,25 0,50 0,25 0,25
3 0,00 0,33 0,67 0,50
1,00

SFi = w1 . Ri1 + w2.Ri2 + …….. + wn . Rin

SF(A) = (0,50)(0,25) + (0,25)(0,25) + (0,00)(0,50) =


0,1875
SF(B) = 0,3525
SF(C) = 0,4600
Total = 1
 Langkah 4
Kombinasi hasil OFi dan SFi dan menentukan LPMi
LPMi = k (OFi) + (1-k) (SFi)
Manajemen mempertimbangkan bobot faktor
obyektif 4 kali lebih besar, maka:
LPM(A) = (0,8)(0,35056) + (0,2)(0,1875)= 0,3179
LPM(B) = 0,3375
LPM(C) = 0,3446
Total LPMi = 1
Lokasi terpilih C → why ???
Pendekatan Kontinyu
Macam-macam metode untuk penentuan
lokasi pabrik dengan pendekatan kontinyu :
a. Metode “median”
b. Metode Gravity
c. Metode ‘Weiszfeld’
a. Metode “median”.

 Metode ini digunakan untuk menentukan lokasi fasilitas tunggal dengan


tujuan untuk menempatkan fasilitas baru dengan meminimumkan total
biaya antara fasilitas lama dengan fasilitas baru.
 Sebuah lokasi median didefinisikan sebagai loaksi dimana tidak lebih dari
setengah perpindahan item disebelah kiri (bawah) dari lokasi fasilitas
baru tidak lebih dari separuh perpindahan item ke sebelah kanan (atas)
fasilitas baru
 Model lokasi median dengan jarak rectilinear :

( ) ( )
m m
Minimasif ( X ) = Min W1 xi − x + Min Wi y i − y
i =1 i =1
dengan :
W1 = bobot
(x,y) = koordinat fasilitas yang sudah ada

Langkah- langkah nya :


1. catat fasilitas yang sudah ada dengan urutan naik untuk koordinat x
2. dapatkan koordinat x ke j (pada langkah 1) yang mempunyai bobot
kumulatif sama atau melebihi setengah total bobot
3. catat fasilitas yang sudah ada dengan urutan naik untuk koordinat y
4. dapatkan koordinat y ke k (pada langkah 3) yang mempunyai bobot
kumulatif sama atau melebihi setengah total bobot
 Contoh Soal :
Diinginkan penempatan peralatan mesin baru pada departemen
perawatan. 5 mesin yang ada mempunyai hubungan material
handling dengan mesin baru. Mesin-mesin yang ada terletak pada
titik P1 = (1,1); P2 = (5,2); P3 = (2,8); P4 = (4,4); P5 = (8,6). Biaya
persatuan jarak pengangkutan antara mesin baru dengan tiap-tiap
mesin yang ada adalah 5, 6, 2, 4 dan 8

Penyelesaian :

Mesin (i) Koordinat (x) Bobot (W) Kumulatif bobot


1 1 5 5
3 2 2 7
4 4 4 11
2 5 6 17
5 8 8 25

Koordinat X yang optimal = X* pada titik koordinat 5


Mesin (i) Koordinat (y) Bobot (W) Kumulatif bobot
1 1 5 5
2 2 6 11
4 4 4 15
5 6 8 23
3 8 2 25
Koordinat Y yang optimal = Y* pada titik koordinat 4

Sehingga lokasi optimal untuk fasilitas mesin baru pada koordinat (5,4)
b. Metode Gravity

 Metode ini menentukan lokasi optimal dengan cara menghitung nilai rata-
rata bobot koordinat x dan koordinat y dari fasilitas yang sudah ada.
 Metode ini sering dikenal sebagai metode centroid.
 Formulasi pada metode ini :

W X
m
i i W Y i i
X= i =1
m Y= i =1

W
m

i =1
i W
i =1
i
 Contoh Soal :
4 departemen terletak pada lokasi P1 = (12,4); P2 = (6,8); P3 = (10,7); P4 =
(9,6). Tentukan lokasi optimal untuk mesin baru jika bobot ke setiap lokasi
mesin yang sudah ada berturut-turut adalah 6, 10, 8 dan 4

Penyelesaian :
Departemen Koordinat X Koorninat Y Bobot (W) Wi Xi Wi Yi
P1 12 4 6 72 24
P2 6 8 10 60 80
P3 10 7 8 80 56
P4 9 6 4 36 24
Jumlah 28 248 184
m m
Wi X i 248 W Y i i
184
X= i =1
m
= = 8,86 Y= i =1
= = 6,57
W
m
28
W
28
i i Lokasi optimal untuk mesin baru (8,86 ; 6,57)
i =1 i =1
c. Metode ‘Weiszfeld’

 Metode ‘Weiszfeld’ hampir sama dengan metode gravity, dimana


setiap bobot dibagi dengan jarak Euclidean.
 Fungsi tujuan untuk masalah lokasi fasilitas tunggal dengan jarak Euclidean
diformulasikan sebagai berikut:


(x − x ) + (y − y ) 
m
MinimasiF ( x) =  Wi 
2 2
i i
i =1  
m  m 
 Wi X i   WiYi 

X= 
 i =1
( ) (
2
)
2 
xi − x + yi − y   i =1
( ) (
2
)
2 
xi − x + yi − y 
Y= 
m  m 
 Wi   Wi 
 i =1
 ( ) (
2
)2 
xi − x + yi − y   i =1
 ( ) (
2
)2 
xi − x + yi − y 
 Langkah perhitungan dengan metode Weiszfeld:
Langkah 1. menetapkan iterasi awal dengan k = 1
m m

W X i i k
W Y i i
Y = i =1
k
X = i =1
m

W
m

W
i =1
i
i =1
i

Langkah 2. Hitung
m  m 
 Wi X i   WiYi 
 
k +1
X =
 i =1 ( k 2 k
xi − x + yi − y  ) (
2 
) k +1
Y =
 i =1 ( ) (
k 2
xi − x + yi − y  )
k 2 

m  m 
 Wi   

Wi

 i =1 ( k 2 k
xi − x + yi − y ) (
2 
)  i =1 ( ) (
k 2 k
xi − x + yi − y )
2 

k +1 k k +1 k
Langkah 3. Jika X = X dan Y = Y , maka iterasi berhenti. Jika tidak,tetapkan
k = k+1 dan kembali ke langkah 1

 Contoh Soal :
Dengan mengacu pada soal untuk metode gravity, nilai xk rata-rata dan yk rata-rata
adalah 8,86 dan 6,57
Referensi

 Purnomo, Hari, 2004, Perencanaan & Perancangan Fasilitas, Graha Ilmu,


Yogyakarta
 Tomkins, J.A., White, J.A., Bpzer, Y.A., Frazelle, E.H., Tanchoco, J.M.A. And
Trevino, J., 1996, Facilities Planning, John Wiley & Sons, Inc., New York
 Wignjosoebroto, S., 2000, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Guna
Widya, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai