MAKALAH
"Penilaian Non Tes 7 Orang"
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6
Nama NIM
Syafruddin G2G122020
Halija G2G122021
Djarniati Razak G2G122022
Ishar Wahid G2G122023
Erwin G2G122024
Hardiningsi Wijaya Kusuma G2G122025
Karina Pertiwi G2G122026
Agussalim Doane G2G122027
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "Penilaian Non Tes" ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen Pengampu
Mata Kuliah ini yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai penilaian non tes. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Sekiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya mohon
dimaafkan, akhir kata kami ucapkan Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Evaluasi Pembelajaran...................................................................................................6
A. Kesimpulan..................................................................................................................43
B. Saran............................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk
menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran
sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan,
metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi
kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan
tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk
memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses
pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus
dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Teknik ini berguna untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur dengan
alat tes. Penggunaan tehnik ini dalam evaluasi pembelajaran terutama karena
banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan
mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan,
pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain.
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui
bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai oleh alat-alat
nontes atau bukan tes. Alat-alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah
Wawancara, kuesioner, skala (skala penilaian, skala sikap), observasi atau
pengamatan, studi kasus, dan sosiometri. Wawancara dan kuisioner pada
umumnya digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau
pandangan seorang serta harapan dan aspirasinya di samping aspek afektif dan
perilaku individu. Skala bisa digunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala
sikap dan skala minta serta aspek kognitif seperti skala penilaian. Observasi pada
umumnya digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau
proses kegiatan tertentu. Studi kasus digunakan untuk memperoleh data yang
komprehensif mengenai kasus-kasus tertentu dari individu. Sosiometri pada
umumnya digunakan untuk menilai aspek perilaku individu, terutama hubungan
sosialnya. Catatan kumulatif digunakan untuk memperoleh data dan informasi
yang mendalam dan menyeluruh mengenai individu yang dilakukan terus-
menerus sehingga diperoleh data dan informasi yang komprehensif. Kelebihan
nontes dari tes adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk
menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek
kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris (Ina Magdalena DKK, 2021:
Saat ini penggunaan non tes untuk menilai hasil dan proses belajar masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam
menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur
secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran
matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan
tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi
waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara
menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes
guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif
saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
Peraturan Pemerintah No 19, tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, khususnya Bab II Pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa terdapat
delapan Standar Nasional Pendidikan. Salah satunya adalah standar kompetensi
lulusan.Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Zainal, 2016 :133).
Peraturan pemerintah tersebut secara khusus yang berkaitan dengan
kompetensi lulusan, menunjukkan bahwa kualifikasi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan menjadi ranah yang sangat penting untuk mendapat perhatian.
Menurut teori Benjamin S. Bloom dalam Asep dan Abdul Haris, ketiga ranah ini
disebut sebagai hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan, ranah afektif
berkaitan dengan sikap, dan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan.
Asep dan Haris lebih lanjut menjelaskan pengertian dari hasil belajar. Mereka
menguraikan hasil belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik
sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Tujuan belajar pada
bagian ini merupakan sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa peserta
didik telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik (Asep, 2013:14).
Ketiga jenis ranah hasil belajar yang disebutkan di atas, masing-masing ranah
memiliki alat ukur atau instrumen yang pasti dan terukur. Untuk mengukur hasil
belajar ranah kognitif (pengetahuan teoretis) dapat menggunakan teknik tes.
Sedangkan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik
dapat menggunakan teknik non-tes. Seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana
yang menegaskan perihal hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dapat dinilai
dengan menggunakan teknik tes berupa bentuk tes uraian maupun tes objektif,
melainkan juga dapat dinilai dengan menggunakan teknik non-tes.4 Teknik tes
maupun non-tes merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mengukur hasil
belajar ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Berkaitan dengan penggunaan dua jenis teknik alat ukur hasil belajar
tersebut, umumnya guru-guru di sekolah lebih banyak menggunakan jenis teknik
tes dibanding teknik nontes. Sebagaimana yang diuraikan lebih lanjut oleh Nana
Sudjana, bahwa guru dalam menggunakan bentuk non-tes untuk menilai hasil dan
proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan bentuk tes dalam
menilai hasil dan proses belajar peserta didik. Guru-guru di sekolah pada
umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada nontes. Hal ini dapat terjadi
oleh karena alat tes mudah dibuat, kemudian dapat digunakan lebih praktis, serta
yang dinilai hanya terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil belajar yang
diperoleh peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya di kelas.5
Penyusunan teknik tes lebih mudah daripada teknik nontes.
Kondisi senada diungkapkan oleh Sudaryono. Ia mengatakan bahwa
penilaian nontes masih jarang digunakan dalam menilai hasil belajar mengajar,
padahal data hasil penilaian melalui alat-alat tersebut, tidak kalah maknanya
dibandingkan dengan data penilaian melalui tes hasil belajar (Sudaryano,
2016 :133).
Permasalahan ini dipertegas oleh Zainal Arifin. Ia menegaskan apabila
evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, maka data yang dikumpulkan
menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-
pihak tertentu. Penggunaan teknik nontes merupakan salah satu bentuk kritikan
terhadap kelemahan teknik tes. Lebih lanjut Sukardi menegaskan bahwa bentuk
atau alat ukur non-tes sangat berguna pada evaluasi hasil belajar yang berkaitan
erat dengan kualitas pribadi dan keterampilan. Kualitas pribadi dan keterampilan
ini secara tepat hanya dapat dievaluasi melalui penampilan sebagai efek
penguasaan domain keterampilan dalam bentuk nontes (Sukardi, 2015 :193).
Permasalahan lainnya diungkapkan oleh Hamzah B. Uno dan Satria Koni
(2018 :182) Pengalaman mereka dalam memberikan pelatihan dan lokakarya bagi
guru-guru, diperoleh informasi adanya keluhan dari guru karena mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian pada peserta didik, khususnya aspek
perilaku.
Para guru mengalami kesulitan untuk memberikan kategori penilaian dan
tidak mengerti tolak ukur dari aspek-aspek penilaian.Persoalan guru mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik,
menjadi persoalan yang mempertajam pembahasan dalam penelitian ini.
Gagasan para ahli dan persoalan pendidikan di atas menjadi gambaran bahwa
permasalahan urgensi alat pengukuran hasil belajar jenis tes maupun non-tes dan
kesulitan guru dalam menggunakannya, masih menjadi permasalahan yang sering
terjadi dan menarik untuk dibahas.Terutama permasalahan yang berkaitan dengan
penggunaan instrumen non-tes.
Menurut Maulia dalam Ina Magdalena (2021) menyatakan teknik evaluasi
non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan
soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut diperoleh dari hasil pemahaman yang
mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka dapat disimpulkan
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian non tes ?
2. Bagaimanakah bentuk teknik penilaian non tes ?
3. Bagaimana cara pengembangan instrumen teknik non tes ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk menguraikan konsep dari penilaian non tes
2. Untuk mengetahui peranan dan bentuk teknik instrumen non tes
3. Untuk mengetahui cara penilaian instrumen teknik non tes
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penilaian Non Tes
Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh peserta
didik dari setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran,
sehingga guru dapat menentukan keputusan atau perlakuan terhadap peserta didik
tersebut. Apakah perlu diadakan perbaikan atau penguatan, serta menetukan
rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi materi maupun rencana
strateginya. Oleh karena itu, guru setidaknya mampu menyusun instrumen tes
maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi peserta didiknya, apakah
telah dicapai harapan penguasaannya secara optimal atau belum. Kemampuan
yang harus dimiliki guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu
membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi siswa-
siswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya
(Hamid, 2016:29).
Para ahli berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil
belajar, kita harus menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Adapun perubahan sikap dan petumbuhan peserta didik dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap,
angket, check list, dan rating scale (Sawaluddin & Siddiq, 2020:18).
Hakikat instrumen evaluasi non-tes meliputi pengertian, kegunaan, dan
jenis-jenis instrumen evaluasi non-tes. Pertama, pengertian instrumen evaluasi
non-tes. Sebelum membahas pengertian instrumen evaluasi jenis non-tes, terlebih
dahulu akan dibahas pengertian dari evaluasi itu sendiri. Secara teoritis Zainal
Arifin menjelaskan arti dari evaluasi. Menurutnya evaluasi ialah suatu proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk menetapkan suatu kualitas yang mencakup
nilai dan arti dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam
rangka menetapkan keputusan. Pengertian lain diungkapkan oleh Slameto dalam
Sukardi. Ia mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang
direncanakan secara cermat dan merupakan bagian yang terpenting dalam sistem
pembelajaran dalam mengetahui apakah sistem itu baik atau tidak, serta untuk
mengembangkan kemampuan belajar peserta didik, kemampuan mengajar guru,
dan menyempurnakan program pengajaran (Hutapea, 2013:158)
Menurut Ramly dan Idrus (2019:29) Teknik non tes artinya menilai prestasi
belajar siswa yang dilakukan tidak menggunakan tes, tetapi dengan melakukan
pengamatan secara sistematis, wawancara, angket, dan meneliti dokumen-
dokumen tentang siswa. Teknik non tes ini dilakukan untuk menilai keberhasilan
belajar siswa dari aspek ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik
(keterampilan). Sedangkan menurut Daryanto dalam Soheh dan Ahmad (2019:29)
ada beberapa teknik non-tes yaitu : (a) Skala bertingkat (rating scale), (b)
Kuesioner (questionnaire), (c) Daftar cocok (check-list), (d) Wawancara
(interview) dan (e) Pengamatan (observation), dan riwayat hidup.
Dengan teknik non tes menurut Suharsimi Arikunto dalam Riadi (2017:6),
maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa
menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan cara: 1) Skala bertingkat
(rating scale) skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
sesuatu hasil pertimbangan. 2) Questioner (Angket) yaitu sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). 3) Daftar
cocok (check list) yaitu deretan pernyataan di mana responden yang dievaluasi
tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan. 4)
Wawancara (Interview) suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. 5)
Pengamatan (observation) suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. 6) Riwayat hidup,
gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
Teknik nontes adalah cara mengumpulkan kemajuan pembelajaran dengan
cara selain tes. Bentuk‐bentuk teknik nontes ialah observasi, penilaian diri,
penilaian antarteman, jurnal, angket, dan skala. Dalam kegiatan menilai,
digunakan sejumlah instrumen/alat penilaian yang disesuaikan dengan teknik
yang dipakai dalam menilai. Instrumen penilaian nontes yakni berbagai alat yang
digunakan dalam pengukuran dengan cara nontes. Instrumen nontes digunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar aspek psikomotorik, sikap, atau nilai. Instrumen
yang digunakan dengan teknik nontes yakni lembar pengamatan, checklist
observasi, skala sikap, lembar penilaian diri/teman, dan anekdot (Bisri & Ichsan,
2015:84).
Evaluasi non tes sebagai alat penilaian sikap dirasakan penting oleh guru,
namun impelementasinya masih kurang, baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena
lamanya waktu yang digunakan didalam mengamati subjek yang diamati dan
dipihak lain adalah adanya pandangan bahwa penilaian pendidikan hanya
mengandalkan kognitif yang menjadi tujuan. Selain itu, para guru di sekolah pada
umumnya lebih banyak menggunakan tes mengingat alatnya mudah dibuat,
penggunaannya lebih praktis, yang dinilai terbatas pada aspek kognitif
berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya (Magdalena, 2021:70). Menurut Slameto dalam Maharani dan Katrin
(2017:5) Teknik Nontes adalah cara pengumpulan data dengan tidak
menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak
diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Teknik nontes terdiri dari:
observasi, wawancara, studi dokumentasi, catatan lapangan. Teknik nontes
(seperti wawancara, angket, dan pengamatan) dilakukan untuk mengidentifikasi
kesulitan siswa yang tidak dapat diidentifikasi melalui teknik tes. Informasi yang
dapat diperoleh dari teknik nontes misalnya, untuk mengetahui kebiasaan belajar
siswa, kelemahan fisik, kelemahan emosional, keadaan keluarga, cara guru
mengajar, dan sebagainya (Ismail, 2016:41).
Berdasarkan pembahasan di atas, penilaian nontes adalah cara penilaian hasil
belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan
melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non-tes berarti
melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Teknik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan
belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan
teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat
dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan
wawancara (interview) dan menyebar angket (quistionnaire).
Wawancara memiliki pengertian, yaitu salah satu bentuk alat evaluasi jenis
nontes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung
maupun tidak langsung dengan peserta didik. Arti wawancara langsung ialah
proses tanya jawab yang dilakukan secara langsung antara pewawancara atau guru
dengan orang yang diwawancarai atau peserta didik tanpa melalui perantara.
Sementara wawancara tidak langsung yaitu proses tanya jawab antara
pewawancara atau guru yang menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui
perantaraan orang lain atau media dengan tidak menemui langsung kepada
sumbernya (Hutapea, 2019:159-160). Respon siswa bisa berupa menyatakan
termotivasi, merasa senang, tertantang, dan tes superitem dapat membantu dalam
memecahkan persoalan saat mengikuti pembelajaran (Yanti & Syahmani,
2016:154).
Pengertian dari daftar cek ialah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-
aspek yang akan diamati oleh guru. Melalui daftar cek ini, dapat memungkinkan
guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap kejadian yang penting dan yang
menjadi fokus penilaian dari guru. Daftar cek mudah digunakan untuk menilai tes
psikomotorik dimana guru/pengamat tinggal memberi tanda cek pada kompetensi
yang muncul. Daftar cek memiliki banyak manfaatnya. Adapun manfaat dari
daftar cek meliputi: membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus
diamati, serta dapat memberikan informasi kepada stakeholder Penilaian unjuk
kerja pada daftar cek berupa “ya” atau “tidak.” Pada penilaian ini peserta didik
mendapat nilai apabila criteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai
(Hutapea, 2019:160).
5. Studi Kasus
Jenis non tes berikutnya ialah studi kasus. Arti dari studi kasus adalah
studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah
yang memiliki kasus tertentu. Indikator studi kasus misalnya, peserta didik ada
yang sangat cerdas, ada yang sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau ada
yang kesulitan dalam belajar. Dalam studi kasus, penekanan yang penting untuk
diperhatikanialah diagnosis masalah-masalah peserta didik dan memberikan
rekomendasi untuk mengatasinya. Pada pelaksanaan studi kasus, Arifin dalam
Hutapea (2019:160-161) menjelaskan bahwa guru di sekolah harus terlebih
dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai
teknik dan alat pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang dapat dugunakan
oleh guru salah satunya adalah depth-interview, yaitu melakukan wawancara
secara mendalam.
Berikut instrument penilaian dalam teknik non tes:
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dikenal juga dengan penilaian unjuk kerja dan performasi
atau perbuatan. Penilaian ini dilaksanakan pada saat atau setelah siswa melakukan
kegiatan pembelajaran. Penilaian performansi meminta siswa untuk
mendemonstrasikan kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai konteks
secara langsung (Aulia dkk, 2020:3).
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan
tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktek 5sholat, praktek OR,
presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis
karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai
kemampuan melakukan kinerja ilmiah peserta didik, dilakukan pengamatan atau
observasi yang beragam, seperti: mempersiapkan alat, merangkai percobaan, dan
mengamati hasil percobaan. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat
menggunakan alat atau instrumen berupa daftar cek (check-list), skala bertingkat
(rating scale), catatan pengamatan (Rusilowati, 2013: 11-12).
Contoh rubruk penilaian kinerja:
Contoh Instrumen Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran Seni Budaya dan
Prakarya di Kelas IV SD
1. Menentukan Tema
Aspek Kreativitas
I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.
I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.
3. Membuat Sketsa Gambar Mozaik
Aspek Kreativitas
I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.
6. Merapikan dan/atau Mewarnai
Aspek Kreativitas
I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-1 I-2 I-3 I-4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beri tanda centang (√) pada kolom yang menampakkan Indikator Aspek
Kreativitas.
No Aspek
Aktivitas
. Fluency Flexibility Originality Elaboration
1. Menentukan tema √ √ √
2. Keluwesan atau fleksibilitas yaitu a. Anak memiliki gagasan yang beragam pada
kemampuan untuk menggunakan berbagai bidang.
bermacam-macam pendekatan
dalam mengatasi masalah b. Anak dapat melihat masalah dengan
(Flexibility) menggunakan beberapa sudut pandang.
3. Keaslian yaitu kemampuan untuk a. Anak memiliki gagasan atau pendapat yang
menghasilkan atau mencetuskan berbeda dibandingkan tema-temannya.
gagasan atau pimikiran baru
(Originality) b. Anak membuat hasil karya yang berbeda
dibandingkan teman-temannya dalam tema yang
sama.
Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1 Menentukan Tema
Jumlah
Kriteria Penskoran :
1 = tidak sesuai (0-25%)
2 = kurang sesuai (26-50%)
3 = cukup sesuai (56-75%)
4 = Sangat Sesuai (100%)
b. Portofolio
2= - Sesuai Tema
1 Menentukan Tema Gambar
1 = Tidak sesuai
2 = Lengkap
2 Menyiapkan alat dan bahan
1 = Tidak Lengkap
3 = Sangat jelas
3 Membuat sketsa gambar mozaik 2= cukup jelas
1 = Tidak jelas
3 = Sangat menarik
4 Menyusun bahan pada sketsa mozaik 2 = Cukup menarik
1 = Tidak menarik
3 = Tepat
Menempelkan bahan pada sketsa
5 2 = Cukup tepat
mozaik
1 = Tidak tepat
3 = Rapi
Merapikan atau mewarnai gambar
6 2 = Cukup rapi
mozaik
1 = Tidak rapi
SKOR MAKSIMAL
TOTAL SKOR
= 16
NILAI
Kriteria
Pemilihan
Menempel Keserasian
No Bahan
Nama KET
. S
K C B SB K C B SB K C B
B
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nilai Maksimal = 12
Keserasian 30%
Jumlah 100%
Kriteria Penskoran :
1 = tidak sesuai (0-25%)
2 = kurang sesuai (26-50%)
3 = cukup sesuai (56-75%)
4 = Sangat Sesuai (100%)
d. Penilaian Project
Contoh Penilaian Projek pada Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya Kelas
VI SD.
7
Petunjuk penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4.
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
e. Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu
didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Tujuan utama dari
penilaian diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar.
Meskipun demikian, hasil penilaian diri dapat digunakan guru sebagai bahan
pertimbangan untuk memberikan nilai. Peran penilaian diri menjadi penting
bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke siswa yang
didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Ada beberapa
jenis penilaian diri, diantaranya:
1) Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung, pada
saat atau setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek
kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
2) Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang dilakukan
dalam kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian secara
keseluruhan.
3) Penilaian Sosio-Afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau
emosional. Misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan
yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang.
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
6 Dst….
Petunjuk Penskoran :
Skor
X 4 = Skor akhir
Skor Tertinggi
6. Penilaian Sikap
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petunjuk penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4.
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Nama :………………………
Kelas/Semester : ………………………..
No Pernyataan 1 2 3 4
11 Dan seterusnya ….
JUMLAH : ….
Kriteria Penilaian :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang teknik non tes dalam evaluasi pembelajaran, guru
atau evaluator semestinya tidak hanya menggunakan teknik tes saja dalam
mengukur keberhasilan belajar siswa. Teknik non tes terbukti sebagai teknik
pengukuran atau pengumpulan data yang lebih detail dan komprehensif terhadap
hasil belajar. Sehingga data hasil pengukuran dapat digunakan oleh guru atau
evaluator untuk mengevaluasi pembelajaran secara komprehensif.
1. Pengamatan/Observasi
2. Penugasan
3. Wawancara
4. Angket/Kuisioner
5. Analisis Dokument
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak
referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Agsya, Feni Maisyaroh Maimunah, dan Yenita Roza. 2019. Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa MTs.
Riau:Pasundan Jurnal of Research in Mathematics Learning and
Education Vol 4 No. 2.31-44. (Di Akses 27 Oktober 2022).
Friska, Novita dan Umar Darwis. 2017. Pengembangan Instrumen Non Tes di
Kecamatan Medan Marelan. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial
Humaniora Vol. 2 No. 1. (153-157). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Hamid, Abd. Impelementasi Kompetensi Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Pada
Madrasah Aliyah Al-Balad Kamande. Jurnal penelitian hokum ekonomi
syariah dan sosial budaya Islam Vol. 1 No. 1. (28-42). (Di Akses 27
Oktober 2022)
Hapiz, Abd. 2020. Penggunaan Teknik Evaluasi Non Tes Pada Pembelajaran IPS
Kelas VI SDN 1 Pengkelak Mas. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 1 (1).(24-
31). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Indraswari, Retno. 2014. Penerapan Panduan PBL dan Kooperatif type STAD
Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Bahasa Arab. Journal Of
Arabic Learning and Teaching Vol. 3 NO. 4. (24-30). (Di Akses 27
Oktober 2022)
Irawati, Hani. Pengembangan Instrumen Tes dan Non Tes Dalam Rangka
Menyiapkan Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 di SMP/MTs
Muhammadiyah Se- Kabupaten Bantul, Jurnal Pemberdayaan Vol. 1(2).
(503-506). (Di Akses 27 Oktober 2022).
Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif Di
Sekolah. Jurnal Edukasi Vol. 2 No. 1. (30-43). (Di Akses 27 Oktober
2022)
Magdalena, dkk. 2020. Penilaian Otentik Dengan Teknik Non Tes di Sekolah
Dasar Rawa Kidang. Jurnal Edukasi dan Sains. Vol 2 (1). (202-216). (Di
Akses 27 Oktober 2022)
Magdalena, Ina dkk. 2021. Penggunaan Teknik evaluasi Non Tes Pada
Pembelajaran IPS Kelas VI Di SDN Selapajang Jaya 2. Jurnal Pendidikan
dan Sains vol. 3 (1). (113-123). (Di Akses 27 Oktober 2022).
Magdalena, Ina dkk. 2021.Penggunaan Evaluasi Non Tes dan Hambatannya
dalam Pembelajaran di SDS Sari Putra Jakarta Barat. Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Sosial Vol. 3 (1). (67-65). (Di Akses 27 Oktober 2022).
Rosida, Edwina Renaganis dan Tri Puji Astuti. 2015. Perbedaan Penerimaan
Teman Sebaya Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.
Jurnal Empati Vol 4 (1). (77-81). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Yanti, Nita Risma, Bambang Suharto dan Syahmani. 2016. Impelementasi Model
PBL Berbantuan Tes Superitem Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains Vol. 7 (2). (147-155). (Di Akses 3 November 2022)
Yuliawati, Diana Dwi dkk. 2022. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
Didik Dengan Penilaian Tes dan Non Tes. Jurnal Pembelajaran Fisika
Vol. 11 (2). (65-68). (Di Akses 27 Oktober 2022)
Zainal. Nur Fitriani. 2020. Pengukuran, Assessement dan Evaluasi dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3(1). (8-
26). (Di Akses 27 Oktober 2022)