Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN

PELAYANAN INSTALASI RAWAT


INTENSIF

Jl. Dr. Moh Hatta No 64 Bakung Baturaja, Phone 0735 320173, Fax 0735 321 287

E mail : rumkit dr. noesmirbaturaja@yahoo.co.id

1
DETASEMEN KESEHATAN MILITER 02.04.04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 dr. NOESMIR

SURAT KEPUTUSAN
No. SKEP/ / / /2021

TENTANG
PANDUAN PENGORGANISASIAN DAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT TK. IV 02.07.05 dr. NOESMIR BATURAJA

KEPALA RUMAH SAKIT TK IV 02.07.05


DR. NOESMIR BATURAJA

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


Pengorganisasian dan Pelayanan Rumah Sakit Tk. IV
02.07.05 dr. Noesmir Baturaja, maka diperlukan
penyelenggaraan Pengorganisasian Dan Pelayanan
yang bermutu tnggi
b. Bahwa agar Pengorganisasian Dan Pelayanan di Rumah
Sakit Tk. Iv 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja dapat
terlaksanan dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Tk. IV dr. Noesmir Baturaja
sebagai landasan bagi penyelenggaraan
Pengorganisasian Dan Pelayanan di Rumah Sakit Tk. IV
dr. Noesmir Baturaja.
c. Bahwa berdasarka pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Rumah Sakit Tk IV dr. Noesmir
Baturaja.

MENGINGAT : a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 tentang Rumah Sakit
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan
c. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
e. Keputusan Kepala Rumah sakit Nomor / /
/2016 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Tk. IV
02.07.05 dr. Noesmir Baturaja.

MEMPERHATIKAN : Perlunya usaha untuk meningkatkan kualitas


Pengorganisasian Dan Pelayanan di Rumah Sakit Tk. IV
02.07.05 dr. Noesmir Baturaja
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
PERTAMA : KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK IV DR. NOESMIR
BATURAJA TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN

2
DAN PELAYANAN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.05 DR.
NOESMIR BATURAJA
KEDUA : Pedoman Pengorganisasian Dan Pelayanan Rumah Sakit Tk.
IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja sebagaimana tercantum
dalam Lampiran keputusan ini
KETIGA : Pedoman Pengorganisasian Dan Pelayanan Rumah Sakit Tk
IV dr. Noesmir Baturaja harus dibahas sekurang-kurangnya
setiap 3 (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan, dapat
dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.
KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
Pengorganisasian Dan Pelayanan Rumah Sakit Tk IV dr.
Noesmir Baturaja dilaksanakan oleh Wakli Kepala Rumah
Sakit Tk IV dr. Noesmir Baturaja.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila dikemudian hari ternyataterdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Dikeluarkan di Baturaja
Pada Tanggal 05 Oktober 2021
Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05
dr. Noesmir Baturaja

dr. Hengky Irawan M. Biomed, Sp.An


Mayor CKM NRP 11040005570178

3
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut American Hospital Association (1974) Rumah Sakit adalah suatu organisasi
yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang
permanen menyelenggarakan pelayanan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan,
diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat.
Pada awal berdirinya, rumah sakit merupakan organisasi sosial di bawah pemerintah
yang berorientasi non profit. Untuk biaya operasional mereka mendapatkan dana dari
pemerintah. Dalam perkembangannya ternyata pemerintah tidak dapat menampung
masyarakat yang berobat sehingga masyarakat mencari tempat lain yang dapat melayani
mereka lebih baik. Hal ini menumbuhkan industri jasa di bidang pelayanan kesehatan yang
mulai berorientasi profit untuk menutupi biaya operasional mereka meskipun tidak
meninggalkan unsur sosial sama sekali.
Tumbuhnya rumah sakit-rumah sakit swasta itu memunculkan persaingan baru dalam
industri jasa di bidang pelayanan kesehatan. Rumah sakit-rumah sakit swasta berupaya
memperlengkapi pelayanan mereka dengan peralatan kesehatan yang mutakhir.
Melihat perkembangannya rumah sakit tidak dapat meninggalkan pelayanan profesional
untuk mendapatkan profit agar dapat memuaskan konsumen pengguna jasanya (pasien).
Dalam pelayanan profesional ini dapat disebut sebagai perusahaan jasa yaitu perusahaan
yang memproduksi jasa bagi para konsumen yang sangat membutuhkan jasa dari
perusahaan tersebut.
Berbeda dengan perusahan jasa lain jasa yang ditawarkan rumah sakit berhubungan
langsung dengan kesehatan yang menyangkut kehidupan pasien, jadi nilai-nilai kemanusian
harus dijunjung tinggi. Rumah sakit sebagai penyedia jasa dibatasi oleh kode etik profesi
bagi setiap profesi yang bekerja di rumah sakit. Dengan adanya perbedaan ini maka rumah
sakit lebih disebut institusi daripada perusahaan karena adanya tanggung jawab moril
daripada mencari keuntungan semata.
Pengorganisasian Rumah Sakit meliputi seluruh kegiatan penentuan jumlah dan jenis
sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan. Jasa-jasa
penunjang merupakan sarana pengorganisasian yang perlu dijalankan, sehingga proses
pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Manajemen Rumah Sakit Baptis Batu mempunyai kegiatan sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan


dicapai perusahaan dan mengatur strategi yang akan dilaksanakan agar dapat
tercapai. Perencanaan ini dapat disusun baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang, agar dapat dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan
perusahaan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

4
Pengorganisasian adalah membentuk kerangka dasar dalam menentukan
aktifitas dan tugas pokok dari suatu kelompok individu atau individu dalam
perusahaan, yang meliputi pemberian tugas tanggung jawab tertentu, pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-
tugasnya, pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan.

3. Pengarahan (Leading/Actuating)

Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan susun personalianya, langkah


berikutnya pengarahan. Pengarahan merupakan proses yang harus dilakukan oleh
manajemen agar pelaksanaan dapat diarahkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
oleh perusahaan, untuk tujuan tersebut manjemen harus selalu mengadakan
pendekatan dan perbaikan yang diperlukan untuk menumbuhkan motivasi para
karyawan agar dapat bekerja dengan optimal sesuai dengan rencana. Manajemen
harus memberikan gambaran yang jelas apa yang akan dituju, memberikan petunjuk
yang memadahi, dan memiliki perasaan apakah pelaksanaan akan memberikan
sumbangan terhadap tujuan yang akan dicapai tersebut.

4. Pengawasan (Controling)

Pengawasan atau pengendalian adalah proses untuk memeriksa kembali,


menilai dan selalu memonitor laporan-laporan apakah pelaksanaan tidak menyimpang
dari tujuan yang sudah ditentukan, hal ini penting untuk menghemat pemborosan
biaya yang dikeluarkan. Dalam mengadakan pengendalian harus diadakan
perbandingan antara hasil sesungguhnya yang dicapai dengan proyeksi yang
ditetapkan dalam perencanaan, untuk menilai prestasi masa lalu dan meletakan
tanggung jawab adanya penyimpangan yang terjadi.

Untuk rencana kerja dalam satu tahun, Rumah Sakit, manajer, komite, instalasi dan
bagian membuat rencana kerja. Rencana kerja dan anggaran ini akan dievaluasi satu tahun
sekali dan disusun berdasarkan pengukuran kinerja BalancedScore Card.

Balanced Score Card merupakan salah satu model pengukuran kinerjagabungan


antara ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Oleh sebab itu kinerja diukur dari empat
prespektif yaitu:
1. Keuangan, contoh: target keuangan / pendapatan.
2. Pelanggan, contoh: indeks kepuasan pelanggan.
3. Bisnis Internal contoh: program kerja.
4. Pembelajaran dan pertumbuhan contoh: peningkatan kemampuan
pegawai dengan diklat internal / eksternal.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
negara secara minimal, juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan
minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Indikator SPM
adalah tolok ukur untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM
tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan atau manfaat pelayanan. SPM dan indikator ini
dimonitoring, dicatat oleh unit-unit yang terkait dan dilaporkan secara berkala dalam Rapat
Kerja bulanan. Evaluasi dari laporan akan dilakukan implementasi guna perubahan menuju
arah yang lebih baik.

5
6
BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT


Tk.IV 02.07.05 dr. NOESMIR BATURAJA

Dalam upaya membantu pemerintah meningkatkan kesehatan masyarakat


khusus nya tentara pada tahun 1957 di Wilayah OKU didirikan satu satuan kecil
kesehatan tentara yang disebut TPA (Tempat Perawatan ABRI) d e n g a n t e k a d s e r t a
s e m a n g a t i n g i n m e m b e r i k a n  pelayanan prima. Tahun 1960 TPA tersebut berubah
status menjadi Detasemen Kesehatan Militer Kodim 0403 (Denkesdim 0403) yang lebih
dikenal dengan sebutan DKT (Djawatan Kesehatan Tentara).

Kemudan berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 76 / X / 1985


tanggal 28 Oktober 1985, tentang Perubahan Status Denkesdim 0403 menjadi
Poliklinik Induk 02.08.01 Baturaja. Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja
berubah status dari Poliklinik Induk menjadi Rumkit berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Staf Angkatan Darat Nomor Skep / 5 / I / 1996 tanggal 08 Januari 1996 dan Sprin Pangdam
II/Swj Nomor Sprin / 675 / III / 1996 tanggal 30 Maret 1996 serta diresmikan oleh Pangdam
II/Sriwijaya pada tanggal 21 Mei 1996.

Berdasarkan Surat Pangdam II/Sriwijaya Nomor B / 678 / XI / 1999 tanggal 15


Nopember 1999 tentang persetujuan/memberikan izin menggunakan nama Rumkit Tk. IV
dr. Noesmir Baturaja untuk Rumkit Tk. IV 02.07.05 Baturaja. Maka pada tanggal 19
Desember 1999 setelah diresmikan oleh Pangdam II/Swj nama Rumkit Tk. IV 02.07.05 dr.
Noesmir Baturaja dapat digunakan.

Rumah sakit Tk.IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja siap menerima penderiata
sepanjang 24 jam sehari dengan dukungan dokter seta para medis yang terlatih, dimana
penderita akan dilayani dengan ramah dan penuh perhatian. Fasilitas pelayanan rawat jalan
meliputi Poliklinik Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinki Kebidanan / KIA, Poliklinik
Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik Gigi, Laboratorium, Pemeriksaan Radiologi, Pelayanan
Apotik, Instalasi Gizi dan Kamar Operasi. Sedangkan untuk fasilitas pelayanan rawat inap
meliputi Zaal Laki-laki, Zaal Wanita, Zaal Anak, Zaal Kebidanan / VK, ICU, Pelayanan Gawat
Darurat, dan VIP.

Tugas dan tanggung jawab Rumkit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja dalam
membina, menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi kesehatan meliputi bidang bantuan
dan dukungan kesehatan preventif, kuratif, rehabilitasi, kesehatan gigi dan mulut serta
kesehatan militer pada umumnya di wilayah Kodim 0403 OKU.

Rumkit Tk. IV 02.07.05 dr.Noesmir Baturaja merupakan sandaran dukungan


kesehatan dan pelayanan kesehatan bagi 10 (sepuluh) satuan TNI AD dengan lebih dari
5.052 jiwa TMT 1 Januari 2014 terwadahi sebagai pasien BPJS. Tidak dapat dipungkiri
sebagai sarana sosial Rumkit Tk.IV 02.07.05 dr.Noesmir Baturaja dituntut juga untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum yang ada di wilayah kerjanya,
sehingga memerlukan perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan serta manajemen Rumkit
secara baik.

7
BAB III

VISI MISI MOTTO NILAI FALSAFAH DAN TUJUAN


RUMAH SAKIT Tk.IV 02.07.05 dr. NOESMIR BATURAJA

A. VISI

Visi rumah sakit Tk.IV 02.07.05 dr. Noesmir baturaja adalah Menjadi kebanggan prajurit,
PNS TNI dan keluarga serta masyarakat penggunanya dalam bidang pelayanan kesehatan.

B. MISI

Misi rumah sakit Tk.IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja adalah Memberikan pelayanan
kesehatan yang prima kepada prajurit PNS TNI dan keluarga serta masyarakat penggunanya
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

C. TUJUAN

Tujuan rumah sakit Tk.IV 02.07.05 dr.Noesmir Baturaja adalah :


1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
2. Peningkatan sumber daya manusia
3. Peningkatan sumber daya personil

D. MOTTO

Motto rumah sakit Tk.IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja adalah Ramah, Cepat, dan
Cermat

E. FILOSOFI

Filosofi rumah sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja adalah dengan sikap
profesionalisme memberikan pelayanan kepada pasien sehingga tercipta kepuasan semua
pihak.

F. FUNGSI

Fungsi rumah sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja adalah:


 Adminnistrasi : Mengelola menejmen rumah sakit
 Pelayanan : Memberikan pelayanan prima kepada prajurit dan masyarakat
penggunanya
 Diklat : Mendidik dan melatih personil dalam rangka peningkatan SDM
 Penyuluhan : Memberikan informasi kesehatan kepada prajurit dan
masyarakat penggunanya.

8
BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT Tk.IV 02.07.05 dr. NOESMIR BATURAJA

A. BAGAN ORGANISASI RUMAH SAKIT

9
A. KETERANGAN / PENGERTIAN

a. Unit Struktural

i. Kepala Rumah Sakit

Adalah kepala atau pejabat tertinggi di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05 dr.
Noesmir Baturaja
Tugas dan Wewenang
 Tugas
a. Menyelenggarakan dan membina serta mengendalikan fungsi
perumahsakitan
b. Menyelenggarakan dan membina serta mengendalikan
organisasi, system metode

 Wewenang
(1) Melakukan monitoring pelayanan kesehatan di rumah Sakit
melalui staf medic fungsional.
(2) Mengirim personal ke tempat pelatihan di rumah Sakit melalui
staf pelaksanaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
(3) Menunjuk seorang dokter sebagai ketua komite medic di
Rumah Sakit Tk IV dr. Noesmir baturaja guna peningkatan
mutu dan pelayanan medis
(4) Mengambil tindakan yang dianggap perlu di dalam menunjang
kelancaran operasional Rumah Sakit.

ii. Wakil Kepala Rumah Sakit

Adalah pejabat yang membantu Kepala Rumah Sakit dalam melakukan


tugas dan tanggung jawabnya.

 Tugas
a. Memimpin, mengatur dan mengkoordinasikan staf dan
pelaksana
b. Menentukan tata cara kerja secara umum
c. Mengkoordinasikan pembuatan laporan dan menyusun
rencana / program kerja Rumah Sakit
d. Mengerjakan tugas lain secara khusus yang dibebenkan oleh
kepala Rumah Sakit
e. Mewakili Kepala Rumah Sakit apabila berhalangan
menjalankan tugas

 Wewnang
f. Mengawasi pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Kepala Rumah Sakit
g. Membantu staf medic fungsional dalam pelaksanaan tugasnya
didalam meningkatkan mutu dan pelayanan medis.
h. Memberikan tindakan kepada personal yang telah melanggar
kebijakan – kebijakan Kepala Rumah Sakit.

10
iii. Bendahara

Adalah pejabat yang mengatur keuangan baik pengeluaran maupun


penerimaan yang ada di Rumah Sakit

 Tugas
(1) Membukukan semua penerimaan dana Yankesmasum ke
buku kas.
(2) Melaporkan seluruh penerimaan dana Yankesmasum kepada
Kepala Rumah Sakit
(3) Bertanggung jawab atas pelaksanaa tugassya kepada Kepala
Rumah Sakit.

 Wewenang
(1) Membuat rencana pengeluaran keuangan dan dilaporkan
kepada Kepala Rumah Sakit
(2) Mencatat penerimaan di tiap-tiap unit Yankesmasum.

iv. Uryanmed

Adalah bagian yang menyusun program kerja Rumah Sakit dan


memberikan informasi tentang perkembangan pelayanan medis di Rumah
Sakit.

 Tugas
(1) Membuat, menyusun dan merumuskan perencanaan dan
program kerja dibidang pelayanan medis khususnya untuk
pasien umum.
(2) Mengkoordinasikan kegiatan supervise tehnis pelayanan
medis baik bersifat kuratif, rehabilitative, promotif, dan
prefentif.
(3) Melaksanakan pembinaan personil kesehatan dan pembinaan
profesi di bidang kesehatan sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(4) Mengkoordinir, mengendalikan dan mengevaluasi siswa
magang di lingkungan Rumah Sakit.
(5) Menyelenggarakan kegiatan medis, administrasi pasien dan
informasi medis
(6) Mengelola rekam medis Rumah Sakit, mengelola data,
menganalisis informasi
(7) Membuat laporan data penyakit pasien dinas dan pasien
umum.
(8) Mempertanggungjawabkan dana evakuasi pasien dinas dan
integrasi pasien dinas selain TNI AD

 Wewenang
(1) Menunjuk personil ikut pelatihan tentang pelayanan medis
(2) Menegur unit-unit terkait yang di anggap belum melaksanakan
administrasi pasien, kegiatan rekam medis dan informasi
medis

11
(3) Memberi masukankepada Kepala Rumah SAkit tentang
pelaksanaan pelayanan medis dan penggunaan alalt-alat
medis yang ada di Rumah Sakit.

v. Urtuud

Adalah bagian yang melancarkan proses administrasi di Rumah Sakit


dan membantu merencanakan pengamanan material personil

 Tugas
(1) Memimpin, mengendalikan, mengkoordinasikan, dan
mengawasi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di
lingkungan Rumah Sakit.
(2) Menyelenggarakan, melaksanakan mengendalikan
pengamanan personil, material pasien baik yang rawat jalan
maupun yang rawat inap.
(3) Merencanakan dan menyelenggarakan administrasi
pembinaan personil, kepangkatan dan perawatan.
(4) Merencanakan dan menyelenggarakan pemeliharaan
bangunan, instalasi listrik dan air.

 Wewenang
(1) Mengawasi kegiatan administrasi Rumah Sakit dan
memberikan pengetahuan kepada personil yang bekerja di
tata usaha dan urusan dalam Rumah Sakit tentang tehnis
administrasi rumah sakit sesuai dengan prosedur yang ada.
(2) Melakukan pengamanan personil dan administrasi Rumah
Sakit sesuai dengan prosedur yang ada.
(3) Memberikan masukan kepada Kepala Rumah Sakit akan
perkembangan administrasi.

b. Unit Non Struktural

Adalah wadah non structural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi yang
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit. Komite yang
ada di Rumah Sakit Tk.IV dr. Noesmir Baturaja adalah sebagai berikut :
1. Komite Medik
2. Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPI)
3. Komite Keperawatan
4. Struktural Pemeriksaan Internal (SPI)

i. Komite Medis

Adalah adalah wadah bagi profesi dokter yang bekerja di Rumah Sakit Tk
IV dr Noesmir Baturaja dan memiliki organ sub komite dan kelompok staf medis
 Tugas
(1) Membantu karumkit menyusun standar pelayanan medis dan
membantu pelaksanaannya.
(2) Membantu Kepala Rumah Skit dalam pelaksanaan tugas
tenaga medis
(3) Meningkatkan mutu dan program pelayanan medis
12
 Wewenang
(1) Membantu Kepala Rumah Sakit di dalam meningkatkan
kinerja tenaga medis di Rumah Sakit
(2) Mengawasi pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh tenaga medis
(3) Mengadakan forum – forum yang dianggap perlu didalam
perkembangan Rumah Sakit dan memberikan informasi
tentang perkembangan ilmu kedokteran terkini.

ii. Komite PPI

Adalah suatu wadah non structural yang berfungsi sebagai pencegah dan
penanggulangan infeksi di Rumah Sakit

 Tugas
(1) Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI Rumah Sakit agar
kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan.
(2) Membuat SPO PPI
(3) Menyusun porgam PPI dan mengevaluasi pelaksanaan
program tersebut.
(4) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan
cara pencegahan dan pengendalian infeksi
(5) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan
prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
(6) Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan
penanggulangan infeksi bila ada KLB di Rumah Sakit.

 Wewenang
(1) Memberikan konsultasi kepada petugas kesehatan Rumah
Sakit.
(2) Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
(3) Berkkordinasi dengan unit kerja lain.
(4) Memberikan usulan kepada Kepala Kepal Rumah Sakit untuk
pemakaian antibiotic yang rasional di Rumah Sakit
berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensinya
terhadap antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi
antibiotika
(5) Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
(6) Menyusun kebijakan clinical goverment dan patien safety
intergrasi PPI dan PMKP
(7) Menetukan sikap penutupan ruang rawat bila diperlukan
karena potensial menyebarkan infeksi.

iii. Komite Keperawatan

Adalah adalah wadah bagi profesi perawat yang bekerja di Rumah Sakit
Tk IV dr Noesmir Baturaja dan memiliki organ sub komite dan kelompok staf
keperwatan
 Tugas
(1) Memberikan masukan kepada Kepala Rumah Sakit berkaitan
dengan profesionalisme perawat dan bidan dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan kebidanan.
13
(2) Menyelesaikan masalah masalah terkait dengan penerapan
disiplin dan kode etik keperawatan dan kebidanan
(3) Mempertahankan pelayanan keperawatan dan kebidanan yang
berkualitas dan amah bagi pasien dan keluarga.
(4) Melakukan kajian berbagai aspek keperawatan dan kebidanan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
(5) Menyusun model praktek keperawatan / kebidanan professional
(6) Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai
ide-ide baru.
(7) Memprakarsai perubahan dalammeningkatkan mutu asuhan
keperawatan / kebidanan

 Wewenang
(1) Bekerja sama dengan Kepala Rumah Sakit atau bidang
keperawatan dalam melaksanakan kewenangan tenaga
keperawatan / kebidanan
(2) Memberikan rekomendasi dalam rangka pemberian
kewenangan profesi bagi tenaga perawat / bidan yang akan
melakukan tindakan asuhan keperawatan / kebidanan.
(3) Mengkoordinir dan menyampaikan laporan kegiatan – kegiatan
komite keperawatan kepada seluruh tenaga keperawatan /
kebidanan.
(4) Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan / kebidanan.
(5) Mengkomunikasikan / menginformasikan hasil telaah mutu
keperawatan / kebidanan kepada semua bidang yang terkait.
(6) Menjamin tersedianya norma norma; standar praktek / asuhan /
prosedur keperawatan/ kebidanan, merumuskan norma norma;
harapan dan pedoman prilaku serta menyediakan alat ukur
pantau kinerja tenaga keperawatan / kebidanan.
(7) Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan / kebidanan.

iv. Komite Kesehatan Lainnya

Adalah adalah wadah bagi profesi klinis tenaga kesehatan lainnya yang
bekerja di Rumah Sakit Tk IV dr Noesmir Baturaja dan memiliki organ sub
komite dan kelompok staf tenaga kesehatan lainnya.

 Tugas
(1) Mempertahankan pelayanan kesehatan lainnya yang
berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya.
(2) Melakukan kajian berbagai aspek kesehatan lainnya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
(3) Menyusun dan menetapkan standar kesehatan lainnya di
Rumah Sakit
(4) Menjamin diterapkannya standar praktek, asuhan dan prosedur
kesehatan lainnya.
(5) Mengkomunikasikan san menginformasikan hasil telaah mutu
kesehatan lainnya.
 Wewenang
(1) Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan
fungsional tenaga kesehatan lainnya, merumuskan norma-
14
norma: harapan dan pedoman perilaku serta menyediakan alat
ukur pantau kinerja tenaga kesehatan lainnya.
(2) Memantau dan membina perilaku etik dan professional tenaga
kesehatan lainnya.
(3) Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi
kesehatan lainnya melalui kegiatan terorganisasi.
(4) Menjamin tersedianya tenaga kesehatan lainnya yang
kompeten, etis sesuai kewenangannya.
(5) Menyelesaikan masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan
disiplin etik dan moral kesehatan lainnya.
(6) Megkoordinir dan menyampaikan laporan kegiatan kegiatan
komite kesehatan lainnya kepada seluruh tenaga kesehatan
lainnya.

vi. Satuan Pemeriksaan Internal (SPI)

Adalah wadah non structural yang berfungsi sebagai badan pemeriksaan


internal Rumah Sakit agar sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit.
 Tugas
(1) Melakukan pemeriksaan internal keuangan dan operasional.
(2) Melakukan penilaian dan rekomendasi kepada Kepala Rumah
Sakit agar kegiatan di Rumah Sakit mengarah pada pencapaian
tujuan dan sasarannya secara efektif, efisien dan ekonomis.

 Wewenang
(1) Membantu Kepala Rumah Sakit dalam meningkatkan corporate
Gonvernence Rumah Sakit, terutama dengan efektifitas proses
pengendalian menejemen resiko, implementasi etika social dan
pengukuran kinerja Rumah Sakit.
(2) Menciptakan nilai tambah dengan mengidentifikasi peluang-
peluang untuk meningkatkan ke hematan efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan kegiatan di Rumah Sakit
(3) Memberikan penilaian dan rekomendasi kepada Kepala Rumah
Sakit agar kegiatan Rumah Sakit mengarah pada pencapaian
tujuan dan sasarannya secara efektif dan ekonomis.

vii. KSM/ Kelompok Staf Medis

Adalah kelompok dokter yang bekerja dibidang medis dalam jabatan


funsional. Kelompok Staf Medis Rumah Sakit Tk. IV dr. Noesmir Baturaja
dikelompokkan sebagai berikut :
 Kelompok Staf Medis Bedah
 Kelompok Staf Medis Non Bedah

15
viii. Panitia

Adalah wadah non structural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi yang
dibentuk untuk bertanggung jawab terhadap bidang tertentu dalam rangka
peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit
1. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
2. Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Panitia Rekam Medik
4. Panitia Farmasi dan Therapi
5. Panitia Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit

16
BAB V

INSTALASI RAWAT INTENSIF

A. LATAR BELAKANG.

Instalasi Rawat Intensif (IRI) / ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang
khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia. IRI / ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana
serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
ketrampilan staf medic, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca
bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke
masa pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus
dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan stabil fungsi
vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar
merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada masa
pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi IRI/ICU bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di Scandinavia pada
sekitar awal tahun 1950, dijumpai kematian yang disebabkan kelumpuhan otot-otot
pernafasan. Dokter spesialis antologi yang dipelopori oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu,
melakukan intubasi dan memeberikan bantuan napas secara manual mirip yang dilakukan
selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran dan sekelompok
sukarelawan mereka mempertahankan pasien poliomelytis bulbar dan bahkan menurunkan
mortalitas menjadi sebanyak 40%, disbanding dengan cara sebelumnya yakni penggunaan
iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1952 Engstrom membuat ventilasi
mekanik bertekanan positif yang ternyata sangat efektif member pernafasan jangka panjang.
Sejak saat itulah Icu dengan perawatan pernapasan mulai terbantuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, IRI/ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau
ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care
medicine.
Ruang lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien
dewasa ataupun pasien anak. Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan IRI/ICU yang professional
dan berkualitas. Dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada instalasi rawat intensif
(IRI/ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga
profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan
tim mulitidisplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Selain
dukungan itu sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan
pelayanan IRI/ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukanya tenaga khusus, terbatasnya
sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan IRI/ICU
perlu dikonsentrasikan.

17
B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum.
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.

2. Tujuan Khusus.
 Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan IRI / ICU dirumah sakit
 Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien IRI / ICU dirumah
sakit
 Menjadi acuan pengembangan pelayanan IRI / ICU dirumah sakit .

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN.

Pelayanan di Instalasi Rawat Intensif rumah sakit meliputi penanganan kasus IRI /
ICU , HCU dan penanganan kasus burn unit.

D. BATASAN OPERASIONAL.

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan
Standar Prosedur Operasional.
1. Pelayanan IRI / ICU
 Pelayanan IRI / ICU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik
pada pasien dewasa ataupun pasien anak.
 Pelayanan HCU
Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.
2. Pelayanan Burn Unit
 Pelayanan Burn unit diberikan pada pasien dengan luka bakar yang
membutuhkan pelayanan dan pengobatan khusus sesuai grade dan luas luka
bakar.

E. Landasan Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut
:
i. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal RS
ii. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
iii. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan.
iv. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
v. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

18
19
BAB VI

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.

Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di IRI / ICU harus mempunyai pengetahuan
yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen terhadap
waktu.

B. TENAGA MEDIS.

Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi
berikut :
1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui program
pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
2. Menunjang kualitas pelayanan IRI / ICU dan menggunakan sumber daya IRI / ICU
secara efesien
3. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan IRI / ICU
4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7
hari/minggu
5. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
1) Sampel darah arteri
2) Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal,
trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
3) Mengambil kateter intravaskuler untk monitoring invasive maupun terapi
invasif misalnya; peralatan monitoring, termasuk : a. Kateter vena central (CVP)
4) Resusitasi jantung paru
5) Pipa torakostomi
6) Melaksanakan dua peran utama :
a. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di
IRI / ICU , menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien,
dokter intensivis dapat mengelola send IRI / ICU atau berkolaborasi dengan dokter
lain. Seorang dokter intensivis mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi
seperti :
a) Hemodinamik tidak stabil
b) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
d) Gangguan atau gagal ginjal akut
e) Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa
f) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

b. Manajemen Unit.
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit
yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan IRI / ICU yang efisien, tepat
waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :
20
a) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
b) Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
c) Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan
termasuk supervisi koleksi data
d) Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin
kelancaran pelayanan di IRI / ICU
e) Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine.
f) Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature
kedokterani).
g) Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan.
h) Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia untuk
berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.

C. TENAGA KEPERAWATAN

IRI / ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar terlatih.
(diganti) menjadi : jumlah perawat di IRI / ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur
dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien 1:1, sedangkan
perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.

D. DISTRIBUSI KETENAGAAN

KUALIFIKASI FORMAL & JML


NAMA JABATAN FUNGSI
INFORMAL SDM
Spesialis anastesiologi
Ka. Instalasi  IRI / ICU Managerial 1
Pelatihan ACLS dan BLS
D3 keperawatan Pelatihan
Ka. Perawat  IRI / ICU ICU Pelatihan manajemen Managerial 1
bangsal
 D3 keperawatan (masa Melakukan Administrasi
kerja 5 – 10 tahun ) keperawatan &bertanggung
Penanggung jawab
 Bantuan hidup dasar jawab                terhadap 4
shift
dan bantuan hidup kelancaran    tugas dalam
lanjut shift
D3 keperawatan Bantuan
Melakukan tindakan-tindakan
Perawat Pelaksana hidup dasar dan bantuan 5
keperawatan sesuai SPO
hidup lanjut
 

E. POLA KETENAGAAN

Dihitung berdasarkan rata-rata kunjungan tahun 2021


Ketentuan :
- Rata – rata jumlah pasien / hari = 4
- Jumlah jam perawatan / hari = 12
- Jam efektif perawat / hari = 8 jam

a. Jumlah Tenaga Keperawatan


= 4 x 12 = 6 orang
8
b. Loss Day
21
= 78 / 286 x 2 orang = 0,54 = 1 orang

c. Faktor Koreksi
= 25% x ( 2 + 1 ) = 0,75 = 1 orang

d. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Total


= 6 + 1 + 1 = 8 orang + 1 Kepala Ruang = 9 orang
Jumlah tenaga ruang ICU yang ideal = 9 orang
Berdasarkan perhitungan tenaga kerja maka penataan shif sebagai berikut :

1. Shif Pagi : 2 orang


2. Shif Sore : 2 orang
3. Shif Malam : 2 orang
4. Lepas malam / libur : 2 orang
5. Cuti / Piket : 1 orang
Jumlah 9 orang
Tenaga keperawatan di ICU ada 11 orang jadi berdasarkan perhitungan
ada kelebihan 2 orang.

BAB VII
22
STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR
KEPALA RUMAH SAKIT
Mayor Ckm dr.Ely Sakti P.Sihotang,Sp.B

KEPALA INSTALASI RAWAT INAP


Serma Kustanto,AM.Kep

KEPALA RUANGAN
Habsoh, S.Psi

[
Urusan Administrasi Urusan Logistik
Mujayatin, Am. Kep Farida Anggraini,AM.Kep

KETUA TIM 1 KETUA TIM III KETUA TIM II


Mujayatin, AM.Kep
Fitri Apriyanti, Am.Kep Farida Anggraini, Am.Kep

ANGGOTA TIM 1 ANGGOTA TIM II ANGGOTA TIM III

1.Yadi Saputra, Am Kep 1. Novyana WP Am.Kep 1. Yoyon Tuwadi, Am. Kep

2.Ade Rinalia Putri, Am.Kep 2. Miranti Helza, Am. Kep 2. Haryono

B. STANDAR FASILITAS.

1. Standar Fasilitas Peralatan IRI / ICU


No Jenis Kelengkapan Standar  IRI / ICU  primer Jumlah Yg Dimiliki
1 Ventilasi mekanik ada 1
2 Alat hisap ada 2
3 DC Shock ada 1
4 Syringe pump ada 2
 
2. Standar Alat Keperawatan Di Ruang  IRI / ICU  
3. Standar Linen Bidang Keperawatan Di Ruang IRI / ICU
4. Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan
5. Standar Alat Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang  IRI 

BAB VIII
23
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. KRITERIA MASUK DAN KELUAR IRI / ICU

Sebelum pasien masuk ke  IRI / ICU , pasien dan / atau keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien
harus mendapat perawatan di  IRI / ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin selama
pasien dirawat di  IRI / ICU . Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala  IRI / ICU  atau dokter
yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan /atau keluarganya dapat
menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di  IRI / ICU . Persetujuan dinyatakan
dengan menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana  IRI / ICU  yang terbatas pada suatu Rumah
Sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan
akan pelayanan  IRI / ICU  lebih tinggi dari kemampuan pelayanan  yang dapat diberikan.
Kepala  IRI / ICU  bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di  IRI / ICU
. Bila kebutuhan pasien masuk  IRI / ICU  melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala  IRI /
ICU  menetukan kondisi berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat
di  IRI / ICU .

B. KRITERIA MASUK

1. Pasien Dengan Prioritas

PRIORITAS 1

 Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
monitoring yang tidak bias dilakukan di ruang rawat inap yang lain
o Pasien yang memerlukan bantuan ventilator, obat vasoactive kontinu, terapi
tidak
o ARDS, Syok, hemodinamik tidak stabil PRIORITAS 2
 Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan
o Chronic comorbid disease eksaserbasi akut yang berat secara medis atau
bedah
 PRIORITAS 2

 Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani terapi
untuk kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau resusitasi jantung
paru
o Keganasan dengan    metastase     komplikasi     dengan    infeksi,
tamponade jantung atau obstruksi jalan nafas
PRIORITAS 3

 Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke IRI / ICU


o Tidak banyak keuntungannya di rawat di IRI / ICU .
Misal : bedah vaskuler perifer, hemodinamik stabil pada ketoasidosis
diabetikum, gagal jantung ringan
 Pasien stase terminal dan irreversible
Misal : pada keganasan dengan metastase disertai multi organ failure.
 2.   Diagnosis Penyakit Yang Layak Untuk Rawat Di  IRI / ICU
24
1) Cardiac System
o Acute myocard infarction with complications
o Cardiogenic shock
o Complex arrhythmia
o Acute congestive heart failure with respiratory failure
o Hypertensi emergensi
o Unstable angina,     dysrhytmia,     hemodinamik     instability, persistent
chest pain
o Cardiac arrest
o Cardiac tamponade    or    constriction    with    hemodynamic instability
o Dissecting aortic aneurysms
o Complete heart block

2) Pulmonary System
o Acute respiratory failure requ IRI / ICU ng ventilator support
o Pulmonary emboli with hemodynamic instability
o Patient inan intermediate care unit who are demonstrating respiratory
deterioration
o Massive hemoptysis
o Respiratory failure with imminent intubation

3) Neurologic Disorders
o Acute stroke with altered mental status
o Coma metabolic, toxic or antoxic
o Intracranial hemorrhage with potential for herniation
o Acute subarachnoid hemorrhage
o Meningitis with altered mental satatus or respiratory compromise
o Central nervous system or neuromuscular disorder with deteriorating
pulmonary function
o Status epilepticus
o Brain dead or potentially brain dead, managed while determining organ
donation status
o Vasospasm
o Severe head injury

4) Drug Ingestion and drug overdose


o Hemodinamically unstable drug ingestion
o Drug ingestion with significantlyaltered mental status with inadequate airway
protection
o Seizures following drug ingestion

5) Gastrointestinal Disorder
o Life threatening gastrointestinal bleeding
o Fulminant hepatic failure
o Severe pancreatitis
o Esophageal perforation

6) Endocrine
o Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic instability, altered
mental status, respiratory insufficiency, or severe acidosis
o Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability
25
o Coma hyperosmolar state
o Hypo or hypernatremia with seizure
o Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness
o Hypo or    hypermagnesemia    with   hemodynamic    compromise    or
dysrhytmias
o Hypophosphatemia with muscular weakness

7) Surgical
o Post operative patients requ IRI / ICU ng hemodynamic monitoring/ventilator
support or extensive nursing care

8) Miscellaneous
o Septic shock with hemodynamic instability
o Hemodinamic monitoring
o Environment injuries
o New/ experiment therapies with potensial complication

C. KRITERIA KELUAR

Prioritas pasien dipindahkan dari  IRI / ICU  berdasarkan pertimbangan  medis oleh
kepala  IRI / ICU  dan tim yang merawat pasien.
 Bila status fisik pasien sudah stabil dan tidak perlu monitoring ketat lebih lama
 Bila status fisik telah menurun jauh tetapi tidak ada rencana intervensi aktif.

D. PERSIAPAN PENERIMAAN PASIEN.

1. Monitoring Pasien.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna
mewujudkan pelayanan  IRI / ICU  yang aman dan mengutamakan keselamatan
pasien.
Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk  menentukan
faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang
efektif. Indikator pelayanan  IRI / ICU  yang digunakan adalah system skor prognosis
dan keluaran dari  IRI / ICU . Sistem  skor prognosis dibuat dalam 24 jam pasien
masuk ke  IRI / ICU . Contoh    system skor prognosis yang dapat digunakan adalah
APACHE II, SOFA skor. Rerata nilai skoring prognosis dalam periode tertentu
dibandingkan  dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah angka
mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap rerata nilai
scoring prognosis.

2. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan


Catatan  IRI / ICU  diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di  IRI / ICU  dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus  IRI / ICU  yang meliputi pencatatan
lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di  IRI / ICU , data tanda vital,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya) secara
berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta
jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan  IRI / ICU  terd IRI / ICU  dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya,  system  skor  prognosis,  penggunaan  alat  bantu  (ventilasi
mekanis, hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau
meninggal) dari  IRI / ICU.
26
BAB IX

KESELAMATAN PASIEN

A. DEFINISI

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

B. TUJUAN.

 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah


 Meningkatnya akuntabilitas    rumah    sakit    terhadap    pasien    dan
masyarakat.
 Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak

C. STANDAR PATIENT SAFETY

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan  IRI / ICU  adalah :

1. Ketepatan
o Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang, salah
pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis
kelamin, salah
o Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien yang
masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas

2. Komunikasi SBAR
o Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR

3. Medikasi
o Ketepatan pemberian : Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah
obat, salah dosis, salah jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket,
salah pasien.
o Ketepatan Transfusi :  Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah
identitas pada permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien

4. Pasien jatuh : Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di  IRI / ICU .
 

27
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN

Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja /
aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

B. TUJUAN

1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS


2. Mencegah dan mengurangi
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN

Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun d IRI / ICU nya send IRI / ICU dapat 
menularkan
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki
tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus,
dll .
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
 Dekontaminasi dengan larutan klorin
 Pencucian dengan sabun
 Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
 HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).
 Flu burung
9. Kewaspadaan standar karyawan / petugas IRI / ICU  dalam menghadapi penderita
dengan dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan

Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat selama ± 5
menit, yaitu dengan menyikat selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)

28
BAB X

PENGENDALIAN MUTU

A. STANDAR PELAYANAN MINIMAL.

Pemberi Pelayanan Intensif. 

Judul Pemberi Pelayanan Intensif


Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan intensif
Pemberi pelayanan intensif adalah dokter spesialis, dokter umum
Definisi Operasional dan perawat yang mempunyai kompetensi sesuai yang
dipersyaratkan dalam persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi
Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah tim yang tersedia
Denominator Tidak ada
Sumber data Unit Pelayanan Intensif
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala Instalasi  IRI / ICU
pengumpul data

B. INDIKATOR MUTU LAINNYA

 Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang IRI / ICU


 Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang IRI / ICU
 Ketersediaan Tempat Tidur Dengan Monitoring Dan Ventilator
 Kepatuhan Terhadap Hand Hygiene
 Kejadian Infeksi Nosokomial Di Ruang IRI / ICU
 Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama
< 72 Jam
 

29
BAB XI

KEGIATAN ORIENTASI

Untuk Instalasi Rawat Intensif kegiatan orientasi yang dilakukan kepada perawat baru
sebagai upaya untuk menyesuaikan diri pada tempat/ unit kerja baru dalam rangka
memenuhi syarat bagi pekerjaan/ jabatan dengan situasi baru yang berbeda dan asing.

Kegiatan orientasi mempunyai tujuan antara lain:


1. Memahami tugas, kewajiban, wewenang dan prosedur kerja
2. Memahami tujuan, falsafah, dan peraturan-peraturan di lingkungan rumah sakit serta
kebijakan pimpinan rumah sakit
3. Memahami prosedur-prosedur dalam berbagai bidang di berbagai unit kerja
4. Memahami teknik-teknik mengerjakan basic life support dalam keadaan darurat.
5. Memahami prosedur tentang penilaian terhadap penampilan kerja staf keperawatan.

Materi orientasi meliputi:


1. Materi Umum
 Struktur organisasi rumah sakit dan bidang keperawatan
 Falsafah dan tujuan rumah sakit dan pelayanan keperawatan
 Falsafah/ sarana yang tersedia dan cara penggunaannya
 Kebijakan dan prosedur yang berlaku di rumah sakit/ pelayanan keperawatan
 Metode pemberian asuhan keperawatan
 Prosedur pengamanan dalam berbagai bidang di rumah sakit
 Hak dan kewajiban perawat
2. Materi
 Struktur organisasi instalasi/ ruangan
 Setting ruangan dan alat
 Tata tertib instalasi/ ruangan
 Prosedur administrasi instalasi/ ruangan
 Prosedur penerimaan pasien dan pemulangan pasien
 Manajemen/ model asuhan keperawatan pasien di instalasi/ ruangan
 Monitoring hemodinamik pasien di instalasi/ ruangan
 Manajemen pengelolaan kegawat daruratan pasien di instalasi/ ruangan
 Manajemen penggunaan alat-alat khusus di instalasi/ ruangan
 Manajemen logistik alat medis/ non medis (linen) di instalasi/ ruangan
 Manajemen pencucian dan siterilisasi alat di instalasi/ ruangan

Prosedur kegiatan orientasi yang dilakukan adalah


1. Tenaga keperawatan diserahkan dari urusan kepegawaian ke bidang keperawatan
2. Tenaga keperawatan baru, pindahan dan mutasi antar ruang menerima penjelasan
materi orientasi yang meliputi materi umum dan khusus
3. Perkenalan dengan pejabat struktural/ fungsional di keperawatan
4. Pelaksanaan program orientasi di bidang keperawatan yang di jadwalkan mulai dari
IRJ, IGD, ICU, dan IRI
5. Setelah pelaksanaan orientasi perawat yang bersangkutan membuat laporan ke
bidang keperawatan
6. Berdasarkan evaluasi selama orientasi yang dibuat oleh masing-masing kepala ruang,
maka yang bersangkutan ditempatkan sesuai kebutuhan serta ketrampilan yang
bersangkutan melalui SK direktur.
30
BAB XII

PERTEMUAN/RAPAT

A. PENGERTIAN

Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan
suatu masalah tertentu

B. TUJUAN

1) Rapat menggali segala permasalahan terkait dengan pelayanan yang


kesehatan yang diberikan.
2) Rapat mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang terkait
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan

C. KEGIATAN RAPAT

Pertemuan/Rapat

Instalasi rawat inap menyelenggarakan pertemuan/rapat;

 Rapat rutin dengan seluruh kepala ruang rawat inap yang diadakan setiap
bulan sekali
 Rapat rutin dengan seluruh administrasi rawat inap yang diadakan setiap bulan
sekali
 Rapat rutin dengan seluruh pramu ruang rawat inap setiap dua bulan sekali
 Rapat koordinasi dengan Instalasi lain

Format Notulen Rapat

Hari, tanggal :
Tempat :
Pemimpin Rapat :
Notulen Rapat :
Jumlah Peserta Rapat :
Agenda Rapat :

Hasil Rapat :

31
BAB XIII

PELAPORAN

A. PENGERTIAN

Pelaporan merupakan sistem atau metode yang dilakukan untuk melaporkan


segala sesuatu bentuk kegiatan yang ada terkait dengan pemberian pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap

B. JENIS LAPORAN

Pencatatan dan pelaporan merupakan dokumentasi kegiatan penyelenggaraan


pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Tk IV dr. Noesmir Baturaja.
Kegiatan pelaporan dilakukan untuk memberikan data/ informasi yang cepat,
tepat dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan
keputusan, sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penemuan kebiajakan yang
relevan. Di dalam pelaksanaannya, pelaporan dilakukan secara berkala dan
berjenjang.
Laporan berupa laporan bulanan, triwulan, semesteran, tahunan.

32
BAB XIV

PENUTUP

Pedoman pelayanan IRI / ICU di rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan
bagi seluruh petugas pemberi layanan yang menyelenggarakan pelayanan pada pasien IRI /
ICU . Berdasarkan klasifikasi sumber daya,sarana, prasarana dan peralatan pelayanan IRI /
ICU di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai IRI / ICU primer.
Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan
sesuai dengan ketentuan pedoman standar IRI / ICU sesuai dengan situasi dan kondisi yang
kondusif bagi setiap program pengembangan layanan IRI / ICU di rumah sakit .
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di IRI / ICU perlu adanya
penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur tetap di unit layanan IRI /
ICU sehingga hambatan dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan.

Dikeluarkan di Baturaja
Pada Tanggal 05 Oktober 2021
Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05
dr. Noesmir Baturaja

dr. Hengky Irawan M. Biomed, Sp.An


Mayor CKM NRP 11040005570178

33

Anda mungkin juga menyukai