Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MELITUS PADA LANSIA


DI UPTD WEDHA JAMBANGAN SURABAYA

Oleh:
Kelompok Blok B

1. Rulian Maya Vernanda (2230093) 8. Permiati Desi Natalia Taking (2230086)

2. Dwi Nyono (2230034) 9. Ayu Tri Yuliantri (2230019)


3. Indah Nur Triwijayanti (2230053) 10. Siti Rachmawati (2230105)
4. Widya Ageng Sholeha (2230122) 11. Adita Ramadhany (2230003)
5. Tiyas Asri Abdillah (2230112) 12. Maria Allen A. (2230059)
6. Aisyah Wulan Rachmawati (2230006) 13. Arju Rohmata (2230015)
7. Ulfa Trianingsih (2230113) 14. Nadhifatul Zamma (2230071)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TA. 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun oleh : Gerbong I – Kelompok Blok B


Judul : Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Melitus Pada Lansia di UPTD Wedha
Jambangan

Telah disetujui untuk dilaksanakan Penyuluhan Kesehatan di UPTD Wedha Jambangan


Surabaya pada hari Senin, 10 Oktober 2022

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan


UPTD Wedha Jambangan

Lela Nurlela, S.Kep., M.Kes Ajeng Nawang Wulan, S.Kep.,Ns


NIP. 03021

Kepala UPTD Wedha Jambangan

Didik Dwi Winarno, S.Kep.,Ns.,M.KKK


NIP. 198707122010011008
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

Pokok Pembahasan : Penyuluhan tentang Diabetes Melitus


Sasaran : Pasien Lansia
Hari/tanggal : Senin, 10 Oktober 2022
Tempat : Ruang makan UPTD Wedha Jambangan Surabaya
Pukul : 09:00 WIB
Penyaji : Kelompok Blok B

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit tentang diabetes melitus
diharapkan lansia mampu memahani tentang penyakit diabetes melitus pada lansia.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan lansia mampu :
a. Mengetahui tentang penyakit diabetes melitus
b. Mengetahui klasifikasi diabetes melitus
c. Mengetahui etiologi diabetes melitus
d. Mengetahui manifestasi klinis diabetes melitus
e. Mengetahui komplikasi diabetes melitus
f. Mengetahui penatalaksanaan non farmakologis (senam kaki diabetes) pada lansia

3. Materi (terlampir)
a. Pengertian diabetes melitus
b. Klasifikasi diabetes melitus
c. Etiologi diabetes melitus
d. Manifestasi klinis diabetes melitus
e. Komplikasi diabetes melitus
f. Penatalaksanaan non farmakologis (senam kaki diabetes) pada lansia

4. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab

5. Media
Leaflet
6. Instrumen
Google form berisikan kuesioner pre dan post (terlampir)

7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1 Pembukaa 1. Memberi salam dan 1. Menjawab salam
n memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
(3 menit) 2. Menjelaskan tujuan memperhatikan
3. Kontrak waktu 3. Memberi respon

2 Kegiatan 1. Menjelaskan tentang penyakit diabetes Mendengarkan dan


Inti melitus memperhatikan
(15 menit) 2. Menjelaskan tentang klasifikasi penjelasan penyuluh
diabetes melitus
3. Menjelaskan tentang etiologi diabetes
melitus
4. Menjelaskan tentang manifestasi klinis
diabetes melitus
5. Menjelaskan tentang komplikasi
diabetes melitus
6. Menjelaskan tentang penatalaksanaan
non farmakologis (senam kaki
diabetes) pada lansia
7. Mengaplikasikan cara senam kaki
diabetes

3 Penutup 1. Tanya jawab 1. Menanyakan hal


(12 menit) 2. Menyimpulkan hasil penyuluhan yang belum jelas
3. Memberi salam penutup 2. Aktif bersama
menyimpulkan
3. Membalas salam
8. Pengorganisasian

Keterangan :

: Penyaji : Lansia

: Moderator : Observer

: Fasilitator

9. Uraian Tugas
Penyaji Materi : Arju Rohmata dan Permiati Desi Natalia Taking
Moderator : Widya Ageng S. dan Maria Allen A
Fasilitator : Ulfa Trianingsih, Aisyah Wulan, Tiyas Asri, Indah Nur, Adita
Ramadhany
Observer : Ayu Tri, Nadhifatul Zamma, Dwi Nyono, Rulian Rahma

10. Evaluasi
a. Hasil
Dapat secara subyektif (lisan) menyebutkan :
1) Mengetahui tentang diabetes melitus
2) Mengetahui tentang klasifikasi diabetes melitus
3) Mengetahui tentang etiologi diabetes melitus
4) Mengetahui manifestasi klinis diabetes melitus
5) Mengetahui komplikasi diabetes melitus
6) Mengetahui tentang penatalaksanaan non farmakologi (senam kaki diabetes) pada
lansia
7) Mengetahui cara mengaplikasikan senam kaki diabetes

b. Observasi
Respon atau tingkah laku lansia saat diberi pertanyaan atau selama proses penyuluhan
berlangsung : apakah diam atau menjawab
1) Lansia antusias atau tidak
2) Lansia mengajukan pertanyaan atau tidak
3) Lansia dapat atau memahami cara senam kaki diabetes
MATERI
DIABETES MELITUS

1. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari
diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa
sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata
(dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2014).

2. Klasifikasi Diabetes melitus


A. Klasifikasi Klinis
1) DM
- Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
- Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
 Tipe II dengan obesitas
 Tipe II tanpa obesitas
2) Gangguan toleransi glukosa
3) Diabetes kehamilan
B. Klasifikasi Resiko Statistik
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa

3. Etiologi
A. DM Tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas
yang disebabkan oleh :
- Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu presdiposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes ti/dl pe I
- Faktor imunologi (autoimun)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan ekstrusi sel beta
B. DM Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan
keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu : (Sudoyo, Ayu,dkk, 2009)
- <140 mg/dl : normal
- 140 – 200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu
- 200 mg/dl : diabetes

4. Manifestasi Klinis (Perkeni, 2015)


Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin.
a. Kadar glukosa puasa tidak normal
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis omotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).
c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
d. Lelah dan mengantuk
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas
vulva.
Kriteria diagnosis DM : (Sudoyo, Ayu,dkk, 2009)
a. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu.
b. Gejala klasik DM + glukosa plasma 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
c.Glukosa plasma 2 jam pada TTOG 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
TTOG dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.
5. Komplikasi DM
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik sehingga gula
darah selalu tinggi adalah :
a. Penyakit jantung dan stroke. Penderita diabetes memiliki risiko lima kali lebih tinggi
untuk terkena penyakit jantung atau stroke.
b. Menyebabkan kerusakan neuropati (saraf). Kadar gula darah yang berlebihan dapat
merusak saraf.
c. Menyebabkan kerusakan pada organ kaki. Terhambatnya aliran darah pada kaki
penderita diabetes bisa meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya
terlambat disadari.
d. Menyebabkan kerusakan retina. Masalah pada pembuluh darah di retina dapat
mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan.
e. Menyebabkan kerusakan ginjal menyebabkan disfungsi seksual. Kerusakan
pembuluh darah halus serta saraf pada pria (terutama perokok) dapat mengakibatkan
disfungsi ereksi.

6. Penatalaksanaan Non Farmakologi Bagi Lansia (Pratiwi, 2018)


a) Diet
- Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
- Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti : sayuran
dan sereal
- Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak
kolersterol, anatar lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus
salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainnya
b) Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah
c) Pertahankan BB yang ideal dan pemantauan gula darah
d) Melakukan perawatan luka
e) Lakukan olahraga secara rutin (senam kaki diabetes)
7. Senam kaki
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil
kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas) (Kemenkes, 2018).
Latihan senam kaki diabetes dapat dilakukan setiap hari secara teratur dimana saja dan
kapan saja. bisa sambil bersanati bersama keluarga maupun menonton televisi. Ketika
kaki terasa dingin, lakukan senam kaki diabetes.

8. Langkah-langkah senam kaki


a. Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan tidur
b. Senam kaki dapat dilakukan dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki
misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan
kaki
c. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar
atau kedalam. Selain itu gerakan mencengkram dan meluruskan jari-jari kaki juga
menjadi bagian dari senam kaki diabetes.
DAFTAR PUSTAKA

Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 di


ndonesia. Jakarta: PB Perkeni.
Pratiwi. (2018). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudoyo Aru, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1,2,3, Edisi Ke Empat.
Jakarta: Internal Publishing.
Yuliana, E., Andradjati R., dkk. (2009). ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI.
WHO. (2014). Commission on Ending Diabetes Mellitus.Geneva, World Health
Organization,Departement of Noncommunicable disease surveillance. World Health
Organization.
LAMPIRAN

A. Gambar Langkah Senam Kaki


B. Leaflet
C. Google form
https://forms.gle/CmHMHRx9HcU77Q9z7

Anda mungkin juga menyukai