Anda di halaman 1dari 3

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Pada pembahasan, presentan mengatakan bahwa miomektomi rutin tidak disarankan.


Pada kasus mioma uteri pada kehamilan yang bagaimana dapat dilakukan miomektomi
berbarengan dengan SC?
Perlu tidaknya tindakan miomektomi pada saat seksio sesarea sampai saat ini masih
merupakan kontroversi. Beberapa ahli sangat berhati-hati untuk melakukan tindakan
tersebut, bahkan menganjurkan untuk tidak melakukannya karena dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat saat operasi. Dasar pemikirannya adalah adanya peningkatan
vaskularisasi akibat proses kehamilan. Namun, pada beberapa kasus, miomektomi yang
dilakukan pada masa kehamilan merupakan langkah yang penting meskipun memiliki
risiko tinggi. Miomektomi sesarea biasanya dilakukan pada fibroid yang bertangkai,
fibroid anterior subserous, dan secara khusus yakni fibroid pada bagian bawah segmen
uterus, hal ini dilakukan untuk menghindari insisi pada bagian segmen atas uterus.
Beberapa studi kasus menyatakan bahwa miomektomi sukses dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Djuanna di Makassar telah mengembangkan teknik baru
dalam melakukan miomektomi saat SC yang dapat mengurangi risiko perdarahan yang
dinamakan “double circle stitching” dan atau pemasangan tourniquet pada segmen bawah
rahim. Pengembangan teknik hemostasis ini berdasarkan prinsip penutupan pembuluh
darah kolalateral maupun pembuluh darah utama yang memperdarahi tumor sebelum
dilakukan pengangkatan tumor.

2. Menurut presentan, bagaimana prognosis pada pasien ini?


Pada kasus mioma uteri pada kehamilan, faktor yang paling penting dalam menentukan
morbiditas meliputi jumlah fibroid, ukuran, lokasi, dan hubungannya dengan implantasi
plasenta. Semakin dekat letak mioma dengan implantasi juga menjadi faktor yang
penting. Fibroid yang kurang dari 5 cm dalam diameter umumnya tetap stabil atau bahkan
mengecil seiring tuanya usia kehamilan. Fibroid dengan ukuran lebih dari 5 cm seringnya
akan membesar selama kehamilan dan risiko kehamilan akan semakin meningkat seiring
bertambahnya ukuran fibroid seperti, perdarahan postpartum, malposisi fetus, akut
abdomen, kelahiran prematur, retensi plasenta dan gangguan pertumbuhan intrauterin.
3. Pada kasus pasien ini, kapan sebaiknya miomektomi dilakukan?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa tindakan miomektomi pada saat seksio
sesarea sampai saat ini masih merupakan kontroversi karena dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat saat operasi. Peneliti melakukan tindakan miomektomi hanya jika
mioma tersebut berada pada daerah yang akan dilakukan insisi. Peneliti lain berpendapat
bahwa jika terpaksa harus melakukan miomektomi, maka sebaiknya dilakukan sekaligus
histerektomi. Lace mengatakan bahwa jika tumor yang ditemukan saat operasi ukurannya
besar, maka operasi pengangkatannya sebaiknya dilakukan setelah 5-6 bulan pasca seksio
sesarea. Peneliti lain (Howkins) menyatakan bahwa pada hampir semua kasus adalah
bijaksana untuk menunda miomektomi sampai uterus mengalami involusi, sebaiknya 6
bulan setelah seksio sesarea. Bahaya yang mungkin terjadi pada tindakan miomektomi
pada saat SC adalah sulitnya mengatasi perdarahan, terutama jika miomektomi dilakukan
pada daerah pembuluh darah besar dari uterus atau pada daerah bekas implantasi plasenta.

1. In the discussion chapter, presenter said that routine myomectomy was not
recommended. In the case of uterine fibroids in pregnancy, how can a myomectomy be
performed at the same time as a cesarean section?
Whether or not myomectomy is necessary at the time of cesarean section is still
controversial. Some experts are very careful to perform the procedure, even before
performing the procedure it can cause heavy bleeding during surgery. The rationale is that
there is an increase in vascularity due to the pregnancy process. However, in some cases,
a myomectomy performed during pregnancy is an important step despite the high risk.
Cesarean myomectomy is usually performed on pedunculated fibroids, anterior subserous
fibroids, and particularly fibroids in the lower uterine segment, this is done to avoid
incisions in the upper uterine segment. Several case studies have shown that
myomectomy was successful.
Study by Djuanna in Makassar developed a new technique for performing myomectomy
during cesarean section which can reduce bleeding that occurs due to "double circle
stitching" and/or placement of a tourniquet in the lower segment. The development of this
hemostasis technique is based on the principle of closing the collateral vessels and the
main vessels that supply the tumor before tumor action.

2. According to the presentation, what is the prognosis for this patient?


In the case of uterine myomas in pregnancy, the most important factors in determining
morbidity include the number of fibroids, their size, location, and their relationship to
placental implantation. The closer the location of the myoma to implantation is also an
important factor. Fibroids that are less than 5 cm in diameter generally remain stable or
even shrink with advancing gestational age. Fibroids with a size of more than 5 cm will
often enlarge during pregnancy and the risk of pregnancy will increase with increasing
fibroid size such as postpartum hemorrhage, fetal malposition, acute abdomen, premature
birth, retained placenta, and intrauterine growth restriction.

3. In this patient's case, when should a myomectomy be performed?


As previously explained, myomectomy during cesarean section is still controversial
because it can cause heavy bleeding during surgery. Researchers performed myomectomy
only if the myoma was in the area to be incised. Other researchers argue that if forced to
have a myomectomy, then it should be done at the same time as a hysterectomy. Lace
said that if the tumor found during surgery is large, surgical removal should be performed
after 5-6 months after cesarean section. Another researcher (Howkins) stated that in
almost all cases it is prudent to delay myomectomy until the uterus has involuted,
preferably 6 months after cesarean section. The danger that may occur in myomectomy
during a cesarean section is the difficulty of controlling bleeding, especially if the
myomectomy is performed in the area of the large blood vessels of the uterus or in the
area where the placenta was implanted.

Anda mungkin juga menyukai