Disusun oleh :
Nama : Emilia Lupita Sari
NIP : 199609142022032015
NDH : 33
Jabatan : Pengelola Keuangan
Instansi : UPT Puskesmas Sidangawangi
Mengetahui, Menyetujui,
Coach Mentor
i
LEMBAR PENGESAHAN
Coach Mentor,
Penguji,
XXXXXX
NIP.
ZZZZZZZZZZ
i
KATA PENGANTAR
Allhamdulillahi rabbil alamin. Puji dan syukur peserta panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala Berkat, Rahmat dan PertolonganNya sehingga peserta dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya Rancangan Aktualisasi berjudul “Optimalisasi Sistem
Pengadaan dan Pengeluaran ATK dengan Sistem Satu Pintu”.
Penyusunan Rancangan Aktualisasi ini merupakan salah satu tugas Pelatihan Dasar
Calon Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Majalengka, Golongan II Angkatan
XIV NDH 33 Tahun 2022 yang harus dipenuhi oleh setiap peserta. Dalam Rancangan
Aktualisasi ini terdapat berbagai kegiatan yang peserta lakukan dengan menerapkan nilai-nilai
dasar ASN yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompoten, Harmonis, Loyal, Adaptif
dan Kolaboratif.
Dalam proses mengerjakan Rancangan Aktualisasi ini tentu peserta menghadapi
berbagai kendala dan hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
Rancangan Aktualisasi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu peserta secara
khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Karna Sobahi, M.M.Pd, selaku Bupati Majalengka, yang memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pelatihan Dasar CPNS.
2. Bapak Dr. Hery Antasari, S.T., M.Dev.Plg. selaku Kepala Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Barat.
3. Bapak H. Maman Fathurochman, S.H., M.Si,, selaku Kepala Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM)
Kabupaten Majalengka yang telah memfasilitasi penyelenggaraan Pelatihan
Dasar CPNS Golongan II Angkatan XIV
4. Ibu Hj. Neneng Nani Suryani, S.ST selaku Kepala UPT Puskesmas Sindangwangi
yang menjadi Mentor peserta selama mengikuti Pelatihan Dasar CPNS.
5. Bapak Dr. Wawan Suwandi, S.Pd, M.Pd. selaku Coach/Pembimbing yang
senantiasa memberikan bimbingan dan masukan kepada peserta dalam membuat
Rancangan Aktualisasi ini.
6. Ibu Efi Rofiqoh, A.M.KG.,SKM selaku Kasubag Tata Usaha yang telah membimbing,
memberikan arahan dan memotivasi saya dalam menyusun Rancangan Aktualisasi
dan Habituasi selama masa mentoring.
7. Seluruh Panitia Pelatihan Dasar CPNS Kabupaten Majalengka yang telah
i
berkontribusi dalam terselenggaranya pelatihan ini.
8. Seluruh peserta Latsar CPNS Golongan II Angkatan XIV Tahun 2022 dan kelompok I
pada khususnya yang telah berjuang bersama serta saling membantu dalam
menjalankan setiap kegiatan latsar ini.
9. Seluruh karyawan UPT Puskesmas Sindangwangi yang telah memberikan dukungan
dan Kerjasama.
10. Kedua Orang Tua, dan saudara yang selalu mendoakan sehingga penulis selalu
dalam keadaan sehat sehingga Rancangan Aktualisasi ini dapat selesai sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
11. Suami Tercinta yang selalu menyemangati, mendukung dan berkontribusi dalam
kelancaran Latsar.
Peserta juga sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
pada rancangan aktualisasi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan demi kesempurnaan dalam penulisan Rancanga Aktualisasi.
i
i
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.3 Ruang Lingkup
REFERENSI ..............................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
i
pengimpelementasian kedudukan dan peran ASN di dalam tempat tugas masing-masing selama
masa jabatannya di masa yang akan datang.
BAB II
PROFIL INSTANSI DAN PESERTA
i
Peraturan Menteri Kesehatan No.43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarat (Puskesmas). Fasilitas pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas juga membangun Sistem Informasi
yaitu sistem informasi Puskesmas. Sistem informasi Puskesmas adalah suatu
tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan
keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskemas untuk mencapai sasaran
kegiatan.
Pembangu nan kesehatan Puskesmas Sindangwangi secara umum
bertujuan untuk Meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, status gizi dan
pengendalian pelayanan kesehatan bermutu dengan di dukung oleh sumber
daya yang berintegritas, professional, humanis dan melayani.
Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Majalengka berlokasi di Jl. Desa
Sindangwangi, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, dengan
wilayah kerja sebanyak 10 desa di wilayah kecamatan Sindangwangi,
Puskesmas Sindangwangi didukung jejaring dibawahnya sebanyak 2 Pustu, 8
Poskesdes, dan 52 Posyandu Balita serta 10 Posyandu Lansia.Secara geografis
wilayah kerja Puskesmas Sindangwangi berada di Kecamatan Sindangwangi
Kabupaten/Kota Majalengka terletak di daerah pedesaan (koordinat 108019
Bujur Barat, 108025 Bujur Timur 6042 Lintang selatan)
Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Leuwimunding
Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon
Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat : Kecamatan Rajagaluh
Adapun Luas Wilayah : 2.766,33 Ha
Puskesmas Sindangwangi secara administratif meliputi 10 desa, yaitu:
1. Desa Sindangwangi
2. Desa Bantaragung
3. Desa Padaherang
i
4. Desa Jerukleueut
5. Desa Lengkong Wetan
6. Lengkong Kulon
7. Desa Ujungberung
8. Desa Buahkapas
9. Desa Leuwilaja
10. Desa Balagedog
1. Tugas pokok Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas adalah
sebagai berikut :
1) Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
2) Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan
pendekatan keluarga
3) Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara Puskesmas
mengintegrasikan program untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan
mendatangi keluarga.
2. Fungsi Puskesmas Sindangwangi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas adalah
sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama
di wilayah kerjanya.
2) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama
di wilayah kerjanya
a. Visi, Misi dan Nilai-nilai Budaya Kerja Instansi
a) Visi
Berpedoman pada visi Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten
Majalengka adalah “Terwujudnya Masyarakat yang Mandiri Untuk Hidup
Sehat Menuju Majalengka Religius, Adil, Harmonis dan Sejahtera”. Visi
UPT Puskesmas Sindangwangi adalah “Terwujudnya Masyarakat
Sindangwangi yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Menuju Majalengka
RAHARJA Tahun 2023 (Religius, Adil, Harmonis dan Sejahtera)”.
i
b) Misi
Misi Puskesmas adalah langkah-langkah yang akan diambil untuk
mewujudkan visi Puskesmas. Adapun misi untuk mencapai visi
Puskesmas adalah dengan:
1. Meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu
kepada masyarakat.
2. Meningkatkan pengetahuan, kemandirian untuk personal hygine
(kesehatan pribadi), keluarga dan lingkungan.
3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan di
Puskesmas.
4. Menjalin kerjasama lintas sektoral.
c) Nilai-nilai Budaya Kerja
Nilai-nilai budaya kerja di UPT Puskesmas Sindangwangi adalah “SMART”
1) SEDERHANA
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
prosedur yang sederhana dan tidak berbelit-belit
2) MUDAH
Mudah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan kemudahan dan prosedur yang berlaku
3) ADIL
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
adil/tidak membedakan status sosial
4) RAMAH
Ramah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
harus dengansenyum dan ramah
5) TEPAT
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat,
tepat dan teliti sesuai prosedur yang berlaku.
2.2 Profil Peserta
Berisi uraian tentang tugas pokok dan fungsi jabatan Peserta.
2.3 Role Model
Gambaran profil yang menjadi panutan dan menggambarkan nilai BERAKHLAK
i
1. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi Pelayanan adalah Keinginan memberikan Pelayanan Prima
demi menjamin kepuasan masyarakat. Tentu kita sepakat bahwa nilai dasar
“berorientasi pelayanan” diletakkan pada poin pertama. Mengingat bahwa ASN
yang dulu dikenal sebagai abdi negara, saat ini bertransformasi menjadi
pelayan publik.
Seorang ASN dituntut untuk dapat memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Selalu bersikap ramah kepada siapa saja, terutama kepada
masyarakat. Dapat diandalkan serta cekatan dan dapat memberikan solusi atas
masalah-masalah yang ada di masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan publik, seorang aparatur sipil negara harus
selalu melakukan perbaikan tiada henti, baik dari peningkatan kompetensi
maupun cara pelayanan. Adapun panduan perilaku Berorientasi Pelayanan
antara lain adalah:
i
ketiga ini diantaranya:
1) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tíndak dan tanduknya sebagal pelayan publik kepada atasan, lembaga
pembina, dan lebih luasnya kepada publik Responsibilitas adalah kewajiban
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap Individu, kelompok atau institust
untuk memenuhi tanggung jawab kepadanya. Amanah seorang ASN menurut
SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesual dengan
Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut
adalah:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung
jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu :
a. Untuk menyediakan kontrol demokrasi;
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalagunaan kekuasaan
(peran konstitusional);
i
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
3. Kompeten
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
i
learning, job enrichment dan Job enlargement termasuk coaching dan
mentoring.
Coaching dan Mentoring selain efisien karena dapat dilakukan secara masif,
dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan sebagal mentor
sekaligus sebagai coach. Selain itu coaching dan mentoring juga penting terkait
beberapa hal, yaitu:
a. Meningkatan kinerja individu dan kinerja organisasi;
b. Membangun komitmen dan motivasi yang lebih tinggi;
c. Menumbuhkan kesadaran dan refleksi diri dalam
pengembangan potensi diri;
i
dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:
c. Membuat tempat kerja yang berenergi
Sebagian besar karyawan atau orang dalam organisasi menghabiskan
separuh hidupnya di tempat kerja. Untuk itu tempat kerja harus dibuat
sedemikian rupa agar karyawan tetap senang dan nyaman saat bekerja. Tata
ruang yang baik dan keberadaan ruang terbuka sangat disarankan. Desain
ruang terbuka dapat meningkatkan komunikasi, hubungan interpersonal dan
kepuasan kerja, sekaligus optimal Mengurangi terjadinya kurangnya
komunikasi. Disharmonis yang disebabkan kurangnya komunikasi.
5. Loyal
Secara etimologis, istilah "loyal" diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu "Loial
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal
didefinisikan sebagai "giving or showing firm and constant support or allegiance
to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan
kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)".
Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan makna "loyalitas" sebagai berikut:
a. Kepatuhan atau kesetiaan.
b. Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada
organisasi tempatnya bekerja.
c. Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu
(misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan orang tersebut.
i
d. Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan
memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada
seseorang atau sesuatu.
e. Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia,
sehingga untuk mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus
dapat mempengaruhi sisi emosional orang tersebut.
6. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang
timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan tetapl juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan din Sejatinya tanpa beradaptasi akan
menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah
pada akhirnya olen perubahan lingkungan.
Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management
i
Advisory Service UK yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah organisasi
akan mempraktekkannya, yaitu:
1. Purpose
Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai. Demikian
pula aengan organisasi pemerintah, yang mempunyai tujuan-tujuan
penyelenggaraan fungsinya yang sudah ditetapkan oleh peraturan
perundangan. Penetapan tujuan organisast menjadi elemen budaya adaptit
pertama yang diperlukan, di mana pencapaiannya akan sangat dipengaruhi oleh
variabel lingkungan. Perubahan lingkungan tidak serta merta mengubah tujuan
organisasi, tetapi adaptasi akan menyesuaikan cara organisasi bekerja agar
pencapaian tetap dilakukan.
2. Cultural values
Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang
sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya. Demikian pula dengan ASN
sebagai individu yang mempunyai nilai-nilaí yang tersemat dalam budaya
kerjanya, sehingga dituntut untuk mengaplikasikannya agar dapat memberikan
pelayanan yang maksimal dan berkualitas.
3. Vision
Menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam Kerangka piker dan
diterjemahkan dalam kerangka kerja yang digunakan dalam organisasi.
4. Corporate values
Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai korporat juga
menjadi fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.
5. Corporate strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategl-strategi yang
lebih operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara
terstruktur, efisien dan efektif
6. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di
organisasi. Tanpa dukungan struktur, akan sulit budaya adaptif dapat
berkembang dan tumbuh di sebuah organisasi.
7. Problem solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam
i
organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan. Penyelesaian
masalah harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi yang dilakukan oleh
organisasi.
8. Partnership working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan
partnership maka organisasi dapat belajar, bermitra dan saling menguatkan
dalam penerapan budaya adaptif
9. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan
tidak bisa dihindari.
7. Kolaboratif
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines”.
Ansen dan Gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses yang harus
dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu:
a. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholdermitra
kolaborasi.
b. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan
bersungguh- sungguh;
c. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan;
sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait
keuntungan bersama;
d. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi
bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai
bersama; dan
e. Menetapkan outcome.
i
B. Kedudukan dan Peran ASN menuju Smart Governance
1. Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilaidasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih daripraktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawaisehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras
denganperkembangan jaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun
dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk
pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN
dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk
menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan
segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
i
Oleh karena itu dalam pembinaan karier pegawai ASN, khususnya di daerah
dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karier tertinggi.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayan publik
c. Perekat dan pemersatu bangsa
i
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat
i
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN
senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan
kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan
golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan
kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan
kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan mementingkan persatuan
dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya).
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga
berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
i
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan, yaitu:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor
strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,
sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor
industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan
pembiayaan transformasi digittal dilakukan secepat-cepatnya.
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian
online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang
sumber informasi itu. kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia
mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi in
terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelolah, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan,
mengevaluasi dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui
teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan.
Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi
komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi,
dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk
mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks
literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang
terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
a. kecakapan digital,
b. budaya digital,
c. etika digital dan
d. keamanan digital
2
4
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah,
sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang dikedepankan untuk
ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas
desus. Maka dari itu, sebelum penetapan judul rancangan aktualisasi terlebih dahulu dilakukan
identifikasi dan penetapan isu berdasarkan observasi penulis selama bertugas.
Hal ini disebabkan karena isu menjadi acuan dalam menentukan solusi terkait permasalahan
yang timbul di instansi. Laporan aktualisasi ini disusun dengan berdasarkan identifikasi beberapa
isu yang ditemukan selama pelaksanaan tugas sebagai pengelola keuangan di UPT Puskesmas
Sindangwangi
Setelah menemukan isu-isu, tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan isu tersebut terkait
kondisi saat ini dan dampak yang akan terjadi jika tidak terselesaikan. Berdasarkan hasil
pengamatan sealama bekerja sebagai pengelola keuangan, ditemukan 3 (tiga) isu yang terkait
dengan tugas dan fungsi, yaitu:
Menurut The Liang Gie (2007), alat tulis kantor adalah benda-benda yang dipakai habis dalam
pelaksanaan dalam pekerjaan sehari-hari dari pegawai suatu intansi. Berdasarkan pengertian tersebut
alat tulis kantor merupakan sarana penunjang yang mempunyai peranan vital
4
didalam berjalannya
suatu fungsi administrasi dan faktor penting dalam kebutuhan operasional kegiatan pelayanan. Tanpa
alat-alat tersebut pekerjaan akan terbengkalai dan bahkan tidak akan terselesaikan. Banyak sekali
jenis – jenis Alat Tulis Kantor seperti : Pulpen, Pensil, Spidol, kertas HVS, amplop, dll. Meskipun
sekarang ini, teknologi sudah semakin canggih tetapi tetap suatu instansi tidak akan berfungsi jika
tanpa adanya alat tulis kantor. Oleh karena itu pengelolaan ATK harus medapatkan perhatian khusus.
Agar pengadaan alat tulis kantor efektif dan efisien maka harus dibentuknya suatu sistem
pengelolaan satu pintu. Dimana semua permintaan di Puskesmas dapat terpenuhi dengan optimal dan
pengelolaan pengeluaran bisa lebih terkontrol.
Kondisi saat ini, belum tersedianya ATK di Tata Usaha jika pegawai membutuhkan untuk
digunakan dalam operasional pelayanan. Bendahara BOK/JKN mengintruksikan kepada pegawai
untuk mengambil langsung ke Toko ATK yang sudah bekerjasama dengan puskesmas. Sistem
pengambilan ATK pun, menggunakan cara sistem BON. Dimana penyedia mencatat barang yang
diambil dan dengan bukti tanda tangan pengambil. Kemudian dari sini bisa disimpulkan ATK
menjadi tidak terkontrol dan dapat disalah gunakan / dimanfaatkan oleh pegawai untuk kepentingan
pribadi.
Jika masalah ini tidak teratasi maka berdampak pada pembiayaan yang tidak terkontrol.
Kemudian proses pengambilan ATK dilakukan oleh sembarang pegawai menjadikan tidak
terkontrolnya penggunaan ATK.
3.1.2 Isu Ke-2 :
Belum Optimalnya pelabelan barang Milik Negara di masing-masing ruangan
a) Kondisi masalah saat ini
b) Dampak jika “Masalah/Isu” Tidak diselesaikan
Belum adanya pengarsipan data pegawai secara digital di bagian Tata Usaha
1. Kondisi masalah saat ini
Surat merupakan salah satu media komunikasi yang sangat penting dalam suatu instansi,
perusahaan maupun bentuk organisasi yang lain, baik untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak
secara eksternal maupun internal. Setiap hal yang menyangkut kegiatan 4organisasi yang bersifat
resmi selalu diwujudkan dalam bentuk surat. Bagian Tata Usaha menangani pengarsipan surat masuk
dan surat keluar di UPT Puskesmas Sindangwangi.
Kondisi saat ini masih ada beberapa kendala dalam pengarsipan surat, seperti tidak semua surat
terarsipkan dengan baik, masih menggunakan data hardcopy dan box arsip. Ketika Pegawai / Bagian
Tata Usaha membutuhkan data surat keluar/masuk proses pencariannya memakan waktu yang cukup
lama. pembuatan penindaklanjut tujuan disposisi dari Kepala Bagian ke bagian bersangkutan yang
terkadang memakan banyak waktu, dan hilangnya surat.
2. Dampak jika “Masalah/Isu” Tidak diselesaikan
Jika masalah ini tidak teratasi maka terdapat kehilangan dokumen surat dan dalam pencarian
surat juga tidak akan efektif bisa memakan waktu lama. Alhasil pekerjaan lain menjadi terbengkalai.
5 Sangat Serius Isu sangat serius untuk segera dibahas karena akan berdampak ke
hal yang lain
4 Serius Isu serius untuk segera dibahas karena akan berdampak ke hal
yang lain
3 Cukup Serius Isu cukup serius untuk segera dibahas karena akan berdampak ke
hal yang lain
2 Kurang Serius Isu kurang serius untuk segera dibahas karena kurang
berdampak ke hal yang lain
1 Tidak Serius Isu tidak begitu serius untuk dibahas karena tidak berdampak ke
hal yang lain
Berdasarkan Analisis USG di atas, maka isu yang dipilih adalah sebagai berikut :
“Belum Optimalnya pengelolaan pengadaan dan pengeluaran ATK (4Alat Tulis Kantor) satu
pintu di UPT Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Majalengka. Isu prioritas selanjutnya
dianalisis dengan pendekatan diagram untuk mendapatkan akar masalah / penyebab yang perlu
diselesaikan.
4
3.5 Matrik Rancangan Aktualisasi
Unit Kerja : Sub Bagian Tata Usaha UPT Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Majalengka
Identifikasi Isu : 1. Belum Optimalnya Pengelolaan Pengadaan dan Pengeluaran ATK ( Alat Tulis Kantor) satu pintu di UPT Puskesmas
Sindangwangi Kabupaten Majakengka.
2. Belum maksimalnya pelabelan barang di masing-masing ruangan di UPT Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Majalengka.
3. Belum adanya pengarsipan data pegawai secara digital di bagian Tata Usaha di UPT Puskesmas Sindangwangi Kabupaten
Majalengka.
Isu yang Diangkat : Belum Optimalnya Pengelolaan pengadaan dan pengeluaran ATK satu pintu di UPT Puskesmas Sindangwangi Kabupaten
Majalengka
Gagasan Pemecahan : Melakukan Optimalisasi Pengelolaan Alat Tulis Kantor dengan sistem satu pintu di UPT Puskesmas Sindangwangi Kabupaten
Isu Majalengka
4
c.
2 Pembuatan SOP - Mencari referensi SOP Output : SOP ATK
ATK Kompeten : menerima saran dan masukan
Pengelolaan Alat - Membuat SOP Bukti kegiatan : foto saat untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas
Tulis Kantor Satu - Konsultasi dengan membuat SOP, foto saat diri
Pintu. mentor terkait SOP konsultasi dengan mentor, Harmonis : proses diskusi dan konsultasi
yang dubuat dilakukan dengan menghargai setiap pendapat
- TTD Kapus untuk SOP dan masukan dari mentor
yg sudah disetujui Kolaboratif : diskusi dan koordinasi dengan
rekan kerja dan mentor sebagai bentuk
kerjasama untuk mecapai tujuan bersama
Koordinasi dengan - koordinasi dengan Output : persetujuan dari Kolaboratif : diskusi dan koordinasi
kapus dan semua kapus dan semua karyawan dengan rekan kerja sebagai bentuk
Kapus dan kepala karyawan tentang SOP untuk mengikuti sosialisasi
ruangan terkait ATK yang akan kerjasama untuk mencapai tujuan
Sosialisasi SOP ATK dilaksanakan Bukti kegiatan : foto saat bersama
- koordinasi dengan kapus dan
yang dibuat kepala ruangan
4
8 Penyusunan laporan a. Mengumpulkan data a. Tersusunya laporan Akuntabel: Melaksanakan tugas
Aktualisasi dan bukti pendukung aktualisasi dengan jujur, disiplin, bertanggung
setiap laporan b. Terkumpulnya data jawab dan menjujung integeritas dalam
kegiatan dan bukti menyelesaikan tugas
b. Melakukan konsultasi c. Terlaksananya Kompeten: Melaksanakan tugas
dengan mentor dan konsultasi dengan dengan sungguh-sungguh dan berusaha
coach mengenai hasil mentor dan coach memberikan yang terbaik
pelaksanaan d. Laporan aktualisasi Kolaboratif: Melaksanakan kerja sama
dengan mentor dalam penyelesaian
aktualisasi telah dicetak
aktualisasi
4
KEI CONTOH
LEMBAR
KONSULTASI
DELOKEN NAK
KONO
4
3.6 Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Core Value ASN (BerAKHLAK)
Kegiatan Jumlah
No Mata Pelatihan Aktualisasi per
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
MP
1. Berorientasi Pelayanan 0 2 1 5
2. Akuntabel 1 0 2 1 4
3. Kompeten 3 3 4 2 12
4. Harmonis 2 2 3 1 8
5. Loyal 1 0 2 2 5
5. Adaptif 0 1 2 0 3
6. Kolaboratif 1 1 1 1 4
Jumlah Aktualisasi per 5 4 6 5
Kegiatan
3
7
3
8
BAB IV
PENUTUP
3
9
REFERENSI
4
0