Anda di halaman 1dari 15

Permukiman Formal

dan Informal
Dano Quinta Revana ST. MT.
• Menurut Turner (1976) dalam bukunya Housing By
People, jenis permukiman berdasarkan sifatnya
• Permukiman Formal adalah permukiman yang dibangun
oleh sektor formal mengacu pada pembangunan perumahan
yang dibangun berdasarkan beberapa peraturan
pembangunan melalui prosedur legal dan aturan yang
jelas sehingga terbentuk suatu pola teratur.
• Permukiman Informal adalah permukiman yang dibangun
oleh sektor informal mengacu pada pembangunan tanpa
melalui peraturan membangun dan tanpa melalui
prosedur legal.
• Permukiman informal tidak tersentuh otoritas kota, dan
merupakan akumulasi rumah yang dibangun baik oleh keluarga
maupun individu tanpa mengikuti suatu aturan dan perencanaan
formal yang diterbikan oleh suatu otoritas.
• Sistem produksi dan pengadaan Permukiman Formal dibagi
dua sistem pengadaan, yaitu:
1.perumahan yang diproduksi oleh pemerintah umumnya tidak ada
motivasi mencari keuntungan
2.perumahan yang diproduksi oleh perusahaan swasta/pengembang
swasta adalah penyedia perumahan dengan motivasi mencari
keuntungan.
• Karakteristik dari permukiman formal adalah terencana dan
teratur menurut standard formal.
• Sektor formal hanya mampu menyediakan 20% kebutuhan rumah
secara umum, sedangkan di negara-negara berkembang hanya
mampu memfasilitasi 10% saja kebutuhan perumahan.
• Sementara sektor informal lebih banyak berperan dalam
pengadaan perumahan dengan berbagai proses dan kompleksitas
penyediaaanya mampu menyediakan sekitar 90% perumahan
terutama di negara-negara berkembang.
• Permukiman Informal menurut Turner (1976) adalah
• permukiman yang dibangun tidak melalui mekanisme
formal, namun lebih atas dasar kemauan dan kemampuan
masyarakat dan lazimnya hanya bangunan rumah
sederhana.
• Aktor utama pembentukan permukiman informal ini adalah
individu, rumah tangga, atau masyarakat.
• Karakteristik permukiman adalah bersifat tradisional, tak
teratur, dan tanpa adanya campur tangan otoritas lain.
• Contoh permukiman informal di Indonesia misalnya kampung.
• Perumahan informal pada umumnya tidak terakses oleh
legalisasi lahan dan rumah, serta infrastruktur yang memadai
(air bersih, sanitasi).
• Permukiman tersebut tumbuh di kota dengan biaya ekonomi
yang mampu dijangkau oleh masyarakat miskin.
• Perumahan sektor formal direncanakan
• setelah itu sebagian infrastruktur dilayani sebelum
konstruksi.
• Kemudian penghuni dapat mulai menghuni tempatnya.
• Sebaliknya, di sektor informal,
• okupasi dilakukan terlebih dahulu, seringnya pada lahan
kosong, un-serviced land.
• Selanjutnya perumahan dibangun kemudian layanan dan
tindak lanjut perencanaan biasanya setelah jangka waktu,
berusaha untuk memperbaiki situasi secara retrospektif.
• Bentuk-bentuk permukiman yang ada di kota-kota tidak hanya
terdiri dari permukiman ‘formal’ yang dirancang dan direncanakan
oleh para perencana kota modern, akan tetapi juga terdapat tatanan-
tatanan permukiman yang dianggap ‘informal’, yang biasa disebut
“kampung”.
• Kampung adalah ciri kehidupan bermukim yang dapat dianggap
sebagai tatanan permukiman tradisional sebelum masuknya
perencanaan permukiman modern khususnya di Indonesia.
• Tipologi permukiman  akar dari pertumbuhan kota-kota di
Indonesia karena pada dasarnya kampung merupakan embrio
pertumbuhan suatu kota, sehingga penataan suatu kawasan kota perlu
memperhatikan eksistensi kampung ini sebagai titik tolak penataan
perkotaan.
• Kampung juga dapat menjadi sumber peradaban, kreativitas maupun
budaya di suatu kota karena kondisi dan keterbatasan yang ada.
• Kampung sebagai sebuah enclosed compound di dalam kota memliki
karakteristik tersendiri, yaitu dimana kehidupan sebuah desa (village)
masih terdapat di dalamnya, yang masih nampak pada sistem sosial
dan budaya yang mengikat di dalam sebuah perkampungan
(Nugroho, 2009a, 2009b).
• Menurut Amos Rapoport (1969) permukiman tradisional (informal) memiliki
wujud fisiknya yang sangat besar kaitannya dengan budaya, ciri-cirinya adalah:
• Di dalamnya terdapat hubungan/kaitan antara berbagai elemen dan juga sifat dan elemen-
elemen tersebut, termasuk antara lingkungan binaan dengan lingkungan alami.
• Mempunyai ciri dan karakteristik yang khas, umumnya mengandung budaya yang
spesifik.
• Tidak dirancang oleh seorang perancang. Perancangan merupakan suatu konsep yang
lebih luas yang merupakan perwujudan dan keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan
manusia, sebuah pilihan diantara berbagai alternatif yang memungkinkan.
• Terdapat sifat-sifat spesifik dan pilihan-pilihan tersebut yaitu didasarkan atas hukum
yang berlaku, merefleksikan budaya pada kelompoknya.
• Merupakan sistem pilihan dan gaya hidup, meliputi pilihan-pilihan bagaimana menentukan
material, waktu dan sumber-sumber simbolik.
• Bentang budaya misalnya permukiman adalah merupakan sebuah produk dan sistem
pilihan tersebut.
• Konservasi-preservasi dan bentang budaya yang merupakan suatu tingkatan dan kualitas
lingkungan. Konservasi dan prisip-prinsip dalam bentang budaya tradisional dapat
diterapkan dalam rancangan yang baru.
• Kualitas lingkungan, yang menyangkut persepsi (terkait dengan psikologi, sosio kultur)
dan standar (terkait dengan studi fisik dan lingkungan).
• Di dalam permukiman informal ini banyak istilah yang
digunakan, antara lain:
• low-income settlements,
• Spontaneous,
• Unplanned,
• Squatter, Slum,
• Popular settlement,
• Self-help housing etc.(Herrle, i 981).
• Pemahaman arti Slums and Squatter settlement pada prinsipnya adalah
sama yaitu tentang pemukiman masyarakat miskin, hanya saja
kata "Slums" lebih mengacu pada kondisi atau keadaan suatu
permukiman masyarakat miskin, sedangkan "Squatter settlement" lebih
mengacu pada legalitas permukiman masyarakat miskin. (UNCHS,
1982).
• Masyarakat yang tinggal pada permukiman informal
• masyarakat miskin yang sering dianggap menjadi penyebab keburukan kota
dan keadaan ini membuat masyarakat tersebut menjadi terpinggirkan oleh
kehidupan masyarakat kota.
• hasil karya arsitektur yang diciptakan oleh masyarakat miskin di permukiman
informal secara spontan sering kali dikenal sebagai hasil karya arsitektur
terpinggirkan atau marginalized architecture.
• Slums
• adalah sebuah area “terlupakan” dari sebuah wilayah perkotaan, dimana
kondisi perumahan dan standar kehidupan berada dalam tingkat terendah.
• Penggunaan istilah Slums mulai dari permukiman padat populasi di pusat kota
yang mulai mengalami degradasi sampai menyebut permukiman informal,
permukiman spontan yang tidak memiliki legalitas

Slum dan Squatter


• Hernando de Soto (1991) pakar yang mengkaji perumahan di Meksiko
menyebutkan “Spontaneous settlement” pada permukiman informal di
Meksiko.
• Menurut nya, permukiman informal
• menjalani proses yang semula dari menduduki tanah secara gradual
(bertahap) oleh rumah tangga yang datang satu persatu, ataupun
secara serempak oleh kelompok besar,
• kemudian membangun rumah dan pada akhirnya berharap
mendapatkan hak milik atas tanah dan bangunan.
• Kondisi ini terbalik bila dilihat dari prosedur permukiman formal
yang mulai dari hak atas tanah, meminta izin dan kemudian
membangun rumahnya.

Spontaneous Settlement
• Popular settlement ialah
• Permukiman informal dilihat secara garis besar melingkupi
kesatuan lingkungan permukiman terdiri dari pola rumah, tipe
hunian dan tanah.
• Pengertian ini mengacu pada keseluruhan tempat tinggal (tempat
berlindung, fasilitas sosial dan infrastruktur) dilihat dari keunikan
masyarakat yang dilatar belakangi oleh keunikan setting lokasi.
• Banyak nama digunakan untuk popular settlement antara
lain: Villas miserias (Argentina); Favelas, Alagados (Brazil);
Callampas (Chile); Barriadas, Barrios piratas, Tugorios
(Colombia).

Popular Settlement
• Self-help housing
• ialah pengertian umum yang digunakan dalam sektor
perumahan di dunia sebagai konsep yang merujuk pada
kemampuan masyarakat miskin untuk bertahan/berlindung
bagi diri dan keluarganya.
• Self-help housing merupakan perumahan bagi individu atau
kelompok rumah tangga menyediakan perumahan tanpa
akses maupun tanpa adanya kontrol dari industri
perumahan, tanpa dukungan finansial, ataupun tanpa
campur tangan administasi dari pemerintah untuk membuat
legalitas perumahan.

Self-Help Housing
• John Turner (1992), pakar yang mengkaji perumahan di Amerika
Latin menamakan “barriadas” pada permukiman informal di Lima,
Peru sebagai permukiman otonom (autonomous housing) karena
terbangun oleh individu atau keluarga tanpa campur tangan dari
otoritas kota atau otoritas lainnya.
• Ada banyak sebutan lain dari informal settlement selain pemukiman
informal, dan sebutan tersebut dipergunakan oleh para ahli untuk
menjelaskan sikap dan pendekatan terhadap perkembangan
permukiman masyarakat miskin.
• Gagasan J.F.C. Turner (1976) dalam bukunya Housing by
People mengakui bahwa rakyat sebenarnya mampu mengadakan
perumahannya sendiri dengan baik sesuai ukuran dari pemilik-
pemakainya.

Autonomous Housing
(Housing by People)
• Perumahan swadaya (Low-income settlement) istilah yang digunakan oleh
pemerintah sebagai sebutan perumahan informal untuk masyarakat
berpendapatan rendah.
• Pembangunan perumahan secara swadaya umumnya dilakukan oleh
masyarakat berpendapatan rendah, tanpa melalui prosedur pembangunan
yang formal.
• Pengadaan hunian secara swadaya merupakan aset pengadaan rumah yang
besar di Indonesia maupun di berbagai wilayah di Asia pada umumnya.
• Perumahan swadaya sekarang ini dilakukan oleh berbagai kalangan
masyarakat dengan cara yang legal formal, tidak hanya di negara
berkembang, tetapi juga di negara maju.

Perumahan Swadaya (Low-


income Housing)
• Kampung kota (Urban Kampung) istilah untuk permukiman informal di Indonesia.
• Pengertian Kampung kota
• adalah suatu permukiman ilegal dibangun secara tidak formal (mengikuti ketentuan-ketentuan
kota yang bersangkutan), memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, serta kurangnya sarana dan
prasarana, sehingga kesehatan menjadi masalah utama.
• Dari berbagai pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa permukiman kampung kota adalah
• istilah untuk permukiman rakyat yang berupa kantung-kantung perumahan yang padat di kota-kota besar di
Indonesia (Raharjo, 2010).
• Tetapi pengertian yang lebih tepat menurut Wiryomartono (1995) suatu permukiman yang tumbuh di
kawasan urban tanpa perencanaan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota.
• Kampung kota mulanya terbentuk sebagai kampung pribumi di kota-kota pada masa kolonian.
• Menurut Wiryomartono (1995), Permukiman Informal ini (kampung kota) di Indonesia di pengaruhi
oleh kebudayaan dan tatacara kehidupan yang dibawa kaum kolonial berpengaruh pula terhadap
perkembangan kota-kota di Indonesia.
• Pola dan karakter kolonial dicerminkan dari adanya bagian kota yang disebut daerah “Elite” dan
bagian kota yang merupakan permukiman padat dinamakan “Kampung”.

Urban Kampung
(Kampung Kota)

Anda mungkin juga menyukai