Ketimpangan tidak hanya ada antara yang terbaik dan yang paling buruk dalam
masyarakat, namun ketidaksetaraan kesehatan juga telah diamati sepanjang 'gradien sosial',
di mana ada peningkatan linear dalam kesehatan yang buruk dan kematian dengan
penurunan posisi sosial ekonomi (Marmot, 2004). Gradien ini ada di semua negara menurut
berbagai factor sosio-ekonomi seperti pendapatan, tingkat pendidikan, status pekerjaan,
dan karakteristik lingkungan (CSDH, 2008). Ini berarti bahwa semakin baik kondisi Anda,
semakin besar kesempatan Anda memiliki status kesehatan yang baik dan umur yang
panjang. Etnisitas adalah poros lain dari ketidaksetaraan yang telah mendapatkan
perhatian yang meningkat, khususnya di Eropa (Bradby dan Nazroo, 2010) dan Amerika
Serikat (Bourgois, 1995). Ketimpangan dalam hasil kesehatan, tingkat akses layanan
perawatan kesehatan, dan dalam kualitas perawatan yang dialami oleh kelompok etnis
minoritas perlu segera ditangani di seluruh Eropa dan Amerika Utara (WHO, 2010).
The Rose hypothesis: Manfaat Pendekatan Over Targetted kepada Keseluruhan Populasi
The Rose Hypothesis : risiko penyakit pada populasi terdistribusi normal, sehingga
lebih banyak penyakit akan terdapat pada populasi yang lebih besar disbanding pada
populasi kecil yang berisiko tinggi. Karena itu, strategi pencegahan yang berfokus pada
seluruh populasi cenderung lebih efektif daripada strategi yang berfokus pada kelompok
dan individu berisiko tinggi.
Rose (1981) berpendapat: Strategi pencegahan yang berkonsentrasi pada individu berisiko
tinggi mungkin cocok untuk individu tersebut dan terdapat optimalisasi pemanfaatan
sumber daya medis yang bijaksana dan efisien; tetapi kemampuannya untuk mengurangi
beban penyakit di seluruh masyarakat cenderung sangat kecil. Secara potensial jauh lebih
efektif dengan melakukan tindakan strategi massal yang bertujuan untuk mengubah
distribusi variabel risiko seluruh populasi.
Targeted Approach
Beberapa kelemahan lebih lanjut dari pendekatan yang hanya menargetkan individu atau
kelompok berisiko tinggi:
1. Seringkali sulit untuk menentukan batas-batas individu dan kelompok berisiko tinggi.
Selain itu, perilaku individu, gaya hidup, dan keanggotaan kelompok sosial bersifat
dinamis, dan ini dapat berubah sepanjang perjalanan hidup, yang berarti 'risiko' tidak
dapat dengan mudah dikategorikan atau dipantau secara akurat karena orang berpindah
dari risiko tinggi ke sedang atau rendah. Selain itu, individu yang tidak dikategorikan
berisiko tinggi juga sebenarnya dapat menjadi populasi target, namun karena mereka
tidak teridentifikasi, populasi ini akan mengabaikan saran promosi kesehatan.
2. Fokus hanya kepada mereka yang didefinisikan sebagai berisiko tinggi juga cenderung
mengabaikan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan, yang sering disebut 'determinan
sosial', yang memengaruhi ketidaksetaraan kesehatan.
3. Intervensi pada populasi berisiko tinggi berpotensi menimbulkan stigma dan dapat
memberi efek negative dan membahayakan, hal ini dikenal dengan istilah “efek
iatrogenic”.
Universal Approach
Rose : pencegahan penyakit pada level populasi ebih efisien dibandingkan berfokus pada
intervensi populasi berisiko tinggi. Contoh : intervensi control Gula Darah pada seluruh
populasi lebih bermanfaat dibanding tindakan kuratif pada populasi dengan Gula Darah
tidak terkontrol, skrining masal, vaksinasi. Pendekatan ini dilakukan dengan 2 cara :
1. Intervensi pada determinan sosial atau faktor risiko yang lebih umum, misal :
larangan merokok, kebijakan kesehatan transportasi, penyediaan faskes baru.
2. Intervensi terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku individu melalui edukasi
massal.
The Prevention Paradox
Tindakan pencegahan yang membawa banyak manfaat bagi penduduk hanya memberikan
sedikit manfaat bagi setiap individu yang berpartisipasi, mengakibatkan kurangnya
partisipasi dan inkonsistensi tindakan. Kegagalan mengidentifikasi paradox ini
mengakibatkan ketidakpercayaan hingga penolakan terhadap pesan kesehatan yang
disampaikan.
Keterbatasan Lain dari Pendekatan Universal
1. Tidak berlaku pada kasus yang tidak terdistribusi normal, missal : HIV/AIDS yang
selalu berada pada populasi berisiko
2. Tidak dapat diterapkan jika intervensi yang dilakukan malah membahayakan
kesehatan sebagian dari populasi, missal : kampanye penurunan BMI pada populasi
yang memang sudah memiliki BMI yang rendah
3. Intervensi yang diberikan malah membahayakan sebagian populasi, missal : vaksinasi
MMR menimbulkan kerusakan otak (namun kemudian informasi ini dibuktikan salah)
4. Dapat memperburuk ketidaksetaraan kesehatan, missal : edukasi larangan merokok
di lingkungan perkantoran. Tindakan ini tidak dapat diterima justru oleh populasi
yang berisiko
5. Universal approach disebut tidak memiliki dasar teori atau bukti yang jelas.
Beberapa upaya untuk mengatasinya :
1. Social marketing
2. Kebijakan
3. Penyediaan bukti intervensi
4. Intervensi universal dengan tetap memperhatikan populasi berisiko tinggi
Komunikasi kesehatan