Anda di halaman 1dari 50

Tugas Kelompok:

MAKALAH
"Penilaian Non Tes 7 Orang"

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6
Nama NIM
Syafruddin G2G122020
Halija G2G122021
Djarniati Razak G2G122022
Ishar Wahid G2G122023
Erwin G2G122024
Hardiningsi Wijaya Kusuma G2G122025
Karina Pertiwi G2G122026
Agussalim Doane G2G122027

PASCASARJANA PROGRAM PENDIDIKAN IPS


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "Penilaian Non Tes" ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen Pengampu
Mata Kuliah ini yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai penilaian non tes. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Sekiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya mohon
dimaafkan, akhir kata kami ucapkan Terimakasih.

Kendari, 05 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5

C. Tujuan............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

A. Evaluasi Pembelajaran...................................................................................................6

B. Tes Hasil Belajar..........................................................................................................12

C. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar.................................................................................14

D. Penilaian Non Tes 7 Orang..........................................................................................20

BAB III PENUTUP.................................................................................................................43

A. Kesimpulan..................................................................................................................43

B. Saran............................................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk
menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran
sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan,
metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi
kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan
tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk
memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses
pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus
dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Teknik ini berguna untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur dengan
alat tes. Penggunaan tehnik ini dalam evaluasi pembelajaran terutama karena
banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan
mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan,
pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain.
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui
bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai oleh alat-alat
nontes atau bukan tes. Alat-alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah
Wawancara, kuesioner, skala (skala penilaian, skala sikap), observasi atau
pengamatan, studi kasus, dan sosiometri. Wawancara dan kuisioner pada
umumnya digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau
pandangan seorang serta harapan dan aspirasinya di samping aspek afektif dan
perilaku individu. Skala bisa digunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala
sikap dan skala minta serta aspek kognitif seperti skala penilaian. Observasi pada
umumnya digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau
proses kegiatan tertentu. Studi kasus digunakan untuk memperoleh data yang
komprehensif mengenai kasus-kasus tertentu dari individu. Sosiometri pada
umumnya digunakan untuk menilai aspek perilaku individu, terutama hubungan
sosialnya. Catatan kumulatif digunakan untuk memperoleh data dan informasi
yang mendalam dan menyeluruh mengenai individu yang dilakukan terus-
menerus sehingga diperoleh data dan informasi yang komprehensif. Kelebihan
nontes dari tes adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk
menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek
kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris (Ina Magdalena DKK, 2021:

Saat ini penggunaan non tes untuk menilai hasil dan proses belajar masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam
menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur
secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran
matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan
tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi
waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara
menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes
guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif
saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
Peraturan Pemerintah No 19, tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, khususnya Bab II Pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa terdapat
delapan Standar Nasional Pendidikan. Salah satunya adalah standar kompetensi
lulusan.Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Zainal, 2016 :133).
Peraturan pemerintah tersebut secara khusus yang berkaitan dengan
kompetensi lulusan, menunjukkan bahwa kualifikasi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan menjadi ranah yang sangat penting untuk mendapat perhatian.
Menurut teori Benjamin S. Bloom dalam Asep dan Abdul Haris, ketiga ranah ini
disebut sebagai hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan, ranah afektif
berkaitan dengan sikap, dan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan.
Asep dan Haris lebih lanjut menjelaskan pengertian dari hasil belajar. Mereka
menguraikan hasil belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik
sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Tujuan belajar pada
bagian ini merupakan sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa peserta
didik telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik (Asep, 2013:14).
Ketiga jenis ranah hasil belajar yang disebutkan di atas, masing-masing ranah
memiliki alat ukur atau instrumen yang pasti dan terukur. Untuk mengukur hasil
belajar ranah kognitif (pengetahuan teoretis) dapat menggunakan teknik tes.
Sedangkan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik
dapat menggunakan teknik non-tes. Seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana
yang menegaskan perihal hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dapat dinilai
dengan menggunakan teknik tes berupa bentuk tes uraian maupun tes objektif,
melainkan juga dapat dinilai dengan menggunakan teknik non-tes.4 Teknik tes
maupun non-tes merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mengukur hasil
belajar ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Berkaitan dengan penggunaan dua jenis teknik alat ukur hasil belajar
tersebut, umumnya guru-guru di sekolah lebih banyak menggunakan jenis teknik
tes dibanding teknik nontes. Sebagaimana yang diuraikan lebih lanjut oleh Nana
Sudjana, bahwa guru dalam menggunakan bentuk non-tes untuk menilai hasil dan
proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan bentuk tes dalam
menilai hasil dan proses belajar peserta didik. Guru-guru di sekolah pada
umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada nontes. Hal ini dapat terjadi
oleh karena alat tes mudah dibuat, kemudian dapat digunakan lebih praktis, serta
yang dinilai hanya terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil belajar yang
diperoleh peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya di kelas.5
Penyusunan teknik tes lebih mudah daripada teknik nontes.
Kondisi senada diungkapkan oleh Sudaryono. Ia mengatakan bahwa
penilaian nontes masih jarang digunakan dalam menilai hasil belajar mengajar,
padahal data hasil penilaian melalui alat-alat tersebut, tidak kalah maknanya
dibandingkan dengan data penilaian melalui tes hasil belajar (Sudaryano,
2016 :133).
Permasalahan ini dipertegas oleh Zainal Arifin. Ia menegaskan apabila
evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, maka data yang dikumpulkan
menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-
pihak tertentu. Penggunaan teknik nontes merupakan salah satu bentuk kritikan
terhadap kelemahan teknik tes. Lebih lanjut Sukardi menegaskan bahwa bentuk
atau alat ukur non-tes sangat berguna pada evaluasi hasil belajar yang berkaitan
erat dengan kualitas pribadi dan keterampilan. Kualitas pribadi dan keterampilan
ini secara tepat hanya dapat dievaluasi melalui penampilan sebagai efek
penguasaan domain keterampilan dalam bentuk nontes (Sukardi, 2015 :193).
Permasalahan lainnya diungkapkan oleh Hamzah B. Uno dan Satria Koni
(2018 :182) Pengalaman mereka dalam memberikan pelatihan dan lokakarya bagi
guru-guru, diperoleh informasi adanya keluhan dari guru karena mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian pada peserta didik, khususnya aspek
perilaku.
Para guru mengalami kesulitan untuk memberikan kategori penilaian dan
tidak mengerti tolak ukur dari aspek-aspek penilaian.Persoalan guru mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik,
menjadi persoalan yang mempertajam pembahasan dalam penelitian ini.
Gagasan para ahli dan persoalan pendidikan di atas menjadi gambaran bahwa
permasalahan urgensi alat pengukuran hasil belajar jenis tes maupun non-tes dan
kesulitan guru dalam menggunakannya, masih menjadi permasalahan yang sering
terjadi dan menarik untuk dibahas.Terutama permasalahan yang berkaitan dengan
penggunaan instrumen non-tes.
Menurut Maulia dalam Ina Magdalena (2021) menyatakan teknik evaluasi
non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan
soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut diperoleh dari hasil pemahaman yang
mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka dapat disimpulkan
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian non tes ?
2. Bagaimanakah bentuk teknik penilaian non tes ?
3. Bagaimana cara pengembangan instrumen teknik non tes ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk menguraikan konsep dari penilaian non tes
2. Untuk mengetahui peranan dan bentuk teknik instrumen non tes
3. Untuk mengetahui cara penilaian instrumen teknik non tes
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penilaian Non Tes
Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh peserta
didik dari setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran,
sehingga guru dapat menentukan keputusan atau perlakuan terhadap peserta didik
tersebut. Apakah perlu diadakan perbaikan atau penguatan, serta menetukan
rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi materi maupun rencana
strateginya. Oleh karena itu, guru setidaknya mampu menyusun instrumen tes
maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi peserta didiknya, apakah
telah dicapai harapan penguasaannya secara optimal atau belum. Kemampuan
yang harus dimiliki guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu
membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi siswa-
siswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya
(Hamid, 2016:29).
Para ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil
belajar, kita harus menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Adapun perubahan sikap dan petumbuhan peserta didik dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap,
angket, check list, dan rating scale (Sawaluddin & Siddiq, 2020:18).
Hakikat instrumen evaluasi non-tes meliputi pengertian, kegunaan, dan
jenis-jenis instrumen evaluasi non-tes. Pertama, pengertian instrumen evaluasi
non-tes. Sebelum membahas pengertian instrumen evaluasi jenis non-tes, terlebih
dahulu akan dibahas pengertian dari evaluasi itu sendiri. Secara teoritis Zainal
Arifin menjelaskan arti dari evaluasi. Menurutnya evaluasi ialah suatu proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk menetapkan suatu kualitas yang mencakup
nilai dan arti dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka menetapkan keputusan. Pengertian lain diungkapkan oleh Slameto dalam
Sukardi. Ia mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang
direncanakan secara cermat dan merupakan bagian yang terpenting dalam sistem
pembelajaran dalam mengetahui apakah sistem itu baik atau tidak, serta untuk
mengembangkan kemampuan belajar peserta didik, kemampuan mengajar guru,
dan menyempurnakan program pengajaran (Hutapea, 2013:158)
Menurut Ramly dan Idrus (2019:29) Teknik non tes artinya menilai prestasi
belajar siswa yang dilakukan tidak menggunakan tes, tetapi dengan melakukan
pengamatan secara sistematis, wawancara, angket, dan meneliti dokumen-
dokumen tentang siswa. Teknik non tes ini dilakukan untuk menilai keberhasilan
belajar siswa dari aspek ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik
(keterampilan). Sedangkan menurut Daryanto dalam Soheh dan Ahmad (2019:29)
ada beberapa teknik non-tes yaitu : (a) Skala bertingkat (rating scale), (b)
Kuesioner (questionnaire), (c) Daftar cocok (check-list), (d) Wawancara
(interview) dan (e) Pengamatan (observation), dan riwayat hidup.
Dengan teknik non tes menurut Suharsimi Arikunto dalam Riadi (2017:6),
maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa
menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan cara: 1) Skala bertingkat
(rating scale) skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
sesuatu hasil pertimbangan. 2) Questioner (Angket) yaitu sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). 3) Daftar
cocok (check list) yaitu deretan pernyataan di mana responden yang dievaluasi
tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan. 4)
Wawancara (Interview) suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. 5)
Pengamatan (observation) suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. 6) Riwayat hidup,
gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
Teknik nontes adalah cara mengumpulkan kemajuan pembelajaran dengan
cara selain tes. Bentuk‐bentuk teknik nontes ialah observasi, penilaian diri,
penilaian antarteman, jurnal, angket, dan skala. Dalam kegiatan menilai,
digunakan sejumlah instrumen/alat penilaian yang disesuaikan dengan teknik
yang dipakai dalam menilai. Instrumen penilaian nontes yakni berbagai alat yang
digunakan dalam pengukuran dengan cara nontes. Instrumen nontes digunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar aspek psikomotorik, sikap, atau nilai. Instrumen
yang digunakan dengan teknik nontes yakni lembar pengamatan, checklist
observasi, skala sikap, lembar penilaian diri/teman, dan anekdot (Bisri & Ichsan,
2015:84).

Menurut Sudijono dalam Magdalena (2021:189) dalam teknik non tes


biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan, secara sistematis,
menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada.
Sependapat dengan (Widoyoko, 2009) teknik evaluasi non tes biasanya digunakan
untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik. Hal
tersebut dapat diperoleh dari hasil pemahaman yang mereka dapatkan selama
proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan
dengan penampilan yang diamati, dari pada pengetahuan dan proses mental
lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra.

Teknik  evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak


menggunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak
secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial  dan lain-lain.
Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara
individu maupun secara kelompok. Namun dalam kenyataannya guru jarang
menggunakan instrumen evaluasi yang mengukur domain afektif, yang paling
sering digunakan guru adalah instrumen evaluasi domain kognitif dan sedikit
sekali yang mengukur domain psikomotor. Penilaian hasil belajar merupakan
proses pengambilan keputusan tentang kemajuan belajar siswa yang dilakukan
oleh guru berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran proses dan
hasil belajar siswa. Ketepatan dalam penilaian sangat tergantung kepada aspek
yang hendak diukur. Apabila aspek yang hendak dikembangkan melalui
matapelajaran adalah menekankan pada domain afektif, maka sudah
seharusnyalah bahwa penilaian domain afektif dilakukan. Setelah guru menyusun
instrumen nontes, harapan selanjutnya adalah guru mampu mengembangkan
instrumen yang telah disusun sebelumnya sehingga instrumen penilaian di bidang
afektif dan psikomotor menjadi lebih baik dan berkualitas, sehingga diketahuilah
penyebab dari merosotnya moral anak bangsa (Friska dan Umar, 2017:156-157).

Hamzah B.Uno, 2013) juga menerangkan bahwa instrumen nontes pada


umumnya digunakan dalam beberapa teknik penilaian, yaitu: (a) penilaian unjuk
kerja, (b) penilaian produk, (c) penilaian proyek, (d) potofolio, dan (e) skala sikap.
Sependapat dengan Widiyoko dalam Maulia (2013) teknik evaluasi non tes
biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft
skill, (Ina Magdalena, Amelia Ismawati, Sekar Ayu Amelia Volume 3, Nomor 2,
Agustus 2021 191).

Evaluasi non tes sebagai alat penilaian sikap dirasakan penting oleh guru,
namun impelementasinya masih kurang, baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena
lamanya waktu yang digunakan didalam mengamati subjek yang diamati dan
dipihak lain adalah adanya pandangan bahwa penilaian pendidikan hanya
mengandalkan kognitif yang menjadi tujuan. Selain itu, para guru di sekolah pada
umumnya lebih banyak menggunakan tes mengingat alatnya mudah dibuat,
penggunaannya lebih praktis, yang dinilai terbatas pada aspek kognitif
berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya (Magdalena, 2021:70). Menurut Slameto dalam Maharani dan Katrin
(2017:5) Teknik Nontes adalah cara pengumpulan data dengan tidak
menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak
diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Teknik nontes terdiri dari:
observasi, wawancara, studi dokumentasi, catatan lapangan. Teknik nontes
(seperti wawancara, angket, dan pengamatan) dilakukan untuk mengidentifikasi
kesulitan siswa yang tidak dapat diidentifikasi melalui teknik tes. Informasi yang
dapat diperoleh dari teknik nontes misalnya, untuk mengetahui kebiasaan belajar
siswa, kelemahan fisik, kelemahan emosional, keadaan keluarga, cara guru
mengajar, dan sebagainya (Ismail, 2016:41).
Berdasarkan pembahasan di atas, penilaian nontes adalah cara penilaian hasil
belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan
melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non-tes berarti
melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Teknik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan
belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan
teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat
dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan
wawancara (interview) dan menyebar angket (quistionnaire).

B. Peranan Teknik Non Tes dalam Penilaian

Kegunaan instrumen evaluasi nontes. Instrumen evaluasi nontes dalam


suatu pembelajaran sangatlah penting, terutama dalam mengukur dan menilai
ranah afektif dan psikomotorik. Sukardi dalam Hutapea (2013) menegaskan
kegunaan dari nontes.Ia menerangkan, alat ukur nontes sangat berguna terutama
pada evaluasi hasil pembelajaran yang erat kaitannya dengan kualitas pribadi dan
keterampilan, yang mana hanya tepat dievaluasi melalui penampilan sebagai efek
penguasaan aspek keterampilan. Hal yang sama ditekankan oleh Sudjana. Ia
menjelaskan kelebihan nontes dari tes. Kelebihan nontes tersebut ialah sifatnya
lebih komprehensif. Artinya, nontes dapat digunakan untuk menilai berbagai
aspek dari peserta didik sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotoris. Dengan demikian, instrumen evaluasi non-
tes memiliki peran yang sangat penting bagi seorang guru dalam melaksanakan
pengukuran dan penilaian ranah afektif dan psikomotorik. Evaluasi non tes,
biasanya digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku atau sikap pada
peserta didik. Sebagaimana diketahui berasama bahwa hasil belajar dibagi
menjadi tiga ranah atau domen, yakni hasil pelajaran berupa pengetahuan teoritis
(kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afeksI). Pengetahuan teoritis
dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Sedangkan keterampilan dapat
diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan
petumbuhan peserta didik dalam psikologi dapat diukur dengan teknik nontes,
misalnya observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list, dan rating scale
(Mustaqim, 2017:160-161).
Pendekatan non tes biasanya dilakukan melalui wawancara, observasi,
metodis, mengirimkan kuesioner, atau menilai/mengamati catatan yang ada,
menurut Ananda and Rafida (2017; Arifin (2009). Strategi evaluasi non tes,
menurut Widoyoko (2009) umumnya digunakan untuk mengukur hasil belajar
yang positif dalam soft skill, terutama yang berkaitan dengan apa yang dapat
dilakukan siswa. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil pengetahuan mereka selama
proses pembelajaran. Menurut Robert (1969) sebelum memulai proses
wawancara, penilai memperoleh data non-tes tentang klien menggunakan enam
strategi dasar yang dijelaskan dalam literatur konseling umum. Data pribadi
kosong, otobiografi, kuesioner, skala penilaian, dan catatan kumulatif adalah
contoh dari strategi ini. Dibandingkan dengan strategi lainnya, blanko data
pribadi, autobiografi, dan kuesioner mendapat perhatian yang jauh lebih besar
dalam literature (Zatrahadi dkk, 2022:47).
Instrumen nontes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar aspek
psikomotorik, sikap, atau nilai. Instrumen yang digunakan dengan teknik nontes
yakni lembar pengamatan, checklist observasi, skala sikap, lembar penilaian
diri/teman, dan anekdot. Penilaian terhadap hasil belajar pada aspek afektif yang
mencakup sikap/karakter dilakukan dengan cara nontes (Magdalena dkk,
2020:205).
Menurut Widiyoko dalam Hapiz (2020:26) menyatakan teknik evaluasi
non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan
soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut diperoleh dari hasil pemahaman yang
mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain,
instrumen ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati, dari pada
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca
indra. Secara garis besar penggunaan teknik non-tes bisa diukur dari kompetensi
guru dalam hal penilaian atau evaluasi.
Non tes digunakan untuk menguji kompetensi berbicara dan menulis
dengan bentuk penugasan. Melalui pengamatan, pengukuran kompetensi berbicara
dan menulis dilakukan. Untuk melakukan penskoran digunakan lembar
pengamatan yang dilengkapi skala berjenjang. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, proses evaluasi atau penilaian nontes dapat diperoleh melalui berbagai
teknik, yaitu penilaian performansi, penilaian proyek, dan penilaian portofolio
(Aulia dkk, 2020:3).
Dalam menggunakan teknik non tes tidak harus melakukan keseluruhan
bentuk non tes. Non tes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif aspek
psikomotorik, terdiri dari produk dan unjuk kerja didasarkan pada kompetensi
dasar masing-masing muatan (Non tes untuk mengukur kemampuan berpikir
kreatif aspek psikomotorik, terdiri dari produk dan unjuk kerja didasarkan pada
kompetensi dasar masing-masing
Gantina Komalasari, dkk (2011: 22) menjelaskan,’’bahwa asesmen teknik
nontes paling banyak dilakukan oleh konselor”. Prosedur perancangan,
pengadministrasian, pengolahan, analisis, dan penafsirannya relatif lebih
sederhana sehingga mudah untuk dipelajari dan dipahami. Berbagai bentuk
asesmen teknik non tes yang selama ini sering digunakan antara lain pedoman
wawancara, observasi, angket, sosiometri, pemeriksaan fisik dan kesehatan, tes
hasil belajar, tes hasil psikologis, biografi, studi dokumentar, studi kasus, dll.
Asesmen teknik non tes yang akan menjadi bahan acuan penelitian di sini adalah
teknik sosiometri. Sosiometri disebut pula sebagai metode menemukan dan
memanipulasikan konfigurasi-konfigurasi (bentuk dan formasi), dengan
mengukur daya tarik/daya saling tarik menarik dan daya tolak antara para individu
dalam suatu kelompok (Yuliansyah & Herman, 2018:26).
Menurut Anas Sudijono dalam Fitrianti (2018:98) mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dengan teknik nontes dilakukan bukan dengan cara menguji
peserta didik tersebut, tetapi dilakukan dengan cara mengamati secara sistematis
(observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket
(quistionnaire), dan memeriksa atau meniliti dokumen-dokumen (documentary
analysis). Hal ini berbeda dengan evaluasi menggunakan teknik tes yang lebih
menitikberatkan pada penilaian terhadap hasil belajar peserta didik dari segi ranah
kognitif. Evaluasi dengan teknik nontes ini lebih berfokus kepada penilaian
terhadap hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap dan ranah keterampilan
(psychomotoric domain). Ini berbeda dengan teknik tes yang penggunaannya
lebih tepat untuk mengukur kognitif peserta didik. Teknik nontes lebih tepat
digunakan untuk mengukur afektif (pengamalaan) dan psikomotorik
(pengaplikasian) peserta didik terhadap ilmu yang didapatkan.
Berdasarkan penilaian non tes yang sudah dilakukan, rendahnya
kemampuan berpikir kritis pada peserta didik dapat disebabkan beberapa faktor
yang pertama peserta didik masih kurang percaya dengan kemampuannya sendiri
sehingga dalam mengerjakan soal masih bekerja sama dengan temannya, sistem
pembelajaran yang dilakukan oleh guru perlu divariasi agar peserta didik dapat
memahami materi secara lebih mendalam, dan kebiasaan belajar peserta didik
yang cenderung pasif sehingga menganggap penjelasan guru sudah cukup
(Yuliawati dkk, 2022:68).

C. Bentuk-Bentuk Evaluasi Non Tes

Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara


menyelurh meliputi:
1.Observasi

Pengertian dari observasi yaitu metode atau cara-cara dalam menganalisis


dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Sementara itu
menurut Arifin, observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan
secara sistematis, logis, objektif, serta rasional mengenai berbagai fenomena, baik
dalamsituasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Adapun alat yang dapat digunakan dalam melakukan observasi
disebut dengan pedoman observasi. Pada kegiatan evaluasi pembelajaran,
observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik.
Misalnya, tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, peserta didik dalam
berdiskusi, peserta didik dalam mengerjakan tugas, dan lain-lain. Dalam rangka
evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi untuk menilai
kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau skill. Observasi perilaku
peserta didik juga dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus
tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
Hasil observasi yang dilakukan oleh guru dapat dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan (Hutapea, 2013:159).

Menurut Sudjana dalam Maharan dan Kristin (2017:4) berkaitan dengan


observasi sebagai berikut : observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian
banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
situasi buatan. Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Peneliti terlebih dahulu harus menetapkan aspek-aspek
tingkah laku apa yang hendak diobservasi. Kemudian membuat pedoman agar
memudahkan dalam pengisian lembar observasi. Pengisian hasil observasi dalam
pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian
mengenai gejala yang terlihat dari perilku individu yang telah diobservasi jika
pedoman observasi yang dibuat telah disediakan jawabannya (berstruktur).
2. Wawancara

Wawancara memiliki pengertian, yaitu salah satu bentuk alat evaluasi jenis
nontes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung
maupun tidak langsung dengan peserta didik. Arti wawancara langsung ialah
proses tanya jawab yang dilakukan secara langsung antara pewawancara atau guru
dengan orang yang diwawancarai atau peserta didik tanpa melalui perantara.
Sementara wawancara tidak langsung yaitu proses tanya jawab antara
pewawancara atau guru yang menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui
perantaraan orang lain atau media dengan tidak menemui langsung kepada
sumbernya (Hutapea, 2019:159-160). Respon siswa bisa berupa menyatakan
termotivasi, merasa senang, tertantang, dan tes superitem dapat membantu dalam
memecahkan persoalan saat mengikuti pembelajaran (Yanti & Syahmani,
2016:154).

Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara


langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. Disamping
itu juga bertujuan untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah dan untuk
memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu (Sawaluddin
dan Siddiq, 2020:20).
Wawancara (interview) dalam konseling adalah Suatu teknik memahami
individu dengan cara melakukan komunikasi langsung (face to face relation)
antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk
memperoleh keterangan atau informasi tentang individu. Wawancara (interview)
berfungsi untuk menentukan latar belakang atau faktor penyebab terjadinya
masalah yang dialami oleh konseli. Wawancara ini sebenarnya merupakan bagian
dari wawancara konseling yang utuh yaitu mulai dari identifikasi masalah,
diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi dan follow up. Selain itu, wawancara
juga berfungsi sebagai untuk memahami berbagai potensi, sikap, perasaan,
pikiran, pengalaman, harapan dan masalah konseli, serta memahami potensi dan
kondisi lingkungan baik lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan
kerjanya secara mendalam. Interview bisa difungsikan sebagai metode primer,
metode pelengkap dan sebagai kriterium (Asmadin & Silvianetri, 2022:4657).
3. Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang


dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Dalam proses pembelajaran di kelas, responden
yang dimaksud adalah peserta didik. Guru bertindak sebagai perumus dan
pembuat angket (Hutapea, 2019:160). Teknik non tes menggunakan angket untuk
memperoleh data motivasi belajar siswa serta pedoman wawancara
untukmemperoleh data yang lebih rinci mengenai hasil tes yang siswa dapatkan
(Agsya dkk, 2019:35).
Angket yaitu bentuk pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi baik dari siswa ataupun mengenai kejadian-kejadian yang
menonjol selama penelitian (Indraswari, 2014:28). Salah satu komponen afektif
yang akan diukur menggunakan intrumen nontes berupa angket adalah konsep
diri. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri dalam hal
kelayakan dan ketidak-layakan, nilai-nilainya serta keinginannya (Campbell,
1967: 510). Angket konsep diri ini menggunakan metode penyekalaan likert.
Skala Likert merupakan metode penyekalaan pernyataan sikap yang
menggunakan distribusi jawaban sebagai dasar penentuan nilai skalanya, angket
dengan butir pernyataan disertai dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia.
Responden hanya memilih jawaban yang dianggap paling sesuai dengan dirinya
(Zainal, 2020:17).
4. Daftar Cek (Check List)

Pengertian dari daftar cek ialah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-
aspek yang akan diamati oleh guru. Melalui daftar cek ini, dapat memungkinkan
guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap kejadian yang penting dan yang
menjadi fokus penilaian dari guru. Daftar cek mudah digunakan untuk menilai tes
psikomotorik dimana guru/pengamat tinggal memberi tanda cek pada kompetensi
yang muncul. Daftar cek memiliki banyak manfaatnya. Adapun manfaat dari
daftar cek meliputi: membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus
diamati, serta dapat memberikan informasi kepada stakeholder Penilaian unjuk
kerja pada daftar cek berupa “ya” atau “tidak.” Pada penilaian ini peserta didik
mendapat nilai apabila criteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai
(Hutapea, 2019:160).

5. Studi Kasus
Jenis non tes berikutnya ialah studi kasus. Arti dari studi kasus adalah
studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah
yang memiliki kasus tertentu. Indikator studi kasus misalnya, peserta didik ada
yang sangat cerdas, ada yang sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau ada
yang kesulitan dalam belajar. Dalam studi kasus, penekanan yang penting untuk
diperhatikanialah diagnosis masalah-masalah peserta didik dan memberikan
rekomendasi untuk mengatasinya. Pada pelaksanaan studi kasus, Arifin dalam
Hutapea (2019:160-161) menjelaskan bahwa guru di sekolah harus terlebih
dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai
teknik dan alat pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang dapat dugunakan
oleh guru salah satunya adalah depth-interview, yaitu melakukan wawancara
secara mendalam.
Berikut instrument penilaian dalam teknik non tes:

a. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dikenal juga dengan penilaian unjuk kerja dan performasi
atau perbuatan. Penilaian ini dilaksanakan pada saat atau setelah siswa melakukan
kegiatan pembelajaran. Penilaian performansi meminta siswa untuk
mendemonstrasikan kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai konteks
secara langsung (Aulia dkk, 2020:3).
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan
tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktek 5sholat, praktek OR,
presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis
karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai
kemampuan melakukan kinerja ilmiah peserta didik, dilakukan pengamatan atau
observasi yang beragam, seperti: mempersiapkan alat, merangkai percobaan, dan
mengamati hasil percobaan. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat
menggunakan alat atau instrumen berupa daftar cek (check-list), skala bertingkat
(rating scale), catatan pengamatan (Rusilowati, 2013: 11-12).
Contoh rubruk penilaian kinerja:
Contoh Instrumen Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran Seni Budaya dan
Prakarya di Kelas IV SD

JURNAL PENILAIAN KREATIVITAS


MEMBUAT MOZAIK

1. Menentukan Tema
Aspek Kreativitas

No. Nama Fluency Flexibility Originality FS KE

I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.

2. Menyiapkan Alat dan Bahan


Aspek Kreativitas

No. Nama Fluency Flexibility Elaboration FS KE

I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.

Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.
3. Membuat Sketsa Gambar Mozaik
Aspek Kreativitas

No. Nama Fluency Flexibility Originality FS KE

I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.

4. Menyusun Bahan pada Sketsa Mozaik


Aspek Kreativitas

No. Nama Flexibility Originality FS KET

I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas

5. Menempelkan Bahan pada Sketsa Mozaik


Aspek Kreativitas

No. Nama Flexibility Originality FS KET

I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.
6. Merapikan dan/atau Mewarnai
Aspek Kreativitas

No. Nama Fluency Flexibility Originality FS KE

I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.

LANGKAH KEGIATAN DAN ASPEK KRATIVITASNYA

No Aspek
Aktivitas
. Fluency Flexibility Originality Elaboration

1. Menentukan tema √ √ √

2. Menyiapkan alat dan bahan √ √ √

3. Membuat sketsa mozaik √ √ √

4. Menyusun bahan pada sketsa √ √

5. Menempelkan bahan pada sketsa √ √

6. Merapikan dan/atau mewarnai √ √ √


INDIKATOR ASPEK KREATIVITAS

No. Aspek Indikator

1. Kelancaran berpikir yaitu a. Anak dapat menghasilkan banyak gagasan atau


kemampuan untuk menghasilkan jawaban atas sebuah persoalan.
gagasan
b. Anak mampu menghasilkan suatu gagasan
(Fluency) dalam waktu singkat.

c. Anak dapat mengembangkan suatu ide/gagasan


berdasarkan gagasan yang sudah ada.

2. Keluwesan atau fleksibilitas yaitu a. Anak memiliki gagasan yang beragam pada
kemampuan untuk menggunakan berbagai bidang.
bermacam-macam pendekatan
dalam mengatasi masalah b. Anak dapat melihat masalah dengan
(Flexibility) menggunakan beberapa sudut pandang.

c. Anak dapat mengajukan beberapa pemecahan


masalah dengan pendekatan yang berbeda-beda.

3. Keaslian yaitu kemampuan untuk a. Anak memiliki gagasan atau pendapat yang
menghasilkan atau mencetuskan berbeda dibandingkan tema-temannya.
gagasan atau pimikiran baru
(Originality) b. Anak membuat hasil karya yang berbeda
dibandingkan teman-temannya dalam tema yang
sama.

c. Dalam hal cbercerita, menjelaskan sesuatu,


menggambarkan atau memperagakan sesuatu,
anak menampilkan yang berbeda dibandingkan
dengan teman-temannya.

d. Anak membuat hasil karya yang imajinatif dan


tidak biasa.

4. Memperinci yaitu kemampuan a. Anak dapat menjelaskan dengan rinci


dalam mengembangkan dan gagasannya.
menguraikan gagasan secara
terperinci (Elaboration) b. Anak membuat hasil karya dengan teliti dan
terperinci.
c. Anak dapat membuat karangan cerita yang kaya
akan emosi dan penggambaran lingkungan yang
terperinci

d. Tugas yang diselesaikan anak melampaui apa


yang diharapkan.

Rubrik Penskoran Penilaian Kinerja/Praktik

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4

1 Menentukan Tema

2 Menyiaokan alat dan bahan

3 Membuat sketsa gambar mozaik

4 Menyusun bahan pada sketsa mozaik

5 Menempelkan bahan pada sketsa mozaik

6 Merapikan atau mewarnai gambar mozaik

Jumlah

Kriteria Penskoran :
1 = tidak sesuai (0-25%)
2 = kurang sesuai (26-50%)
3 = cukup sesuai (56-75%)
4 = Sangat Sesuai (100%)
b. Portofolio

Menurut Poulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang


menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau
lebih. Portofolio dapat digunakan oleh peserta didik untuk melihat kemauan
mareka sendiri, terutama dalam hal perkembangan pengetahuan mereka, sikap,
keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.Jadi dapat dikatakan bahwa
penilaian portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta didik yang
digunakan sebagai instrument evaluasi untuk menilai kompetensi peserta didik.
Kumpulan hasil karya tersebut difokuskan kepada dokumen tentang kerja peserta
didik sebagai bukti tentang apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik, misalnya,
ulangan harian, tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku peserta didik, dan laporan
aktifitas di luar Sekolah (Rosyidi, 2020:11).

Penilaian portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa yang


menggambarkan hasil kerja, pemikiran, minat, usaha, dan cita-cita siswa dalam
bidang tertentu. Portofolio membantu siswa melihat kembali pikiran, perasaan,
hasil kerja, dan perkembangan dalam kurun waktu tertentu (Aulia dkk, 2020:3-4).
Penilaian portofolio digunakan untuk mencapai beberapa tujuan sebagai
berikut: pendidik mengetahui perkembangan yang dialami siswa, pendidik
mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung, pendidik
memberikan perhatian pada prestasi kerja siswa yang baik, pendidik
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, bertukar informasi dengan orang
tua/wali siswa dan guru lain, dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif
pada siswa (Anugraheni, 2017:248)
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, lembar
jawaban tes yang menunjukkan soal yang mampu dan tidak mampu dijawab
(bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu
dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-
karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir
suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta
didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta
didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi
buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis, dsb. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara
lain:
1) Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri. Guru
melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat
oleh peserta didik itu sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik. Dalam proses penilaian guru
dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan
saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan
baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik. Kerahasiaan hasil
pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik
dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan
sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru. Guru dan
peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga
peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya
akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti
yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai
dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses
dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru
tentang kinerja dan karya peserta didik.
8) Penilaian dan pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai
diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan
kekurangan peserta didik.
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:

1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak


hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh
guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan,
keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan,
tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil
penilaian mereka sendiri.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa
berbeda. Misalnya, untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan
karangan-karangannya. Sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta
didik mengumpulkan gambar-gambar buatannya.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau
folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5) Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan
para peserta didik sebelum mereka membuat karyanya . Diskusikan cara
penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, kriteria penilaian
kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan
kosakata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian,
peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai
standar tersebut.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru
dapat  membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan member
keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana
cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik
diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru
perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan,
misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu,
undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta
tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya
(Rusilowati, 2013:17-18).
Sedangkan teknik melalui non tes dalam instrumen asesmen aspek
pengetahuan berbasis teknologi dapat kita lihat melalui jalur E-fortofolio, Digital
Rubric, Alternatif Asesmen digital dan sejenis yang lain. Metode yang digunakan
dalam proses asesmen nontes yang bisa dikatakan efektif untuk digunakan yaitu
salah satunya dengan E-Fortopolio. E-Fortopolio adalah merupakan singkatan dari
elektronik fortopolio yaitu media yang merupakan dapat digunakan melalui
Browser/web dengan cara mengumpulkan bukti elektronik. Yang dimaksud
dengan bukti elektronik adalah berupa file elektronik, multimedia, hyperlink, entri
blog dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut E-Fotopolio juga sangat
dapat membantu pengguna untuk menampilkan ekspresi diri ketika pengguna
menggunakanya secara aktif, dengan begitu plat form dapat digunkan secara
dinamis (Nasution, 2020:116).
RUBRIK PENILAIAN PORTOFOLIO

Membuat Gambar Mozaik

No KRITERIA SKOR KETERANGAN

2= - Sesuai Tema
1 Menentukan Tema Gambar
1 = Tidak sesuai

2 = Lengkap
2 Menyiapkan alat dan bahan
1 = Tidak Lengkap

3 = Sangat jelas
3 Membuat sketsa gambar mozaik 2= cukup jelas
1 = Tidak jelas

3 = Sangat menarik
4 Menyusun bahan pada sketsa mozaik 2 = Cukup menarik
1 = Tidak menarik

3 = Tepat
Menempelkan bahan pada sketsa
5 2 = Cukup tepat
mozaik
1 = Tidak tepat

3 = Rapi
Merapikan atau mewarnai gambar
6 2 = Cukup rapi
mozaik
1 = Tidak rapi

SKOR MAKSIMAL
TOTAL SKOR
= 16

NILAI

Skor yang diperoleh


NILAI = X 100
16
c. Penilaian Product

Menurut Rosyidi yang dikutip dari depdiknas Penilaian product adalah


penilaian terhadap hasil karya peserta didik pada periode tertentu. Sejalan dengan
Ani Rusilowati (2013:16) Penilaian product adalah penilaian terhadap proses
pembuatan dan kualitas suatu product. Penilaian product meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produkteknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembanganproduk meliputi 3
(tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3)  Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Penilaian produk
biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
RUBRIK PENILAIAN PRODUK

Kriteria

Pemilihan
Menempel Keserasian
No Bahan
Nama KET
. S
K C B SB K C B SB K C B
B

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.
4.

5.

6.

7.

Beri tanda centang (√) pada kolom yang sesuai.


Keterangan :
K = Perlu Pendampingan
C = Cukup
B = Baik
SB = Sangat Baik

Pedoman Penilaian Produk


Perlu
Kriteria Cukup Baik Baik Sekali
Pendampingan

Teknik Sebagian kecil Sebagian Sebagian besar Seluruh bagian


Menempel ditempeldengan ditempeldengan ditempeldengan ditempeldenga
rapi. rapi. rapi. n rapi.

Pemilihan Memilihsebagian Memilihsebagian Memilihsebagian Memilih


Bahan kecilbahan dengan bahan dengan besar bahan seluruh bahan
sesuai. sesuai. dengan sesuai. dengan sesuai.

Keserasia Menempelsebagia Menempelsebagia Menempelsebagia Menempel


n n kecil bahan- n bahan- n besar bahan- seluruh bahan-
bahandengan bahandengan bahandengan bahandengan
serasi. serasi. serasi. serasi.

Total Nilai Siswa


Penilaian (Skoring) = x 10
Total Nilai Maksimal

Nilai Maksimal = 12

Penskoran Penilaian Produk


Aspek/Kriteria Skor Bobot Jumlah
Penilaian 1 2 3 4

Teknik Menempel 30%

Pemilihan bahan 40%

Keserasian 30%

Jumlah 100%

Kriteria Penskoran :
1 = tidak sesuai (0-25%)
2 = kurang sesuai (26-50%)
3 = cukup sesuai (56-75%)
4 = Sangat Sesuai (100%)

d. Penilaian Project

Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan” Scientific


Inquiry” yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan dalam merencanakan, mengorganisasi
penyelidikan, bekerjasama, mengidentifikasi, mengumpulkan informasi,
menganalisis dan menginterpretasikan serta mengomunikasikan temuannya dalam
bentuk laporan tulisan (Depdiknas dalam Rosyidi 2020:11-12). penilaian berbasis
proyek atau penilaian proyek merupakan salah satu penilaian yang memacu
peserta didik keranah berpikir tingkat tinggi salah satunya yakni keterampilan
peme-cahan masalah (Sukmasari & Rosana, 2017).
Penilaian project merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan
dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
2) Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik. Penilaian proyek dilakukan mulai dari
perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru
perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan
disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian. Beberapa contoh kegiatan peserta didik
dalam penilaian proyek: (1) Penelitian sederhana tentang penggunaan listrik di
rumah; (2) penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako, dll
(Rusilowati, 2013:16).
RUBRIK PENILAIAN PROJEK

Contoh Penilaian Projek pada Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya Kelas
VI SD.

No Indikator Penilaian Rubrik

Kemampuan menentukan 1 = sesuai


1
tema tarian. 0 = kurang sesuai

Kemampuan membuat 2 = gerakan sesuai tema


2 gerak tari berdasarkan 1 = gerakan kurang sesuai tema.
tema 0 = gerakan tidak sesuai dengan tema.

3 Kemampuan merangkai 2 = rangkaian gerak tari sesuai alur cerita.


1 = rangkaian gerak tari kurang sesuai alur
gerak tari berdasarkan
cerita.
alur cerita
0 = rangkaian gerak tari tidak sesuai alur
cerita.

3 = rangkaian gerak tari menggunakan 3


level.
2 = rangkaian gerak tari menggunakan 2
Kemampuan membuat
level.
4 level berdasarkan gerak
1 = rangkaian gerak tari menggunakan 1
yang dibuat.
level.
0 = rangkaian gerak tari tidak
menggunakan level.

4 = rangkaian gerak tari menggunakan 4


pola lantai dengan jelas.
3 = rangkaian gerak tari menggunakan 3
pola lantai dengan jelas.
Kemampuan membuat
2 = rangkaian gerak tari menggunakan 2
5 pola lantai berdasarkan
pola lantai dengan jelas.
gerak yang dibuat.
1 = rangkaian gerak tari menggunakan 1
pola lantai dengan jelas.
0 = rangkaian gerak tari tidak
menggunakan pola lantai dengan jelas.

3 = merangkai gerak tari menggunakan


level, pola lantai dan iringan.
2 = merangkai gerak tari hanya
Kemampuan merangkai
menggunakan pola lantai dan iringan.
gerak yang telah dibuat
6 1 = merangkai gerak tari hanya
berdasarkan level, pola
menggunakan iringan.
lantai dan iringan.
0 = merangkai gerak tari tidak
menggunakan level, pola lantai dan
iringan.

7 Kemampuan 3 = memperagakan gerak tari


memeragakan gerak yang menggunakan level, pola lantai dan
telah dibuat berdasarkan iringan.
level pola lantai sesuai 2 = memperagakan gerak tari hanya
iringan. menggunakan pola lantai dan iringan.
1 = memperagakan gerak tari hanya
menggunakan iringan.
0 = memperagakan gerak tari tidak
menggunakan level, pola lantai dan
iringan.

Kemampuan membuat 2 = deskripsi laporan lengkap dan


laporan projek tentang terperinci.
8
gerak tari berdasarkan 1 = deskripsi laporan kurang lengkap.
pola lantai sesuai iringan. 0 = tidak membuat laporan.

3 = mempresentasikan gerak tari


menggunakan level, pola lantai dan
Kemampuan
iringan.
mempresentasikan
2 = mempresentasikan gerak tari
peragaan gerak tari
menggunakan pola lantai dan iringan.
9 berdasarkan level dan
1 = mempresentasikan gerak tari hanya
pola lantai sesuai iringan
menggunakan iringan.
secara berkelompok.
0 = memperagakan gerak tari tidak
menggunakan level, pola lantai dan
iringan.

No.Indikator Penilaian/Skor yang di


N peroleh Jumlah Skor
Nama Siswa
o yang Diperoleh
1 2 3 4 5 6 7 8 9

7
Petunjuk penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4.
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

skor yang diperoleh


x 4 = skor akhir
skor tertinggi

e. Penilaian Diri

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu
didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Tujuan utama dari
penilaian diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar.
Meskipun demikian, hasil penilaian diri dapat digunakan guru sebagai bahan
pertimbangan untuk memberikan nilai. Peran penilaian diri menjadi penting
bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke siswa yang
didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Ada beberapa
jenis penilaian diri, diantaranya:
1) Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung, pada
saat atau setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek
kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
2) Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang dilakukan
dalam kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian secara
keseluruhan.
3) Penilaian Sosio-Afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau
emosional. Misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan
yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang.

Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:


1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian.
Contoh rubrik penilian diri:
Petunjuk Kerja :
Rubrik ini diisi oleh peserta didik sendiri untuk menilai sikap sosial peserta
didik dalam percaya diri. Dengan memberi tanda centang (√) pada kolom skor
yang sesuai sikap percaya diri yang ditampakkan oleh peserta didik, dengan
kriteria sebagai berikut ;

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan


3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dari kadang – kadang
tidak melakukan.
2 = kadang – kadang, apabila kadang – kadang melakukan dan sering tidak
melakukan.
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.

Nama Peserta Didik : ………………………………


Kelas : ………………………………
Tanggal Pelaksanaan : ………………………………
Materi Pokok : ………………………………

Skor
No Aspek Pengamatan

1 2 3 4

1 Saya melaksanakan segala sesuatu tanpa ragu-ragu.


2 Saya berani mengambil keputusan secara cepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

3 Saya tidak pernah putus asa.

Saya berani menunjukkan kemampuan yang dimiliki


4
didepan orang banyak.

5 Saya belajar mencoba hal-hal baru.

6 Dst….

Petunjuk Penskoran :

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Skor
X 4 = Skor akhir
Skor Tertinggi

6. Penilaian Sikap

Penilaian sikap merupakan bagian dari pengukuran psikologi. Karena


menyangkut sikap manusia, maka hasil pengukuran tidak pernah mencapai hasil
yang sempurna. Pengukuran sikap sangat sukar bahkan mungkin tidak pernah
dapat dilakukan dengan validitas, reliabilitas, dan objektifitas yang tinggi. Hal ini,
antara lain dikarenakan: (1) atribut psikologi bersifat tidak tampak, (2) indikator-
indikator perilaku jumlahnya terbatas, (3) respons dipengaruhi oleh variable-
variabel tidak relevan seperti: suasana hati, kondisi dan situasi sekitar, dan (4)
banyak sumber kesalahan, baik dari penilai, yang dinilai, alat yang digunakan,
cara analisis ( Rusilowati, 2013 : 15).
Adanya penilaian sikap diharapkan menjadi kontrol guru dan peserta didik
dalam memantau tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaraannya. Jika tidak
dijumpai perilaku yang sangat baik atau kurang baik, maka nilai sikap siswa
tersebut adalah baik dan sesuai dengan indikator yang diharapkan. Perilaku sangat
baik atau kurang baik yang dijumpai selama proses pembelajaran dicatat dan
dimasukkan ke dalam jurnal guru(Baidhowi, 2018:44).
Contoh rubrik penilaian sikap:

RUBRIK PENILAIAN SIKAP

Perubahan Tingkah Laku

Santun Peduli Tanggung Jawab


No. Nama B M M KET
MT MB ST BT MB ST BT MB ST
T T T

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Beri tanda centang (√) pada kolom yang sesuai.


Keterangan:
BT = Belum Terlihat
MT = Mulai Terlihat
MB = Mulai Berkembang
ST = Sudah Terlihat

Petunjuk penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4.
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

skor yang diperoleh


x 4 = skor akhir
skor tertinggi

Peserta didik memperoleh nilai :


Sangat Baik : apabila memperoleh skor 3,2 – 4,0 (80-100%)
Baik : apabila memperoleh skor 2,8 – 3,1 (70-79%)
Cukup : apabila memperoleh skor 2,4 – 2,7 (60-69%)
Kurang : apabila memperoleh skor kurang dari 2,4 (kurang dari 60%).
f. Penilaian Teman Sebaya

Menurut pendapat Purnamasari (2012), Admiraal & Ven (2014) dalam


Sari dan Setiawaty (2018:2-3) penilaian teman sebaya merupakan bagian dari
asesmen formatif yang diinterpretasikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan
dengan aktifitas yang dilakukan guru dan siswa yang dapat menyediakan
informasi yang mana informasi ini dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki dan memodifikasi aktifitas belajar mengajar. Individu yang
menunjukkan perilaku yang baik terhadap lingkungannya, maka dia akan
mendapat feedback dari orang lain, apakah perilakunya ini baik atau buruk. Dari
respon orang lain ini, akan dijadikan sebagai informasi dan dasar penilaian,
apakah individu diterima atau tidak diterima oleh orang lain dan teman sebayanya
(Rosida & Astuti, 2015:79)

Contoh rubrik penilaian antar teman:

Nama :………………………

Kelas/Semester : ………………………..

Tahun Pelajaran : …………………………

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom 1 (tidak pernah), 2


(kadang=-kadang), 3 (sering), atau 4 (selalu) sesuai dengan
keadaan teman kalian yang sebenarnya.

No Pernyataan 1 2 3 4

1 Teman saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.

2 Teman saya beribadah tepat waktu


3 Teman saya tidak mengganggu teman yang beragama lain
yang sedang berdoa sesuai agamanya.

4 Teman saya berani mengakui kesalahannya.

5 Teman saya menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.

6 Teman saya berani menerima resiko atas tindakan yang


dia lakukan.

7 Teman saya mengembalikan barang yang telah di pinjam


tepat waktu.

8 Teman saya datang ke sekolah tepat waktu.

9 Teman saya meminta maaf jika melakukan kesalahan.

Teman saya melaksanakan kegiatan praktikum sesuai


10 langkah dan prosedur yang telah ditetapkan.

11 Dan seterusnya ….

JUMLAH : ….

Hasil penilaian antar teman ditindak lanjuti oleh pendidik dengan


memberikan bantuan fasilitas terhadap peserta didik yang belum menunjukkan
sikap yang diharapkan.

Kriteria Penilaian :

4 = apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.

3 = apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak


melakukan.

2 = apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan.

1 = apabila tidak pernah melakukan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang teknik non tes dalam evaluasi pembelajaran, guru
atau evaluator semestinya tidak hanya menggunakan teknik tes saja dalam
mengukur keberhasilan belajar siswa. Teknik non tes terbukti sebagai teknik
pengukuran atau pengumpulan data yang lebih detail dan komprehensif terhadap
hasil belajar. Sehingga data hasil pengukuran dapat digunakan oleh guru atau
evaluator untuk mengevaluasi pembelajaran secara komprehensif.

Teknik non tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran


terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa yang tidak dapat
dinilai secara kuantitatif seperti dalam teknik tes. Dengan kata lain penilaian non
test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.

Teknik non tes dapat digolongkan menjadi 5 jenis yaitu:

1. Pengamatan/Observasi
2. Penugasan
3. Wawancara
4. Angket/Kuisioner
5. Analisis Dokument

Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)


yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik
penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut.

1. Kompetensi yang diukur;

2. Aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap);

3. Kemampuan siswa yang akan diukur;

4. Sarana dan prasarana yang ada.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak
referensi untuk menunjang proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Agsya, Feni Maisyaroh Maimunah, dan Yenita Roza. 2019. Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa MTs.
Riau:Pasundan Jurnal of Research in Mathematics Learning and
Education Vol 4 No. 2.31-44. (Di Akses 27 Oktober 2022).
Friska, Novita dan Umar Darwis. 2017. Pengembangan Instrumen Non Tes di
Kecamatan Medan Marelan. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial
Humaniora Vol. 2 No. 1. (153-157). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Hamid, Abd. Impelementasi Kompetensi Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Pada
Madrasah Aliyah Al-Balad Kamande. Jurnal penelitian hokum ekonomi
syariah dan sosial budaya Islam Vol. 1 No. 1. (28-42). (Di Akses 27
Oktober 2022)
Hapiz, Abd. 2020. Penggunaan Teknik Evaluasi Non Tes Pada Pembelajaran IPS
Kelas VI SDN 1 Pengkelak Mas. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 1 (1).(24-
31). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Indraswari, Retno. 2014. Penerapan Panduan PBL dan Kooperatif type STAD
Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Bahasa Arab. Journal Of
Arabic Learning and Teaching Vol. 3 NO. 4. (24-30). (Di Akses 27
Oktober 2022)
Irawati, Hani. Pengembangan Instrumen Tes dan Non Tes Dalam Rangka
Menyiapkan Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 di SMP/MTs
Muhammadiyah Se- Kabupaten Bantul, Jurnal Pemberdayaan Vol. 1(2).
(503-506). (Di Akses 27 Oktober 2022).
Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif Di
Sekolah. Jurnal Edukasi Vol. 2 No. 1. (30-43). (Di Akses 27 Oktober
2022)
Magdalena, dkk. 2020. Penilaian Otentik Dengan Teknik Non Tes di Sekolah
Dasar Rawa Kidang. Jurnal Edukasi dan Sains. Vol 2 (1). (202-216). (Di
Akses 27 Oktober 2022)
Magdalena, Ina dkk. 2021. Penggunaan Teknik evaluasi Non Tes Pada
Pembelajaran IPS Kelas VI Di SDN Selapajang Jaya 2. Jurnal Pendidikan
dan Sains vol. 3 (1). (113-123). (Di Akses 27 Oktober 2022).
Magdalena, Ina dkk. 2021.Penggunaan Evaluasi Non Tes dan Hambatannya
dalam Pembelajaran di SDS Sari Putra Jakarta Barat. Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Sosial Vol. 3 (1). (67-65). (Di Akses 27 Oktober 2022).
Rosida, Edwina Renaganis dan Tri Puji Astuti. 2015. Perbedaan Penerimaan
Teman Sebaya Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.
Jurnal Empati Vol 4 (1). (77-81). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Yanti, Nita Risma, Bambang Suharto dan Syahmani. 2016. Impelementasi Model
PBL Berbantuan Tes Superitem Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains Vol. 7 (2). (147-155). (Di Akses 3 November 2022)
Yuliawati, Diana Dwi dkk. 2022. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
Didik Dengan Penilaian Tes dan Non Tes. Jurnal Pembelajaran Fisika
Vol. 11 (2). (65-68). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Zainal. Nur Fitriani. 2020. Pengukuran, Assessement dan Evaluasi dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3(1). (8-
26). (Di Akses 27 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai