Anda di halaman 1dari 21

2.

Leadership Factor

Stooner
Leadership merupakan proses untuk memberikan
pengarahan dan mempengaruhi kegiatan yang
berhubungan dengan tugas anggota dalam
organisasi

Koontz
Leadership adalah seni atau proses untuk
mempengaruhi seseorang sehingga mereka mau
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
organisasinya
Unsur-unsur dalam Leadership

✓ Adanya pihak lain sebagai pengikut atau


bawahan
✓ Adanya distribusi/pembagian kekuasaan
yang berbeda antara pemimpin dan
bawahan
✓ Pemimpin dapat mempengaruhi
bawahannya
Teori Leadership

• Teori Genetic (“leaders are born and not made“)


berpendapat bahwa menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana
pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi
pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah
menetapkan ia menjadi pemimpin.
• Teori Sosial (“Leaders are made and not born“).
berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi
pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk
itu.
• Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori
sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya
dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah
memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-
pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan
teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori
kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih
mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang
baik.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan kepentingan individual
dengan kepentingan organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi

Secara umum terdapat dua kriteria gaya kepemimpinan, yaitu:


• Autocratic Leadership
Bersifat otoriter, tidak melakukan tukar pikiran dengan
bawahan saat mengambil keputusan. Umumnya digunakan
saat menghadapi situasi darurat seperti kebakaran,
kecelakaan kerja, dsb
• Democratic Leadership
menyeimbangkan antara orientasi ke pekerjaan dan
orientasi ke orang lain dengan memperhatikan dan
memahami masukan dan keinginan bawahan
Gaya Kepemimpinan Edwin B. Flippo
Edwin B. Flippo membagi kriteria gaya kepemimpinan sebagai
berikut:
1. Coercive Autocracy
→ gaya kepemimpinan yang bersifat memerintah dan
mengancam
2. Benevolent Autocracy
→ gaya kepemimpinan yang bersifat memerintah dan
menjelaskan
3. Manipulative Autocracy
→ gaya kepemimpinan yang menciptakan kesan positif,
membuat bawahan merasa telah pemimpin berpartisipasi
atau berperan walaupun hanya dibelakang layar
Gaya Kepemimpinan Edwin B. Flippo (2)
4. Consultative Leadership
→ pemimpin yang dapat membuat bawahan
memiliki keyakinan bahwa input/pendapatnya
benar-benar diperlukan dan tercermin dalam
keputusan yang diambil
5. A Laissez-Faire Approach
→ Pemimpin ikut serta sebagai anggota biasa
dan mengerjakan apa yang kelompok itu kerjakan
Studi Ohio mengenai Gaya Kepemimpinan
Tinggi
Orientasi Orientasi
Pekerjaan Rendah Pekerjaan dan
dan Orientasi
Orientasi Pekerja

Orientasi
(Consideration)

PekerjaTinggi
PekerjaTinggi

Orientasi Orientasi
Pekerjaan dan Pekerjaan Tinggi
Orientasi Pekerja dan Orientasi
Rendah Pekerja Rendah

Rendah Tinggi
Orientasi Pekerjaan (Initiating Structure)
Model Kepemimpinan Situasional
(Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard )
Model ini menjelaskan bahwa pemimpin perlu menyesuaikan gaya
kepemimpinan mereka sebagai respon terhadap berbagai karakter
bawahan seperti keinginan, keahlian, kesanggupan, budaya, dsb.
Terdiri dari 4 kuadran:
1. Kuadran 1. Low relationship and high task → pemimpin dituntut
bersikap otoriter, karena tuntutan pekerjaan sangat tinggi
2. Kuadran 2. High task and high relationship → pemimpin
berhadapan dengan tim kerja yang baik dan perhatian yang
tinggi terhadap pekerjaan
3. Kuadran 3. High relationship and low task → karakter pekerja
baik, namun orientasi pekerjaan masih rendah sehingga
memerlukan motivasi pemimpin
4. Kuadran 4. Low relationship and low task → orientasi terhadap
pekerjaan maupun orang rendah, sehingga pimpinan perlu
ekstra kerja keras
Model Kepempinan Situasional
Tinggi
High High Task
Relatiohship and and High
(Memberikan Dukungan)

Relationship
Relationship Behavior

Low Task
3 2

Low Low
Relationship and Relationship and
Low Task High Task
4 1

Rendah Tinggi
Task Behavior (Memberikan Panduan)
Managerial Grid
(Robert Blake & Jane Mouton)

Merupakan diagram pemetaan yang


menggambarkan kecenderungan gaya
kepemimpinan atau para manajer dikaitkan
dengan orientasi pada pekerjaan dan
orientasi pada orang-orang
Managerial Grid
9 B E
8 Country Club Team
Perhatian Pada Orang Management Management
7
Middle of the
Road
6
Management
5 C
4

3
Improvised Authority
2
Management Compliance

1 A D
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perhatian Pada Hasil


Managerial Grid
A. Improvised Management → memiliki karakteristik rendah
dalam upaya melakukan pekerjaan maupun membangun
tim/relasi sosial

B. Country Club Management → memiliki perhatian tinggi


pada orang-orang namun rendah terhadap pekerjaan

C. Middle of the Road Management → berada dalam posisi


seimbang antara pekerjaan dan orang, umumnya gaya ini
diadopsi oleh banyak orang

D. Authority Compliance → manajer cenderung fokus pada


pekerjaan dan mengabaikan orang-orang

E. Team Management → pemimpin ideal yang memiliki


perhatian tinggi baik pada pekerjaan maupun orang-orang
the situational leadership theory

“Life Cycle Theory of Leadership”


“Situational Leadership Theory“

by Paul Hersey and Ken Blanchard


• Kepemimpinan yang efektif : bergantung pada
relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin
yang sukses selalu mengadaptasi gaya
kepemimpinan yang tepat.
• Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal
pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi
bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau
fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.
• Jadi pendekatan kepemimpinan situasional : fokus
pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu
situasi yang unik.
• R1: Readiness 1 — pengikut tidak mampu dan tidak mau mengambil
tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pengikut tidak memiliki
kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai “The
honeymoon is over“).
• R2: Readiness 2 — pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia
sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh
pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan
tugas-tugas.
• R3: Readiness 3 — pengikut memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja
yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak
mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.
• R4: Readiness 4 — pengikut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan
kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan
kemauan yang kuat untuk melaksanakannya.
• S1: Telling / Directing (Pemberitahu) — Perilaku
tugas tinggi dan perilaku hubungan yang
terbatas. Karakteristik gaya kepemimpinan
dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberitahu individu atau kelompok soal apa,
bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah
pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu
memberikan instruksi yang jelas, arahan yang
rinci, serta mengawasi pekerjaan secara
langsung.
• S2: Selling (Penjual) — Ini menekankan pada
jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi.
Pemimpin masih memberi arahan, komunikasi
sudah dua arah dan memberi dukungan secara
emosional terhadap individu atau kelompok guna
memotivasi dan rasa percaya diri pengikut.
Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau
kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu
terus menyediakan sikap membimbing akibat
individu atau kelompok belum siap mengambil
tanggung jawab penuh atas proses dalam
pekerjaan.
• S3: Participating (Partisipatif) — menekankan pada jumlah tinggi perilaku
hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada
tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi gagasan
dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka
tunjukkan.
Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan
pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai
pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini
melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang
baik serta siap membantu pengikutnya.
Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar
individu atau kelompok.
• S4: Delegating (Pendelegasian) — Ini menekankan pada
kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku
hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini
cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses
pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada
level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan
pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah
kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung
jawab atas pekerjaannya.
Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor
berlangsungnya sebuah pekerjaan.
Question ?
Thank you

Anda mungkin juga menyukai