Anda di halaman 1dari 19

RINGKASAN BUKU DEVELOPING PRACTICE FOR PUBLIC HEALTH AND

HEALTH PROMOTION
JENNIE NAIDOO, JANE WILLS

Nama : Lilis Dwi Kristyaningrum


NPM : 2206005134
Kelompok :4

Strategies for Public Health and Health Promotion Practice

Strategi merupakan rencana tindakan yang menentukan mekanisme pencapaian target


dan tujuan. Tujuan Promosi kesehatan dan kesehatan masyarakat bervariasi, termasuk
memaksimalkan potensi kesehatan dan kesejahteraan, penyediaan dan penggunaan layanan
yang tepat, dan mengurangi kematian dan kesehatan yang buruk. Dalam upaya pencapaian
tujuan ini terdapat 4 strategi kunci, yaitu mengatasi kesenjangan Kesehatan, Partisipasi
masyarakat, Kemitraan dan pemberdayaan. Kebijakan dapat menentukan strategi dan
menempatkan tugas pada praktisi untuk mengadopsi strategi tersebut; tetapi sejauh mana hal
ini ditindaklanjuti sangat bervariasi
A. Tackling health
Kesenjangan kesehatan merujuk pada perbedaan sosial-ekonomi yang mempengaruhi
status kesehatan populasi. Praktisi promosi kesehatan, harus maempunyai kemampuan
pengakuan dan pemahaman tentang faktor struktural sosial yang mendukung pengalaman
kesehatan dan status kesehatan.
1. Definition and scope of inequalities
Ketidakseamaan merupakan istilah umum yang digunakan di Inggris, tetapi negara
lain menggunakan istilah 'ketidaksetaraan' atau 'kesenjangan' untuk merujuk pada
fenomena yang sama. Terdapat berbagai jenis ketidaksetaraan dalam kesehatan,
termasuk:
✓ perbedaan pola sosial dalam harapan hidup
✓ perbedaan pola sosial dalam status sehat dan sakit (baik akut maupun kronis)
✓ ketidaksetaraan dalam akses ke, dan penggunaan, layanan
✓ perbedaan geografis atau regional
✓ perbedaan hasil pengobatan
Derajat kesehatan individu bervariasi, namun pemerataan Kesehatan bertujuan untuk
menghilangkan perbedaan kesehatan yang tidak adil dan dapat dihindari atau diperbaiki
di antara kelompok-kelompok sosial. Strategi Kesehatan masyarakat dan promosi
kesehatan dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan tetapi disisi lain juga dapat
meningkatkan ketidaksetaraan karena layanan dan pesan Kesehatan hanya dapat
diakses orang yang lebih mampu.
2. Scale of Inequalities
Globalisasi dapat mempengaruhi ketidaksetaraan melalui faktor-faktor yang terkait
dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Status sosial ekonomi yang lebih
tinggi dikaitkan dengan peningkatan usia hidup, penurunan insiden kematian dini pada
semua usia, dan penurunan insiden penyakit dan kesehatan yang buruk. Ada juga bukti
bahwa wilayah geografis, gender dan etnis juga terkait dengan status kesehatan.
3. Explaining health inequalities
Terdapat lima teori utama untuk menjelaskan kesenjangan sosial-ekonomi di bidang
kesehatan:
a) Materialist/structuralist theory
pendapatan rendah menyebabkan kurangnya sumber daya yang menyebabkan
kesehatan yang buruk.
b) Social production of health model
proses kapitalis dari akumulasi kekayaan dicapai dengan mengorbankan mereka
yang kurang beruntung, yang menjadi terpinggirkan secara sosial.
c) Pscychosocial model
diskriminasi sosial berdasarkan posisi seseorang dalam hierarki sosial mengarah
pada respons biologis dalam sistem neuroendokrin yang dapat menyebabkan
penyakit. persepsi ketidaksetaraan dan kerugian dipengaruhi proses biologis yang
mengarah pada hasil kesehatan yang lebih buruk.
d) Ecosocial theory
menyatukan produksi psikososial dan sosial dari model. Lingkungan sosial dan
fisik berinteraksi dengan sistem biologis individu. Tindakan dan efek saling
tergantung dari banyak faktor penentu kesehatan yang berbeda (termasuk
lingkungan, sosial dan fisik) yang mengarah pada ketidaksetaraan kesehatan.
e) Life-course model
akumulasi kerugian yang dialami sepanjang perjalanan hidup atau dari generasi
ke generasi dapat mempengaruhi kesehatan. Pengelompokan keuntungan dan
kerugian di sepanjang perjalanan hidup dan melalui generasi adalah kunci
ketidaksetaraan kesehatan.
Kemiskinan merupakan kontributor utama ketidaksetaraan Kesehatan karena
menghambat akses kebutuhan dasar hidup sehat. Kemiskinan bersifat relatif, dalam
hal harapan sosial, sumber daya dan kegiatan. Pengecualian sosial merupakan keadaan
ketidakmampuan seseorang(karena faktor pendapatan) untuk berpartisipasi dalam
kegiatan yang umumnya dilaksanakan masyarakat.
ketidaksetaraan berpola dalam kesehatan dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya
kemiskinan, pengucilan sosial, stereotip budaya, dan ketidakfleksibelan profesional
dan institusional.
4. Tackling inequalities
Strategi untuk mengatasi kesenjangan kesehatan berfokus pada empat bidang utama:
✓ Macro-economic social policies (seperti mengurangi tingkat pengangguran).
✓ Living and working condition (termasuk pendekatan pengembangan masyarakat).
✓ Behavioural risk factors (terutama jika fokus pada kelompok kurang beruntung).
✓ Healthcare systems (meningkatkan akses, khususnya kelompok marginal).
Beberapa kebijakan yang dapat digunakan untuk menangani kesenjangan Kesehatan,
diantaranya: mengatasi upah rendah, kemiskinan anak dan kesehatan yang buruk,
kesehatan Kerja, dan ketidaksetaraan berbasis wilayah.
Mengatasi kesenjangan bertujuan untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat
kurang mampu, namun fakta lain menunjukkan bahwa kesenjangan yang semakin
lebar didorong tidak hanya oleh peningkatan kelompok termiskin dan paling tidak
beruntung, tetapi juga peningkatan pendapatan dan kekayaan kelompok terkaya dalam
masyarakat.
5. Tackling inequalities: the practitioner’s perspective
Dibandingkan beberapa intervensi promosi kesehatan dan kesehatan masyarakat
lainnya, screening tunjangan kesejahteraan dan layanan konseling lebih efektif dan
menghasilkan peningkatan manfaat finansial yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai kriteria:
✓ menghindari menyalahkan korban dengan fokus pada hak manfaat bukan gaya
hidup tidak sehat.
✓ dapat diakses banyak kelompok yang paling terpinggirkan dan sulit dijangkau.
✓ Hasil positif kuantitatif terlihat jelas, baik dari segi jumlah pengguna, maupun
dalam hal pendapatan tambahan yang mengalir ke daerah tersebut.
✓ Hasil kualitatif diberikan dalam bentuk studi kasus individu di mana peningkatan
pendapatan mengarah pada manfaat Kesehatan
6. Evaluating policies to reduce inequalities
Dalam praktiknya, kelompok sosial yang lebih kurang beruntung tidak banyak
menikmati manfaat pelayanan kesehatan. Perdebatan tentang evaluasi menjadi lebih
kompleks karena beragam tujuan dari berbagai intervensi yang berbeda.
Evalausi jalur berbeda yang menghubungkan individu dan kebijakan, termasuk
dampak kebijakan pada posisi sosial (termasuk kebijakan dan kebijakan pendidikan
yang memengaruhi jaringan sosial dan inklusi sosial), paparan spesifik terhadap risiko
dan bahaya (misalnya perumahan, pekerjaan, dan kebijakan pangan), dan dampak
sakit (misalnya kebijakan perawatan kesehatan dan disabilitas dijelaskan dalam
kerangka sebagai berikut:

Gambar Framework for researching policy impact on health inequalities.

B. Participation, involvement and engagement


Partisipasi publik semakin relevan dengan perbaikan layanan, pemantauan dan
manajemen. Patient and Public Involvement (PPI) dilakukan pada tingkat individu,
melibatkan pasien dalam keputusan terkait perawatan dan pengobatan, dan pada tingkat
kolektif, melibatkan pasien dan masyarakat dalam keputusan mengenai perencanaan dan
pemberian layanan. Ruang lingkup PPI mencakup pemberian informasi dan pengumpulan
umpan balik hingga keterlibatan dalam pengambilan keputusan. Keterlibatan masyarakat,
terutama dengan kelompok-kelompok terpinggirkan dan jarang didengar, merupakan
kunci dari kebijakan publik untuk mengurangi kesenjangan kesehatan.
1. The context for public and patient involvement
Keterlibatan dan partisipasi dapat diartikan berbagai kegiatan dan hasil mulai dari
hadir di forum pengambilan keputusan hingga bentuk pemberdayaan yang memiliki
suara nyata dalam keputusan dan masalah. Pertumbuhan partisipasi dapat ditelusuri
melalui beberapa perkembangan yaitu:
a) Pertumbuhan kekuatan konsumen, dimana terdapat peningkatan perhatian kepada
pengguna layanan sektor publik. Konsumen dan pengguna memiliki kekuatan
terbatas untuk mempengaruhi layanan. Sanksi utama mereka adalah menolak
menggunakan layanan, dan mengambil kebiasaan mereka di tempat lain.
b) Pertumbuhan kewarganegaraan. Warga negara didorong untuk memiliki harapan
yang sah untuk berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi mereka. Oleh
karena itu, ada juga harapan bahwa warga akan menggunakan layanan dengan
tepat dan berkontribusi pada peningkatan kesehatan mereka sendiri.
c) Suara awam, yaitu pengakuan yang meningkat bahwa perspektif awam
memberikan wawasan tentang pola perilaku dan gaya hidup dan pengalaman
subjektif. Istilah 'orang awam' menunjukkan tingkat kekuatan menengah antara
konsumen dan warga negara. Orang awam memiliki pengetahuan awam lokal,
tetapi tidak memiliki pengetahuan profesional ahli. Oleh karena itu, orang awam
adalah mitra penting jika untuk mengembangkan layanan dengan cara yang tepat
dan mudah diakses.
d) Perundang-undangan. Perspektif pasien dan masyarakat harus didengar,
diperhitungkan dan diresapi semua aspek pelayanan kesehatan
Istilah-istilah yang berbeda ini, meskipun kadang-kadang digunakan secara
bergantian, menunjukkan tingkat kekuasaan yang berbeda. Secara internasional,
perencanaan kesehatan masyarakat dilakukan secara top-down berdasarkan
identifikasi ahli dari prioritas dan strategi dan lembaga donor membiayai proyek
kesehatan sedikit demi sedikit.

2. The context for community engagement


komunitas dipandang sebagai tempat di mana kebutuhan dapat didefinisikan dan
dipenuhi. Dalam konsep inklusi sosial, dalam kebijakan telah mengakomodir bahwa
setiap orang, apa pun keadaan mereka, didorong untuk memanfaatkan kesempatan
untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Keterlibatan masyarakat (Community
involvement) berarti setiap orang memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam
segala macam keputusan hidup mereka, meliputi pilihan pengobatan atau tempat
sekolah, sehingga lebih mungkin mendapatkan layanan yang mereka inginkan dan
butuhkan.
Dengan melibatkan kelompok-kelompok yang terpinggirkan, individu-individu
terhubung dengan pluralitas jaringan yang dapat membantu mengatasi fragmentasi
sosial dan dugaan kehancuran pola asuh dan keluarga.

3. understanding involvement and participation


Panduan terbaru tentang bukti yang mendukung keterlibatan masyarakat (NICE
2008a) mengusulkan kerangka teoretis yang menguraikan mengapa tingkat
keterlibatan masyarakat yang berbeda dapat secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi kesehatan baik dalam jangka menengah maupun jangka Panjang, yang
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar Community engagement for health

Dalam kerangka tersebut diusulkan bahwa pendekatan pelibatan masyarakat yang


digunakan untuk menginformasikan (atau berkonsultasi dengan) publik dapat
berdampak pada kelayakan, aksesibilitas, dan pemanfaatan layanan. Pendekatan yang
menjadikan masyarakat sebagai mitra setara, atau mendelegasikan kekuasaan kepada
mereka dapat menghasilkan hasil kesehatan yang lebih positif yang juga dapat
meningkatkan identitas mereka sebagai sebuah komunitas.

Diagram NICE mencerminkan upaya menjembatani paradigma yang saling


bertentangan dari praktik berbasis bukti dan praktik berbasis nilai.
Kerangka di atas menunjukkan bahwa terdapat tingkat partisipasi. Model-model ini
membuat perbedaan hierarkis antara pendekatan keterlibatan menurut jumlah
pembagian kekuasaan yang terlibat dan tingkat pengaruh atas keputusan.
Model-model ini membuat perbedaan hierarkis antara pendekatan keterlibatan
menurut jumlah pembagian kekuasaan yang terlibat dan tingkat pengaruh atas
keputusan. Arnstein (1969), menujukkan model partisipasi berlapis.
✓ Anak tangga yang lebih rendah adalah kegiatan partisipasi yang dirancang untuk
memberi kesempatan orang bersuara agar terlibat tetapi mereka sebagai penerima
layanan dan ada sedikit komitmen untuk .
✓ Anak tangga berikutnya adalah tentang kegiatan konseling untuk mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat dan mendengarkan pandangan sebelum keputusan dibuat.
✓ Anak tangga yang lebih tinggi mengidentifikasi bentuk kegiatan partisipatif di
mana masyarakat memiliki kekuatan dan pengaruh yang lebih besar dan komitmen
untuk mengintegrasikan pandangan mereka dalam proses yang lebih luas.
✓ Anak tangga teratas adalah aktivitas yang dipimpin pengguna di mana lembaga
melangkah ke belakang untuk identifikasi prioritas atau definisi solusi dan
membantu masyarakat untuk melakukan apa yang mereka inginkan
Model tersebut tergambar dalam diagram berikut :

Terdapat beberapa tantangan dalam upaya pelibatan masyarakat, yaitu memastikan


bahwa keputusan mewakili pandangan publik. Dorongan saat ini untuk 'keterlibatan'
mengacu pada 'pasien' dan 'publik' namun pendapat ini ditentang karena tidak setiap
orang mengidentifikasi diri sebagai pasien.
Dimensi utama keterlibatan terlihat pada tingkat individu, melibatkan pasien dalam
keputusan tentang perawatan dan pengobatan, dan pada tingkat kolektif, melibatkan
pasien dan masyarakat dalam keputusan mengenai perencanaan dan pemberian
layanan. Kemungkinan maksud dan tujuan untuk PPI lokal
mungkin untuk:
• mendapatkan umpan balik tentang kualitas layanan
• pelajari lebih lanjut tentang pengalaman perawatan pasien
• mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
• mendapatkan ide tentang prioritas.

Gambar Level of Involvement (DH 2003)

Upaya awal untuk meningkatkan partisipasi difokuskan pada strategi melibatkan


kelompok paling mudah diakses, yang cenderung menjadi pemimpin lokal.

4. Types of Involvement
Keterlibatan dalam perawatan primer adalah konsep yang luas dan berkisar dari
pengalaman pasien individu hingga regenerasi sosial dan ekonomi masyarakat. Ada
peluang bagi pasien dan partisipasi publik dalam:
• keputusan individu tentang pengobatan
• pandangan pengguna tentang penyediaan layanan
• penilaian kebutuhan kesehatan untuk menentukan prioritas dan pandangan
masyarakat tentang suatu masalah untuk menginformasikan layanan atau
program perkembangan
• latihan konsultasi publik tentang penyediaan atau pengembangan layanan
• keterlibatan warga dalam panel kebijakan publik
• kelompok perencanaan strategis
• pengembangan masyarakat dan lingkungan regenerasi.
5. Patient and user involvement
Terdapat perubahan penekanan yang signifikan dalam reformasi pelayanan publik dari
penyedia layanan ke pengguna layanan, dari penyediaan layanan menjadi kebutuhan
masyarakat yang menggunakan layanan publik. Keterlibatan pasien dan pengguna
layanan pada tingkat individu melibatkan pasien dalam diskusi dan keputusan tentang
perawatan dan pengobatan atau pada tingkat kolektif dalam keputusan mengenai
perencanaan, pemberian dan pemantauan layanan. Kebanyakan pasien tidak merasa
terlibat dalam pengambilan keputusan, tidak merasa memiliki siapa pun untuk diajak
bicara tentang kecemasan mereka dan mungkin merasa tidak jelas tentang tes dan
pengobatan, dan mungkin ada informasi yang tidak cukup untuk keluarga dan teman
(Coulter 2002). Banyak pengguna dan pendamping belum menjadi peserta aktif dalam
perencanaan perawatan mereka sendiri.
Program manajemen diri terstruktur dikatakan berhasil dalam berkontribusi pada:
✓ pengurangan keparahan gejala
✓ nyeri berkurang
✓ kontrol hidup dan aktivitas yang lebih baik
✓ peningkatan akal dan kepuasan hidup
✓ komunikasi dokter-pasien yang lebih baik.
Partisipasi harus menjadi bagian utama dari perawatan kesehatan dan sosial. Tidak
mudah untuk mengelola secara efektif dan banyak organisasi memiliki pedoman
tentang cara terbaik untuk mencapai partisipasi yang lebih baik oleh pengguna:

✓ meminta lebih dari satu pengguna hadir


✓ menggunakan bahasa yang bebas jargon
✓ memastikan dukungan khusus tersedia jika diperlukan (misalnya penerjemah,
juru bahasa)
✓ memenuhi semua pengeluaran untuk perjalanan, waktu, penitipan anak, dan
menyadari pengaruh pembayaran terhadap manfaat (misalnya pembayaran
dengan voucher)
✓ menjelaskan struktur pertemuan kepada peserta sebelumnya
✓ memberikan pelatihan, misalnya keterampilan asertif, memimpin rapat,
kerahasiaan
✓ menawarkan pengaturan yang sesuai yang nyaman dan dapat diakses
✓ memastikan bahwa ada umpan balik tentang cara pandangan pengguna
memengaruhi keputusan

6. Participation in needs assessment and priority setting


Penilaian kebutuhan kesehatan dan sosial yang komprehensif merupakan titik awal
pengembangan strategi intervensi, layanan atau program peningkatan kesehatan. Area
prioritas nasional menuntut strategi lokal berdasarkan pengetahuan lokal tentang
kebutuhan local.
Health Need Assessement adalah tinjauan sistematis masalah kesehatan suatu populasi
yang mengarah pada prioritas yang disepakati untuk meningkatkan kesehatan dan
mengurangi ketidaksetaraan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk
mengetahui beberapa informasi terlait karakteristik demografis dan sosial penduduk,
kondisi medis paling berdampak, jenis layanan dan pemanfaatannya, kebutuhan yang
tidak terpenuhi atau tingkat penyediaan layanan yang berlebihan, persepsi masyarakat
tentang layanan dan intervensi yang harus dikembangkan dan bagaimana layanan dan
intervensi tersebut harus diberikan, pandangan para profesional, manajer, dan
pembuat kebijakan, dan pandangan pembuat kebijakan tentang kelayakan sumber
daya.

Participatory needs assessment (PNA) menekankan proses partisipatif agar


masyarakat dapat menetapkan agenda, menganalisis situasi dan mengidentifikasi
rencana aksi. Pendekatan ini bermanfaat untuk keterlibatan dengan masyarakat dan
memberikan penilaian yang cepat dan akurat kepada pembuat kebijakan tentang
implikasi dan dampak kebijakan dan layanan.

PNA menggunakan berbagai metode termasuk pemecahan masalah, jelajah


komunitas, analisis medan kekuatan dan latihan peringkat yang sangat visual.
Penggunaan beberapa metode yang berbeda meningkatkan kemungkinan untuk
melibatkan kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Data yang
terkumpul menjadi dasar untuk dialog dan dapat didiskusikan serta dimodifikasi.

Faktor yang mempengaruhi keputusan kelompok masyarakat biasanya dipengaruhi


oleh wacana profesional mana yang telah memasuki ranah publik, pengambilan
keputusan publik melalui konsultasi sering kali mengarah pada pandangan mayoritas
yang mendominasi. Pengambilan keputusan berpihak pada layanan yang berdampak
pada keluarga peserta sendiri. Sebaliknya, layanan marjinal atau tertarget khusus dan
kebutuhan yang paling dikecualikan dipilih keluar

7. Community Engagement
Terdapat 2 konsep dalam proses community engagement yaitu:

Community development melibatkan partisipasi aktif sekelompok orang selama


periode waktu orang tertentu untuk mengidentifikasi dan mengatasi beberapa masalah
sosial, ekonomi, lingkungan dan politik yang menentukan kesehatan dan kualitas
hidup.

Community engagement meliputi keterlibatan publik, baik sebagai individu maupun


sebagai komunitas, dalam kebijakan dan keputusan layanan yang mempengaruhi
mereka

Community development dan community engagement diperlukan untuk mencapai


tujuan yaitu meningkatkan kesadaran tentang berbagai masalah kesehatan dan
perawatan sosial, mendidik dan menyebarkan informasi tidak sepenuhnya terletak
pada masyarakat atau dengan Lembaga

Terkadang sulit melibatkan komunitas karena ketidakpuasan yang berlangsung lama,


kecurigaan atau ketidakberdayaan atau kurangnya struktur yang memungkinkan orang
terlibat. Freire (1972) berpendapat bahwa liberasi menuntut orang untuk
mengembangkan kesadaran kritis terhadap dunia di mana mereka hidup
(conscientization) dan mendefinisikan masalah serta terlibat dalam pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan masalah. Komunitas tidak dapat menjadi aktif jika
orang tidak mau atau tidak mampu memberikan waktu atau tenaga, dan tingkat
ketidakpercayaan yang tinggi atau di mana orang tidak mengenal satu sama lain dan
tidak ada jaringan yang menghubungkan orang bersama.

8. Evidence of Effectiveness
Pelaksanaan evaluasi terkadang menemukan kesulitan karena merujuk perubahan
yang bersifat kualitatif dalam persepsi namun evaluasi tidak dapat diabaikan.

Community development biasanya melibatkan mitra yang berbeda dengan agenda


masing-masing dengan, kriteria keberhasilan dan metode evaluasi yang disukai
sehingga terdapat dilemma dalam memutuskan apa yang akan diukur, kapan, dan
ambang batas apa yang harus diterima sebagai bukti keberhasilan.
9. Increasing involvement: The practitioner perspective
Hambatan keterlibatan publik
budaya profesional perawatan kesehatan dan pemberi kerja yang menumbuhkan
kepercayaan hanya pada keahlian profesional dan memperkuat status ketergantungan
pasien dan pengguna layanan. Dalam hal ini perlu perubahan dimana keterlibatan
publik dan pasien sebagai sesuatu yang mainstream di semua bidang pemberian
layanan.
Praktisi promkes dapat mengadopsi berbagai peran yang berbeda dalam kaitannya
dengan pelayanan yang dipimpin pengguna (House of Common, 2007):
✓ Penasihat atau pendukung: membantu pengguna untuk menilai kebutuhan
mereka dan menyusun rencana untuk perawatan masa depan mereka.
✓ Navigator atau link workers: membantu pengguna menemukan jalan mereka ke
pelayanan yang mereka inginkan.
✓ Brokers membantu pengguna untuk menyusun paket pelayanan yang memenuhi
kebutuhan mereka di mana pelayanan mungkin berasal dari sumber yang
berbeda.
Kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan sangat memerlukan keterlibatan dan
partisipasi masyarakat. Hal ini karena isi upaya peningkatan kesehatan masyarakat harus
berkaitan dengan persepsi dan prioritas masyarakat dan juga karena proses partisipasi
merupakan faktor kunci dalam kesehatan dan kesejahteraan.

C. Partnership
Kemitraan kerja atau kolaborasi didasarkan pada pemahaman bahwa kesejahteraan
individu dan komunitas ditentukan oleh sistem sosial, lingkungan, dan ekonomi seperti
halnya penyediaan layanan Kesehatan. Dalam melakukan identifikasi, seorakng praktisi
harus memiliki pengetahuan terkait berbagai pihak yang berkontribusi untuk
mengembangkan dan menyampaikan kebijakan dan strategi, Kesadaran tentang cara-cara
organisasi, tim, dan individu bekerja dalam kemitraan dan Pengetahuan prinsip kerja
kemitraan yang efektif
1. Defining partnership working
Definisi konsep kemitraan sering tumpang dengan istilah lain, seperti kolaborasi,
aliansi, jaringan dan koalisi.
Leathard (1994) menunjukkan perbedaan tersebut berdasarkan konsep, proses dan
agensi. Penjelasanya dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Plampling et al (2000) membuat perbedaan antara coordinating partnership dan
cooperation partnership, yaitu
Coordinating Partnership Cooperative Partnership
mitra setuju tentang sifat masalah mitra mengejar tujuan mereka
pemecahan dan cara pencapaian sendiri seefektif mungkin dengan
bekerja sama dengan pihak lain
Setiap organisasi harus melakukan bagian memfasilitasi penyelesaian tujuan
pekerjaannya sendiri untuk menyelesaikan dan target individu
keseluruhan proyek
menunjuk seseorang untuk mengelola
pekerjaan bersama, mengejar semua orang,
dan meminta pertanggungjawaban setiap
orang
2. Types of Partnership
Kemitraan dalam kesehatan masyarakat mencakup berbagai pengaturan, dari paralel
dengan beberapa kontak informal hingga terpadu di berbagai tingkatan. Di Inggris,
terdapat beberapa jenis kemitraan:
a) Service delivery partnerships
Garis terdepan untuk meningkatkan penyampaian layanan di lapangan melalui
koordinasi pekerjaan dengan dua atau lebih lembaga atau professional
kelompok (seperti kelompok yang dibentuk untuk mendiskusikan perbaikan)
b) Learning and best practice partnerships
Kelompok agen serupa dalam suatu kota atau wilayah, yang berkumpul untuk
sharing best practice dan untuk memberikan dukungan dan pembelajaran
c) Influencing and strategic partnerships
Kemitraan dengan organisasi dengan pendanaan, tanggung jawab strategis atau
hukum.
d) Consortia
kelompok organisasi yang mendekat lembaga sektor publik untuk melobi atau
menyampaikan layanan

3. Understanding effective partnership working


Kemitraan dipandang sebagai alat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
karena:
✓ Masalah kompleks membutuhkan solusi yang kompleks – tidak ada satu lembaga
pun yang dapat menyelesaikan masalah ini sendirian.
✓ Berbagi Ilmu untuk meningkatkan pemahaman tentang kebutuhan dan keinginan
masyarakat lokal.
✓ Sumber daya bersama – mengumpulkan orang dan dana – adalah cara rasional
untuk menangani masalah yang melintasi batas-batas organisasi.
✓ Kemitraan memiliki tata kelola yang kompleks yang mengarah pada tantangan
dan pengawasan yang lebih besar.
✓ Menghindari kesenjangan dan duplikasi usaha.
✓ Peluang untuk pembelajaran bersama di seluruh organisasi.
✓ Mendukung pengembangan hubungan baik di seluruh organisasi yang dapat
memberikan manfaat berkelanjutan (misalnya saat kemitraan telah selesai).
Plampling et al (2000) mengidentifikasi serangkaian langkah yang penting ketika
membangun kemitraan:
✓ Menemukan tujuan bersama.
✓ Membangun kepercayaan secara bertahap.
✓ Menemukan pertukaran mata uang/adil yang sama.
✓ Memperjelas visi dan tujuan.
✓ Melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
✓ Memiliki komunikasi yang baik, visibilitas, dan transparansi kerja.
✓ Mengembangkan SDM
Tuckman (1965) menyampaikan bahwa pengembangan kelompok terbentuk melalui
5 tahapan, yaitu :
1) Pembentukan (forming) – di mana kelompok pertama kali bertemu dan
mengerjakan peran anggota dan mencoba menyepakati tugas dan cara kerja.
2) Storming –kelompok terpolarisasi dan membentuk subkelompok. Mungkin ada
reaksi terhadap distribusi daya dan beberapa penolakan terhadap tugas
3) Norming –kelompok mulai menetapkan beberapa tujuan bersama dan
menemukan cara untuk bekerja. Anggota mengambil peran untuk mendukung
kelompok dalam tugasnya atau membantu kelompok untuk bekerja sama
dengan baik.
4) Performing –kelompok mulai bekerja dengan baik. Ada lebih banyak
kepercayaan dan penerimaan kontribusi dari setiap anggota.
5) Berkabung (mourning) kelompok bubar, dan ada yang enggan bubar dan ada
upaya untuk melanjutkan kehidupan kelompok.
Dalam pelaksanaan kemitraan, khususnya lintas sektoral terdapat beberapa tantangan
yang muncul sebagaimana dikutip dari Beattie (1994) yaitul:
✓ ambisi dan kompetisi profesional
✓ teritorial dan proteksionisme
✓ enggan berbagi informasi yang digunakan sebagai sumber kekuatan utama
✓ terminologi dan jargon yang berbeda.

D. Empowerment
1. Empowerment as a cornerstone of health promotion
Piagam ottawa (WHO 1986) mengidentifikasi pemberdayaan sebagai strategi promosi
kesehatan inti, yang mencakup fondasi yang aman dalam lingkungan yang mendukung,
akses ke informasi, keterampilan hidup, dan peluang untuk membuat pilihan yang
sehat. Di sisi lain komunikasi kesehatan merupakan elemen penting untuk
memberdayakan individu dan masyarakat, komunikasi juga dapat dikritik sebagai cara
untuk mencapai dukungan untuk kepatuhan dengan objek yang telah ditentukan.
Terdapat tiga elemen terpisah yang dapat berkontribusi terhadap pemberdayaan
individu yaitu informasi, sikap dan keterampilan. Untuk dapat berdaya dan membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan, selain pengetahuan yang benar, juga dibutuhkan
sikap yang mendukung kepercayaan dan keyakinan diri, dan keterampilan untuk
mempraktikkan pengetahuan mereka dalam pengaturan yang beragam.
Proses pemberdayaant bersifat komplek dan dapat dibagi menjadi 4 tahapan utama,
yaitu
a) Memperoleh informasi yang tepat dan relevan
b) Mempunyai kepercayaan dan keyakinan diri (self-efficacy)
c) andmempunyai keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan pilihan
d) mempunyai peluang untuk melakukan perubahan

2. Giving information
Memberikan informasi terkait kesehatan kepada klien menggunakan tugas kunci bagi
sebagian besar praktisi kesehatan. Hal ini berhubungan dengan menyampaikan pesan
terkait mengurangi risiko, kepatuhan atau efektifitas penggunaan pelayanan.
Menurut Mc Guire (1978) proses komunikasi massa melibatkan lima variabel: sumber,
pesan, saluran, penerima, dan tujuan. Hal yang dapat dilakukan untuk memberikan
komunikasi secara efektif bergantung pada sumber data dengan kredibilitas dan dapat
dipercaya, dan bagaimana cara pesan disusun dan disebarkan, penerimaan dan kesiapan
pembaca saat menerima pesan
Untuk menjalankan komunikasi efektif perlu melakukan beberapa tahapan,
diantaranya:
a) Identifikasi dan memahami target audience
b) Mendesain pesan
c) Membuat pesan secara relevan
d) Membuat pesan yang kredibel
e) Membuat pesan dapat memotivasi
f) Membuat pesan terlihat dapat dilakukan
g) Melibatkan perasaaan emosional
3. Enhancing self-efficacy
Efikasi Diri merupakan keyakinan pada kemampuan dan keterampilan pada diri sendiri.
Untuk membuat perubahan perilaku untuk meningkatkan kesehatan, seseorang
promotor kesehatan harus memiliki pola pikir yang percaya bahwa perubahan tersebut
mungkin terjadi. Pendekatan promosi Kesehatan di negara-negara berkembang yang
menganut system demokrasi kebanyakan dilakukan melalui pendidikan dan persuasi.
Sehingga menggunakan strategi melalui diskusi empatik untuk mendorong perubahan
perubahan perilaku yang perlu memperhatikan 5 prinsip, yaitu
a) Ekspresikan empati. Bagikan perasaan perspektif klien
b) Kembangkan perbedaan. Bantu klien melihat sisi lain dari masalah
c) Gulung dengan perlawanan. Pahami dan menerima bahwa keengganan klien untuk
berubah adalah alami
d) Dukung efikasi diri. Prioritaskan otonomi klien.
e) Hindari konfrontasi dan argument langsung. Argumentasi menimbulkan resistensi

4. Developing skills
Selain informasi dan efikasi, untuk dapat mengubah perilaku dibutuhkan keterampilan
yang tepat dalam pengambilan keputusan, seperti mengevaluasi informasi,
menegosiasikan perubahan, dan bersikap tegas, salah satunya melalui literasi
Kesehatan. Sehingga literasi Kesehatan didefinisikan sebagai Kemampuan atau
keterampilan yang diperlukan untuk mengakses, menilai, dan menggunakan informasi
dalam membuat keputusan Kesehatan.
Menurut Nutbeam (2000), literasi Kesehatan mencakup 3 elemen, yaitu :
a) Literasi Kesehatan Fungsional:
Kemampuan membaca dan memahami informasi tentang risiko kesehatan dan
layanan kesehatan, yang memfasilitasi penggunaan layanan yang tepat dan efektif
b) Literasi Kesehatan Interaktif:
Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan dalam lingkungan yang
mendukung, yang mengarah pada peningkatan kepercayaan diri dan tindakan
mandiri untuk meningkatkan kesehatan
c) Literasi Kesehatan Kritis:
Kemampuan untuk menilai informasi tentang determinan sosial-ekonomi
kesehatan yang lebih luas, dan menggunakan informasi ini untuk meningkatkan
kesehatan dan mengatasi ketidaksetaraan Kesehatan

5. Enabling change
informasi saja seringkali tidak cukup untuk mempengaruhi perubahan; agar memiliki
dampak, informasi seringkali perlu disajikan dalam paket yang mencakup tujuan,
sasaran, dan gambaran yang diinginkan. Pemasaran sosial (social marketing) muncul
sebagai sarana pemasaran informasi dan ide yang berhasil dengan cara yang mendorong
orang untuk membuat perubahan
Istilah pemasaran sosial pertama kali digunakan pada tahun 1971 oleh Kotler dan
Zaltman (1971, hlm. 5) yang menggambarkannya sebagai: 'desain, implementasi, dan
kontrol program yang diperhitungkan untuk memengaruhi penerimaan ide-ide sosial
dan melibatkan pertimbangan produk, perencanaan, penetapan harga, komunikasi,
distribusi dan riset pemasaran'. Dalam istilah komersial, konsumen mendapatkan
produk yang mereka inginkan dengan harga yang mereka mampu dan produsen
mendapat keuntungan. Dalam pemasaran kesehatan, konsumen mendapatkan janji
peningkatan kesehatan dan kualitas hidup (manfaat) dengan biaya yang mungkin,
misalnya melepaskan kesenangan seperti coklat atau rokok, atau melakukan beberapa
upaya fisik atau psikologis seperti pergi ke sebuah gymnasium
Marketing mix dikatakan terdiri dari:
✓ produk dan karakteristik utamanya
✓ harga dan manfaat
✓ tempat (di mana pesan itu berada dipromosikan)
✓ promosi (bagaimana pesan yang akan disampaikan disajikan).
Social Marketing diyakini dapat digunakan sebagai teknik untuk mengemas 'kesehatan'
ke berbagai kelompok sasaran. Nilai-nilai yang dipandang sebagai keinginan untuk
kelompok sasaran tertentu, misalnya pemuda, daya tarik, kontrol dan disiplin diri, dan
rasa memiliki dengan demikian akan digunakan untuk memotivasi orang atau untuk
'menjual' kesehatan. Social Marketing dianggap sebagai strategi memberikan
pendekatan sistematis untuk memahami perilaku dan pengaruh utama di dalamnya (DH
2008).
Dalam hal promosi kesehatan, jika perilaku kesehatan tertentu diinginkan, maka orang
perlu disadarkan akan hal itu dan mengapa itu berharga dan mengapa itu baik bagi
mereka. Meskipun orang menghargai kesehatan mereka sebagai sesuatu yang harus
dimiliki, tidak ada permintaan yang sebenarnya untuk itu
6. Empowerment dilemmas in practice:
inisiatif pemberdayaan dapat mengarah pada hasil kesehatan dan bahwa pemberdayaan
adalah strategi kesehatan masyarakat yang layak' (Wallerstein, 2006).
Karakteristik yang membuat strategi pemberdayaan efektif (Wallerstein 2006, hal. 4-
5):
✓ Intervensi pemberdayaan perlu dilakukan secara lokal, dipupuk dan ditumbuhkan
secara lokal
✓ Orang membutuhkan akses ke informasi, keterampilan untuk menggunakan
informasi dan kontrol atas sumber daya.
✓ Kelompok-kelompok kecil membangun lingkungan yang mendukung dan
mempromosikan rasa kebersamaan.

Anda mungkin juga menyukai