Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

“Penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa


mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Tanjung Rusia Timur”.

Disusun Oleh

Nama : Lela Martilaya


Nim : 857022655
Mahasiswa : BI/semester I

UPBJJ POKJAR KEDONDONG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat allah SWT, karena atas rahmatdan karunianya saya dapat
menyelesaikan laporan proposal penelitian tindakan kelas.

Adapun isi dari laporan proposal ini adalah upaya untuk meningkatkan minat belajar
siswa dalam pelajaran IPA di Sd agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar.

Saya juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dudi
indiana,M.Pd sebagai tutor yang selalu membimbing dan mengajari saya dalam membuat
laporan proposal penelitian tindakan kelas ini.

Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan atas perhatian dari semua pihak yang membantu
penulisan laporan ini saya ucapkan terima kasih.

Kedondong , 24 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................................................5

A. Kajian Teoritis.......................................................................................................................................................5

B. Kajian Empiris.....................................................................................................................................................10

C. Kerangka Berfikir.............................................................................................................................................11

D. Hipotesis Tindakan..........................................................................................................................................12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................13

A. Kesimpulan..........................................................................................................................................................13

B. Saran dan Tindak Lanjut...............................................................................................................................13


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang
lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan
perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal, proses reproduksi sistem nilai
dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah
mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam
pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata
pelajaran IPA.
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya
bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal
siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata, hal
ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar merupakan proses
adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya
stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk kedalam struktur
kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut kesinambungan
dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Dengan demikian jelas bahwa tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan
dengan hal- hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan
sendirinya.
Pada saat pembelajaran IPA di kelas III SD N 01 Tanjung Rusia Timur kecamatan
pardasuka, mengenai bentuk-bentuk energi dan perubahannya yang diantaranya
bentuk energi gerak, guru diawal pembelajaran tidak melakukan apersepsi, guru
langsung menulis materi di papan tulis, kemudian siswa disuruh mancatat materi
tersebut, setelah siswa mencatat guru langsung menjelaskan materi, ketika guru
menjelaskan banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka
bergurau, ngobrol dengan teman-temannya. Bahkan ada siswa yang menaikan kakinya
ke atas meja. Melihat kondisi kelas seperti itu guru langsung memberikan pertanyaan
kepada siswa seputar materi, namun mereka terdiam dan tidak paham. Dalam proses
pembelajaran guru juga tidak melakukan percobaan mengenai energi gerak,
pembelajaran yang dilakukan guru tidak berpusat pada siswa.
Pada saat guru melakukan evaluasi sebagian siswa tidak dapat menjawab soal
evaluasi sehingga hasil evaluasi siswa pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
yaitu nilainya dibawah KKM. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Daftar Nilai Siswa Kelas III
Mata Pelajaran IPA Mengenai Energi Gerak

No. Nama Murid Nila Ket


i

1 CAHRONI 4 Tidak Lulus

2 HENDRI 2 Tidak Lulus

3 ISKANDAR 2 Tidak Lulus

4 ANGGA AUNUL KHOLIQ 9 Lulus

5 BAYU ANDIKA 6 Lulus

6 CANDRA LESMANA 3 Tidak Lulus

7 DHEA NURHASANAH 2 Tidak Lulus


8 INDRA LESMANA 6 Lulus
9 LEMBAYUNG 4 Tidak Lulus

10 LESTA LESTARI 5 Tidak Lulus

11 LILI MELIYANI 5 Tidak Lulus

12 MELINDA 4 Tidak Lulus

13 M. AGNAN 8 Lulus

14 MOMON 8 Lulus

15 PUJI TRISNA NINGRUM 4 Tidak Lulus

16 RIVALDI 4 Tidak Lulus

17 RIZKI SHOLEH 8 Lulus

18 SRI INDAH LESTARI 5 Tidak Lulus

19 DADAN 5 Tidak Lulus

20 HENI SUSANTI 6 Lulus

21 IDA JUBAEDAH 5 Tidak Lulus

22 INDRAWAN 7 Lulus

23 MEGA 7 Lulus

24 TATI CAHYATI 8 Lulus

25 NUNUNG 5 Tidak Lulus

JUMLAH 132

RATA-RATA 5,2
8

Dari data nilai siswa diatas, dengan jumlah siswa 25, hanya 10 siswa yang mendapatkan nilai
di atas 6 atau sekitar 40 %. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah 6 sebanyak 15 atau
sekitar 60 %. Dengan demikian tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Dari analisis masalah yang ada, ditemukanlah beberapa penyebab masalah, antara lain:

Pada awal pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi, guru kurang membangkitkan
motivasi terhadap pembelajaran, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, dalam
menyampaikan materi kurang menarik sehingga pembelajaran terasa membosankan dan
dalam pembelajaran juga guru tidak melakukan percobaan mengenai energi gerak.
Pembelajaran yang terjadi di atas mengakibatkan siswa tidak paham tentang energi gerak
dan siswa tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Masih sering terjadi dalam
pembelajaran IPA guru mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk tegak dan
menghadap ke depan, sementara guru dengan fasih menceramahkan materi IPA.
Pembelajaran demikian jelas bertentangan dengan hakikat anak dan pendidikan IPA itu
sendiri. Pembelajaran IPA yang efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan
pembelajaran tersebut dalam menyajikan hakekat pendidikan IPA di SD yakni sebagai
proses, produk dan sikap. Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Karena
pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, dengan kata lain siswa
lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi.
Latar belakang di atas mendorong penulis untuk megambil fokus penelitian dengan
judul “Penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman
siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1 Tanjung Rusia Timur”. pembelajaran IPA
guru mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk tegak dan menghadap ke depan,
sementara guru dengan fasih menceramahkan materi IPA. Pembelajaran demikian jelas
bertentangan dengan hakikat anak dan pendidikan IPA itu sendiri. Pembelajaran IPA yang
efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam
menyajikan hakekat pendidikan IPA di SD yakni sebagai proses, p Untuk mengatasi
permasalahan di atas, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme
dalam pembelajaran IPA. Karena pembelajaran yang mengacu pada pandangan
konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka, dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah
penelitian tindakan kelas yaitu :
a. Bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1
Tanjung Rusia Timur?
b. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam memahami energi gerak di kelas III
SD Negeri 1 Tanjung Rusia Timur?
Untuk lebih spesifiknya, maka kedua rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1). Bagaimana gambaran penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1
Tanjung Rusia Timur?
2). Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1
Tanjung Rusia Timur?

3). Bagaimana evaluasi penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk


meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1
Tanjung Rusia Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam perumusan


masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui gambaran penerapan model pembelajaran konstruktivisme
untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di kelas III SD Negeri 1
Tanjung Rusia Timur.
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam memahami energi
gerak di kelas III SD Negeri 1 Tanjung Rusia Timur.
D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa, untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak.

2. Manfaat bagi guru, untuk mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran IPA
dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.
3. Manfaat bagi sekolah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Belajar

Bell Gredler dalam Winaputra (2007: 1.5) menyatakan bahwa belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitude. Kemampuan, ketrampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian
proses belajar sepanjang hayat.
Moh. Surya (1997) : “Belajar dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itus sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Witherington (1952) : ‘belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk ketrampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan”.
Crow & crow (1958) : ‘belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap baru”.
Dari pengertian di atas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang didapat dari
pengalaman dari lingkungan formal maupun informal, yang berlangsung sepanjang
hayat, mulai dari masa bayi hingga akhir hayat.
2. Hakikat Pembelajaran IPA di SD

a. Pembelajaran IPA

Beberapa ilmuan memberikan definisi sains sesuai pengamatan dan


pemahamannya. Carin (1999:3) mendefinisikan science sebagai The activity of
questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order,
yaitu “suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan
penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban,
penyempurnaan jawaban, baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis (Depdiknas, 2002:1).
Belajar sains tidak sekadar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip,
hukum, dalam wujud “pengetahuan deklaratif”, akan tetapi belajar sains juga belajar
tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam
bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode
ilmiah dan sikap ilmiah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya sains terdiri dari
tiga komponen, yaitu : produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas
kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau
proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
b. Teori yang mendasari IPA.

1) Teori Konstruktivisme

Teori yang dikenal dengan constructivist theories of learning menyatakan


bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu
apabila tidak lagi sesuai. Hakikat dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa
harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri (Nur dan Retno, 2002:2)
2) Teori Ausubel tentang Pembelajaran Bermakna (Meaningfull)

Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan


bermakna (meaningfull) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun
sesuai struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

c. IPA di Sekolah Dasar

Sesuai dengan Standar Isi KTSP, Mata pelajaran IPA mempunyai tujuan
mengupayakan peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prosepek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Tujuan khusus dari mata pelajaran IPA di SD/MI adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan


masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang lingkup mata pelajaran IPA di SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat

sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.

3. Model Pembelajaran Konstruktivisme

a. Pengertian model pembelajaran konstruktivisme

Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang


proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya
dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah
dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga
diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan,
peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan, selama siswa menerima pengetahuan
baru.
Perolehan pengetahuan siswa diawali dengan diadopsinya hal baru sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya, kemudian hal baru tersebut dibandingkan dengan
konsepsi awal yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal baru tersebut tidak sesuai
dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan
adanya ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya. Pada kondisi ini diperlukan
alternatif strategi lain untuk mengatasinya.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur kognitif yang dimilikinya.

Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang
belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi
pengalaman mereka.
b. Konstruktivisme dalam pembelajaran

Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan
proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka
sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.
Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan
kondisi pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar
mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif
siswa sekolah dasar. Pembelajaran yang dimaksud diatas adalah pembelajaran yang
mengutamakan keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan minds-on dan hands-
on serta terjadi interaksi dan mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa
melalui pengalaman sebelumnya.
Dalam pelaksanaan teori belajar konstruktivisme ada beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan
bahasa sendiri.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga
lebih kreatif dan imajinatif.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.

4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.

5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.


6) Menciptakan lingkungan yang kondusif.

Dari berbagai pandangan di atas, bahwa pembelajaran yang mengacu pada pandangan
konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan
mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan model
konstruktivisme. Dalam penggunaan model konstruktivisme terdapat
keuntungan yaitu :
1) Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari konsep IPA.

2) Melatih siswa berfikir kritis dan kreatif.

Adapun kelemahan pembelajaran konstruktivisme adalah :

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi


siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan
miskonsepsi.
2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda- beda.
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki
sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
4. Pembelajaran tentang Energi Gerak

Setiap benda yang melakukan kegiatan atau usaha memerlukan energi. Energi
adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Bentuk-bentuk energi antara lain energi
gerak, panas, energi cahaya, energi listrik, energi bunyi, dan energi kimia.
Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak,
energi gerak dimiliki oleh air dan angin.
B. Kajian Empiris

Dra Prayekti, M.Pd. (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran IPA di SD”, mengungkapkan bahwa :
Kinerja belajar siswa meningkat setelah pembelajaran IPA menggunakan model
pembelajaran interaktif. Siswa sangat antusias membahas topik dalam diskusi, dan
berusaha menjawab dan menemukan informasi tentang topik tersebut. Siswa saling
berebut mengemukakan informasi (apa yang mereka ketahui) tentang topik. Setelah
dilakukan pembagian tugas kelompok siswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
Agus Wuryanto, S.Pd. (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengoptimalan
Penerapan Metode Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi
Pelajaran IPA” mengungkapkan bahwa :
1. Pengoptimalan penerapan metode interaktif mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami materi pelajaran IPA. Adanya peningkatan pemahaman terhadap
materi IPA tercermin pada peningkatan nilai hasil evaluasi belajar siswa, baik pada
pelaksanaan PTK
siklus I maupun pada siklus II.
Antusiasme siswa dalam mengikoti proses pembelajaran IPA mengalami peningkatan dengan
diterapkannya metode interaktif pada proses pembelajaran. Kesimpulan ini didasarkan dari
data hasil observasi rekan sejawat yang menjadi observer pada pelaksanaan
pembelajaran. Baik pada siklus I maupun pada siklus II, hal ini juga berkolerasi dengan
meningkatnya pencapaian hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berfikir

Kondisi Awal

• Pembelajaran masih konvensional

• Pembelajaran Berpusat pada guru

• Siswa kurang memahami materi yang dipelajari

• Siswa kurang aktif dan antusias dalam mengikuti


pembelajaran Tindakan
• Menggunakan model pembelajaran konstruktivisme

• Siswa dibawa pada suasana yang dekat dan akrab dengan kehidupan sehari-hari mereka

• Siswa diajak untuk mengembangkan pemahaman yang mereka miliki tentang energi
gerak

Kondisi Akhir

• Pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan

• Siswa bisa mengembangkan pemahaman dan pengetahuannya tentang energi gerak

• Siswa memiliki pengalaman yang bermakna setelah mengikuti pembelajaran.


Sebelum dilaksanakan pembelajaran bermodel konstruktivisme, sistem
pembelajaran masih menggunakan model konvensional, yaitu berceramah. Guru tidak
memperhatikan pemahaman awal peserta didik tentang materi yang akan dipelajari, hal
ini terlihat saat memulai pembelajaran guru tidak memberikan apersepsi kepada siswa.
Hal ini berakibat siswa kurang antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran,
sehingga siswa kurang mampu memahami materi, dan pada akhirnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai.
Dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan
informasi itu manjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.

Proses pembelajaran IPA lebih menekankan pada pembentukan keterampilan


memperoleh pengetahuan yaitu daya fikir dan daya kreasi. Sementara daya pikir kreasi
sebagai indikator dari perkembangan kognitif itu sendiri bukan merupakan
akumulasi kepentingan perubahan perilaku terpisah melainkan merupakan
pembentukan oleh anak, suatu kerangka teori belajar terhadap usaha seseorang dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.
Sehingga dengan diterapkannya pembelajaran konstruktivisme dalam
pembelajaran IPA, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih memahami
penjelasan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

D.Hipotesis Tindakan

Dari hasil analisis tindakan, penulis membuat hopotesis bahwa, jika guru menggunakan
model pembelajaran konstruktivisme dengan siswa melakukan percobaan mengenai
energi gerak dan siswa berperan aktif dalam pembelajaran maka pemahaman siswa
tentang energi gerak akan meningkat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan hasil penelitian perbaikan pembelajaran tentang “Penerapan model


pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi
gerak di kelas III SD Negeri 1 Tanjung Rusia Timur”. Maka dapat disimpulkan bahwa :
Penggunaan konstruktivisme. Dalam penggunaan model konstruktivisme
terdapat keuntungan yaitu :
1. Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari konsep IPA.

2. Melatih siswa berfikir kritis dan kreatif.

3. Dengan diterapkannya pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA, siswa


akan lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih memahami penjelasan guru sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Saran dan Tindak Lanjut

Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan metode
pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak
dikelas III SD Negeri 1 Tanjung Rusia Timur, maka peneliti memilki beberapa saran tindak
lanjut, yaitu berupa :

1. Pemilihan dan penggunaan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan
berkontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran, karena itu disrankan kepada teman
sejawat agar senantiasa untuk melakukan perbaikan setiap pembelajaran, misalnya :
penggunaan metode yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

2. Menerapkan metode demonstrasi pada kegiatan pembelajaran yang lain.

3. Disarankan guru untuk berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan pembelajaran


melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Untuk pengujian hipotesis perlu menganalisa data setiap kegiatan yang dilakukan dengan cara
uji statistik. Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
terdiri atas aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis untuk pengujian data hipotesis
setiap kegiatan dilakukan dengan cara membandingkan transkrip setiap instrumen kegiatan
atau hasil kerja siswa.

Anda mungkin juga menyukai