Anda di halaman 1dari 52

‫‪1‬‬ ‫‪Khutbah Idul Adha Tadabbur Makna Kurban‬‬

‫هللا أكبر‪ /‬هللا أكبر‪ /‬هللا أكبر‪ /‬هللا أكبر‪ /‬هللا أكبر‪ /‬هللا‬
‫‪.‬أكبر‪ /‬هللا أكبر‪ /‬هللا أكبر‪ /‬هللا أكبر‬
‫إن الحمد هلل‪ ،‬نحمده ونستعينه‪ ،‬ونستغفره ونتوب إليه‪،‬‬ ‫َّ‬
‫ونعوذ باهلل من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا‪ ،‬من يهده‬
‫أن ال‬‫هللا فال مضل له‪ ،‬ومن يضلل فال هادي له‪ ،‬وأشهد ْ‬
‫إله إال هللا وحده ال شريك له وال مثيل له وال نِ َّد له‪،‬‬
‫أن محمداً عبده ورسوله وصفيّه وخليله‪ ،‬أرسله‬ ‫وأشه ُد َّ‬
‫هللا بشيراً ونذيراً وداعيا ً إلى هللا بإذنه وسراجا ً وهّاجا ً‬
‫وقمراً منيراً‪ .‬بلغ الرسالة وأدى األمانة ونصح لألمة‬
‫‪.‬وجاهد في هللا حق جهاده‬
‫اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه أمهات‬
‫المؤمنين وأصحابه األخيار رضوان هللا عليهم ومن دعا‬
‫بدعوته وسلك سلوكه واتبع سنته إلى يوم الدين ‪.‬أما بعد‬
‫فيا عباد هللا‪ ،‬أوصي نفسي وإيّاكم بتقوى هللا العظيم‪،‬‬
‫وأحثّكم على طاعة هللا الكريم‬
‫‪Hadirin Sidang Idul Adha rahimakumullah‬‬

‫‪Hari ini kita merayakan hari besar umat Islam yang disebut dengan “Idul‬‬
‫‪Adha”, disebut demikian karena pada perayaan ini umat Islam‬‬
‫‪menyembelih hewan untuk kemudian dibagi kepada masyarkat. Hewan‬‬
ini disembelih dengan tujuan pendekatan diri kepada Allah SWT; itulah
kenapa hari ini juga kita sebut Hari Raya Qurban. Kata qurban dalam
bahasa Arab berasal dari kata qaruba (qaf, ra’, dan ba’) yang berarti
dekat. Penambahan an pada akhir kata memberik makna lebih dekat,
sangat dekat. Di sinilah indahnya, pemilihan kata qurban untuk hewan
yang kita sembelih, supaya mempunyai makan sembelihan yang
diniatkan untuk kedekatan kita kepada Allah. Maka tidak berlebihan,
kalau hari ini kita sebut adalah perayaan kedekatan kita kepada Allah
SWT.

Pertanyaan yang perlu selalu kita renung kemudian adalah apakah pada
hari ini kita termasuk orang yang merayakan kedekatan kita dengan
Allah? Apakah kita termasuk orang yang sangat dekat dengan Allah?
Apakah dengan mengorbankan sapi atau kambing hari ini kita sudah
tergolong dekat dengan Allah? Apakah ketidak mampuan kita berkurban
merusak kedekatan kita dengan Allah?

Untuk menjawab ini marilah kita renung makna qurban dalam Al-Quran
surat al-Ma’idah ayat 27

‫ق اِ ْذ قَ َّربَا قُرْ بَانًا فَتُقُبِّ َل ِم ْن‬ ِّ ۘ ‫َوا ْت ُل َعلَ ْي ِه ْم نَبَا َ ا ْبنَ ْي ٰا َد َم بِ ْال َح‬
َ َّ‫اَ َح ِد ِه َما َولَ ْم يُتَقَبَّلْ ِم َن ااْل ٰ َخ ۗ ِر قَا َل اَل َ ْقتُلَن‬
‫ك ۗ قَا َل اِنَّ َما يَتَقَبَّ ُل‬
‫هّٰللا ُ ِم َن ْال ُمتَّقِي َْن‬
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan
Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil)
dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): “Aku pasti
membunuhmu!”. berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang
Ibnu Jarir dalam tafsir Ibn Katsir menjelaskan bahwa Habil
mengorbankan kambing yang terbaik yang dia punya, sedangkan Qabil
mengorbankan hasil tananamnya yang jelek yang dia sendiri tidak mau.

Dari kisah ini, Hari Raya Qurban mengajarkan kita bahwa hanya yang
terbaik yang diterima oleh Allah SWT. Dalam surat Ali Imran ayat 92
Allah menegaskan

‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َح ٰتّى تُ ْنفِقُ ْوا ِم َّما تُ ِحب ُّْو َن ۗ َو َما تُ ْنفِقُ ْوا ِم ْن َش ْي ٍء‬
‫فَاِ َّن هّٰللا َ بِ ٖه َعلِ ْي ٌم‬
92. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Allahu Akbar x5

Sidang solat idul quban rahimakumullah,

Memberikan yang baik dan memperbaiki apa yang diberikan dalam


bahasa Arab disebut dengan Ahsana – yuhsinu, perbuatannya disebut
dengna ihsan; sedangkan orang yang melakukannya disebut dengan
muhsin, jika banyak banya menjadi muhsinun.

Melakukan perbuatan ihsan mengharuskan kita memberikan lebih dari


apa yang biasa dilakukan. Ihsan lebih tinggi dari berbuat adil, karena adil
adalah memberi kewajiban kita, dan mengambil apa yang menjadi hak
kita, namun ihsan adalah memberi lebih dari kewajiban kita, dan
mengambil lebih sedikit dari jatah kita.

Perbuatan yang seperti ini tidak mungkin dilakukan kecuali kita dekat
dengan Allah dan kedekatan ini menjadikan kita selalu merasa melihat
Allah atau dilihat Allah. Maka Rasulullah ketika ditanya oleh malaikat
Jibril apa itu ihsan? Rasulullah saw menjawab “‫أن تعبد هللا كأنك‬
‫راك‬ŸŸ‫ه ي‬ŸŸ‫راه فإن‬ŸŸ‫إن لم تكن ت‬ŸŸ‫راه ف‬ŸŸ‫ ”ت‬kamu menyembah Allah
seakan kamu melihatnya, dan jika kamu belum melihatnya, maka kamu
merasa selalu dilihat oleh Allah.

Dengan ini kata Qurban yang berarti kedekatan dengan Ihsan sebuah
perbuatan yang selalu terbaik menjadi dua kata yang saling terikat. Hal
ini karena hanya orang yang dekat dengan Allah yang akan memberi
yang terbaik; dan orang yang dekat dengan Allah akan selalu merasa
melihat Allah atau dilihat oleh Allah. Maka bagi mereka, bagaimana
mungkin seorang hamba berani memberi yang jelek padahal dia dekat
atau merasa dekat dengan Allah. Bagi mereka tidak masuk akal sehat,
seseorang yang tidak malu memberi yang jelek padahal Allah yang
Maha Melihat baik yang nampak maupun yang ada di hatinya.

Orang-orang seperti adalah golongan yang dicintai oleh, bahkan


merupakan golongan yang paling banyak Allah sebut kecintaanNya
kepada mereka. Allah sebutkan cintaNya kepada mereka sebanyak 5 kali
dalam Al-Quran “‫”إن هللا يحب المحسنين‬.

Allahu Akbar 3x

Sidang solat id rahimakumullah,

Keimanan pada tingkat ihsan ini akan mengantarkan kita kepada


kepasrahan total kepada Allah SWT. Keadaan ini dicontohkan dengan
kisah Nabi Ibrahim dan keluarga yang kemudian menjadi Syariat Haji
dan kurban bagi kita umat Muhammad saat ini. Kisah keimanan dan
kepasrahan total kepada Allah dimulai ketika Nabi Ibrahim bersama
sayyidah Hajar diperintahkan pergi ke Mekkah sebuah tempat yang
gersang tidak ada apapun. Tatkalah Ismail kemudian menangis
kehausan, sayyidah Hajar berlari kecil dari bukit shafa dan Marwah
sebagai bentuk ikhtiyar terbaik yang mungkin dilakukan. Peristiwa ini
kemudian diabadikan dalam bentuk ritual ibadah sa’i dalam haji.
Puncaknya adalah tatkalah Nabi Ibrahim diuji untuk menyembelih putra
yang paling disayanginya, syetanpun mengganggu Nabi Ibrahim; Nabi
Ibrahim kemudian melempar dengan batu; pelemparan ini kemudian kita
kenal dengan lempar jumrah; akhirnya; ujian keimanan dan kepasrahan
ini diganti dengan seekor kambing besar oleh Allah, dan ibadah ini
sekarang kita rayakan dengan sebutan hari raya idul adha atau hari raya
qurban.

Dari kisah ini, perayaan Qurban hari ini mempunyai makna sebagai pesta
bagi orang-orang yang percaya sepenuhnya kepada Allah sehingga dia
pasrah total dengan mengorbankan yang terbaik yang Allah berikan
kepadanya. Hari ini dan tiga hari tasyriq kemudian, mereka
megumandangkan dengan segenap suka cita bahwa Allah yang Maha
Besar, tiada tuhan selain Allah dan segala puji hanya bagiNya.

Allahu Akbar 3x, la ilaha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar,


walillahi al-hamd

Hadirin rahimakumullah

Kisah Habil dan Qabil dan Kisah Nabiyullah Ibrahim beserta


keluarganya hari ini kita rayakan sebagai pengingat bagi kita semua.
Bukankah kita dalam setiap waktu kita selalu dihadapkan dengan kisah
tersebut. Maka hari ini kisah ini mengajak kita bertanya kepada diri kita,
apakah kita sudah memberi yang terbaik kepada Allah sebagai tanda
bahwa kita dekat dengan Allah? Sudahkan kita mampu melempar
bisikan syetan yang menyerukan “bukankah engkau harus membeli
motor baru” “eman-eman no harta yang didapat dengan susah payah”
“kok enak men kita beri ke orang lain” dst. Maka betapa sering kita
kemudian kalah dengan menjadi Habil yang memberikan pemberian
yang kita sendiri tidak memerlukan, betapa sering kemudian kita gagal
mencontoh kepasrahan Nabiyullah Ibrahim dan keluarganya.
Padahal, bukankah harta, tenaga, dan umur adalah pemberian dari Allah
sehingga semuanya hanya titipan yang akan kita pertanggung jawabkan.
Lalu apa alasan yang masuk akal, ketika kita enggan memberikan
sebagian dari harta kita, tenaga dan umur untuk orang lain sebagai
bentuk kepasrahan kita kepada Allah.

Padahal, bukankah Allah selalu mengganti apa yang kita berikan dengan
ganti yang lebih baik. Pengorbanan sayyidah Hajar dengan ikhtiyarnya
berlari kecil antara sofa dan marwah atau ganti dengan air zamzam yang
sampai saat ini dapat dinikmati oleh orang-orang yang berhaji.
Pengorbanan Nabi Ibrahim diganti dengan hewan sembelihan yang
terbaik. Lalu alasan apa yang dapat diterima akal sehat, ketika kita masih
berat memberikan sebagian rizki yang Allah berikan kepada kita.

Padahal, dalam surat Al-Munafiqun Allah menjelaskan sekian tanda-


tanda kemunafikan, dan salah satu tanda yang disebutkan dalam surat ini
adalah keenggenan untuk menafkahkan sebagian dari rizki yang Allah
berikan kepadanya sampai akhirnya tiba ajalnya dan berharap
mendapatkan waktu hidupnnya diperpanjang. Pada ayat 10 Allah
berfirman:

10. dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara
kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang
yang saleh?”

Lalu alasan apalagi yang dapat diterima akal sehat, tatkalah kita masih
berani menunda untuk tidak memberi sebagian rizki yang Allah berikan
kepada kita padahal kita tidak pernah tahu kapan akhir dari kehidupan
kita.

Padahal, bukankah amanat kehidupan ini Allah berikan untuk menguji


siapa diantara kita yang lebih baik amalnya. Lalu, alasan apa yang dapat
diterima akal sehat, ketika kita tidak mau memberikan amalan terbaik
untuk Allah yang akan mematikan dan menghidupkan kita setelah mati
kita.

Allahu Akbar 5x

Hadirin jama’ah Shalat Idu Adha rahimakumullah

Kata qurban yang mana pengertiannya adalah penyerahan sesuatu yang


terbaik untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah, dipakai oleh para
pendahulu kita, para ulama yang mendahului kita sebagai kata dasar
untuk kata pengorbanan, berkorban dst. Dengan ini, para ulama
Nusantara seakan ingin menyampaikan pesan kepada kita semua, bahwa
segala sesuatu yang kita berikan baik pikiran, tenaga, waktu, perasaan,
dan harta masuk dalam kategori pengorbanan, jika ditujukan untuk
mendekat kepada Allah SWT. Pada kata berkurban dan pengorbanan ini,
kita diajarkan untuk selalu memberi sumbang sih terbaik kepada bangsa,
negara, agama, masyarakat, umat, keluarga, teman, bahkan diri kita
sendiri, karena hal ini merupakan konsekuensi kita dekat dengan Allah,
konsekuensi kita selalu dilihat Allah, dan konsekuensi kita sebagai
hamba Allah yang diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi Allah
ini.

Maka, jika jiwa qurban ini dipahami dengan betul, dan kemudian
menjadi mentalitas bangsa Indonesia, maka Indonesia akan sejahtera dan
mensejahterakan. Jika pemimpin negeri ini, eksekutif, legislatif,
pengusaha, dan rakyatnya hanya berfikir apa yang bisa saya beri, maka
tidak akan ada defisit anggaran negara, maka tidak ada negara harus
pontang panting hutang sana dan hutang sini. Namun sayagnya,
mentalitas kita saat ini adalah bukan saya bisa berkorban apa, bukan saya
bisa memberi yang terbaik apa; namun yang terjadi adalah apa yang bisa
saya ambil, sebanyak apa yang bisa ambil. Karena ini, maka jika menjadi
pemimpin yang dipikir proyek apa yang bisa saya ambil, birokrasi
pemerintahan juga berpikir saya dapat apa dari proyek ini, pengusahapun
berpikir saya bisa ngakali apa supaya tidak perlu bayar pajak, rakyatpun
berpikir bisa mengambil apa dari negeri ini. Jika mentalnya adalah apa
yang bisa saya ambil, maka selamanya negara ini tidak dapat keluar dari
kekuarangan kekuangan, keluar dari himpitan hutang.

Mari, dengan momentum hari raya qurban ini, kita semua berfikir give,
give, give and give atau beri, beri, beri, dan beri dan pasrahkan
balasannya kepada Allah SWT; sebagaiman Qabil, Nabi Ibrahim, Nabi
Ismail, dan sayyidah Hajar pada kisah di atas, maka kita akan menjadi
orang paling kaya, paling bahagia, tidak ada keluh kesah dalam
kehidupan.

‫اف َمقَا َم ربِّ ِه‬ َ ‫ َواَ َّما َم ْن َخ‬.‫َّجي ِْم‬ ِ ‫ان الر‬ ِ َ‫اَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّش ْيط‬
ُ‫ َج َعلَنَا هللا‬.‫س َع ِن ْالَه َوى فَاِ َّن ْال َجنَّةَ ِه َي ْال َمْأ َوى‬ َ ‫ونَهَ َي النَّ ْف‬
‫َواِيَّا ُك ْم ِم َن عباده المتقين َواَ ْد َخلَنَا َواِيَّا ُك ْم فِى ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه‬
‫ي‬ َّ ‫الصَّالِ ِحي َْن َواَقُ ْو ُل قَ ْولِى هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر لِى َولَ ُك ْم َولِ َوالِ َد‬
‫ت فَا ْستَ ْغفِروهُ اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر‬ ِ ‫َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما‬
‫َّح ْي ُم‬
ِ ‫الر‬

Khutbah kedua

‫ هللا‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫ هللا أكبر‬/‫هللا أكبر‬
‫ هللا أكبر‬/‫أكبر‬.
‫ مالك يوم‬،‫ الرحمن الرحيم‬،‫الحمد هلل رب العالمين‬
‫ وعلى‬،‫ والصالة والسالم على سيدنا محمد األمين‬،‫الدين‬
‫أن ال إله إال هللا‬ ْ ‫ وأشهد‬.‫ءاله وصحبه الطيبين الطاهرين‬
‫أن سيدنا محمداً عب ُده‬ َّ ‫ وأشهد‬.‫وح َده ال شريك له‬
ّ‫ صلى هللا عليه وعلى كل‬،‫ وصفيُّه وخليلُه‬،‫ورسولُه‬
‫ اتقوا هللاَ في ال ّس ّر‬،‫ أما بع ُد فيا عبا َد هللا‬.‫رسول أرسلَه‬
ٍ
‫والعلَن‬.
Sidang salat idul Adha rahimakumullah,

Perayaan qurban hari ini, sejatinya adalah perayaan kedekatan diri kita
kepada Allah SWT; kedekatan ini diukur dengan seberapa besar
kesungguhan kita menghadirkan pemberian terbaik pada aspek
kehidupan kita; baik ibadah mahdhah kepada Allah seperti Sholat, puasa
atau ibadah yang mempunyai dimensi kemanusian seperti zakat,
shadaqah, qurban, dsb bahkan ibadah dalam menjalankan aktifitas
kekhalifahan di muka bumi seperti berdagang, bertani, mengajar dsb.;
dalam sholat bahkan dalam sunnah penyembelihan hewan kurban kita
menyebutkan

‫إن صالتي ونسكي ومحياي ومماتي هلل رب العالمين‬


Akhirnya, jika kita sudah dekat dengan Allah maka apalagi yang kita
perlukan dalam kehidupan. Bukankah Allah yang memberi rizki kepada
kita dan berjanji akan melipat gandakan pemberian yang kita berikan
bahkan dari jalan yang tidak disangka-sangka. Lebih dari itu, bukan
hanya rizki di bumi yang Allah berikan, rizki langitpun dibukakan untuk
kita. Maha Besar Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


‫‪Akhirnya marilah kita berdoa untuk saudara-saudara kita yang sedang‬‬
‫‪mengalami musibah di berbagai tempat. Musibah ini menguji kita semua‬‬
‫‪apakah kita tergerak dan bergerak untuk memberi yang terbaik untuk‬‬
‫‪saudara-saudara kita yang ada di sana. Semoga Allah memberikan‬‬
‫‪kesabaran dan ketabahan kepada saudara-saudara kita yang sedang‬‬
‫‪dalam musibah dan semoga kita termasuk orang-orang yang mampu‬‬
‫‪memberikan bantuan terbaik untuk mereka:‬‬

‫ك‬
‫ك َو َرس ُْولِ َ‬‫ك ونَبِيِّ َ‬‫ار ْك َعلَى َع ْب ِد َ‬ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‬ ‫‪ُ .‬م َح َّم ٍد َ‬
‫ص َغارًا‬‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ ِد ْينَا َوارْ َح ْمهُ ْم َك َما َرب َّْونَا ِ‬
‫ظلَ ْمنَا َأ ْنفُ َسنَا َوِإ ْن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن‬ ‫َربَّنَا َ‬
‫‪.‬ال َخ ِ‬
‫اس ِري َْن‬ ‫ْ‬
‫ان َوالَ تَجْ َعلْ‬ ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َوِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذي َْن َسبَقُ ْونَا بِاِإل ْي َم ِ‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ‫ك َرُؤ ْو ٌ‬ ‫‪.‬فِ ْي قُلُ ْوبِنَا ِغالًّ لِلَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َربَّنـَا ِإنَّ َ‬
‫َّب ِإلَ ْيهَا ِم ْن قَ ْو ٍل‬ ‫ك َو ْال َجنَّةَ َو َما قَر َ‬ ‫ضا َ‬ ‫ك ِر َ‬ ‫اَللَّهُ َّم ِإنَّا نَ ْسَألُ َ‬
‫َّب ِإلَ ْيهَا ِم ْن‬ ‫ار َو َما قَر َ‬ ‫ك َوالنَّ ِ‬ ‫ك ِم ْن َس َخ ِط َ‬ ‫َو َع َم ٍل َونَع ُْو ُذ بِ َ‬
‫‪.‬قَ ْو ٍل َو َع َم ٍل‬
‫ك يَا َح ُّي يَا‬ ‫ك َو ُحس ِْن ِعبَا َدتِ َ‬ ‫ك َو ُش ْك ِر َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َأ ِعنَّا َعلَى ِذ ْك ِر َ‬
‫‪.‬قَي ّْو ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َواِإل ْك َر ِام‬
‫آجلِ ِه َما َعلِ ْمنَا ِم ْنهُ‬ ‫اجلِ ِه َو ِ‬ ‫ك ِم َن ْال َخي ِْر ُكلِّ ِه َع ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم ِإنَّا نَ ْسَألُ َ‬
‫آجلِ ِه َما‬ ‫اجلِ ِه َو ِ‬ ‫ك ِم َن ال َّشرِّ ُكلِّ ِه َع ِ‬ ‫َو َما لَ ْم نَ ْعلَ ْم َونَع ُْو ُذ بِ َ‬
‫‪َ .‬علِ ْمنَا ِم ْنهُ َو َما لَ ْم نَ ْعلَ ْم‬
‫ك‬ ‫ك َع ْن َمع ِ‬
‫ْصيَتِ َ‬ ‫ك َوبِطَا َعتِ َ‬ ‫ك َع ْن َح َرا ِم َ‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْكفِنَا بِ َحالَلِ َ‬
‫ك يَا َح ُّي يَا قَي ّْو ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل‬ ‫ك َع َّم ْن ِس َوا َ‬ ‫َوبِفَضْ لِ َ‬
‫‪َ .‬واِإل ْك َر ِام‬
‫اَللَّهُ َّم َأصْ لِحْ ُوالَةَ ُأ ُم ْو ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‪َ ،‬و َوفِّ ْقهُ ْم لِ ْل َع ْد ِل فِ ْي‬
‫صالِ ِح ِه ْم َو َحبِّ ْبهُ ْم ِإلَى‬ ‫اال ْعتِنَا ِء ِب َم َ‬ ‫ق بِ ِه ْم َو ِ‬ ‫َر َعايَاهُ ْم َوالرِّ ْف ِ‬
‫ب ال َّر ِعيَّةَ ِإلَ ْي ِه ْم‬ ‫‪.‬ال َّر ِعيَّ ِة َو َحبِّ ِ‬
‫ك‬‫ف ِد ْينِ َ‬ ‫ك ْال ُم ْستَقِي ِْم َو ْال َع َم ِل ِب َوظَاِئ ِ‬ ‫اط َ‬ ‫ص َر ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َوفِّ ْقهُ ْم لِ ِ‬
‫ك يَا َأرْ َح َم الر ِ‬
‫َّاح ِمي َْن‬ ‫‪.‬القَ ِوي ِْم َواجْ َع ْلهُ ْم هُ َداةً ُم ْهتَ ِدي َْن ِب َرحْ َمتِ َ‬ ‫ْ‬
‫ك فِي‬ ‫صرْ ِإ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِمي َْن ْال ُم َجا ِه ِدي َْن فِي َسبِ ْيلِ َ‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْن ُ‬
‫‪ُ .‬ك ِّل َم َك ٍ‬
‫ان‬
‫صرْ هُ ْم َعلَى‬ ‫ِّت َأ ْق َدا َمهُ ْم َوا ْن ُ‬ ‫ص ْبرًا َوثَب ْ‬ ‫اَللَّهُ َّم َأ ْف ِر ْغ َعلَ ْي ِه ْم َ‬
‫ك َو َع ُد ِّو ِه ْم‬ ‫َع ُد ِّو َ‬
‫ب ال َّسالَ َمةَ َعلَى‬ ‫ب ال َّشهَا َدةَ َعلَى َم ْوتَاهُ ْم َوا ْكتُ ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْكتُ ِ‬
‫‪َ.‬أحْ يَاِئ ِه ْم‬
‫اب‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ِ‬
‫‪.‬النَّ ِ‬
‫ار‬
‫ك َأ ْن َ‬
‫ت‬ ‫ت ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم َوتُبْ َعلَ ْينَا ِإنَّ َ‬
‫ك َأ ْن َ‬ ‫َربَّنَا تَقَبَّلْ ِمنَّا ِإنَّ َ‬
‫‪.‬التَّ َّوابُ الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬
‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‪.‬‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬ ‫َو َ‬
‫صفُ ْو َن‪َ .‬و َسالَ ٌم َعلَى‬ ‫ك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬ ‫ُس ْب َح َ‬
‫ان َربِّ َ‬
‫‪.‬ال ُمرْ َسلِي َْن‪َ .‬و ْال َح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬ ‫ْ‬
‫أعاده هللا تعالى علينا وعليكم وعلى المسلمين باليُمن‬
‫واإلسالم‪ ،‬وتقبل هللا منا ومنكم‬
‫ِ‬ ‫واإليمان‪ ،‬والسالم ِة‬
‫‪.‬صال َح األعمال‬
‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫‪2‬‬
‫‪Khutbah Idul Adha. Anak Shaleh, Jalan Surga Orangtua‬‬

‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم‪ُ Ÿ‬دهُ َونَ ْس‪Ÿ‬تَ ِع ْينُهُ َونَ ْس‪Ÿ‬تَ ْغفِ ُرهُ َونَ ُع‪ŸŸ‬و ُذ ِباهللِ ِم ْن‬
‫ض َّل لَهُ‬ ‫ت َأ ْع َمالِنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد ِه فَالَ ُم ِ‬ ‫ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا ِ‬
‫ي لَ‪Ÿ‬هُ‪َ .‬أ ْش‪Ÿ‬هَ ُد َأ ْن الَ ِإلَ‪Ÿ‬هَ ِإالَّ هللا َوَأ ْش‪Ÿ‬هَ ُد‬ ‫َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬
‫َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ‬
‫‪Ÿ‬وتُ َّن ِإالَّ‬‫ق تُقَاتِ‪ِ Ÿ‬ه َوالَ تَ ُم‪ْ Ÿ‬‬ ‫يَ‪ŸŸ‬ا َأيُّه‪Ÿ‬ا َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُ‪ŸŸ‬وا اتَّقُ‪Ÿ‬وا هللاَ َح‪َّ Ÿ‬‬
‫َوَأنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‪.‬‬
‫اح‪َ ŸŸŸ‬د ٍة‬‫س َو ِ‬ ‫‪ŸŸŸ‬وا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم ِّم ْن نَ ْف ٍ‬ ‫يَ‪ŸŸŸ‬ا َأيُّهَ‪ŸŸŸ‬ا النَّاسُ اتَّقُ ْ‬
‫ث ِم ْنهُ َم‪ŸŸ‬ا ِر َج‪ŸŸ‬االً َكثِ ْي ‪Ÿ‬رًا َونِ َس ‪Ÿ‬آ ًء‬ ‫ق ِم ْنهَ‪ŸŸ‬ا َز ْو َجهَ‪ŸŸ‬ا َوبَ َّ‬ ‫َو َخلَ ‪َ Ÿ‬‬
‫‪Ÿ‬ان َعلَ ْي ُك ْم‬‫َواتَّقُوا هللاَ الَّ ِذيْ تَ َسآ َءلُ ْو َن بِ ِه َواَْألرْ َح‪ŸŸ‬ا َم ِإ َّن هللاَ َك‪َ Ÿ‬‬
‫َرقِ ْيبًا‪.‬‬
‫ُص‪Ÿ‬لِحْ‬‫‪Ÿ‬والً َس‪ِ Ÿ‬د ْي ًدا‪ .‬ي ْ‬ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذي َْن َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْ‪Ÿ‬وا قَ ْ‬
‫لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُ ْوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللاَ َو َرس ُْولَهُ فَقَ ْد‬
‫فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‪َ .‬أ َّمابَ ْع ُد؛‬
‫ي ُم َح َّم ٍد‬ُ ‫ ْد‬Ÿَ‫ي ه‬ ِ ‫ ْد‬Ÿَ‫ َر اله‬Ÿ‫ َو َخ ْي‬،َ‫ابُ هللا‬ŸŸَ‫ث ِكت‬ ِ ‫ ِدي‬Ÿ‫ َر ْال َح‬Ÿ‫فَِإ َّن َخ ْي‬
‫ ٍة‬Ÿ َ‫ َّل ُمحْ َدث‬Ÿ‫ور ُمحْ َدثَاتُهَا َو ُك‬ ‫م‬
ُ ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َش َّر اُأل‬ َ
ِ
ِ َّ‫ضالَلَ ٍة فِي الن‬
‫ار‬ َ ‫ضالَلَةٌ َو ُك َّل‬ َ ‫بِ ْد َعةٌ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬
Allahu akbar, Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar
walillahilhamd

Kaum muslimin yang berbahagia!

Hari ini, kita kembali menjadi saksi betapa luasnya kasih-sayang


Allah Azza wa Jalla kepada kita semua. Pagi hari ini, kita kembali
merasakan betapa besarnya rahmat dan ampunanNya untuk kita semua.

Dosa demi dosa kita kerjakan nyaris sepanjang hari. Perintah demi
perintahNya hampir kita abaikan setiap saat. Tapi lihatlah, Allah Azza
wa Jalla yang Maha Pengasih itu tidak pernah bosan memberikan
kesempatan demi kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan kembali
padaNya. Allah Azza wa Jalla yang Maha Penyayang itu tidak pernah
menutup pintu ampunanNya yang luas.

Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar


walillahilhmad

Kaum muslimin yang berbahagia!

Hari Raya Idul Adha adalah kisah tentang sebuah keluarga mulia yang
diabadikan oleh Allah Azza wa Jalla untuk peradaban manusia. Itulah
kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam. Melalui kisah keluarga
Ibrahim ‘alaihissalam itu, Allah Ta’ala ingin menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya posisi keluarga dalam membangun sebuah peradaban
yang besar. Sebuah masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak hanya
di dunia, namun juga di akhirat.
Sebuah masyarakat tidak akan bisa menjadi bahagia dan sejahtera jika
masyarakat itu gagal dalam membangun keluarga-keluarga kecil yang
ada di dalamnya.

Dan jika kita berbicara tentang keluarga, maka itu artinya kita juga akan
berbicara tentang salah satu unsur terpenting keluarga yang bernama:
Anak. Dalam kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam, sang anak itu
“diperankan” oleh sosok Isma’il ‘alaihissalam.

Inilah sosok anak teladan sepanjang zaman yang kemudian diangkat


menjadi seorang nabi oleh Allah Azza wa Jalla. Bahkan yang luar
biasanya adalah melalui keturunan Isma’il ‘alaihissalam inilah kemudian
lahir sosok nabi dan rasul paling mulia sepanjang sejarah manusia
bahkan alam semesta, yaitu: Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam!

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil


hamd…

Kaum muslimin rahimakumullah!

Saya kira hampir semua dari kita mengikuti bagaimana anak-anak


remaja kita yang bergabung dalam geng-geng motor mulai berani
melakukan tindakan-tindakan anarkis yang tidak pernah diduga
sebelumnya.

Kita semua juga nyaris menyaksikan setiap hari di sudut-sudut jalan


raya, bagaimana anak-anak kita dieksploitasi dan diperalat menjadi anak
jalanan, mengemis dan meminta-minta sambil mengisap lem dari balik
bajunya yang lusuh dan kotor.

Saya kira kita juga tahu hasil-hasil survey mutakhir yang menunjukkan
bagaimana jumlah ABG yang hamil di luar nikah terus meningkat dalam
jumlah yang sangat memprihatinkan.
Dan itu semua barulah segelintir masalah dan problem anak-anak kita di
masa kini… Wallahul musta’an.

Allahu akbar Allahu akbar La ilaha illaLlah Allahu akbar


walillahilhamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Harus kita akui dengan jujur bahwa salah satu penyebab utama
terjadinya ini semua adalah orangtua itu sendiri. Tidak sedikit Orangtua
yang terjebak dalam dua sikap ekstrem yang saling bertolak belakang:
sikap yang memanjakan terlalu berlebihan dan sikap pengabaian yang
menelantarkan anak-anak.

Ada orangtua yang menganggap bahwa kasih sayang kepada anak harus
ditunjukkan dengan pemberian dan pemenuhan segala keinginannya.
Bahkan ada juga orangtua yang memanjakan anak dengan segala fasilitas
untuk mengangkat gengsinya sendiri sebagai orangtua!

Pada sisi yang lain, tidak sedikit orangtua yang tidak peduli dengan
anak-anaknya. Atau menunjukkan kepedulian dengan melakukan
kekerasan demi kekerasan kepada anak.

Karena itu, di hari yang penuh berkah ini, marilah kita berhenti sejenak,
membuka hati untuk sejenak belajar dari ayahanda para nabi dan rasul,
Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Belajar tentang betapa pentingnya
nilai keluarga kita, tentang betapa pentingnya nilai seorang anak bagi
orangtuanya di dunia dan akhirat.

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar,
Allahu akbar walillahil hamd…

Para ayah dan bunda yang dimuliakan Allah!


Pelajaran pertama dari kisah Ibrahim ‘alaihissalam adalah bahwa untuk
mendapatkan anak yang shaleh, maka orangtua terlebih dahulu berusaha
menjadi orang yang shaleh. Karena siap menjadi orangtua artinya siap
menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekedar memberi makan dan
mencukupi kebutuhan anak.

Keberhasilan Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh


seperti Isma’il ‘alaihissalamadalah karena beliau sendiri berhasil
mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh.
Allah Azza wa Jalla menegaskan:

َ ‫ت لَ ُك ْم ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ فِي ِإ ْب َرا ِهي َم َوالَّ ِذ‬


ُ‫ين َم َعه‬ ْ َ‫قَ ْد َكان‬
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim
dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)

Pujian Allah Azza wa Jalla untuk Ibrahim ‘alaihissalam ini tentu saja


didapatkannya setelah ia berusaha dan berusaha menjadi sosok pribadi
yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.

Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah: siapakah di antara kita


yang sejak awal menjadi orangtua sudah berusaha untuk belajar dan
berusaha menjadi orangtua yang shaleh? Apakah kesibukan kita
menshalehkan pribadi kita sudah menyamai kesibukan kita mengurus
rezki dan urusan dunia lainnya?

Prof. DR. Abdul Karim Bakkar, seorang pakar pembinaan anak dan
keluarga menegaskan: “Tarbiyah dan pembinaan keluarga yang kita
capai itu adalah gambaran tentang bagaimana pembinaan pribadi kita
sendiri!”

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar, Allahu


akbar walillahilhamd
Ma’asyiral muslimin rahimahukumullah!

Pelajaran kedua dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah jika ingin


memiliki anak yang shaleh, maka bersungguh-sungguhlah meminta dan
mencita-citakannya dari Allah Azza wa Jalla.
Allah Ta’alamengabadikan doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang
itu di dalam al-Qur’an:

َ ‫َربِّ هَبْ لِي ِم َن الصَّالِ ِح‬


‫ين‬
“Tuhanku, karuniakanlah untukku (seorang anak) yang termasuk orang-
orang shaleh.” (al-Shaffat: 100)

َّ ‫ ُمقِي َم‬ ‫ اجْ َع ْلنِى‬  ِّ‫َرب‬


  ْ‫ َوتَقَبَّل‬ ‫ا‬ŸŸŸَ‫ ُذرِّ يَّتِى َربَّن‬ ‫ َو ِمن‬ ‫لَ ٰو ِة‬ŸŸŸ‫الص‬
‫ُد َعآ ِء‬
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari
keturunanku. Ya Tuhan kami, kabulkanlah doaku.” (Ibrahim: 40)

Kaum muslimin yang berbahagia!

Mungkin banyak di antara kita yang sekedar “mau” memiliki anak yang
shaleh. Tapi siapa di antara kita yang sungguh-sungguh berdoa
memintanya kepada Allah dengan kelopak mata yang berderai air mata?
Siapa di antara kita yang secara konsisten menyelipkan doa-doa
terbaiknya untuk keluarga dan anak-anaknya?

Allahu akbar, Allahu akbar La ilaha illaLlahu Allahu akbar wa


lillahilhamd…

Jika kita memang sungguh-sungguh bercita-cita mendapatkan anak


shaleh, maka kita harus berpikir dan berusaha sungguh-sungguh pula
mencari jalannya, sama bahkan lebih dari saat kita bercita-cita ingin
mempunyai penghasilan yang besar, rumah tinggal impian dan
kendaraan idaman kita. Berikut ini beberapa hal yang sungguh-sungguh
harus kita jalankan untuk mewujudkan impian “anak shaleh” tersebut:

Pertama, konsisten mencari rezki yang halal untuk keluarga:

Dalam pandangan Islam, apa yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan
berpengaruh terhadap perilakunya. Karena itu, Islam mewajibkan kepada
setiap orangtua untuk memberikan hanya makanan halal yang diperoleh
melalui harta yang halal kepada anak-anak mereka. Bahkan nafkah yang
halal untuk keluarga akan dinilai sebagai sedekah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

ً‫ص َدقَة‬ ْ َ‫ق َعلَى َأ ْهلِ ِه َكان‬


َ ُ‫ت لَه‬ َ َ‫ِإ َّن ْال ُم ْسلِ َم ِإ َذا َأ ْنف‬
“Sesungguhnya seorang muslim itu jika ia memberi nafkah kepada
keluarganya, maka itu akan menjadi sedekah untuknya.” (HR. Ibnu
Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani)

Usaha memberikan nafkah yang halal tentu saja menjadi tantangan


tersendiri bagi orangtua. Dan untuk itu, kita harus selalu mengingat
peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tantangan
tersebut. Beliau bersabda:

‫هُ َأ ِم َن‬Ÿ‫ َذ ِم ْن‬Ÿ‫ا َأ َخ‬ŸŸ‫رْ ُء َم‬ŸŸ‫الِي ْال َم‬ŸŸَ‫ان الَ يُب‬ ‫ْأ‬
ٌ ‫اس َز َم‬ ِ َّ‫يَ تِي َعلَى الن‬
‫ْال َحالَ ِل َأ ْم ِم ْن ْال َح َر ِام‬
“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak
lagi peduli apa yang ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari
yang haram?” (HR. al-Bukhari)

Apakah kita termasuk yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam dalam hadits ini? Orang yang tidak peduli dari mana mengais dan
membawa pulang nafkah untuk keluarga; apakah itu dari hasil suap,
korupsi dan manipulasi seperti yang sekarang ini sedang menjadi trend
sebagian pejabat di negeri ini?! Semoga saja tidak, karena nafkah yang
tidak halal yang tumbuh menjadi daging dalam tubuh. Dan Rasulullah
telah berpesan:

‫ النَّا ُر َأ ْولَى ِب ِه‬،‫ت‬ َ َ‫اَل يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ لَحْ ٌم نَب‬


ِ ْ‫ت ِم َن السُّح‬
“Tidak akan masuk surga daging tumbuh dari harta haram, karena
neraka lebih pantas untuknya.”(HR. al-Tirmidzi dengan sanad yang
shahih)

Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar


walillahilhamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Yang kedua, memberikan kasih sayang kepada anak tapi tidak


memanjakannya:

Pada hari ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang nyaris tak
terbendung, kita sudah tidak aneh lagi melihat anak-anak yang dibekali
oleh para orangtua dengan peralatan-peralatan komunikasi yang bisa apa
saja, termasuk mengakses tayangan-tayangan pornografi.

Di samping dampak lain seperti kecanduan game dan semacamnya yang


semakin merenggangkan hubungan komunikasi antara anak dan
orangtua. Ini adalah satu contoh kasus di mana mungkin saja kita
menganggap itu sebagai bukti kasih sayang kita kepada mereka.

Namun marilah memikirkan dengan jernih bahwa bukti cinta dan sayang
kita yang sesungguhnya kepada mereka adalah dengan berusaha
menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’alaberfirman:
ُ‫ين آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاس‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
ُ‫َو ْال ِح َجا َرة‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri dan keluarga kalian
dari api nerakan yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (al-
Tahrim: 6)

Apakah Anda rela membiarkan anak-anak Anda terpanggang di dalam


kobaran api neraka? Apakah kita rela membiarkan anak-anak yang kita
sayangi itu menjadi bahan bakar neraka Allah?Na’udzu billah min
dzalik.

Kaum muslimin rahimakumullah!

Para ayah dan bunda yang berbahagia!

Selanjutnya yang ketiga adalah terus belajar dan belajar menjadi


orangtua yang shaleh dan cakap:

Apakah kita sudah mengetahui semua panduan dan petunjuk


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendidik anak?

Apakah kita sudah memahami bagaimana menghadapi karakter anak kita


yang berbeda-beda itu?

Kita tidak dilarang mempelajari konsep pendidikan anak dari siapa saja,
tapi selalu ingat bahwa konsep pendidikan dan pembinaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang terbaik dan yang
wajib untuk kita jalankan. Tentu saja kita tidak lupa untuk meneladani
jejak para sahabat Nabi dan Ahlul bait beliau secara benar, dan tidak
berlebih-lebihan.

Cobalah kita renungkan betapa banyaknya hal yang harus kita pelajari
sebagai orangtua. Karenanya sesibuk apapun urusan dunia kita, kita
harus menyediakan waktu untuk belajar menjadi orangtua yang shaleh
dan cakap.  Itulah harga yang harus kita bayar untuk menyelamatkan
keluarga kita dari kobaran api neraka yang membara.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu


akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Mengapa kita harus benar-benar serius merancang kehadiran anak shaleh


di dalam rumah tangga kita? Menjawab pertanyaan itu, marilah
merenungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini:

:‫يَا َء‬Ÿ‫ ِة َأ ْش‬Ÿَ‫هُ ِإاَّل ِم ْن ثَاَل ث‬Ÿُ‫هُ َع َمل‬Ÿ‫ َع َع ْن‬Ÿَ‫ان ا ْنقَط‬ ُ ‫ات اِإْل ْن َس‬
َ ‫ِإ َذا َم‬
‫ ْد ُعو‬Ÿَ‫ح ي‬ٍ ِ‫ال‬Ÿ‫ص‬ َ ‫ ٍد‬Ÿَ‫ َأ ْو َول‬،‫ َأ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬،‫اريَ ٍة‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬َ ‫ِم ْن‬
ُ‫لَه‬
“Apabila seorang insan meninggal dunia, akan terputuslah seluruh
amalnya kecuali dari 3 hal: dari sedekah jariyah, atau dari ilmu yang
bermanfaat, atau anak shaleh yang berdoa untuknya.”(HR. Abu Dawud
dan dishahihkan oleh al-Albani)

Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam mengisyaratkan bahwa anak yang shaleh adalah investasi yang
tak ternilai harganya. Anak yang shaleh adalah pelita yang tak padam
meski kita telah terkubur dalam liang lahat. Anak yang shaleh adalah
sumber pahala yang tak putus meski tubuh kita telah hancur berkalang
tanah.

Sebaliknya, anak-anak yang tidak shaleh kelak akan menjadi sumber


bencana bagi kehidupan kita para orangtua di akhirat, wal ‘iyadzu
biLlah.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Namun jika kita merasa gagal setelah mengerahkan upaya sungguh-


sungguh untuk menghadirkan sosok anak shaleh dalam rumah kita,
janganlah kita berputus asa kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam kondisi
putus asa seperti itu, kita harus belajar dari kesabaran dan keteguhan
Nabi Nuh‘alaihissalam yang terus mengajak anaknya ikut bersamanya,
meski kemudian anaknya memilih untuk durhaka kepada
Allah Ta’ala hingga akhir hayatnya.

Kesabaran juga hal paling mendasar yang harus kita miliki dalam
mengarungi bahtera rumah tangga. Maraknya kasus perceraian adalah
bukti bahwa banyak orangtua yang egois memikirkan dirinya sendiri dan
lupa bahwa anak-anak sangat membutuhkan sebuah keluarga yang utuh.
Karenanya, bersabarlah karena Allah selalu bersama dengan orang-orang
yang sabar.

Selanjutnya kepada para pemilik dan pelaku media, ingatlah bahwa


media-media yang Anda miliki dan kelola telah terbukti sebagai alat
paling efektif  menyampaikan kebaikan dan keburukan. Ingatlah, jika
Anda mencari nafkah dengan cara menyebarkan nilai-nilai kebatilan
melalui media, maka itu akan menjadi nafkah haram untuk diri dan
keluarga Anda.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Sebelum mengakhiri khutbah ini, marilah sejenak kita menyimak


panduan singkat menunaikan ibadah kurban kita hari ini hingga 3 hari ke
depan.

Hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6


bulan, kambing yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya,
hewan kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang bisa
berpengaruh pada dagingnya, jumlah maupun rasanya, misalnya:
kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit,
kuku atau mulut.

Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang
saja, sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali
berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas. Sebaiknya
pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi bisa
diwakilkan kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang
menjaga shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan
upahnya tidak diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu
sendiri, kulit atau daging, meskipun dia juga bisa mendapat bagian dari
hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah.

Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat


Idul Adha hingga tiga hari tasyriq setelahnya. Pembagian hewan kurban
yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga buat
pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada
fakir miskin. Pahala yang kita peroleh sangat bergantung pada
keikhlasan niat kita dalam menunaikan ibadah kurban ini.

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil


hamd…

Di penghujung khutbah ini, marilah sejenak kita menundukkan jiwa dan


hati untuk menyampaikan doa-doa kita kepada Sang Maha mendengar,
Allah Azza wa Jalla. Semoga doa-doa itu terhantarkan ke sisi
Allah Ta’ala bersama dengan ibadah kurban yang kita tunaikan hari ini.

‫وله‬ŸŸ‫الم على رس‬ŸŸ‫الة والس‬ŸŸ‫المين والص‬ŸŸ‫د هلل رب الع‬ŸŸ‫الحم‬


،‫األمين و على آله وصحبه والتابعين‬
‫ ٌل‬Ÿ‫ك َأ ْه‬ َ َّ‫ك ِبَأن‬َ ‫ ُك ُر‬Ÿ‫د َونَ ْش‬ŸŸ‫ ٌل َأ ْن تُحْ َم‬Ÿ‫ك َأ ْه‬ َ َّ‫ك ِبَأن‬َ ‫اللَّهُ َّم ِإنَّا نَحْ َم ُد‬
‫ ِد‬Ÿْ‫ ُل ْال َمج‬Ÿ‫ت َأ ْه‬ َ ‫ك َأ ْن‬َ َّ‫ َر ُكلَّهُ فَِإن‬Ÿ‫ك ْال َخ ْي‬
َ Ÿ‫ َكر َونُ ْثنِ ْي َعلَ ْي‬Ÿ‫َأ ْن تُ ْش‬
، ‫َوالثَّنا َ ِء‬
َّ‫ب ِإال‬ َ ‫ ُّذنُ ْو‬Ÿ ‫ ُر ال‬Ÿ ِ‫راَ َوِإنَّهُ الَ يَ ْغف‬ŸŸ‫ا ً َكثِ ْي‬Ÿ ‫نا َ ظُ ْلم‬Ÿ ‫ظلَ ْمنا َ َأ ْنفُ َس‬
َ َ ‫َربَّنا‬
‫ت ْال َغفُ ْو ُر‬ َ ‫ك َأ ْن‬
َ َّ‫ك َوارْ َح ْمنا َ ِإن‬ َ ‫ت فَا ْغفِرْ لَنا َ َم ْغفِ َرةً ِم ْن ِع ْن ِد‬ َ ‫َأ ْن‬
‫ال َر ِحيْم‬
Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang menciptakan kami, Engkaulah satu-
satuNya yang berhak untuk kami sembah…Hari ini kami datang
mengetuk pintu ampunanMu. Hari ini kami hadir bersimpuh dengan
peluh-peluh dosa yang melekat di tubuh kami yang lemah ini. Ya Allah,
betapa kami sering lupa bahwa kehidupan dunia ini sangat singkat,
hingga kami pun jatuh dan jatuh lagi dalam kedurhakaan terhadap
perintahMu. Ya Allah, ampunilah kami, ampunilah kami, ampunilah
kami. Ya Allah, jika Engkau menutup pintu ampunanMu yang agung,
kepada siapa lagi kami harus mencari ampunan…

Ya Allah, ya Rabbana, dari bumi khatulistiwa ini, perkenankan doa kami


untuk saudara-saudara muslim kami yang terjajah dan tertindas di
berbagai belahan bumiMu. Ya Rabbana, berikan keteguhan dan
kesabaran kepada saudara-saudara kami di Syiria, Mesir, Palestina, Irak,
Myanmar dan di manapun mereka yang tertindas… Kerahkan bala
tentaraMu di alam semesta ini untuk meluluhlantakkan para penindas
mereka sehancur-hancurnya… Lindungilah kehormatan mereka…
Jadikan mereka yang gugur sebagai syuhada’ yang selalu hidup di
sisiMu… Segerakan pertolonganMu untuk mereka, Ya Rabbal ‘alamin…

Ya Allah, ya Rabbana, di sisa-sisa hidup kami ini, berikanlah kekuatan


kepada kami untuk selalu berbakti dan menjadi anak yang shaleh untuk
ayah-bunda kami. Jika mereka masih hidup, izinkanlah kami untuk
berkhidmat dan melayani mereka dengan sebaik-baiknya di sisa-sisa usia
mereka… Jika ayah-bunda kami telah tiada, maka izinkanlah kami untuk
menjadi sisa-sisa kebaikan mereka yang terus-menerus menjadi ladang
kebaikan penerang alam kubur mereka… Ya Allah, ampuni, ampuni,
ampuni durhaka kami kepada ayah-bunda kami…

Ya Allah, ya Rabbana, berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk


menjadi orangtua yang terbaik untuk putra-putri kami… Hanya Engkau
satu-satuNya yang dapat memberikan kekuatan untuk mendidik mereka
dengan sebaik-baiknya… Ya Allah, jadikan anak-anak kami sebagai
penyejuk hati kami, yang selalu mendoakan kami saat kami sendiri
dalam kegelapan alam kubur… Ya Allah, karuniakan kepada kami anak-
anak yang mencintai al-Qur’an dan Sunnah NabiMu…

Ya Allah, selamatkan negeri ini dari pemimpin-pemimpin yang zhalim…


Selamatkan negeri ini dari kerakusan para koruptor yang tidak
bertanggung jawab… Karuniakan untuk kami para pemimpin yang adil
dan mencintai SyariatMu… Izinkan kami untuk menikmati indahnya
negeri ini di bawah naungan SyariatMu yang Maha Adil…

Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami,


penuhilah permintaan kami, kamilah hamba-Mu yang lemah, harapan
kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa
satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.

ً‫ك َرحْ َمة‬َ ‫َربَّنا َ الَ تُ ِز ْغ قُلُ ْوبَنا َ بَ ْع َد ِإ ْذ هَ َد ْيتَنا َ َوهَبْ لَنا َ ِم ْن لَ ُد ْن‬
ُ‫ت ْال َوهَّاب‬ َ ‫ك َأ ْن‬َ َّ‫ِإن‬
َ ‫ َذ‬Ÿ‫ا َع‬ŸŸَ‫نَةً َوقِن‬Ÿ ‫اآلخ َر ِة َح َس‬
‫اب‬ ِ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي‬
‫الَ ٌم َعلَى‬Ÿ ‫فُ ْو َن َو َس‬Ÿ ‫ص‬ ِ َ‫ك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما ي‬ َ ِّ‫ان َرب‬ َ ‫ ُس ْب َح‬،‫ار‬ ِ َّ‫الن‬
‫ْال ُمرْ َس ‪Ÿ‬لِي َْن َو ْال َح ْم‪ُ Ÿ‬د هللِ َربِّ ْال َع‪ŸŸ‬الَ ِمي َْن ‪َ ،‬و َ‬
‫ص ‪Ÿ‬لَّى هللاُ َو َس ‪Ÿ‬لَّ َم‬
‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‪. ‬‬
‫َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬
‫********‬

‫‪* Naskah Khutbah Seragam Idul Adha 1434 H dikeluarkan oleh Dewan‬‬
‫‪Syariah DPP Wahdah Islamiyah‬‬

‫‪3‬‬
‫‪Khutbah Jumat Bulan Dzulqa’dah: Waktunya Meninggalkan Sifat‬‬
‫‪Sombong‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫ْال َح ْم ُد هللِ ْال َح ْم ُد هللِ الّذي هَ َدانَا ُسبُ َل ال ّسالَ ِم‪َ ،‬وَأ ْفهَ َمنَا‬
‫‪ ‬‬
‫ريم‪َ ،‬أ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ ِإاَّل هللا َوحْ َدهُ ال‬
‫بِ َش ِر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك ِ‬
‫الل َواإل ْكرام‪َ ،‬وَأ ْشهَ ُد َأ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا‬
‫َش ِريك لَه‪ُ ،‬ذو ْال َج ِ‬
‫‪ُ ،‬م َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬

‫‪ ‬‬ ‫صلِّ و َسلِّ ْم َو ِ‬


‫بار ْك َعلَى َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد وعلى اله‬ ‫اللّهُ َّم َ‬
‫سان إلَى يَ ْو ِم ال ِّدين‪ ،‬أما بعد‪:‬‬
‫عين بِإحْ ِ‬‫وأصْ حابِ ِه َوالتَّابِ َ‬
‫فيايها اإلخوان‪ ،‬أوصيكم و نفسي بتقوى هللا وطاعته‬
‫‪،‬لعلكم تفلحون‬

‫‪ ‬‬ ‫قال هللا تعالى في القران الكريم‪ :‬أعوذ باهلل من الشيطان‬


‫ين َآ َمنُوا‬‫الرجيم‪ ،‬بسم هللا الرحمان الرحيم‪ :‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِدي ًدا‪ ،‬يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ‬
‫لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللا َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ‬ ‫وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّ‬
‫‪ ‬تَ ُم ْوتُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‪ .‬صدق هللا‬

‫‪Jamaah yang Dirahmati Allah‬‬

‫‪Kita patut bersyukur karena hingga siang ini diberikan kesempatan untuk‬‬
‫‪hadir melaksanakan kewajiban shalat Jumat berjamaah. Semoga dengan‬‬
‫‪keteguhan hati menjalankan salah satu perintah ini, kita tercatat sebagai‬‬
‫‪hamba bertakwa. Yakni menjalankan segala perintah dan menjauhi yang‬‬
‫‪dilarang, amin ya rabbal alamin.‬‬
Hadirin yang Berbahagia

Rasulullah SAW lewat beberapa hadistnya mengingatkan kepada kaum


Muslimin bahwa takabur atau sombong dapat menghalangi seseorang
masuk surga, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Muslim dari
Abdullah bin Mas’ud RA sebagai berikut: 

  ‫ان فِي قَ ْلبِ ِه ِم ْثقَا ُل َذ َّر ٍة ِم ْن ِكب ٍْر‬


َ ‫ال يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن َك‬ 
Artinya: Tidak akan masuk surga orang-orang yang dalam hatinya
terdapat rasa takabur atau sombong meskipun hanya sekecil biji sawi. 

Hadits tersebut menegaskan bahwa kesombongan akan menjadi


penghalang bagi kita untuk masuk surga betapapun halusnya
kesombongan itu sehingga hanya diri sendiri yang mengetahui.
Kesombongan itu ada 2 (dua) macam, yakni kesombongan yang tampak
secara lahiriah dan kesombongan tersembunyi di dalam hati. 

Kesombongan yang tampak secara lahiriah akan mudah dilihat atau


dirasakan orang lain. Kesombongan yang tersembunyi dalam hati sering
kali hanya diketahui diri sendiri. Bahkan bisa jadi diri sendiri pun tidak
menyadarinya. Pepatah mengatakan: Dalamnya laut dapat diukur,
dalamnya hati siapa tahu. Pepatah ini mengungkapkan betapapun
dalamnya laut, kita dapat mengukurnya. Terlebih sekarang dimana
teknologi sudah sedemikian maju, seperti tersedianya alat yang disebut
echosounder, dalamnya laut dapat diketahui dengan mudah dan cepat.
Tetapi pertanyaannya, siapa yang dapat mengetahui isi hati seseorang? 

Memang tidak mudah mengetahui isi hati seseorang, misalnya apakah


seseorang bermaksud sombong atau tidak. Tetapi sebenarnya, hati itu
bisa diibaratkan sebuah kendi. Kita tentu sulit mengetaui apa isi sebuah
kendi karena di dalamnya gelap. Namun dari mengamati apa yang keluar
dari mulut kendi, kita akan tahu apa isi kendi itu, apakah air, minyak
ataukah sirup. Demikian pula kita pun sesungguhnya dapat mengetahui
sebagian isi hati seseorang dengan melihat gejala-gejala yang tampak
dari luar. Dari kata-kata yang keluar dari mulut seseorang, mungkin
dapat dinilai apakah seseorang dalam hatinya terdapat kesombongan
ataukah tidak. Dari sikap dan perilaku seseorang, mungkin dapat pula
dirasakan apakah di dalam hatinya terdapat kesombongan ataukah tidak. 

Sidang Jumat Rahimakumullah 

Di dalam Islam, baik kesombongan yang tampak secara lahiriah maupun


kesombongan tersembunyi di dalam hati, dipandang sebagai perilaku
yang tidak terpuji. Mengapa demikian? Pertanyaan itu dapat ditemukan
jawabannya dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Thabrani
dari Ali bin Abi Thalib R.A. Rasulullah SAW bersabda: 

 ، ‫اريْ َو ْال ِكب ِْريَا َء ِر َداِئ ْي‬


ِ ‫ ِإ َّن ْال ِع َّز ِإ َز‬:ُ‫ِإ َّن هللاَ تَ َعالَى يَقُ ْول‬
ُ‫فَ َم ْن نَا َز َعنِي فِ ْي ِه َما َع َّذ ْبتُه‬ 

Artinya: Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: Kemuliaan adalah


pakaian-Ku dan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang
mengambilnya dariku, Aku azab dia. 

Hadits di atas menegaskan barang siapa takabur, sesungguhnya ia telah


mengambil atau bahkan merampas pakaian Allah SWT. Ia dinilai telah
mengambil posisi menantang Allah SWT sebagai Dzat satu-satunya
yang berhak atas predikat al-mutakabbir. Al-mutakabbir artinya adalah
yang pantas menyombongkan diri karena Allah memang Maha
Segalanya, yang tak satu pun dapat menyamai-Nya. 

Al-mutakabbir juga bisa berarti maha pemilik kebesaran. Itulah sebabnya


dalam beberapa ibadah kita dianjurkan untuk mengucapkan takbir
sebagai ungkapan jujur untuk menyatakan kebesaran Allah SWT. Maka
barang siapa hendak menyaingi Allah dengan bertakabur atau
menyombongkan diri, Allah akan memberinya azab. Orang itu akan
dibinasakan sebagaimana Raja Fir’aun yang dikenal sangat sombong
karena mengaku sebagai Tuhan. 

Fir’aun hidup pada zaman Nabi Musa alaihis salam. Allah SWT
menenggelamkan Fir’aun ke dalam Luat Merah yang memisahkan antara
Benua Asia dan Afrika di Timur Tengah. Fir’aun akhirnya tewas
mengenaskan di tengah-tengah laut tersebut. 

Sidang Jumat Rahimakumullah 

Sebagaimana kita ketahui dan laksanakan bersama, bacaan pertama yang


harus kita ucapkan untuk memulai shalat adalah takibiratul ihram, yakni
mengucapkan ‫بر‬ŸŸ‫هللا اك‬, yang artinya Allah Maha Besar. Bacaan ini
dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada kita bahwa hanya
Allah Yang Maha Besar. Tak satu pun dari makhluk-Nya pantas
menyombongkan diri karena memang hanya Allah Yang Maha Besar.
Orang-orang yang benar-benar dapat menjalankan ibadah shalat dengan
baik, pastilah akan dapat menjauhkan diri dari sikap takabur. Tetapi
faktanya, banyak orang bersikap takabur meski mereka menjalankan
shalat lima waktu setiap harinya. Ini bisa terjadi ketika seseorang
menjalankan ibadah shalat tanpa pengahayatan sama sekali terhadap
bacaan-bacaan yang mereka ucapkan. 
Untuk itulah, maka ketika kita melakukan takbiratul ihram untuk
memulai shalat dan takbir-takbir lainnya untuk menandai perpindahan
dari rukun shalat ke rukun lainnya, kesemua takbir itu harus dapat kita
laksanakan dengan sebaik mungkin. Yakni, kita harus dapat
mengucapkannya dengan penuh penghayatan akan makna yang
sebenarnya. ‫هللا اكبر‬  tidak saja berarti Allah Maha Besar, tetapi sekaligus
hendaknya menjadi kesadaran kita bersama betapa kecilnya kita
sesungguhnya di hadapan Allah SWT yang Maha Agung dengan segala
puji bagi-Nya. 

Sidang Jumat Rahimakumullah

Selain takbiratul ihram, kita juga mengucapkan bacaan-bacaan lain untuk


mengagungkan Allah SWT. Misalnya, ketika kita melakukan ruku’, kita
dianjurkan mengucapkan:

‫سبحان ربي العظيم وبحمده‬

Artinya: Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung dan dengan segala puji
bagi-Nya.

Sambil membungkukkan tubuh kita dengan posisi punggung tetap lurus,


kita mengucapkan bacaan ruku’ tersebut. Diharapkan dari ruku’ ini, kita
memiliki kesadaran bahwa hanya Allah yang Maha Agung dengan
Segala Puji bagi-Nya. 

Kesadaran ini akan menghindarkan kita dari bersikap takabur karena


menyadari hanya Allah yang Agung. Maka orang-orang yang betul-betul
dapat menjalankan ruku’ dengan baik dan dapat menghayati maknanya,
pasti tidak akan menyombongkan diri karena menyadari manusia
sesungguhnya sangat kecil dan tak berarti apa-apa di depan Allah SWT. 

Hadirin Rahimakumullah 

Setelah ruku’, rukun shalat lainnya yang juga dimaksudkan untuk


mengungkapkan pengakuan kita akan kebesaran dan kemuliaan Allah
adalah sujud. Dalam sujud ini, kita dianjurkan mengucapkan: 

 ‫ سبحان ربي األعلى وبحمده‬ 

Artinya: Maha suci Tuhanku yang Maha Tinggi dan dengan segala puji
bagi-Nya. 

Sambil meletakkan dahi di atas lantai, di mana posisi kepala kita sejajar
dengan semua kaki, baik kaki sendiri maupun kaki orang lain, kita
mengucapkan bacaan sujud tersebut. Diharapkan dari sujud ini, kita
memiliki kesadaran bahwa hanya Allah yang Maha Tinggi dengan
Segala Puji bagi-Nya. Dengan sujud, kita hendaknya menyadari bahwa
semua manusia, adalah sama rendahnya di hadapan Allah SWT.
Kesadaran ini akan menghindarkan kita dari bersikap takabur karena
menyadari hanya Allah yang Tinggi. 

Artinya, secara jujur kita mengakui dan meyakini bahwa manusia


sesungguhnya sangat rendah di depan Allah SWT. Hanya dengan
kemuliaan Allah, manusia menjadi makhluk terbaik diantara semua
makhluk yang diciptakan-Nya. Namun, semua kemuliaan itu hanya
dapat dijangkau oleh manusia ketika mereka beriman dan bertakwa
kepada-Nya. Salah satu tanda ketakwaan adalah tidak bersikap takabur,
baik melalui kata-kata atau lisan maupun sikap atau perbuatan. Tanpa
iman dan takwa manusia justru menjadi makhluk paling rendah diantara
yang rendah-rendah sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam
surat At-Tin ayat 4- 6 sebagai berikut: 

  ‫) ثُ َّم َر َد ْدنَاهُ َأ ْسفَ َل‬4(‫لَقَ ْد خلقنا اإلنسان فِي َأحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬


‫ت فَلَهُ ْم‬ِ ‫) آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬6( ‫ين‬ َ ‫) ِإالَّ الَّ ِذ‬5( ‫ين‬َ ِ‫َسافِل‬
ٍ ُ‫َأجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْمن‬ 
‫ون‬

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-
putusnya. 

Sidang Jumat Rahimakumullah

Semoga apa yang telah saya uraikan di atas dapat mendorong kita untuk
berintrospeksi barangkali selama ini dan di masa-masa lalu kita ternyata
sering melakukan kesombongan-kesombongan, baik yang terus terang
maupun yang tersembunyi di dalam hati. Untuk itu, marilah dengan
momentum ini, kita isi lembaran-lembaran hidup dengan tekad menjauhi
sikap takabur agar kita selamat dari ancaman Allah SWT, yakni tidak
masuk surga sebagaimana dinyatakan dalam hadits yang telah saya
uraikan pada awal khutbah ini. Amin ya rabbal alamin. 

‫ َوأ ْد َخلَنَا وِإيَّاكم فِي‬،‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِم َن الفَاِئ ِزين اآل ِمنِين‬
‫ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمْؤ ِمنِي َْن ‪ :‬أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‪،‬‬
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‪ :‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ‬
‫آن ال َع ِظي ِْم‪،‬‬ ‫ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُرْ ِ‬ ‫َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِدي ًدا با َ َر َ‬
‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‪ .‬إنّهُ تَعاَلَى َج ّوا ٌد‬ ‫َونَفَ َعنِ ْي َوِإيّا ُك ْم ِباآليا ِ‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ‫ك بَ ٌّر َرُؤ ْو ٌ‬‫‪َ  ‬ك ِر ْي ٌم َملِ ٌ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َعل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ َعل َى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪ .‬‬
‫أن‬ ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َّ‬ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫َ‬
‫ِكث ْيرًا َأ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما‬
‫نَهَى َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم ِبَأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى ِب َمآل‬
‫ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه‬

‫صلُّ ْو َن َعل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا‬ ‫َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫صلِّ َعلَى‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َ‬
‫آل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬ ‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬
‫ض اللّهُ َّم‬ ‫ك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن َوارْ َ‬ ‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫َو َعلَى اَ ْنبِيآِئ َ‬
‫َّاش ِدي َْن َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى‬ ‫َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم‬ ‫َو َع ْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫ك يَا َأرْ َح َم‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫بِاِحْ َس ٍ‬
‫َّاح ِمي َْن‬
‫الر ِ‬

‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬


‫ت‬ ‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت اللهُ َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬ ‫اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬
‫ك ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ‬ ‫صرْ ِعبَا َد َ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْن ُ‬ ‫َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫صرْ َم ْن نَ َ‬ ‫َوا ْن ُ‬
‫ك ِإلَى يَ ْو َم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع‬ ‫َد ِّمرْ َأ ْع َدا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْتنَ ِة‬
‫َو ْال ِم َح َن َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا‬
‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‪.‬‬
‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْل َد ِ‬ ‫خآ َّ‬
‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب‬ ‫َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو ْ‬
‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن‬ ‫النَّ ِ‬
‫‪ِ .‬م َن ْال َخ ِ‬
‫اس ِري َْن‬

‫ان َوِإيْتآ ِء ِذي‬ ‫ِعبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ‬
‫ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬
‫تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َعل َى ِن َع ِم ِه‬
‫يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَرْ‬

‫‪4‬‬
‫‪Menjadi Ayah Teladan? Belajarlah kepada Nabi Ibrahim‬‬
‫*‪Oleh: Rijal Mumazziq Z‬‬

‫هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×3‬هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×3‬هللاُ اَكبَرْ (‪ )×3‬هللاُ اَ ْكبَرْ‬


‫صاِئ ٌم َواَ ْفطَرْ‬
‫صا َم َ‬ ‫ُكلَّ َما هَ َّل ِهالَ ٌل َواَ ْب َد َر هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّما َ َ‬
‫ت نَبَ ٌ‬
‫ات‬ ‫هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّما َ تَ َرا َك َم َس َحابٌ َواَ ْمطَرْ َو ُكلَّما َ نَبَ َ‬
‫‪َ .‬واَ ْزهَرْ َو ُكلَّ َما اَ ْ‬
‫ط َع َم قَانِ ُع ْال ُم ْعتَرْ‬
ِ ‫ض َل َع ْش َر ِذى ْال ِح َّج ِة بِتَضْ ِعي‬
‫ْف اُج ُْو ِر‬ َّ َ‫اَ ْل َح ْم ُد هِّلِل الَّ ِذي ف‬
ِ ‫ال ِعبا َ َدا‬.ْ
‫ت‬
َ ‫ان َخ َر َج ِم ْن بَ ْيتِ ِه اِلَى ِش َرا ِء ااْل ُضْ ِحيَ ِة َك‬
ِّ‫ان لَهُ بِ ُكل‬ َ ‫فَ َم ْن َك‬
‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن‬.‫ت‬ ٍ ‫ت َو ُم ِح َي َع ْنهُ َع ْش ُر َسيَِّئا‬ ٍ ‫ط َو ٍة َع ْش ُر َح َسنَا‬ ْ ‫َخ‬
ِ ‫ك لَهُ ال ُم ْو ِج ُد ْال ُم ْع ِد ُم ْال َم ْخلُ ْوقَا‬
‫ت‬ َ ‫اَل ِإلهَ ِإاَّل هّللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬
‫ب اُ َّمتَهُ فِى ااْل ُضْ ِحيَّ ِة َو‬ َ ‫َواَ ْشهَ ُد اَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َر َّغ‬
ِ َ ‫ال الصَّالِحا‬
‫ت‬ ِ ‫اَ ْع َم‬.
‫ت َو َعلى‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِد السَّا َدا‬ َ َ‫اَللَّهُ َّم ف‬
‫ت‬ُ َ ‫ت ااْل َيَّا ُم َو السَّاعا‬ ِ َ‫اختَلَف‬ ْ َ ‫صحْ بِ ِه ما‬ َ ‫الِ ِه َو‬.
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن اِالَّ َواَ ْنتُ ْم‬َّ ‫ فَيَا ِعبَا َدهللاِ اِتَّقُواهللاَ َح‬.‫اَ َّما بَ ْع ُد‬
‫ ُم ْسلِ ُم ْو َن‬،
 
Saudara kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah

Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita bisa menyelenggarakan shalat Idul
Adha. Meskipun tetap dalam kondisi physical distancing dan tetap
mentaati prosedur kesehatan dalam rangka penanggulangan Covid-19,
semoga tidak mengurangi kekhusyukan kita dalam menjalankan ibadah
ini.

Oleh karena itu, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah
kesehatan dan nikmat umur karena masih diberi kesempatan oleh-Nya
menjalankan ibadah ini, yaitu dengan cara meningkatkan ketakwaan dan
keimanan kita. Tiada orang yang beruntung di sisi Allah, kecuali mereka
yang bergelar al-muttaqin.

Hadirin hadirat yang dirahmati Allah


Prosesi penyembelihan hewan kurban yang akan kita laksanakan setelah
ini, merupakan wujud dari rasa syukur atas segala nikmat yang
dikaruniakan Allah SWT kepada kita semua, sebagaimana perintah Allah
yang termuat dalam Surat al-Kautsar:

. َ ‫ ِإ َّن َشانَِئ‬٢ ‫ك َو ۡٱن َح ۡر‬


‫ك‬ َ ِّ‫صلِّ ِل َرب‬ َ َ‫ِإنَّٓا َأ ۡعطَ ۡي ٰن‬
َ َ‫ ف‬١ ‫ك ۡٱل َك ۡوثَ َر‬
٣ ‫هُ َو ٱَأۡل ۡبتَ ُر‬

Artinya: Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang


banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah
(sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-
orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

Berbahagialah bagi panjenengan semua, bapak ibu, yang mampu


melaksanakan ibadah kurban. Sebab di dalam ekonomi yang menurun
sebagai dampak pandemi ini, panjenengan masih menyisihkan rezekinya
untuk berkurban. Ini adalah anugerah istimewa di mana kebaikan ini
kelak menjadi saksi di hari kiamat.

‫ قَا َل « َما‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ َّ ِ‫َع ْن َعاِئ َشةَ َأ َّن النَّب‬
‫َع ِم َل اب ُْن آ َد َم يَ ْو َم النَّحْ ِر َع َمالً َأ َحبَّ ِإلَى هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل ِم ْن‬
‫ظالَفِهَا‬ ْ ‫ِه َراقَ ِة َد ٍم َوِإنَّهُ لَيَْأتِى يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة بِقُرُونِهَا َوَأ‬
‫ان قَ ْب َل َأ ْن‬ ِ ‫َوَأ ْش َع‬
ٍ ‫ارهَا َوِإ َّن ال َّد َم لَيَقَ ُع ِم َن هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل بِ َم َك‬
‫ض فَ ِطيبُوا ِبهَا نَ ْفسًا‬ ِ ْ‫» يَقَ َع َعلَى اَألر‬ 
Artinya: Dari Sayyidah ‘Aisyah, Nabi SAW bersabda: “Tidaklah pada hari nahr
manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan
darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku,
rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada
(ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi. Maka bersihkanlah jiwa
kalian dengan berkurban.” (HR Ibnu Majah).

Mari, bapak ibu semuanya, yang belum memutuskan berkurban padahal


memiliki rezeki yang melimpah, segera beli hewan kurban untuk
disembelih dan dibagi-bagikan pada hari ini, atau besok. Senyampang
nyawa masih ada, juga kesehatan masih prima dan rezeki masih tersedia.

Hadirin yang dimuliakan Allah


Kurban adalah peristiwa monumental yang selain memiliki nilai sejarah,
juga mengandung nilai ibadah dan hikmah. Nabiyullah Ibrahim
diperintah oleh Allah menyembelih anak kesayangannya, sebagai wujud
ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Padahal sudah berpuluh
tahun lamanya beliau menunggu kelahiran putranya, namun ketika
Ismail AS menginjak remaja, Allah malah memerintahkannya untuk
menyembelih buah hatinya.

Sebagai bagian dari ajaran agama, ada beberapa nilai pendidikan yang
bisa dipetik dari peristiwa yang dijalani oleh Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail AS ini. Di antaranya:

Pertama. Ketaatan menjalankan perintah Allah. Secara rasional,


mustahil menyembelih anak sendiri, namun karena perintah, Nabiyullah
Ibrahim melaksanakannya, walaupun Allah kemudian menggantinya
dengan seekor domba. Ada satu hal menarik dalam dialog antara Nabi
Ibrahim dengan Nabi Ismail yang diabadikan dalam Surat Ash-Shaffat,
ayat 102.

َ ‫ي ِإنِّي َأ َرى فِي ْال َمنَ ِام َأنِّي َأ ْذبَ ُح‬


‫ك‬ َّ َ‫يَا بُن‬
 

Artinya: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu.

Ketika menyampaikan kabar ini, Nabi Ibrahim AS menunggu reaksi dari


putranya, yaitu Ismail, dengan menanyakan pendapatnya.

‫فَا ْنظُرْ َما َذا تَ َرى‬.

Artinya: Maka pikirkanlah apa pendapatmu?

Ketika sang ayah memberikan pertanyaan tersebut, maka Ismail


menjawabnya dengan penuh kepastian.

ِ َ‫قَا َل يَا َأب‬


‫ت ا ْف َعلْ َما تُْؤ َم ُر َستَ ِج ُدنِي ِإ ْن َشا َء هَّللا ُ ِم َن‬
‫ين‬
َ ‫الصَّابِ ِر‬
Artinya: Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

Hadirin dan Hadirat yang Berbahagia


Apa yang dijelaskan dalam ayat tersebut menarik. Dalam membuat
keputusan penting, ayah mengajak anaknya berdialog. Si ayah yang
bijak, dan anak remaja yang mulai tumbuh pemikirannya. Keduanya
membuat keputusan bersama.

Saat ini, pola komunikasi seperti ini jarang terjadi. Orang tua sibuk
sendiri, sedangkan anak juga asyik dengan urusannya. Komunikasi pun
macet. Akhirnya lebih banyak bertengkar. Bahkan, biasanya broken
home terjadi karena bermula dari komunikasi yang bermasalah antara
orang tua dengan anak.

Oleh karena itu, melalui dialog tersebut, kita belajar cara berkomunikasi.
Diawali dengan sapaan “ya bunayya”, wahai anakku, dilanjutkan dengan
pendapat beliau. Lantas, disambung dengan pertanyaan kepada yang
bersangkutan. Yaitu, menguji pola pikir dan konsistensi anak yang mulai
tumbuh remaja. Lantas, dijawab oleh Ismail AS dengan jawaban yang
lembut tapi tegas, sekaligus kepercayaan diri apabila dirinya merupakan
orang-orang yang sabar.

Di sinilah pentingnya kita menjadi orang tua yang bukan saja melatih
diri agar berkomunikasi dengan baik kepada anak, melainkan juga
melatihnya mengemukakan pendapatnya dengan baik, sekaligus bersikap
percaya diri, serta menumbuhkan semangatnya di dalam beribadah
kepada Allah SWT. Sebaliknya, Nabi Ismail AS juga menunjukkan
ketaatan kepada orang tuanya, kesopanan dan etika yang baik ketika
menjawab pertanyaan ayahnya, juga penghambaan kepada Allah SWT.

Hadirin dan Hadirat yang Dimuliakan Allah


Aspek kedua yang ada di dalam Surat Asshaffat ayat 102 tersebut adalah
ketauhidan. Ketika Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya dan meminta
pendapatnya, Nabi Ismail sama sekali tidak memprotes atau
membangkang. Tentu kesalehan semacam ini tumbuh karena pendidikan
dari orang tua yang menanamkan ketaatan kepada Sang Khaliq. Nabi
Ibrahim memberikan contoh, sedangkan Nabi Ismail meniru karakter
ayahnya.

Orang tua harus menanamkan kecintaan kepada Allah melalui


pendidikan ketauhidan dan pendidikan akhlak. Tauhid sebagai landasan
sikap sebagai hamba, akhlak sebagai landasan sikap sebagai manusia.
Kalau tidak mampu mendidik, silakan dipondokkan, boleh juga
diajarkan untuk belajar di madrasah diniyah, atau mendatangkan guru
ngaji ke rumah. Jangan malu. Sebab, anak adalah investasi terbaik bagi
orang tua di akhirat kelak. Tidak ada yang kita harapkan doanya, kecuali
anak yang saleh yang senantiasa mendoakan kita kelak ketika kita semua
sudah berkalang tanah.

Saat ini, di musim pandemi Covid-19 ini, di mana anak-anak lebih


banyak di rumah, marilah kita memperbaiki komunikasi dengan mereka,
sekaligus juga menata ulang pola pendidikan bagi mereka.
Yang sebelumnya jarang berkomunikasi, kini harus lebih sering, agar
anak merasa dekat dengan orang tua.

Jika sebelumnya anak keluyuran karena tidak kerasan di rumah, kini


orang tua harus menjadi teman curhat, agar anak lebih mencintai orang
tuanya dibandingkan dengan komunitasnya, geng-nya, atau
kelompoknya. Jika sebelumnya lebih banyak diajar orang lain, kini
saatnya orang tua mendidik anak. Jika sebelumnya hanya menyuruh
anak bersembahyang, kini saatnya oran tua lebih sering mengajak anak
shalat berjamaah.

Covid-19 yang ada saat ini bukan untuk diratapi atau dicaci. Justru bisa
kita ambil hikmahnya agar keluarga semakin harmonis, hubungan orang
tua dan anak semakin membaik, dan lebih bisa meningkatkan
kebersamaan dan kualitas ibadah dibandingkan dengan sebelum pandemi
ini muncul. Pada akhirnya, kita harus berusaha dan berdoa agar pandemi
ini segera dihilangkan oleh Allah.
‫‪Jamaah‬‬ ‫‪Shalat‬‬ ‫‪Idul‬‬ ‫‪Adha‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪Berbahagia‬‬
‫‪Demikianlah di antara hikmah peristiwa kurban yang dijalani oleh Nabi‬‬
‫‪Ibrahim dan Nabi Ismail AS. Semoga kita bisa memetik pelajaran dari‬‬
‫‪khutbah yang saya sampaikan ini dan semoga kita semua bisa‬‬
‫‪melaksanakan beberapa hikmah pendidikan yang telah saya sampaikan.‬‬

‫‪ ‬‬

‫َّح ِيم‪.‬‬ ‫من الر ِ‬‫َّجي ِْم‪ .‬بِس ِْم هللاِ الرَّحْ ِ‬ ‫ْطن الر ِ‬ ‫ا ُع ْو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّشي ِ‬
‫ك هُ َو‬‫ك َوا ْن َحرْ ِإ َّن َشانَِئ َ‬ ‫ك ْال َك ْوثَ َر فَ َ‬
‫ص ِّل لِ َربِّ َ‬ ‫ِإنَّا َأ ْعطَ ْينَا َ‬
‫االَ ْبتَ ُر‬
‫آن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما‬ ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ ِ‬ ‫بَا َر َ‬
‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ .‬وتَقَبَّلْ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِال َوتَهُ‬ ‫فيه ِم َن اآليَا ِ‬
‫اِنّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‪ .‬فَا ْستَ ْغفِر ُْوا اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬

‫‪ ‬‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×3‬هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×4‬هللاُ اَ ْكبَرْ كبيرا َو ْال َح ْم ُد هللِ‬


‫ان هللا بُ ْك َرةً َو َأصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ‬
‫َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َح َ‬
‫هللاُ اَ ْكبَرْ َوهللِ ْال َح ْم ُد‬
‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َعل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ َعل َى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪.‬‬
‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َّ‬
‫أن‬ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫َ‬
‫‪ِ  ‬كث ْيرًا‬
‫َأ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما نَهَى‬
‫َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه ِبنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل‬
‫صلُّ ْو َن َعل َى‬ ‫ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم‬ ‫النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫َ‬
‫ك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن‬ ‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآِئ َ‬
‫َّاش ِدي َْن َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر‬ ‫ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫َوارْ َ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي‬ ‫َو ُع ْث َمان َو َعلِى َو َع ْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم‬ ‫ان اِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم ِباِحْ َس ٍ‬
‫ك يَا َأرْ َح َم الر ِ‬
‫َّاح ِمي َْن‬ ‫بِ َرحْ َمتِ َ‬
‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت‬ ‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت اللهُ َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬ ‫اَالَحْ يآء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬
‫ك ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ‬ ‫صرْ ِعبَا َد َ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْن ُ‬ ‫َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫صرْ َم ْن نَ َ‬ ‫َوا ْن ُ‬
‫ك ِإلَى يَ ْو َم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع‬ ‫َد ِّمرْ َأ ْع َدا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْتنَ ِة‬
‫َو ْال ِم َح َن َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا‬
‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‪.‬‬ ‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْل َد ِ‬‫خآ َّ‬
‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب‬ ‫َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫إن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن‬ ‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو ْ‬ ‫النَّ ِ‬
‫اس ِري َْن‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ‬
‫ان‬ ‫ِم َن ْال َخ ِ‬
‫َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي‬
‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‬
‫َوا ْش ُكر ُْوهُ َعل َى ِن َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَرْ‬
‫‪Adalah Rektor Inaifas Kencong Jember dan disampaikan di Masjid‬‬
‫‪Ulil Azmi Pesantren Mabdaul Ma’arif, Jumat 10 Dzulhijjah 1441/ 31‬‬
‫‪Juli 2020. ‬‬

‫‪5‬‬
‫‪Golongan Dapat Membawa Ketentraman Hidup di Dunia‬‬
‫‪dan Akhirat‬‬

‫ْن ْال َح ِّق لِي ُْظ ِه َرهُ‬ ‫لح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ َأرْ َس َل َرس ُْو َل ُه ِب ْالهُدَ ى َو ِدي ِ‬
‫ْا َ‬
‫ْن ُكلِّ ِه َو َك َفى ِباهَّلل ِ َش ِه ْي ًدا َأ ْش َه ُد َأنْ الَِإل َه ِإالَّهَّللا ُ‬
‫َع َلى ال ِّدي ِ‬
‫ك َل ُه وَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه اللَّ ُه َّم‬ َ ‫َوحْ دَ هُ الَ َش ِر ْي‬
ُ ‫ َقا َل هَّللا‬،‫ص ِّل َع َلى م َُح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأجْ َم ِعي َْن‬ َ
ْ‫َت َعا َلى ِفيْ ِك َت ِاب ِه ْال َك ِري ِْم قُ ْل ِانْ ُك ْن ُت ْم ُت ِحب ُّْو َن هّٰللا َ َفا َّت ِبع ُْو ِني‬
‫يُحْ ِب ْب ُك ُم هّٰللا ُ َو َي ْغ ِفرْ َل ُك ْم ُذ ُن ْو َب ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ َغفُ ْو ٌر رَّ ِح ْي ٌم‬
Puji syukur kita panjatkan atas segala nikmat yang telah Allah
karuniakan. Karunia yang tak henti Allah limpahkan pada hamba-
hambanya, terlebih kepada mereka yang taat berserah diri kepada Allah.
Shalawat dan salam tercurah atas uswatun hasanah umat manusia, tak
lain adalah Rasulullah Muhammad saw. Yakni laki-laki pilihan Allah
yang telah membimbing kita dari tepi jurang yang gelap, menuju cahaya
iman dan takwa.

Hadirin sidang jumat rahimakumullah

Rasulullah pernah bersabda bahwa setiap orang itu adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Baik
kepemimpinan berupa jabatan formal seperti pada pemerintahan dan
lembaga-lembaganya, maupun kepemimpinan informal seperti ayah
terhadap anak isterinya. Keduanya memiliki satu persamaan, yakni
tanggung jawab. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki, semakin besar
juga tanggung jawab yang ditanggung.

Para ibu kita yang mulia pernah diingatkan oleh Allah swt dalam QS al-
Ahzab 33 : 30

‫ف لَهَا‬ ِ َ‫ت ِم ْن ُك َّن بِف‬


ٰ ‫اح َش ٍة ُّمبَيِّنَ ٍة ي‬
ْ ‫ُّض َع‬ ِ ‫ٰينِ َس ۤا َء النَّبِ ِّي َم ْن يَّْأ‬
‫ك َعلَى هّٰللا ِ يَ ِس ْيرًا ۔‬ َ ِ‫ان ٰذل‬ ِ ُ‫ْال َع َذاب‬
َ ‫ض ْعفَي ۗ ِْن َو َك‬
“ Wahai istri-istri Nabi! Barangsiapa di antara kamu yang mengerjakan
perbuatan keji yang nyata, niscaya azabnya akan dilipatgandakan dua
kali lipat kepadanya. Dan yang demikian itu, mudah bagi Allah. “

Buya Hamka mengatakan dalam tafsirnya bahwa akibat dari kedudukan


yang tinggi ialah tanggung jawab yang berat. Seorang budak perempuan
boleh hanya berbaju hingga tertutup di antara pusat dengan lutut, tetapi
seorang perempuan merdeka, yang boleh terbuka hanya muka dan kedua
telapak tangan. Hukuman seorang budak hamba sahaya jika dia dihukum
dera, hanya separuh dari hukum yang harus diterima oleh orang yang
merdeka.

Nabi adalah manusia biasa yang mendapatkan wahyu, sedangkan isteri-


isteri Nabi adalah wanita-wanita biasa yang bersuami seorang Nabi.
Keadaannya sebagai istri Nabi menjadikan mereka apabila melakukan
perbuatan keji mendapat hukuman yang dilipatgandakan dua kali. Hal
demikian tak lain disebabkan kepada para ibu dari orang-orang beriman
itulah manusia akan mengambil percontohan. Dari lisan-lisan mereka
pulalah pelajaran-pelajaran akan kehidupan keluarga Nabi dituturkan
hingga sampai pada umat hari ini.

Setiap orang tidak boleh berbuat curang. Namun apabila kecurangan itu
dilakukan oleh seorang hakim, maka dia telah melakukan dua kesalahan
sekaligus. Yakni kesalahan atas dirinya sendiri, dan kedua kesalahan atas
jabatan yang miliki. Seorang hakim yang berbuat curang berarti ia telah
mengambil tindakan yang berkebalikan dengan fungsi jabatan yang ia
miliki, yakni berlaku adil.

Tak hanya itu, lembaga peradilan pun dapat kehilangan kepercayaan dari
masyarakat. Karena jika hukum dapat dibeli maka ketidakpuasan akan
timbul di tengah-tengahnya. Dimana rasa ketidak adilan itu membawa
orang pada aksi main hakim sendiri. Peradilan berpindah dari lembaga
negara kepada keputusan jalanan.
Orang tua, guru, dan ustadz adalah orang orang yang dijadikan
percontohan oleh anak, murid, dan santrinya. Oleh karena itu haruslah
mereka menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya itu. Sehingga tidak
membawa kecelakaan pada sekalian murid. Jangankan perbuatan haram,
perkara tak pantas pun hendaklah dijauhi. Ingatlah bahwa engkau adalah
contoh.

Bagaimanakah seorang anak akan pergi ke masjid sedang ayah pun


tidak. Bagaimanakah murid belajar dengan jujur, sedang guru
mengembalikan tugas-tugas yang telah dikumpulkan tanpa diperiksa
lebih dahulu, hanya sekedar diberi tanda tangan saja tanpa ditunjukan
bagian yang salah dan bagian yang benar. Bagaimana pula santri belajar
dengan tekun apabila ustadz mengajar dengan kekurangan rasa ikhlas.

Segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan fungsi jabatan yang


dimiliki dianggap telah melanggar undang-undang secara berlipat. Yakni
undang-undang terhadap dirinya sendiri, dan undang-undang terhadap
beban jabatan yang ia miliki.

Hadirin sidang jumat yang berbahagia

Namun demikian, bukan saja beban yang berlipat daripada jabatan yang
tinggi itu. Kecuali ia diiringi pula dengan pahala dan manfaat yang
berlipat. Sebagaimana telah Allah janjikan jua pada isteri-isteri Nabi
dalam QS. Al-Ahzab 33 : 31 :

‫هّٰلِل‬ ْ ُ‫َو َم ْن يَّ ْقن‬


َ ْ‫ت ِم ْن ُك َّن ِ َو َرس ُْولِ ٖه َوتَ ْع َمل‬
‫صالِحًا نُّْؤ تِهَٓا اَجْ َرهَا‬
‫َم َّرتَي ۙ ِْن َواَ ْعتَ ْدنَا لَهَا ِر ْزقًا َك ِر ْي ًما‬
“ Dan barangsiapa di antara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada
Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan kebajikan, niscaya Kami berikan
pahala kepadanya dua kali lipat dan Kami sediakan rezeki yang mulia
baginya. “
Hingga pada akhir hayat hidup, seluruh isteri Rasulullah telah dan
senantiasa menjadi pedoman bagi masyarakat Islam. Senantiasa menjaga
kemuliaan, taat kepada Allah dan Rasulnya serta mengerjakan kebajikan.

Diantara oleh karena ketaatan para isteri Rasulullah itulah hingga hari ini
kita menikmati keindahan syariat islam. Peringatan telah mereka
indahkan, tugas telah terlaksanakan, dan janji Allah pun menunggu di
hadapan. Begitu besar pengaruh dari peran para ibu kita itu.

Sebagai juga contoh yang disebutkan di atas, hakim yang adil akan
menimbulkan rasa tenang pada masyarakat. Sebab mereka yakin tidak
akan dicurangi dari mendapatkan keadilan. Kepercayaan yang
terakumulasi kemudian menimbulkan ketertiban dalam lingkungan. Dari
seorang hakim yang bersikap adil tercipta ketertiban di masyarakat luas.
Alangkah besarnya pengaruh yang ia miliki.

Ibu dan ayah yang menjadi contoh, membawa anak pada keberkahan saat
memasuki umur dewasa, bahkan keselamatan hingga akhir hayatnya.
Guru yang berdedikasi tinggi dan jujur dalam menjalankan amanah,
membawa seluruh murid di sekolah pada masa depan yang penuh
dengan bekal dan optimisme. Seorang ustadz yang sabar dan ikhlas
mengajarkan ilmu agama membawa masyarakat pada peradaban madani
yang diimpi-impikan.

Begitulah pahala berlipat dari seluruh pemimpin di masyarakat yang


dapat membawa ketentraman hidup di dunia dan di akhirat.

‫آن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم ِب َما‬


ِ ْ‫ك هَّللا ُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ْالقُر‬َ ‫بَا َر‬
ُ‫ت َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتُهُ ِإنَّه‬
ِ ‫فِ ْي ِه ِم َن اَْأليَا‬
‫ت َخ ْي ُر‬ َ ‫هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم َوقُلْ َّربِّ ا ْغفِرْ َوارْ َح ْم َوَأ ْن‬
‫َّاح ِمي َْن‬
ِ ‫الر‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‪َ ،‬وبِ ِه نَ ْستَ ِعي ُْن َعلَى ُأ ُم ْو ِر ال ُّد ْنيَا‬
‫ك لَهُ وَأ ْشهَ ُد َأ َّن‬ ‫َوال ِّدي ِْن‪َ ،‬أ ْشهَ ُد َأ ْن الَِإلهَ ِإالَّهَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه‬ ‫ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ اللَّهُ َّم َ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي‬ ‫َوَأصْ َحابِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‪َ ،‬أ َّما بَ ْع ُد‪ :‬فَيَا ِعبَا َد هَّللا ِ ُأ ْو ِ‬
‫بِتَ ْق َوى هَّللا ِ َوقَا َل هَّللا ُ تَ َعالَى فِ ْي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‪ :‬يَآَأيُّهَا الَّ ِذي َْن‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ ‫َءا َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هَّللا َ َح َّ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه‬ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‪ ،‬اللَّهُ َّم َ‬
‫‪َ .‬وَأصْ َحابِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‬
‫وال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت‬ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِي َْن ْ‬ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِج ْيبُ ال َّد ْع َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ت ِإنَّ َ‬ ‫اَْألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا ِ‬
‫اض َي ْال َحا َجا ِ‬
‫ت‬ ‫‪.‬فَيَاقَ ِ‬
‫اسعًا َو َع َمالً ُمتَقَبَّالً‬ ‫ك ِع ْل ًما نَفِعًا َو ِر ْزقًا َو ِ‬ ‫‪.‬اللَّهُ َّم ِإنَّا نَسَْئلُ َ‬
‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب‬
‫‪.‬النَّ ِ‬
‫ار‬
‫صفُ ْو َن َو َسالَ ٌم َعلَى‬ ‫ك َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬ ‫ُس ْب َح َ‬
‫ان َربِّ َ‬
‫‪.‬ال ُمرْ َسلِي َْن َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬
‫*** ْ‬

Anda mungkin juga menyukai