Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS ISU INSTANSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : apt. RAHADATUL HUWAIDA SITORUS, S.Farm


PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TINGKAT TK. I/ IIIB
NIP 199407242022032009
ANGKATAN : LIV
KELOMPOK I
NOMOR ABSEN 07
PENGAMPU MATERI : Dr. Ir. Hairulsyah, M.Si
PENYELENGGARA : BPSDM PROV SUMUT & BKD BINJAI

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI SUMATERA UTARA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN),
Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintahan
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. ASN memiliki peran penting
dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa.
Sejalan dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 merujuk Pasal
63 ayat (3) dan ayat (4), Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib menjalani masa percobaan
yang dilaksanakan melalui proses diklat terintegrasi untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang
unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Diperlukan sebuah penyelenggaraan pelatihan yang inovatif dan terintegrasi, yaitu
penyelenggaraan pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal dan non klasikal di tempat
pelatihan dan di tempat kerja sehingga memungkinkan peserta mampu menginternalisasi,
menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS yang professional
sesuai bidang tugas. Hal tersebut juga ditegaskan dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil.Penyelenggaraan pelatihan dasar CPNS bertujuan untuk membentuk PNS professional yang
dibentuk oleh sikap dan perilaku disiplin PNS, nilai-nilai dasar PNS, kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI, dan menguasai kompetensi teknis bidang tugas, sehingga mampu melaksanakan
tugas dan perannya secara professional sebagai pelayan masyarakat.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Binjai No. 813-5041 TAHUN 2021 perihal
Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kota Binjai dan yang ditindaklanjuti
dengan Surat Perintah Melaksanakan Tugas No.800/2450/DINKES/IV/2022 yang ditandatangani
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai yang menyatakan bahwa penulis ditempatkan di
UPTD Puskesmas H.A.H Hasan di pelayanan farmasi. Adapun jabatan yang dijalani yakni
Apoteker Penanggung Jawab di Apotek terhitung mulai tanggal 09 Mei 2022.
Selama kurang lebih 5 bulan bekerja di UPTD Puskesmas H.A.H Hasan Kota Binjai,
penulis mempunyai tugas dengan melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP). Adapun pengelolaan mulai dari perencanaan kebutuhan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan, serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Selanjutnya tugas dalam pelayanan
kefarmasian mulai dari pengkajian resep, penyerahan obat, pemberian informasi obat. Selama
menjalankan tugas, penulis menemukan beberapa hambatan/isu dalam melaksanakan pekerjaan,
yaitu :

1. Belum Optimalnya Pelayanan Informasi Obat (PIO) Kepada Pasien di Apotek Puskesmas
H.A.H Hasan.
Pelayanan informasi obat selama ini yang dilakukan oleh pegawai apotek hanya tentang
penggunaan obat saja, padahal seharusnya disediakannya pojok konseling untuk Apoteker
bisa mengedukasi pasien dan keluarga pasien tentang cara penggunaan obat yang baik dan
benar dan efek samping obat.
2. Banyaknya antrian pasien di Apotek Puskesmas H.A.H. Hasan
Tidak sabarnya pasien dalam menunggu obat racikan terutama resep yang datang dari dokter
spesialis anak menjadi salah satu hambatan didalam melaksanakan pekerjaan. Salah satu
faktor penghambat adalah kurangnya tenaga teknis kefarmasian yang ada sehingga
menyebabkan pasien harus menunggu lebih lama.
3. Belum Optimalnya Penyimpanan Obat Berdasarkan Sistem FIFO (First In First Out) Dan
FEFO (First Expired First Out) di Apotek Puskesmas H.A.H Hasan
Penyimpanan obat dengan baik dan benar adalah kegiatan yang sangat penting dilakukan
agar obat yang diterima pasien adalah obat yang terjaga keamanannya dan efektif digunakan
untuk pengobatan. Salah satu metode yang dilakukan adalah FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out) bertujuan untuk pemantauan dan pengendalian sediaan obat
yang mendekati ED (Expired Date) sehingga penyimpanan obat lebih terkontrol dan
memudahkan pemisahan obat ED dengan obat yang masih layak komsumsi.
4. Ketidaksesuaian antara stok riil barang dengan kartu stok manual di Apotek Puskesmas
H.A.H. Hasan
Perbedaan angka antara data pemeriksaan fisik dan data computer. Jika dibiarkan berlarut-
larut, kegiatan operasional apotek akan terganggu dan berimbas pada banyak hal
5. Meningkatnya jumlah kekosongan obat di Apotek Puskesmas H.A.H. Hasan
Kurang optimalnya pengadaan obat sehingga mengalami kekosongan obat di Gudang obat
Puskesmas H.A.H. Hasan serta sering terjadi kekosongan obat di Gudang Farmasi Kota
Binjai yang mengakibatkan obat tidak ada saat dilakukan permintaan obat setiap bulan.

1.2 Tupoksi Organisasi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas,
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas H.A.H Hasan merupakan salah satu Puskesmas yang
menyelenggarakan upaya kesehatan tingkat I, sehingga Puskesmas sangat tepat dijadikan sebagai
ujung tombak upaya kesehatan, bagi perorangan, keluarga dan masyarakat.

1.3 Tugas Organisasi


Tugas pokok Puskesmas yaitu :
1. Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya.
2. Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakan dengna pendekatan keluarga.
3. Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara Puskesmas mengintegrasikan program
untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.

1.4 Fungsi Organisasi


Fungsi Puskesmas yaitu :
1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di Puskesmas
H.A.H Hasan.
2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah
Puskesmas H.A.H Hasan.
1.5 Visi dan Misi Organisasi
Puskesmas H.A.H Hasan yang berlokasi di Jalan H.A.H Hasan No. 23, Binjai Barat Kota
Binjai memiliki visi yaitu “Tercapainya Pelayanan Kesehatan Masyarakat Yang Berkualitas dan
Optimal Untuk Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Binjai Barat Yang Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan”. Sedangkan misi dari Puskesmas H.A.H Hasan, yakni :
1. Komitmen bersama mewujudkan standar pelayanan minimal
2. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional, adil, merata dan terjangkau
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berprilaku sehat dan hidup dalam
lingkungan yang sehat

1.6 Struktur Organisasi


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Puskesmas H.A.H Hasan didukung dengan
struktur organisasi, yaitu seperti dibawah ini.

Gambar. 1 Struktur Organisasi Puskesmas H.A.H. Hasan


Berdasarkan Struktur Organisasi tersebut Apotek pada Puskesmas H.A.H Hasan
mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
tingkat pertama, yaitu merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas H.A.H Hasan.
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ISU

2.1 Identifikasi Isu


Isu merupakan sebuah masalah yang belum terpecahkan dan siap diambil keputusannya.
Berdasarkan defenisi tersebut, isu merupakan suatu hal yang terjadi baik didalam maupun di luar
organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif.
Beberapa isu telah diidentifikasi selama 5 bulan melakukan tugas sebagai Apoteker di
Apotek Puskesmas H.A.H Hasan, Kota Binjai. Isu-isu yang diidentifikasi dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan kefarmasian sehari-hari sehingga dapat mempengaruhi mutu pelayanan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Apotek Puskesmas H.A.H Hasan, Kota Binjai
terkait dengan pelayanan kefarmasian, ditemukan beberapa isu antara lain :
1. Belum Optimalnya Pelayanan Informasi Obat (PIO) Kepada Pasien di Apotek Puskesmas
H.A.H Hasan.
Pelayanan informasi obat selama ini yang dilakukan oleh pegawai apotek hanya tentang
penggunaan obat saja, padahal seharusnya disediakannya pojok konseling untuk Apoteker
bisa mengedukasi pasien dan keluarga pasien tentang cara penggunaan obat yang baik dan
benar dan efek samping obat.
2. Banyaknya antrian pasien di Apotek Puskesmas H.A.H Hasan
Tidak sabarnya pasien dalam menunggu obat racikan terutama resep yang datang dari dokter
spesialis anak menjadi salah satu hambatan didalam melaksanakan pekerjaan. Salah satu
faktor penghambat adalah kurangnya tenaga teknis kefarmasian yang ada sehingga
menyebabkan pasien harus menunggu lebih lama.
3. Belum Optimalnya Penyimpanan Obat Berdasarkan Sistem FIFO (First In First Out) Dan
FEFO (First Expired First Out) di Apotek Puskesmas H.A.H Hasan.
Penyimpanan obat dengan baik dan benar adalah kegiatan yang sangat penting dilakukan agar
obat yang diterima pasien adalah obat yang terjaga keamanannya dan efektif digunakan untuk
pengobatan. Salah satu metode yang dilakukan adalah FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out) bertujuan untuk pemantauan dan pengendalian sediaan obat yang
mendekati ED (Expired Date) sehingga penyimpanan obat lebih terkontrol dan memudahkan
pemisahan obat ED dengan obat yang masih layak komsumsi.
4. Ketidaksesuaian antara stok riil barang dengan kartu stok manual di Apotek Puskesmas
H.A.H. Hasan
Kurang maksimal kepatuhan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam menulis kartu stok obat
secara manual serta tidak memiliki jadwal stock opname yang pasti
5. Meningkatnya jumlah kekosongan obat di Apotek Puskesmas H.A.H. Hasan
Kurang optimalnya pengadaan obat sehingga mengalami kekosongan obat di Gudang obat
Puskesmas H.A.H. Hasan serta sering terjadi kekosongan obat di Gudang Farmasi Kota Binjai
yang mengakibatkan obat tidak ada saat dilakukan permintaan obat setiap bulan.

2.2 Analisis Isu dan Penetapan Isu Terpilih


Penetapan isu yang dipilih untuk diidentifikasi yang terdapat di unit kerja dilakukan
melalui konsultasi dengan mentor yang juga sebagai tenaga teknis kefarmasian yang sudah
memiliki pengalaman yang berkaitan dengan isu. Isu yang dipilih dan diidentifikasi dengan
melihat dampaknya terhadap penerapan dari agenda kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
yakni : Manajemen ASN, Whole of Government dan Pelayanan Publik. Dalam hal ini juga coach
membantu penulis untuk menjadi fokus terhadap isu yang ada serta memberikan teknik
penentuan isu yang akan dilakukan pemecahan masalah. Adapun uraian isu-isu yang diperoleh
pada instansi tempat penulis bekerja, yakni :
Tabel 1. Sumber Isu dan Penyebabnya
No Permasalahan/Isu Sumber Isu Penyebab
1. Belum Optimalnya Pelayanan Pelayanan Publik a) Belum dilakukan sepenuhnya
Informasi Obat (PIO) Kepada kegiatan pelayanan kefarmasian
Pasien di Apotek Puskesmas menurut Peraturan Menteri
H.A.H Hasan Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
b) Belum adanya dilakukan konseling
kepada pasien dan keluarga pasien

2. Banyaknya antrian pasien di Pelayanan Publik a. Kurangnya tenaga kefarmasian


Apotek Puskesmas H.A.H Hasan yang ada
b. Kurangnya kesabaran pasien dalam
menunggu obat yang sedang diracik

3. Belum Optimalnya Penyimpanan Manajemen ASN a) Belum adanya SOP yang mengatur
Obat Berdasarkan Sistem FIFO tentang penyimpanan obat selama
(First In First Out) Dan FEFO ini
(First Expired First Out) di
b) Belum adanya monitoring dari
Apotek Puskesmas H.A.H
Apoteker sehingga belum
Hasan.
dilakukannya cara penyimpanan
obat yang baik
4. Ketidaksesuaian antara stok riil Manajemen ASN a) Kurang maksimal kepatuhan
barang dengan kartu stok manual Tenaga Teknis Kefarmasian
di Apotek Puskesmas H.A.H. dalam menulis kartu stok obat
Hasan secara manual.
b) tidak memiliki jadwal stock
opname yang pasti

5. Meningkatnya jumlah Manajemen ASN a) Kurang optimalnya pengadaan


kekosongan obat di Apotek obat sehingga mengalami
Puskesmas H.A.H. Hasan kekosongan obat di Gudang obat
Puskesmas H.A.H. Hasan
b) Sering terjadi kekosongan obat di
Gudang Farmasi Kota Binjai
yang mengakibatkan obat tidak
ada saat dilakukan permintaan
obat setiap bulan.

Dari kelima masalah di atas, selanjutnya akan penulis analisa menggunakan metode
APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan) dan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth). Adapun yang dimaksud konsep APKL dalam menentukan suatu
permasalahan dapat dikatakan isu yakni :
1. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat atau
publik.
2. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu
dicarikan segera solusinya.
3. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
4. Layak/ Kelayakan artinya yang masuk akal dan realitas serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.
Berdasarkan isu-isu yang telah diambil diatas maka analis isu menggunakan kriteria
APKL, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2. Analisa Penilaian Kualitas Isu Menggunakan Teknik APKL
KRITERIA
No Isu Keterangan
A P K L

1. Kurang Optimalnya Pelayanan Informasi Obat ✓ ✓ ✓ ✓ Memenuhi Syarat


(PIO) Kepada Pasien di Apotek Puskesmas H.A.H
Hasan
Banyaknya antrian pasien di Apotek Puskesmas
Tidak
H.A.H Hasan
2. ✓ ✓ ✓ X Memenuhi Syarat

Belum Optimalnya Penyimpanan Obat Berdasarkan


Sistem FIFO (First In First Out) Dan FEFO (First ✓ ✓ ✓ ✓
3. Memenuhi Syarat

Expired First Out) di Apotek Puskesmas H.A.H


Hasan
4. Ketidaksesuaian antara stok riil barang dengan
kartu stok manual di Apotek Puskesmas H.A.H. ✓ ✓ ✓ ✓ Memenuhi Syarat

Hasan

5. Meningkatnya jumlah kekosongan obat di Apotek Tidak


Puskesmas H.A.H. Hasan ✓ ✓ ✓ X Memenuhi Syarat

Berdasarkan metode APKL dalam penetapan isu tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hanya 3
isu yang memenuhi kriteria.
Dari isu yang telah diidentifikasi tersebut, semua isu yang terpilih untuk diangkat akan
dianalisis untuk menilai isu mana yang paling prioritas untuk diselesaikan. Analisa yang
dilakukan dengan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). Metode ini merupakan
salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan dengan menentukan
skala skor 1 (satu) – 5 (lima). Isu yang memiliki skor tertinggi adalah Core Issue (Isu Prioritas).
1. Urgency : Seberapa mendesaknya suatu isu tersebut untuk segera dibahas, dianalisis,
dan ditindaklanjut.
2. Seriousness : Seberapa serius suatu isu tersebut untuk segera dibahas terkait dengan
akibat yang akan ditimbulkan.
3. Growth : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu jika tidak ditangani segera.

Tabel 3. Analisa Penetapan Prioritas Isu Menggunakan Teknik USG


KRITERIA
No Isu Prioritas
U S G Total
Belum Optimalnya Pelayanan Informasi
1. Obat (PIO) Kepada Pasien di Apotek 5 4 4 13 II
Puskesmas H.A.H Hasan
Belum Optimalnya Penyimpanan Obat
Berdasarkan Sistem FIFO (First In First Out)
2. 5 5 5 15 I
Dan FEFO (First Expired First Out) di
Apotek Puskesmas H.A.H Hasan

3. Ketidaksesuaian antara stok riil barang 3 3 3 9 IV


dengan kartu stok manual di Apotek
Puskesmas H.A.H. Hasan

Skor penilaian penentuan prioritas :


Skor 5 : Sangat mendesak
Skor 4 : Mendesak
Skor 3 : Cukup mendesak
Skor 2 : Tidak mendesak
Skor 1 : Sangat tidak mendesak
Berdasarkan tabel diatas, dari 3 isu terdapat 1 isu yang dianggap prioritas dan layak serta
perlu dicari solusinya, yakni Belum Optimalnya Penyimpanan Obat Berdasarkan Sistem FIFO
(First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) di Apotek Puskesmas H.A.H Hasan. Hal
ini karena penyimpanan obat yang terkendali sangat diperlukan demi peningkatan pelayanan
pasien. Dengan diangkatnya isu tersebut, diharapkan dapat semakin mempermudahnya
pengawasan obat dan meningkatkan pelayanan masyarakat.
Analisis Pohon Masalah
2.3 Dampak Isu Terpilih
Bila masalah ini tidak segera dituntaskan maka dikhawatirkan akan timbul masalah-
masalah seperti :
1. Penumpukan stok obat yang akan kadaluarsa
2. Mempersulit pencarian dan pengawasan obat
3. Pemberian obat yang sudah kadaluarsa kepada pasien
BAB III
STRATEGI PENYELESAIAN ISU TERPILIH

Penetapan Gagasan dan Kegiatan Kreatif


Berdasarkan analisa isu sebelumnya, gagasan penyelesaian untuk isu “Belum Optimalnya
Penyimpanan Obat berdasarkan Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
First Out) di Apotek Puskesmas H.A.H Hasan” adalah : “Optimalisasi Penyimpanan Obat
Berdasarkan Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) di Apotek
Puskesmas H.A.H Hasan” yang diuraikan dalam kegiatan- kegiatan berikut:
1. Membuat SOP penyimpanan obat di Puskesmas H.A.H Hasan
2. Melakukan pendataan setiap obat perihal tanggal kadaluarsa baik yang masuk maupun
yang masih tersedia di gudang farmasi apotek Puskesmas H.A.H Hasan (Soft file &
expiring things app)
3. Penandaan obat mendekati ED melalui kode warna (Traffic light), soft file & mind map
app
4. Memisahkan obat-obatan yang sudah kadaluarsa di tempat terpisah dari obat-obat yang
lain
5. Melakukan evaluasi kegiatan pemantauan dan pengendalian ED perbekalan farmasi

Anda mungkin juga menyukai