Anda di halaman 1dari 119

PERCOBAAN I

(EXPERIMENT I)

PENENTUAN DENSITAS, SPESIFIC GRAVITY, DAN ° API GRAVITY


(DETERMINING OF DENSITY, SPECIFIC GRAVITY, AND ° API GRAVITY)

1.1 Tujuan Percobaan

1. Mengukur densitas fluida pada berbagai temperatur.


2. Mengukur Specific Gravity fluida.
3. Menentukan besarnya ° API.

1.2 Teori dasar


Densitas minyak adalah massa per satuan volume pada suhu tertentu atau dikenal
juga dengan perbandingan massa minyak dengan volume pada kondisi tekanan dan
temperatur tertentu. Selain densitas, salah satu sifat minyak bumi yang penting dan
mempunyai nilai dalam perdagangan adalah spesific gravity (Gravitasi Jenis).
Specific Gravity minyak adalah perbandingan antara berat jenis minyak pada
temperatur standar dengan berat jenis air dengan temperatur yang sama dapat di tulis :
SG = Q/W pada tekanan dan temperatur standar
Di Indonesia biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0,5 : 0,1
untuk minyak bumi suhu yang digunakan adalah 15º C atau 60º F. Dalam dunia
perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, gravitasi jenis atau
lebih sering disingkat dengan SG ini dinyatakan dalam API Gravity dan juga API
gravity (American Petroleum Institute) yang sangat mirip dengan Baume gravity
adalah suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat dinyatakan
dengan persamaan :
141,5 m
° API = - 131,5 ρo =
SG v

1
2

141,5 ρo
SG = SG =
131,5+ ° API ρw
API Gravity minyak bumi sering menunjukkan kualitas dari minyak bumi
tersebut. Makin kecil SG-nya atau makin tinggi OAPI-nya, maka minyak bumi itu
makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah
O
API atau makin besar SG-nya, maka mutu minyak bumi itu kurang baik karena lebih
banyak mengandung lilin (wax) atau residu (aspal). Perhatikan tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 komponen ° API dan SG
Komponen ° API SPECIFIC GRAVITY

Minyak Ringan >20 <0.934

Minyak Berat 10-20 0,934-1,000

Tar <10 >1,000

Namun dewasa ini dari minyak bumi berat pun dapat di buat fraksi bensin lebih
banyak dengan sistem “Cracking” dalam penyulingan. Walaupun demikian tentu
proses ini memerlukan ongkos atau biaya yang lebih besar lagi.
Selain ° API juga dapat dipakai Baume yaitu :
140
° Baume = - 130
SG
Sistem Baume tidak banyak digunakan di dalam industri perminyakan.
Perbandingan antara skala yang menggunakan specific gravity dengan °API dan
°Baume dapat dilihat pada tabel. Perlu dicatat bahwa yang dimaksud dengan specific
gravity disini adalah specific gravity keseluruhan minyak mentah tersebut, jadi semua
fraksi. Selain itu specific gravity minyak bumi juga tergantung pada temperatur,
sehingga bila temperaturnya tinggi maka makin rendah specific gravity-nya.
3

Tabel 1.2 SG,° API, dan ° Baume


SG (60℉ ¿ ° API ° Baume

1,000 10,0 10

0,9655 15,0 15

0,9333 15,1 20

0,9032 25,2 25

0,8750 30,2 30

0,8485 35,3 40

0,8235 40,3 40

0,8000 45,4 45

0,7778 50,4 50

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
1. Gelas ukur 500 mL : 1 unit
2. Gelas ukur 250 mL : 1 unit
3. Gelas ukur 100 mL : 1 unit
4. Gelas ukur 50 mL : 1 unit
5. Gelas ukur 25 mL : 1 unit
6. Gelas ukur 10 mL : 1 unit
7. Gelas kimia 500 mL : 1 unit
4

8. Corong : 1 unit
9. Picnometer 25 mL : 2 unit
10. Pipet tetes : 2 unit
11. Hydrometer jar : 1 set
12. Labu volumetrik 50 mL : 1 set
13. Termometer : 1 unit

1.3.2 Bahan
1. Gliserin 25%.
2. Gilserin 50%.
3. Gliserin 75%.
4. Air formasi.
5. Crude oil 250 mL.
6. Minyak rem.

Pipet tetes Hydrometer jar


5

Labu volumetrik Termometer

Gelas ukur

Picnometer Labu volumetrik

Gambar 1.1 Peralatan percobaan Penentuan Densitas, Specific Gravity dan oAPI

1.4 Prosedur Percobaan


a. Menggunakan picnometer
1. Timbang terlebih dahulu piknometer kosong, kemudian isi piknometer
dengan crude oil.
6

2. Timbang kembali piknometer yang telah berisi crude oil, pastikan


crude oil yang di uji telah keluar melalui lid.
3. Selisih berat dari piknometer kosong dan yang berisi crude oil adalah
massa dari crude oil
4. Volume piknometer dapat dilihat pada tabel yang ada pada alat atau
dengan menuangkan crude oil kedalam gelas ukur untuk mengetahui
volume crude oil dari crude oil.
5. Lakukan prosedur diatas dengan sampel gliserin, air formasi, dan
minyak rem.
b. Menggunakan hydrometer jar
1. Mengambil sampel air formasi.
2. Memasukkan ke dalam gelas ukur 500 mL.
3. Memasukkan hydrometer jar mulai dari harga ° API yang terendah (20
° API - 35° API).
4. Memasukkan termometer kedalamnya.
5. Baca harga berat jenis dan temperaturnya pada hydrometer dibatas
fluida.
6. Dari harga pembacaan, gunakan tabel untuk mendapatkan ° API
gravity sebenarnya.
7. Gunakan pada sampel fluida yang lainnya seperti gliserin, crude oil
dan minyak rem.
1.5 Hasil pengamatan
Tabel 1.3 Menggunakan piknometer dan labu volumetrik

Bahan Massa (gr) ρ (gr/cc) SG Keterangan

Gliserin 25% 26,69 gr 1,061 1,061

Gliserin 50% 28,42 gr 1,130 1,130


7

Gliserin 75% 29,95 gr 1,191 1,191

Air formasi 24,98 gr 0,993 0,993

Minyak rem 27,54 gr 1,095 1,095

Tabel 1.4 Menggunakan Labu Volumetrik


Bahan Massa (gr) ρ (gr/cc) SG ° API Keterangan

Crude Oil 43,18 0,86 0,86 33,03 Minyak


Ringan

Tabel 1.5 Menggunakan hydrometer jar

° API Temperatur
Bahan SG
Observasi Actual ℃ ℉ K °R Ra

Crude Oil 0,88 29,29 27,56 28 82,4 301 22,4 542,4

1.6 Perhitungan
a. Gliserin 25 %

Piknometer kosong = 21,45 gr

Piknometer berisi = 48,15 gr

Massa gliserin = Piknometer berisi-Piknometer kosong


= 48,15 gr – 21,46 gr
8

= 26,69 gr
m 26,69 gr ρs 1,061 gr /cc
ρ= = 25,1442ml SG = = 1 gr /ml
v ρw
= 1,061 = 1,061 gr/cc

b. Gliserin 50 %
Piknometer kosong = 21,46 gr
Piknometer berisi =49,88 gr
Massa gliserin =Piknometer berisi – piknometer kosong
= 49,88 gr – 21,46 gr
=28,42 gr
m 28 , 42 gr ρ s 1,130 gr /cc
ρ= = SG = =
v 25,1442ml ρw 1 gr /ml
= 1,130 gr/cc = 1,130
c. Gliserin 75 %
Piknometer kosong = 21,46 gr
Piknometer berisi = 51,41 gr
Massa gliserin = Piknometer berisi – piknometer kosong
= 51,41 gr – 21,46 gr
= 29,95 gr
M 29,95 gr ρ s 1,191 gr /cc
ρ= = SG = =
V 25.1442ml ρw 1 gr / ml
= 1,191 gr/cc = 1,191
d. Air Formasi
Piknometer kosong = 21,46 gr
Piknometer berisi = 46,44 gr
Massa air formasi = piknometer berisi – piknometer kosong
= 46,44 gr – 21,46 gr
= 24,98 gr
9

M 24,98 gr ρ s 0,993 gr /cc


ρ= = SG = =
V 25.1442ml ρw 1 gr /ml
= 0,993 gr/cc = 0,993
e. Minyak Rem
Piknometer kosong = 21,46 gr
Piknometer berisi = 49,00 gr
Massa minyak rem = piknometer berisi – piknometer kosong
= 49,00 gr – 21,46 gr
= 27,54 gr
27,54 gr ρ s 1,095 gr /cc
ρ= SG = =
25.1442ml ρw 1 gr /ml
= 1,095 gr/cc = 1,095

f. Labu Volumetrik
Labu volumetrik kosong = 39,27 gr
Labu volumetrik berisi = 82,45 gr
Massa crude oil = Labu berisi – labu kosong
= 82, 45 gr – 39,22 gr
= 43,18 gr
M 43,18 gr 141.5
ρ= = = 0,86 gr/ml ° API = - 131.5
V 50 ml SG
ρs 0,86 141.5
SG = = = 0,86 = - 131.5
ρw 1 0,86
= 33,03
g. Hydrometer Jar
Diketahui ° C = 28 ° c
Ditanya = ° F , ° K , ° R , ° Ra
9
°F = ( x ° c ) + 32
5
10

9
= ( x 28 ° c ) + 32
5

= 82,4 ° F

°K = ° c + 273

= 28 + 273

= 301 ° k

4
°R =( x °c )
5

4
=( x 28 )
5

= 22,4 ° R

° Ra = ° F + 460

= 82,4 + 460

= 542,4 ° Ra

°F ° API

X1 82 27,6 y1

X 82,4 X y
11

X2 83 27,5 y2

x− x 1 y− y 1
=
x 2−x 1 y 2− y 2

82,4−82 x−27,6
83−82
= 27,5−27,6

0,41 x 27,6
1 −0,1

- 0,04 = x – 27,6

X = -0,04 + 27,6 = 27,56

1.7 Pembahasan

Dari percobaan ini, bertujuan untuk menentukan densitas, specific gravity dan °
API gravity.

Densitas adalah massa persatuan volume pada suhu tertentu, atau dikenal juga
dengan perbandingan massa minyak dengan volume pada kondisi tekanan dan
temperatur tertentu

Specific Gravity minyak adalah perbandingan antara berat jenis minyak pada
temperatur standar dengan berat jenis air dengan temperatur yang sama dan dapat
ditulis:

SG = Q/W pada tekanan dan temperatur standar


12

Selain mempengaruhi pemboran juga dapat mencegah masalah kerusakan


formasi. Semakin rendah densitas fluida pemboran maka semakin rendah pula
tekanan hidrostatik fluida dalam lubang bor yang rendah dari tekanan formasi.

Dengan tekanan hidrostatik fluida pemboran yang rendah dari pada tekanan
formasi, maka:

 Formasi batuan dibawah bit tidak mengalami penambahan compressive


strength oleh berat fluida pemboran
 Meminimalkan proses regrinding bit oleh karena tidak adanya gaya
penahan oleh berat fluida pemboran terhadap cutting di depan bit. Umur
bit dapat ditingkatkan dan laju pemboran akan semakin cepat.
 Mencegah terjadinya masalah hilangnya sirkulasi
 Akan terjadi inflow aliran fluida formasi dan tekanan inflow ini akan
membantu pembersihan lubang bor
 ° API gravity yaitu American Petroleum Institute yang sangat mirip
dengan boume gravity yang berarti suatu besaran yang merupakan fungsi
dari berat jenis yang dapat dinyatakan dengan :
141.5 M
° API = - 131.5 ρo =
SG V

Aplikasi lapangan pada percobaan ini yaitu Densitas, specific gravity, dan ° API
merupakan suatu sifat yang terdapat dalam suatu minyak yang sangat menentukan
kualitas minyak tersebut. Bila derajat ° API tinggi dan SG rendah minyak itu sangat
berharga karena banyak mengandung bensin. Sedangkan bila ° API rendah dan SG
tinggi harga atau mutu suatu minyak akan rendah karna mengandung lilin (wax) atau
residu (Aspal). Serta dilakukannya percobaan in guna untuk mencegah terjadinya
kerusakan atau masalah pada saat melakukan pemboran.
13

Analisa hasil percobaan yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil SG dari
gliserin 25 % adalah 1,061. Untuk gliserin 50 % SG nya adalah 1,130. Untuk gliserin
75 % adalah 1,191.Pada air formasi kami mendapatkan SG 0,993. Untuk minyak rem
kami mendapatkan SG 1,095 serta pada Labu Volumetrik SG nya 0,86 dan ° API nya
adalah 33,03.

Discussion

From this experiment, the command to determine density, specific gravity and °
API gravity.

Density is a mass of volume unity at a certain temperature, or also with oil mass
with volume at certain conditions and temperatures

Specific Gravity oil is a ratio between the specific gravity of oil at standard
temperature and the same air temperature and can be written:

SG = Q / W at medium time and standard temperature

Density besides affecting drilling can also issue formation damage problems. The
lower the density of drilling fluid, the lower the hydrostatic fluid in the very low form
of the formation

By drilling low hydrostatic fluid from the formation time, then:

 The rock formation below the bit is not reinforced by the compressive
strength of the drilling fluid weight
 Minimizing the bit regrinding process because there is no retaining force
by the drilling fluid weight against the cutting in front of the bit. The bit
age can be increased and the drilling rate will be faster.
 Preventing back problems of circulation problems
 There will be an inflow of fluid flow and this inflow flow will help save the
drill hole
 Gravity ° API: The American Petroleum Institute which is very similar to
Boume gravity which is used to measure:

° API = 141.5 / SG-131.5 ρo = M / V


14

Field application Density, specific gravity, and ° API are properties that produce
in oil. Which greatly determines the quality of the oil. If the API degree is high and
SG low oil is very much because it contains a lot.
Whereas if ° API is low and SG is high or contains oil it will be low because of
wax (wax) or residue (Asphalt). As well as fusing in order to prevent it from turning
on or changing when drilling.
Analyzing the results of the experiments we did, we got an SG yield of 25%
glycerin is 1,061. For 50% SG glycerin is 1,130. For 75% glycerin is 1,191.
In the air formation we get SG 0.993. For brake fluid we get SG 1.095 and SG
Volumetric Flask 0.86 and ° API at 33.03.

1.8 Kesimpulan
1. Dari percobaan ini kita dapat menentukan densitas, SG, serta ° API suatu
fluida.
2. Persamaan penentuan densitas, SG, dan ° API sebagai berikut :
m ρsampel 141,5
ρ= SG = ° API = - 131,5
V ρwater SG
3. Kita dapat menentukan SG suatu sampel dengan menggunakan hydrometer jar
dan dapat mengetahui ° API dengan menggunakan tabel ° API gravity pada
temperatur tertentu.
4. Dari diketahui densitas, SG, dan ° API suatu minyak maka kualitas minyak
tersebut dapat diketahui.
5. Makin kecil SG nya atau makin tinggi ° API nya maka minyak bumi itu
semakin berharga. Karena banyak mengandung bensin. Sedangkan makin
rendah API atau makin besar SG nya maka mutu minyak kurang baik, karena
banyak mengandung lilin atau residu.
1.9 Tugas

1. Jelaskan 5 sifat fluida reservoir


Jawab :
 Densitas minyak, yaitu perbandingan antara berat massa suatu substansi
dengan unit dari volume tersebut ρ : massa/volume
15

 Viskositas,yaitu sebagian ukuran ketahanan minyak terhadap aliran/


dengan kata lain keengganan fluida untuk mengalir
 Faktor volume formasi minyak, yaitu perbandingan volume fluida
reservoir pada kondisi di reservoir dengan volume fluida dipermukaan
pada kondisi standar
 Kelarutan gas dalam minyak, yaitu banyaknya scf gas yang terlarut dalam
satu stb minyak pada kondisi standar 14,7 & 607 F
 Kompresibilitas minyak, yaitu didefinisikan sebagai perubahan volume
minyak akibat adanya perubahan tekanan.
2. Jelaskan hubungan densitas, viskositas, dan API gravity crude oil
Jawab :
Dalam dunia perminyakan yang sangat menentukan kualitas minyak
adalah densitas, SG, dan API. Jika nilai suatu fluida tinggi dan begitu juga
sebaliknya, jika nilai densitas suatu fluida rendah maka nilai viskositas
nya juga rendah. Sedangkan SG dan API merupakan ukuran untuk
menentukan kualitas suatu minyak. Jika nilai SG dan API nya bagus,
maka sifat pendukung lain juga baik.
3. Jelaskan prinsip kerja piknometer dan Hydrometer!
Jawab :
Prinsip kerja piknometer didasarkan atas ketentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer.
Prinsip kerja Hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa
tersuspensi pada fluida akan di dukung oleh kekuatan sama dengan berat
fluida yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kecepatan zat
tersebut, lebih jauh hydmeter akan tenggelam.
16

4. Jelaskan kenapa minyak mentah disebut berharga apabila memiliki API


gravity yang tinggi!
Jawab :
Suatu minyak mentah yang API gravity tinggi dikatakan berharga karena
hak tersebut menunjukkan bahwa kualitas nya bagus, karena termasuk jenis
minyak ringan, serta lebih banyak mengandung bensin.
5. Diketahui massa piknometer kosong adalah 0,2 x lb dan massa piknometer
berisi 0,4 xx lb. dengan volume piknometer kosong adalah 50 cm3.
Tentukan densitas SG dan API gravity nya!
Jawab :
Diket = Massa piknometer kosong = 0,22 lb
= Massa piknometer berisi = 0,432 lb
= V piknometer = 50 cm3 = 50 cc = 50 ml
= 1 lb = 453,59 gr
Ditanya : a. L b. SG c. API
Penyelesaian :
Massa fluida = massa piknometer berisi – massa piknometer kosong
= 0,432 lb – 0,22 lb = 0,212 lb
453,59 gr
= 0,212 lb x = 96,16108 gr
1 lb
= 96,17
Massa Fluida
a. Densitas =
V . flu ida
96,17
=
50 ml
= 1,9234 gr/ml
ρo
b. SG =
ρw
1,92
=
1 gr /ml
17

= 1,92
141.5
c. ° API = – 131.5
SG
141.5
= – 131.5
1,92
= - 57,802
PERCOBAAN II
(EXPERIMENT II)

PENENTUAN KANDUNGAN AIR DAN ENDAPAN SEDIMEN (BS & W)


(BASE SEDIMENT AND WATER DETERMINATION)

2.1 Tujuan Percobaan

Untuk menentukan kadar air dan endapan dari crude oil dengan menggunakan
BS & W centrifuge

2.2 Teori Dasar

Dalam suatu proses produksi, air padatan-padatan yang terbawa atau ikut
terproduksi bersama minyak harus dipisahkan. Air yang terproduksi dapat
mengganggu proses prefinary. Sedangkan padatan yang ikut terproduksi biasanya
adalah pasir dan serpih, itu dapat mengganggu alat produksi. Hal ini disebabkan oleh
karena batuan yang unconsolidated dan porous. Butir-butir ini sedimikian kecilnya
sehingga dapat lolos dari saringan dan mengendap dibawah sumur. Untuk pemisahan
zat-zat padat dari minyak berat misalnya, dapat dilakukan dengan centrifuge karena
jenis minyak berat penguapannya rendah atau kecil sehingga fraksi minyak yang
hilang kecil atau sedikit.

Pemisahan minyak dari air dan padatan pada waktu produksi mempunyai
maksud tertentu :

1. Mencegah Korosi.
2. Mencegah Erosi.
3. Mencegah terbentuknya scale.

Ada dua macam centrifuge yang digunakan dalam industri perminyakan yaitu shaples
super centrifuge dan De laval separator. Penggunaan alat ini terutama untuk ekstrasi

18
19

padatan-padatan dalam minyak di kilang. Alat ini juga digunakan untuk emulsi
minyak.

Dengan metode centrifuge ini, minyak yang densitasnya lebih rendah berada di
atas sedangkan air yang densitasnya lebih tinggi berada dibawahnya, pasir dan
padatan lainnya yang memiliki densitas lebih tinggi dari air dan minyak akan berada
di tempat yang paling bawah. Centrifuge ini mempunyai kelebihan antara lain :

a. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan lain
lebih singkat dari pada Dean And Stark method.
b. Pemindahan alat sangat mudah dilakukan.
c. Penguapan yang terjadi sangat kecil karena yang dipakai adalah sistem
tertutup.
d. Metode yang dipakai ini sangat fleksibel di dalam penggunaan produksi yang
berubah hanya dengan mengurangi dan menambahkan unitnya.

2.3 Alat dan Bahan

2.3.1 Alat
1. Centrifuge tube 100 ml : 4 Unit
2. Gelas Kimia 50 ml : 1 Unit
3. Gelas ukur 100 ml : 3 Unit
4. Pipet tetes : 2 Unit
5. BS & W Machine : 1 Unit
6. Corong : 2 Unit
2.3.2 Bahan
1. Sampel minyak 1 ( Crude Oil 1 )
2. Sampel minyak 2 ( Crude Oil 2 )
3. Toluena
4. Demulsifier
20

Gelas Ukur 100 mL Centrifuge Tube

Gelas Kimia 50 mL Pipet Tetes

Corong BS & W Machine

Gambar 2.1 Peralatan Penentuan Kandungan Air dan Endapan Sedimen.


21

2.4 Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan sampel minyak 100 ml ( Tabung 1 sebear 50 ml dan tabung 2


sebesar 50 ml ).
2. Memasukkan toluena sebanyak 50 m untuk tabung 1, dan 50 ml untuk tabung
2).
3. Salah satu sampel diberi demulsifier.
4. Kocok kedua sampel hingga homogen.
5. Masukkan sampel diberi demulsifier sebanyak 1 s/d 3 tetes.
6. Mengatur timer dalam 10 menit serta setting temperatur sesuai dengan
kekentalan minyak.
7. Setting kecepatan putaran 1500-2000 rpm, dengan timer 10 menit.
8. Setelah timer berhenti, menunggu beberapa saat sampai putaran centrifuge
berhenti.
9. Mengambil centrifuge tube dan membaca BS & W dalam persen.

2.5 Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Penentuan Kandungan Air dan Endapan Sedimen.

BAHAN HASIL PENGAMATAN

Oil Cut
Crude Demul Lump Air
Toluen Water BS&W (%)
oil sifier ur forma Pasir
a (ml) cut (%) (%)
(ml) (tetes) (ml) si (ml)

50 50 3 - 1,36 0,04 1,36 1,4 98,6

50 50 - - 1,14 0,06 1,14 1,2 98,8


22

2.6 Perhitungan

 Sample yang dicampur Demulsifier


= Volume endapan x 2
= 0,02 x 2
= 0,04
 Sample yang tidak dicampur Demulsifier
= Volume endapan x 2
= 0,03 x 2
= 0,06
A. Air Formasi non-Demulsifier
= Volume air formasi – endapan
= 0,6 – 0,03
= 0,57 x 2
= 1,14 %
Air Formasi Demulsifier
= Volume air formasi – endapan
= 0,7 – 0,02
= 0,68 x 2
= 1,36 %
B. Lumpur non-Demulsifier
= Volume lumpur x 2
= 0,07 x 2
= 0,14 %
Air Formasi Demulsifier
23

= Volume lumpur x 2
= 0,1 x 2
= 0,2 %
C. % Water Cut non-Demulsifier
Volair
= x 100 %
Voltotal
1,14 ml
= x 100 %
100 ml
= 1,14 %
Water Cut Demulsifier
Volair
= x 100 %
Voltotal
1,36 ml
= x 100 %
100 ml
= 1,16 %
D. BS & W Demulsifier
Volair +vol pasir
= x 100 %
Voltotal
1,36 ml+0,04
= x 100 %
100 ml
= 1,4 %
BS & W non-Demulsifier
vol air+ vol pasir
= x 100 %
vol total
= 1,2 %
E. Oil Cut Demulsifier
= % volume total - % BS & W
= 100 – 1,4 %
= 98,6 %
Oil Cut non-Demulsifier
= % Volume total - % BS & W
24

= 100 – 1,2 %
= 98,8
2.7 Pembahasan
Pada percobaan 2 ini, kami menggunakan mesin BS & W centrifuge. Fungsi
dari mesin ini sendiri adalah untuk memisahkan minyak dan air. Dalam suatu
produksi, air dan padat-padatan yang terbawa atau ikut terproduksi bersama minyak
harus dipisahkan. Air yang terproduksi dapat mengganggu proses prefinary.
Sedangkan padatan yang ikut terproduksi biasanya adalah pasir dan serpih, dan itu
dapat mengganggu alat produksi.

Maksud dilakukannya pemisahan minyak dari air dan padatan pada saat waktu
produksi yaitu untuk mencegah korosi, erosi dan mecegah terbentuknya scale. Ada
dua macam centrifuge yang digunakan dalam industri perminyakan yaitu shaplesuper
centrifuge dan De laval separator. Alat ini digunakan terutama untuk extrasil padat –
padatan dalam minyak di kilang, dan juga digunakan untuk emulsi minyak. Dengan
metode centrifuge ini, air yang densitasnya lebih besar atau lebih tinggi berada diatas
dan sebaliknya. Pasir dan padatan lainya cenderung untuk mengikuti air walaupun
padatan yang lebih besar akan tertinggal dalam centrifuge.

Centrifuge ini mempunyai kelebihan yaitu :

 Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan lain
lebih singkat
 Pemindahan alat sangat mudah dilakukan
 Penguapan yang terjadi sangat kecil
 Metode yang digunakan sangat fleksibel

Dalam percobaan ini juga berhubungan dengan emulsi. Emulsi adalah sistem dua
fasa yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk
tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang
25

ketiga yang disebut dengan emulgator. Komponen emulsi digolongkan menjadi 2


macam yaitu :

1. Komponen Dasar : merupakan bahan pembentuk emulsi yang harus


terdapat dalam emulsi. Terdiri atas Fase Continue, fase discontinue, dan
emulgator.
2. Komponen Tambahan : bahan tambahan yang sering ditambahkan pada
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Dalam percobaan ini menggunakan sample demulsifier. Demulsifier sendiri


merupakan anti emulsi tergolong dalam oil fields chemicals yang digunakan untuk
memisahkan air dari minyak. Umumnya digunakan proses minyak mentah untuk
menghasilkan kualitas minyak mentah yang lebih baik dan biaya produksi yang
efisien. Menggunakan demulsifier karena untuk memisahkan air dari minyak,
memisahkan kotoran dari minyak, mencegah emulsi dan masih banyak lagi.

Karakteristik khusus dari demulsifier yaitu, dapat berekasi dengan cepat


memutuskan rantai emulsi, mempercepat proses aglomerasi, mempercepat
penumpukan, pemisahan kotoran dan lain-lain. Kemudian sampel yang digunakan
yaitu Toluena, toluena dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana yaitu
cairan bening tidak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti
pengencer cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon
aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industry dan juga sebagai
pelarut.

Dari dua tabung sampel tadi, kita juga dapat melihat perbedaan air pada kedua
tabung. Tabung yang berisi demulsifier terlihat lebih jernih dibandingkan dengan
tabung yang tidak memakai demulsifier sehingga kualitas crude oil nya lebih tinggi.

Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah dalam penentuan pompa yang
digunakan. Pompa-pompa yang digunakan seperti PCP (Progressive Cavity Pump),
26

ESP (Electric Submersible Pump), dan SRP (Sucker Rod Pump). Jika crude oil yang
digunakan banyak mengandung sedimen, lebih baik menggunakan jenis pompa SRP
(Sucker Rod Pump).

Discussion

In this second experiment, we use a BS & W centrifuge machine. The function


of this machine is to separate oil and air. In production, air and solids that are
carried or produced together with oil must be separated. Produced water can mimic
the prefinary process. If the produced solids are sand and shale, and that can remove
the production tool.

The purpose and purpose of production times is to prevent corrosion, erosion


and prevent the formation of scales. There are two kinds of centrifuges in the
petroleum industry, namely shaplesuper centrifuge and de laval separator. This tool
is used for the extraction of solids in oil in refineries, and also for oil emulsions. With
this centrifuge method, air with a density greater or higher is above and vice versa.
Sand and other solids intended for airborne larger solids will be left in the centrifuge.

This centrifuge has advantages, namely:

 The time needed to separate air and oil and other deposits is shorter
 Transfer of tools is very easy to do
 Evaporation that occurs is very small
 A very flexible method

In this experiment also associated with emulsions. An emulsion is a two-phase


system in which one of its fluids is dispersed in another liquid in the form of small
droplets. Emulsion stability can be ordered by ranking a substance called an
emulgator. The emulsion component is classified into 2 types, namely:
27

1. Basic Components: are emulsion-forming materials which must be


available in the emulsion. Consists of the Resume Phase, phase discontinue,
and emulgator.

2. Additional components: ingredients that can be added to the emulsion


to pay for better results.

In this experiment using a sample demulsifier. Demulsifier itself is an anti-


emulsion belonging to the field of chemical oil which is used to separate air from oil.
Separate the crude oil process to produce better oil quality and efficient production
costs. Use Demulsifier because to separate air from oil, remove liquid from oil,
prevent emulsion and much more.

A special characteristic of Demulsifier is that it can react quickly to break the


emulsion, accelerate the aglomeration process, accelerate buildup, ignite impurities
and so on. So the example used is Toluene, toluene is also known as methylbenzene or
phenylmethane, which is a colorless clear liquid that is not soluble in air with a smell
like cat thinners and fragrant flow like benzene. toluene is an aroamtic hydrocarbon
widely used in the bait bait industry and also as a solvent.

From both of the tube before, we also can see the different of water between
the tube. The tube which contains demulsifier it looks more pure compared to the tube
who doesn’t use demulsifier . So, the quality of crude oil in second tube is more high.

Field application of this experiment is the determination pump used. Pumps


used such as PCP (Progressive Cavity Pump), ESP (Electric Submersible Pump), and
SRP (Sucker Road Pump). If the crude oil that is used contains a lot of sediment,
better use of pumps SRP (Sucker Rod Pump).

1.8 Kesimpulan
28

 Dalam percobaan ini toluena berfungsi untuk memisahkan minyak, air dan
endapan. Sedangkan demulsifier berfungsi untuk memisahkan minyak dan air
serta mengurangi terbentuknya endapan.
 Cara memasukkan tabung ke dalam carousel juga berpengaruh pada kerja
mesin BS & W. Selain tata letak, volume pada tabung harus sama rata
sehingga putaran pada mesin seimbang.
 Dalam percobaan ini, kita dapat melihat perbedaan air yang ditetesi dengan
demulsifier dan yang tidak ditetesi. Dan dapat menghitug volume minyak,
water cut (%), dan oil cut (%).
 Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah dalam penentuan pompa yang
digunakan.

1.9 Tugas

1. Apa definisi dari istilah berikut :


a. BS & W
b. Water Cut
c. Oil Cut

Jawab :

 BS & W : Merupakan suatu pengukuran presentase volume dan air


 Water Cut : Suatu presentase air yang terkandung didalam sampel
 Oil Cut : Presentase jumlah minyak murni setelah didapatkan oil
cut

2. Mengapa penentuan BS & W sangat di perlukan ?


Jawab :
Karena didalam crude oil tidak murni terdapat minyak. Didalam crude oil
terdapat air, pasir dan lumpur, maka dengan percobaan BS & W dapat
memisahkan air, pasir dan lumpur
29

3. Apa yang dimaksud dengan emulsi dan kenapa emulsi bisa terjadi pada saat
produksi minyak?
Jawab :
Emulsi adalah cairan 2 fasa yang tidak dapat tercampur seperti air dan
minyak.
Karena didalam crude oil tidak hanya minyak di dalam crude oil juga terdapat
air, lunpur dan pasir maka dari itu pada saat produksi minyak terjadi emulsi.

4. Apa perbedaan Demulsifier dan Reserve Demulsifier.


Jawab :
 Demulsifier adalah untuk memecahkan emulsi berupa oil base (jumlah
minyak dalam air).
 Reserve demulsifier adalah untuk memecahkan emulsi berupa water
base (jumlah air) dalam minyak.
5. Bagaimana cara kerja Demulsifier
Jawab :
Cara kerja demulsifier dalam mengurangi atau menurunkan teganngan
permukaan kedua zat dipengaruhi oleh gaya gravitasi partikel kedua zat,
sehingga partikel-partikel kecil akan menyatu. Hal tersebut terjadi karena
tegangan permukaan kedua zat tersebut berbeda.

6. Apa yang mempengaruhi kinerja chemical demulsifier dan reverse demulsifier


?
Jawab :
Kinerja dari reverse demulsifier adalah dapat dikatakan baik serta demulsifier
juga . Apabila waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan antara minyak dan
air secara cepat .
30
PERCOBAAN III
(EXPERIMENT III)

ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI


( CHEMICAL ANALYSIS OF FORMATION WATER)

3.1 Tujuan Percobaan


Untuk menentukan besarnya harga indeks stabilitas guna mengetahui
stabilitas guna mengetahui tingkat pengendapan perkaratan yang disebabkan oleh air
formasi.

3.2. Teori Dasar


Air formasi disebut pula dengan oil field water atau connate water atau
intersial water yaitu air yang diproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas,
karena adanya gaya dorong dari air (water drive) yang mengisi pori pori yang
ditinggalkan minyak. Air formasi hampir selalalu ditemukan dalam reservoir
hidrocarbon. Air formasi diperkirakan berasal dari laut yang terendapkan bersama
dengan endapan sekelilingnya, karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak
terjadi pada lingkungan pengendapan laut.

Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses


produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga mempunyai
kegunaan cukup penting antara lain :
1. untuk mengetahui penyebab korosi pada alat produksi suatu sumur
2. untuk mengetahui adanya scale formation
3. untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan yodium
dan barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk mengetahui adanya
reservoir minyak yang cukup besar.
Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah :
1. Adanya korosi

31
32

2. Adanya solid deposit


3. Adanya scale formation
4, Adanya emulsi
5. Adanya kerusakan formasi

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

1. Gelas ukur 500 ml : 3 Unit


2. Gelas ukur 100 ml : 1 Unit
3. Gelas ukur 25 ml : 2 Unit
4.Gelas ukur 10 ml : 2 Unit
5. Gelas Kimia 250 ml: 4 Unit
6. Labu Elemenyer : 6 Unit
7 .Pipet tetes : 9 Unit
8. pH Meter : 1 Unit
9. Statif : 3 Unit
10. Corong : 3 Unit
11 .Buret : 3 Unit
12. Batang Pengaduk : 3 Unit

3.3.2 Bahan
1. Air suling
2. Air formasi
3. Metyl Orange
4. Phenolptaline
5. K2CrO4
6. AgNO2
7. H2SO4
33

Gelas Ukur 500 mL Gelas Ukur 100 mL

Corong Gelas Ukur 25 Ml


34

Buret Statif

Labu Erlenmeyer Pipet Tetes

3.4 Prosedur Percobaan

A. Penentuan pH
1.Dengan menggunakan pH meter dapat langsung menentukan harga pH dari
sampel.
35

2. dengan alat ukur elektrolit, kalibrasi alat sebelum digunakan dengan cara :
mengisi botol dengan larutan buffer yang telah diketahui harga pH-nya,
memasukkan elektroda pada botol yang berisi larutan buffer. Memutar tombol
kalibrasi sampai digit menunjukkan harga pH larutan buffer.
3. Mencuci botol dan elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji sampel
dengan air destilasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi.

B. Penentuan Alkalinitas

Alkali dari suatu cairan biasa dilaporkan sebagai ion CO3- , HCO3- , dan OH- ,
dengan menetralisir sample dengan larutan asam lemah dan larutan indikator, larutan
penunjuk (indikator) yang digunakan dalam penentuan kebasahan CO3- dan OH-
adalah Phenolptalein (PP), sedangkan Methyl Orange (MO) digunakan sebagai
indikator dan penentuan HCO3-.

 Prosedur Percobaan
1. Mengambil contoh air pada gelas titrasi sebanyak 1 cc dan menambahkan
larutan Phenolptalein (PP) sebanyak 2 tetes.
2. Menitrasi dengan larutan H2SO4 0.02 N sambil di goyang . warna akan
berubah dari pink menjadi jernih. Mencatat jumlah larutan asam tersebut
sebagai Vp.
3. Menetesi lagi dengan 2 tetes Metil Orange , warna akan berubah menjadi
orange
4. Menitrasi lagi dengan H2SO4 0.002 N sampai warna menjasi merah /
merah muda. Mencatat banyaknya larutan asam total yaiyu : jumlah asam
(2) + asam (4) sebagai Vm.
Perhitungan
Kebasahan p = Vp / banyaknya cc contoh air
Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air
36

Penentuan untuk setiap ion dalam milieqivalen ( me / L ) dapat ditentukan dari


tabel berikut :

HCO3- CO3- OH-

P=0 M x 20 0 0

P=0 0 0 20 x P

2P = M 0 40 x P 0

2P < M 20 x ( M – 2P ) 40 x P 0

2P > M 0 40 x ( M – P ) 20 x ( 2P –
M)

C . Penentuan Kalsium dan Magnesium


A. Penentuan kesadahan total
1. Mengambil 20 ml air suling dan menambahkan 2 tetes larutan buffer
kesadahan total 1 tetes indikator , warna harus biru asli ( jernih )
2. Menambah 5 ml contoh air , warna akan berubah merah.
3. Mentitrasi dengan larutan kesadahan total hingga warna kembali jernih,
mencapai volume pentitrasi.
4. Perhitungan :
Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 emp
Kalsium, me/L = ml liter *2

ml contoh air

Bila menggunakan larutan 1 ml = 20 emp


Kalsium, me/L = ml liter *20
37

ml contoh air
Konversi kadar Ca dalam mg/L = Ca, mg/L * 20

B. Penentuan Kalsium ( Ca )

1. Mengambil 20 ml air suling, menambahkan 2 tetes larutan buffet calver


dan 1 tepung indikator calcer II, warna akan berubah menjadi cerah.
2. Menambahkan 5 cc air yang dianalisa. bila ada Ca larutan yang berubah
menjadi kemerahan.
3. Menitrasi dengan larutan kesadahan total 20 epm, warna akan berubah
jernih, mencatat volume titrasi.

C. Penentuan Magnesium ( Mg ) :

Magnesium, me / L = ( kesadahan total, me / L ) –( kalsium, me / L )

= Magnesium, me / L x 12,2

D. Penentuan Klorida

1. mengambil 20 ml air sample, menambah 5 tetes K2CrO4 , warna akan


menjadi menjadi bening.

2. Menitrasi dengan larutan AgNO3 1 ml = 0,001 g Cl sampai warna coklat


kemerahan , mencatat volume penitrasi.

3. jika menggunakan AgNO3 0,001 N :

Kadar Cl, mg/L = ml liter * 1000

ml contoh air

Jika menggunakan AgNO3 0,01 N :


Kadar Cl, mg/L = ml liter *1000

ml contoh air
38

E. Penentuan Sodium

1. Mengkonversikan mg/L anion dengan me/L dan menjumlahkan


harganya

2. Mengkonversikan mg/L kation menjadi me/L dan menjumlahkan


harganya

3. Kadar sodium ( Na ), mg/L = (anion – kation) x 23

F. Grafik Hasil Analisa Air

Hasil analisa air sering dinyatakan dengan bentuk grafik. Kita dapat menandai
perbedaan dari contoh air dengan membandingkan dua macam contoh air atau lebih
dari grafik tersebut.

G. Perhitungan Indeks Stabilitas CaCo3

Indeks stabilitas ini di dapat dengan memplotkan jumlah harga tenaga ion
dengan cara Ca dan CO3 pada grafik telah disediakan, bila indeks berharga positif
berarti air sampel memiliki gejala membentuk endapan dan apabila bernilai negative
bersifat korosif.
39

3.5 Hasil Pengamatan

No Kegiatan Bahan Hasil Pengamata


n

1 Penentuan Ph Air formasi pH = 9

2 Penentuan Air formasi Vp = 0,6 Wettnes P = HCO3- =


Alkalinitas H2SO4 mL 0,06 0,4 mg/L

Phenoptaline Vm = 1,4 Wettnes M = CO3- = 2,4


mL 0,14 mg/L

Metyl Vs = 10 OH- = 0
Orange mL

3 Penentuan Air Formasi V. titras= CaCO3 CaCO3


Kesadahan Buffer mL (me/L) = 20 (mg/L) =
Total EBT V. water 0,2
EDTA = mL

4 Penentuan Air Formasi V. titrasi Cl- (me/L) = Cl- (mg/L)


Klorida Aquadest =18,4mL. 130.640 = 3.680
AgNO3 V. water
K3CrO4 = 5mL

5 Penentuan - Ʃkation = Ʃanion = Na+ =


Sodium 0.2 3.7265 81.1095

3.6 Perhitungan
A. pH
40

Dari pengujian pH yang telah dilakukan menggunakan sample air formasi dan
kertas lakmus hasil yang kami dapat kan adalah 9 dan itu tergolong basa.
B. Alkalinitas
Diketahui : Vp = 0,6
Vm = 1,4 ml
Vs = 10 ml
Ditanya : a. P? c. CO32-
b. M? d. OH –

jawab:
Vp 0.6 ml
a. P = = = 0.06 ml d. . CO3- = 40 . P
Vs 10 ml
= 40. 0.06 ml

= 2.4 me/L

me
Vm 1.4 ml . Ion
b. M = = Mg/L = l
Vs 10 ml
Mr

2.4 .1
= 0.14 ml =
60

c. HCO3- = 20 x ( M -2p )

= 20 x ( 0.14 . 0.12 ) e. . OH- = 0

= 20 x ( 0,02)

= 0,4 Me / L

me
. Ion
Mg /L = l
Mr
41

0.4 .1
=
61

= 0.0065 mg/L

C. Kesadahan total

Diketahui : V sampel =10 ml = 0.01 L

V EDTA = 2 ml = 0.002 L

M EDTA = 0.01 ml

Ditanya : Mg CaCo3

kadar CaCo3

Jawab :

a. Mg CaCo3 = V EDTA . M EDTA . Mr CaCo3 . 1000


= 0.002 L . 0.01.100.1000
=2

Mr CaCo3 = 40 + 12 + ( 16 x 3)

=100

b. Kadar CaCo3

CaCo 3 0.02
= = 0.2 Mg/L
v sample 0.1 L
42

Mg
. MrCaCo3 0.2.100
CaCo3= L =
1
ion

= 20

D. Penentuan Klorida

Diketahui = V Filtrasi = 18.4 ml

V water = 5 ml

Ditanya : Cl –

Mg
ml liter . 1000 . Mr
Jawab : Cl =
-
Me/L = L
ml contoh air
ion

18.4 .1000 3680.35.5


= =
5 ml 1

= 3.680 Mg/L = 130.640

E. Penentuan Sodium

Anion Mr Me/L Mg/L Kation Mr Me/L

HCO3- 61 0.4 0.0065 CaCo3 20 0.02


43

CO32- 60 2.4 0.04

OH - 17 0 0

Cl- 35.5 130.640 3.680

∑ Anion 3.7265

∑ kation 0.2

Na+ = {∑ Anion (mg/L) - ∑ kation (Mg /L )}

= { 3,7265 Mg/L - 0.2 Mg { L } . 23

= 81.1095 Mg/L

3.7 Pembahasan

Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama sama dengan minyak
dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam macam garam dan asam. Terutama
NaCL sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Air formasi bisanya
disebut juga dengan oil field water atau connate water atau initial water.

Air formasi ini juga memiliki sifat fisik , sifat fisik air formasi meliputi :
A . Berat jenis air
B. Viscositas air
C. faktor volume formasi
D. kelarutan gas dalam air formasi
Untuk menentukan air formasi itu mengandung apa saja dan dapat
mengakibatkan apa saja maka kita dapat pengujian dengan titrasi adalah salah satu
44

contoh pengujian. Yang dimaksud titrasi adalah metode analisis kimia secara
kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk mengetahui reaksi dari
reaktan. Karena pengukuran volume memainkan peranan penting dalam titrasi. Maka
teknik ini dikenal juga dengan analisis volumetrik.

Dalam melakukan titrasi kita menggunakan salah satu zat kimia yaitu buffer.
Yang dimaksud dengan buffer adalah suatu sistem larutan yang mempertahankan
nilai pH yang berarti karna penambahan asam basa atau pengencer.

Pada percobaan alkalinitas dengan menggunakan sample air formasi dan


phenolptaline maka di dapat kan hasil berwarna unggu. Karena memiliki pH trayek
(5,2), (6,8). Dalam kegiatan lapangan alkalinitas ini dapat menetralisirkan keasaman
dalam air. Pada hasil kesadahan total hasil fitrasi berwarna dongker kegunaan air
sadah untuk percobaan air formasi yang bersifat kesadahan total akan mengakibatkan
pengendapan mineral dan dapat menyumbat saluran pipa dan kran. Pada percobaan
klorida mendapatkan hasil berwarna merah bata karena kelebihan zat AgCrO4 . Dalam
melakukan analisa air formasi kita memakai bahan kimia seperti :

1.K2CrO4 = Kalium kromat

2. AgNO3 = Perak nitrat

3. H2SO4 = Asam sulfat

Aplikasi lapangan untuk analisa kimiawi air formasi adalah apa bila kita
mengetahui air formasi yang ada di formasi kita mengandung apa saja yang akan
terjadi untuk menggangu proses produksi minyak. Masalah yang sering terjadi karena
air formasi adalah korosi dan scale.

Discussion

Formation water is water which is produced together with oil and gas. This
water usually contains various kinds of salts and acids. Especially Nacl so that it is
45

acidic and even very acidic. The formation water is usually called oil field water or
connate water or initial water.

This water formation also has physical properties, physical properties of


formation water include:

A. Water specific gravity


B. Viscosity of water
C. formation volume factor
D. gas solubility in formation water

To determine which formation water contains anything and can cause


anything, we can test by titration is one example of testing. What is meant by titration
is a quantitative chemical analysis method commonly used in laboratories to
determine the reactions of reactants. Because volume measurement plays an
important role in titration. So this technique is also known as volumetric analysis.
In doing titration we use one of the chemicals namely buffer. Buffer is a
system of solutions that maintains a ph value which means because of the addition of
acid base or diluent.
In the alkalinity experiment using samples of water and phenolptaline, the
results were obtained in color. Because it has a pH range of 5.2 6.8, in this alkalinity
field activity it can neutralize acidity in water. In the results of the total hardness of
the color fitration results, the use of hard water for total hardness formation
experiments will result in the deposition of minerals and can clog the pipelines and
faucets. In the chloride experiment, the results were red brick because of the excess
AgCrO4. In analyzing formation water we use chemicals such as:
1.K2CrO4 = Potassium Chromate
2. AgNO3 = Silver nitrate
3. H2SO4 = Sulfuric acid
46

The field application for analysis of formation water is what if we know that
the formation water in our formation contains anything that will happen to interfere
with the production process of Minysk. The problem that often occurs is that
formation water is corrosion and scale.

3.8 kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan


bahwa air formasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam produksi minyak.
Dengan adanya analisa air formasi kita dapat mengetahui :

 Penyebab korosi pada peralatan sumur


 Adanya scale formation
 Dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan yodium dan
barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk mengetahui adanya reservoir
minyak yang cukup besar.

Adanya kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah:

 Adanya korosi
 Adanya solid deposit
 Adanya scale formation
 Adanya emulsi
 Adanya kerusakan formasi

Pertemuan antara Ca+2 dan  CO3-2  dapat menimbulkan scale yang akan


menghambat proses produksi.

3.1 Tugas

1. Jelaskan istilah-istilah di bawah ini!


47

a.titrasi
b.reaksi penetralan
c.scale (buat beserta reaksi penentukannya)
d.skin formation
jawab :
a) Titrasi = Melakukan penyampuran volume larutan I dan larutan II dengan
menggunakan buret. sampai mendapatkan hasil yang diinginkan dalam rangka
menentukan konsentrasinya.
b) Reaksi penetralan =Reaksi antara asam dan basa, karena hasil reaksi antara
asam dan basa adalah suatu zat yang bersifat netral.
c) Scale adalah Peyumbatan/penimbunans senyawa-senyawa seperti
CaSO4,CaCO3,dan MgSO4 yang menyebabkan luas pipa semakin kecil dan
mengganggu jalannya produksi.
d) Skin formation = kerusakan yang terjadi pada formasi.

2. Hitunglah massa molekul relative ( Mr ) dari senyawa berikut :

a. H2SO4
b. AgNo3
c. K2CrO4
d. CaCo3

Jika diketahui Ar : 0 = 6 H = 1 : Ag = 108 : s = 32 : N = 14 : k = 39 : Cr = 52


Ca = 40 : C =12

a. H2SO4

Ar H = 1 = Mr H2SO4 = ( 2 x Ar H ) + (Ar S ) + ( 4 x Ar 0)

S = 32 Mr H2SO4 = (2 x 1 ) + 32 + 64

O = 16 Mr H2SO4 = 98
48

b. AgNO3

Ar Ag = 108 = Mr AgNO3 = ( Ar Ag ) + ( Ar n ) + ( 3 x Ar O )

N = 14 = 108 + 14 + 48

O = 16 = 170

C. K2CrO4

Ar K = 39 = Mr K2CrO4 = ( 2 x Ar Cr ) + (4 x ArO)

Cr = 52 = ( 2 x 39 ) + ( 52 ) + ( 64 )

O = 16 = 78 + 52 + 64

= 194

D. CaCo3

Ar Ca = 40 = MrCaCo3 = ( Ar Ca ) + ( Ar C ) + ( 3 x Ar O )

C = 12 = 40 + 12 + 48

O = 16 = 100

3. Tuliskan kondisi yang mendukung terjadi scale

Jawab :

Perubahan tekanan dan temperatur

a. Larutan lewat jenuh


b. Terjadi perubahan komposisi air formasi
c. Perubahan derajat keasaman ( pH )
d. Bercampurnya air formasi dari lapisan
49

4. Dalam penentuan alkalinitas , diketahui volume asam saat mentitrasi dengan


asam sulfat 0.1 ml , air yang digunakan 1 ml. Diketahui tidak terdapat
kandungan ion OH- dengan ion CO32- . = 8 me / L dan kandungan HCO3 = 8 Me
/ L. Berapa volume asam digunakan saat mentitrasi dengan 2 tetes Methyl
Orange?

Diketahui : Vair = 1ml ion Co3 = 3 ml ion OH = 0

Vb = 0.1 ml ion HCO3 = 8 mol/L

Ditanya V asam saat 2 tetes methyl orange. Jika ion OH- = 0

Jawab :

Maka ion HCO3- = 20 . ( m2 p)

Ion Co 2- = 40 . ρ

Ion HcO3- = ion Co32-

= 20. ( m – 2p ) =40. P

=20 m . ( m – p ) = 40 . p

= 20m – 40 p = 40

= 20m = 80 p

= m = 4p

40.p

P = 0.2

M = 4.0.12 = 0.8

Vm = 0.8 / 1 = 0.8
50

Vm = Vo + Vp

Vo = Vm

5.Jelaskan aplikasi lapangan pada percobaan ini

Jawab :

Dalam melakukan percobaan ini kita dapat mengetahui kandungan apa saja
yang ada di dalam air formasi. Karena zat yang terkandung di dalam air
formasi dapat mengakibatkan kerusakan , dan menggangu proses produksi.
Dan apabila kita bisa melakukan penanggulangan agar tidak terjadi masalah.
PERCOBAAN IV
(EXPERIMENT IV)

PENENTUAN VISKOSITAS
(DETERMINING OF VISCOSITY)

4.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan konstanta alat viscometer oswald.
2. Menentukan viskositas fluida yang mengalir pada pipa kapiler.

4.2 Teori Dasar


Viscositas fluida newtonian yang mengalir melalui pipa diukur berdasarkan
persamaan pouseulle :
π . r 2 .t . ∆ P
=
8.V . L
Dimana :
 = viskositas (poise)
r = jari – jari pipa kapiler (cm)
t = waktu pengaliran (detik)
P = tekanan (dyne / cm)
V = volume cairan (cc)
L = panjang pipa kapiler (cm)
Ada bermacam–macam viskometer tipe pipet yang dapat digunakan untuk
menentukan viskositas kinematik, baik untuk produk minyak yang tembus pandang
(transparan) maupun tidak. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
viskositas kinematis adalah :

kin = C . t

51
52
53

Dimana :
kin = viskositas kinematik (poise)
C = konstanta alat oswald (centi stroke / detik)
t = waktu pengaliran (detik)
Untuk menjamin agar aliran cairan dalam pipa kapiler viskometer laminer, harus
digunakan viskometer yang mempunyai ukuran pipa kapiler sedemikian sehingga
waktu alir lebih dari 200 detik. Pada dasarnya pengukuran viskometer kinematik
produk minyak bumi adalah mengukur waktu alir produk minyak bumi yang
mempunyai volume tertentu melalui pipa kapiler viskometer pada suhu tertentu.
Selain viskositas kinematik ada pula viskositas dinamis. Untuk menghitung viskositas
dinamis digunakan rumus di bawah ini:

din = d . kin
Dimana :
d = spesific gravity
Disamping viskometer tipe pipet diatas, viskositas minyak bumi dan produknya
pernah ditentukan dengan menggunakan viskosimeter saybolt, namun uji ini sekarang
sudah tidak digunakan. Kekentalan saybolt adalah waktu alir dalam detik, yang
diperlukan untuk mengalir contoh sebanyak 60 cc dari suatu tabung viskosimeter
pada suhu tetap melalui lubang (orifice) yang telah dikalibrasi yang terdapat pada
dasar tabung viskosimeter.
Tetapi penentuan viskositas absolute secara langsung adalah hal yang sulit,
karena beberapa faktor yang sulit dipenuhi.
Prinsip pengukuran viskositas adalah mengukur waktu yang diperlukan cairan
untuk mengalir dalam jumlah tertentu melewati pipa kapiler dengan panjang tertentu
yang disebabkan dorongan gravitasi. Dengan menggunakan alat yang sama
ditentukan waktu yang diperlukan fluida-fluida lainnya untuk mengalir melewati pipa
kapilernya.
54

Untuk pengukuran dari dua alat dengan menggunakan alat yang sama, dapat di
turunkan hubungan sebagai berikut :
µ1 / µ2 = d1 . t1 / d2 . t2

Dimana :
µ = viskositas absolute (poisse)
d = densitas cairan (gr/cc)
t = waktu yang di perlukan cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler (detik)
Konstanta alat dapat ditentukan dari hubungan :
µkin = C . t
Dimana :
µkin = Viskositas kinimatik (poisse)
C = Konstanta alat Oswald (centi stroke/detik)
t = Waktu pengaliran (detik)
Viskositas dinamik (absolute) di tentukan dari hubungan :
µdin = d . µkin
Dimana :
µdin = Viskositas dinamik (senti stroke)
d = Densitas (gr/cc), pada temperatur yang sama dengan yang digunakan
untuk mengukur waktu aliran.
µkin = Viskositas kinematik ( senti stroke )
Viskositas dari campuran larutan yang dapat tercampurkan (miscible liquid
mixture) dapat di hitung dengan menggunakan persamaan Kendal Monroe :
µm1/3 = x1 . µ11/3 + x2 . µ21/3

Dimana:
µm = viskositas campuran.
Cairan yang tidak dapat di campurkan (immiscible liquid mixture) dapat di hitung
dengan menggunakan persamaan taylor berikut :
µm / µc = 1 + 2,5ϕ : D {(µd + 0,4 µc) / (µd + µc )}
55

µd dan µc menyatakan fasa kontinu dan fasa disperse. Untuk d = 0,03


digunakan persamaan arrhenius :
µm = ( x1 . µ1 ) . ( x2 . µ2 )
Dimana :
x1 dan x2 = fraksi mol dari masing-masing zat
Φ = fluiditas

4.3 Alat dan Bahan

4.3.1 Alat
1. Gelas kimia 100 ml : 2 unit
2. Picnometer 25 ml : 2 unit
3. Redwood iskosimeter : 1 unit
4. Viskosimeter oswald : 1 unit
5. Termometer : 1 unit
6. Stopwatch : 1 unit
7. Bola karet : 1 unit
8. Pemanas listrik : 1 unit
9. Corong : 1 unit
4.3.2 Bahan
1. Crude oil 250 ml
2. Gliserin 25 %
3. Gliserin 50 %
4. Gliserin 75 %
5. Minyak rem 50 ml
6. Bensin
56

Gelas Kimia Picnometer

Redwood Viskosimeter Viskosimeter Oswald


57

Termometer Stopwatch

Gelas Ukur Bola Karet

Corong

Gambar 4.1 Peralatan penentuan viskositas


58

4.4 Prosedur Percobaan

4.4.1. Menentukan viskositas dengan viscosimeter oswald


A. Menentukan viskositas cairan
1. Sebagai larutan standar dipakai air.
2. Siapkan viskosimeter oswald yang bersih dan kering. Masukkan
10 cc air yang telah diukur suhunya ke dalam viskosimeter.
Tunggu sampai temperatur air dan alat benar-benar sama.
3. Hisap cairan dalam viskosimeter dengan bola karet sampai cairan
berada kira-kira 1 mm diatas batas semula.
4. Ukur waktu pengaliran air untuk melewati batas-batas yang tertera
pada batas oswald. Jika waktu pengaliran lebih kecil dari 200
detik, pilih viskosimeter yang lebih kecil dan ulangi prosedurnya.
Catatan : Densitas larutan diukur pada temperatur yang sama
dengan yang digunakan untuk mengukur waktu pengaliran.
A. Menentukan densitas gliserin
1. Buat 40 ml larutan = 25%, 50% dan 75% gliserin dalam air.
2. Timbang picnometer kosong.
3. Isi picnometer dengan larutan dan timbang.
4. Selisih berat picnometer yang berisi larutan dan picnometer
kosong adalah berat larutan.
5. Karena volume picnometer diketahui, maka densitas larutan dapat
dicari.
6. Densitas masing-masing larutan kemudian dapat diketahui.

4.2.2 Menentukan viscositas dengan digital redwood viscosimeter


1. Bersihkan oil cup dengan pelarut yang sesuai untuk alat, misalnya
karbon tetraklorida dan kemudian keringkan dengan seksama
59

menggunakan tissue atau bahan yang tidak akan meninggalkan bulu


apapun.
2. Mengisi water bath dengan air hingga penuh (melimpah)
3. Menghubungkan steker ke soket 220V
4. Untuk memulai pemanasan air, tekan on pada saklar motor stirrer.
5. Meletakkan thermometer pada thermoregulator (oil cup) untuk
memastikan bahwa thermostat dan thermometer benar-benar pada
temperatur yang sama.
6. Set temperatur yang diinginkan pada water bath :
 Hidupkan saklar (main swicth) pada unit
 Setelah inisialisasi lengkap thermoregulator set point akan
dicapai secara otomatis .
 Tekan SET untuk melihat temperature yang sebenarnya dan
digunakan tombol P (temperature yang diinginkan) dan U
(temperatur mula-mula) untuk mengubah/memodifikasi
temperatur.
7. Atur safety thermostat dibawah temperatur maksimal (89⁰C).
8. Tuangkan dua sampel yang berada ke dalam oil cup.
9. Meletakkan gelas ukur 50 ml dibagian bawah lid oil cup untuk
menampung sampel.
10. Ketika suhu sampel telah mencapai yang diinginkan, angkat kawat
batang penutup pada oil cup untuk mengalirkan sampel keluar dan
jatuh kedalam gelas ukur 50 ml. Lakukan secara bersamaan dari kedua
sampel yang berbeda.
11. Hidupkan stopwach catat waktu pengaliran sampel hingga mencapai
50 ml. Waktu pengaliran tidak kurang dari 200 detik.
12. Hentikan stopwach apabila mencapai 50 ml dan catat waktu
pengaliran.
60

4.5 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Viskosimeter Oswald

No Sampel Waktu Ρ (gr/cc) SG µkin (cs) µdin (cs)


alir (s)

1 Air 1,56 1,002 1,002 0,77 0,771

2 Gliserin 2,12 1,062 1,062 1,05 1,123


25 %

3 Gliserin 2,24 1,135 1,135 1,11 1,268


50%

4 Gliserin 19,36 1,202 1,202 9,66 8,50


75 %

Tabel 4.2 Redwood Viskosimeter

No Temperature (°C) Volume (mL) Waktu Viskositas(cp)


alir(s)

1 50 50 153 0,311

2 55 50 127 0,2717

3 60 50 115 0,2433

4 65 50 106 0,2218

4.6 Perhitungan
61

1. Dengan viskosimeter oswald maka dapat dihitung densitas(ρ), specific


gravity (sg), μkin, μdin jika diketahui:
1. Volume picnometer : 10,0196
2. Picnometer kosong : 16 gr
3. Picnometer berisi : 26,04 gr
4. Gliserin 25% : 26, 65 gr
5. Gliserin 50% : 27,38 gr
6. Gliserin 75% : 28,05 gr
Ditanya:
a. Densitas(ρ)
b. Specific gravity (sg)
c. μkin
d. μdin
a. Sampel air

massa air = picnometer berisi – picnometer kosong

= 26,04 gr – 16 gr

= 10,04 gr

m
massa jenis (ρ) =
V
10,04 gr
=
10,0196
= 1,002 gram/cc

ρo
SG =
ρw

1,002 gr /cc
=
1 gr /cc
= 1,002 gr/cc
62

μkin = C . t

= 0,4994 cs . 1,56 s = 0,77 cs

μdin = d . μkin

= 1,002 gr/cc . 0,77 = 0,771 cs

b. Sampel gliserin 25%


massa gliserin 25% = picno berisi – picno kosong
= 26,65 gr – 16 gr
= 10,65 gr

m
massa jenis (ρ) =
V

10,65 gr
=
10,0196
= 1,062 gr/cc
ρo
SG =
ρw
1,062 gr /cc
=
1 gr /cc
= 1,062

μkin = C . t

= 0,4994 cs . 2,12 s = 1,058 cs

μdin = d . μkin

= 1,062 gr/cc . 1,058 cs = 1,123 cs

c. Sampel gliserin 50%

massa gliserin 50% = picno berisi – picno kosong


63

= 27,38 gr – 16 gr

= 11,38 gr

m
massa jenis =
V

11,38 gr
=
10,0196
= 1,135 gr/cc

ρo
SG =
ρw

1,135 gr /cc
=
1 gr /cc
= 1,135 gr/cc

μkin = C . t

= 0,4994 cs . 2,24 s = 1,118 cs

μdin = d . μkin

= 1,135 gr/cc . 1,118 = 1,268 cs

d. Sampel gliserin 75%


massa gliserin 75% = picno berisi – picno kosong
= 28,05 gr – 16 gr
= 12,05 gr

m
massa jenis (ρ) =
V
64

12,05 gr
=
10,0196
= 1,202 gr/cc
ρo
SG =
ρw
1,202 gr /cc
=
1 gr /cc
= 1,202

μkin = C . t

= 0,4994 cs . 19,36 s = 9,66 cs

μdin = d . μkin

= 1,202 gr/cc . 9,66 cs = 11,61 cs

2. Redwood viskosimeter
a. Sampel crude oil temperatur 50⁰C
Jika diketahui : labu volumetrik kosong : 36,86 gr
: labu volumetrik berisi : 80,30 gr
: volume : 50 ml

massa crude oil = volumetrik berisi – volumetrik kosong


= 80,30 gr – 36,86 gr
= 43,44 gr

m
massa jenis(ρ) =
V
43,44 gr
=
50 ml
= 0,86 gr/cc `
65

1,88
μkin = 0,0026 . t -
t

1,88
= 0,0026 . 153 -
153
= 0,397 -0.012
= 0,385 cp

μdin = μkin . ρ
= 0,385 cp . 0,86 gr/cc
= 0, 3311 cp
b. Sampel crude oil temperature 55⁰c

1,88
μkin = 0,0026 . t -
t

1,88
= 0,0026 . 127 -
127

= 0,330 - 0.014
= 0,316 cp
μdin = μkin . ρ
= 0,316 cp . 0,86 gr/cc
= 0, 2717 cp

c. Sampel crude oil temperature 60⁰c


1,88
μkin = 0,0026 . t -
t
1,88
= 0,0026 . 115 -
115
= 0,299 - 0.016
= 0,283 cp
66

μdin = μkin . ρ
= 0,283 cp . 0,86 gr/cc
= 0, 2433 cp
d. Sampel crude oil temperature 65⁰c

1,88
μkin = 0,0026 . t -
t
1,88
= 0,0026 . 153 -
153
= 0,397 -0.012
= 0,385 cp
μdin = μkin . ρ
= 0,385 cp . 0,86 gr/cc
= 0, 3311 cp

4.7 Pembahasan
Penentuan viskositas yang pertama dengan dengan menggunakan viskositas
oswald yaitu dengan memasukan sampel pada viskosimeter oswald secara bergantian
dengan takaran yang telah ditentukan. Lalu tekan fluida itu dengan menggunakan
bola karet hingga sample naik ke perbatasan tertentu, lepaskan bola karet tersebut dari
mulut tabung, dan biarkan sampel mengalir pada batasan tertentu, lalu hidupkan
stopwach, dan hentikan ketika sampel mencapai batasan. Kemudian lakukan secara
bergantian terhadap sampel - sampel lainnya.
Selanjutnya menentukan viskositas dengan redwood viscosimeter yaitu untuk
mengukur laju alir fluida seperti crude oil. Kenapa untuk crude oil kita menggunakan
redwood viscosimeter? Karena sampel yang digunakan berwarna gelap. Jika sampel
berwarna bening atau transparan maka menggunakan viscosimeter oswald.

Ada 2 macam viskositas :

1. Viskositas kinematik
67

Adalah ukuran sifat hambatan bagi cairan. Viskositas kinematik ini


dipengaruhi oleh gravitasi.
2. Viskositas dinamik
Adalah perkalian antara viskositas kinematik dengan densitas. Viskositas ini
terjadi akibat hubungan SG.

Viskositas mempunyai hubungan dengan sifat-sifat fluida lainnya, seperti


densitas, kelarutan gas dalam minyak, dan lain sebagaianya. Semakin rendah
viskositas suatu fluida maka semakin besar pergerakan dari fluida tersebut.

Selanjutnya karena konsentrasi larutan yang tinggi, maka massa sampel akan
semakin tinggi. Dan pada volume yang sama, massa akan berbanding lurus dengan
densitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa viskositas berbanding lurus dengan
densitas.

Hasil analisa yang kami dapatkan untuk sample air dengan waktu alirnya 1,56
s, densitasnya 1,002 sama dengan SG nya, viskositas kinematiknya 0,77cs, viskositas
dinamiknya 0,771cs. Jika sampel lebih kental maka waktu yang digunakan akan
lambat.

Aplikasi lapangan percobaan 4 ini adalah untuk menentukan kualitas crude


oil. Apabila crude oil memiliki viskositas rendah, maka kualitasnya bagus. Namun
sebaliknya, apabila viskositas tinggi, maka kualitasnya rendah. Selain itu, dengan
mengetahui viskositas, kita dapat menjaga viskositas crude oil di flowline dengan
menggunakan pemanas seperti heater ataupun air yang panas. Dan aplikasi yang lain
yaitu pada EOR.

Komposisi dari crude oil tersebut juga mempengaruhi viskositasnya. Jika


banyak komponen berat yang terkandung dalam minyak tersebut maka viskositasnya
kecil. Ini merupakan hal yang sangat penting dalam sifat-sifat crude oil. Viskositas
mempunyai satuan centisroke dan centipoise.
68

Dibawah ini akan dijelaskan grafik hubungan temperatur dan waktu pada
percobaan kami dengan menggunakan alat Redwood viskosimeter.

120

100

80

60

40

20

0
0.22 0.43 0.56 0.67 0.81 0.97

Grafik 4.1 Hubungan Temperatur dan Waktu

Dapat dilihat pada grafik bahwa temperatur yang tinggi mempunyai waktu air
yang lebih cepat karena memiliki viskositas yang rendah. Begitupun sebaliknya, jika
temperatur rendah, maka akan membuat waktu alir yang lambat karena viskositas
(kekentalan) yang semakin tinggi.

Discussion
69

Determination of the first viscosity by using oswald viscosity is by inserting the


sample on the viscosity alternately with a predetermined dose. Then press the fluid
using rubber until the sample rises in a certain direction, remove the rubber ball
from the tube, and let the sample flow at a certain point, then turn on the stopper, and
stop the compilation sample reaching the limit. Then do it directly with other
samples.
Furthermore, determining the viscosity with redwood viscosimeters is to
measure fluid flow rates such as crude oil. Why for crude oil using redwood
viscosimeters? Because the sample used is dark. If the sample is clear or transparent,
use an oswald viscosimeter
1. Kinematic viscosity
Is a measure of the nature of the resistance for liquids. This kinematic
viscosity is affected by gravity.
2. Dynamic viscosity
Is the multiplication of kinematic viscosity with density. This viscosity occurs due
to the SG relationship.
Viscosity has a relationship with other fluid properties, such as density, gas
solubility in oil, and so on. The lower the viscosity of a fluid, the greater the
movement of the fluid.
Furthermore, because of the high concentration of the solution, the mass of the
sample will be higher. And at the same volume, the mass will be directly proportional
to the density. So that it can be said that viscosity is directly proportional to density.
The analysis results we get for water samples with a flow time of 1.56 s, density
of 1.002 is equal to Sg, the kinematic viscosity is 0.77cs, the dynamic viscosity is
0.771cs. If the sample is thicker then the time used will be slow.
The application of trial field 4 is to determine the quality of crude oil. If crude oil
has low viscosity, the quality is good. But on the contrary, if the viscosity is high, the
quality is low. In addition, by knowing the viscosity, we can maintain the viscosity of
70

the crude oil in the flowline by using a heater such as a heater or hot water. And
other applications, namely at EOR.
The composition of the crude oil also affects its viscosity. If there are many heavy
components contained in the oil, the viscosity is small. This is very important in the
properties of crude oil. Viscosity has a centric and centipoise unit.
Below, we will describe a graph of the temperature and time relationships in our
experiment using a Redwood viscosimeter.
It can be seen in the graph that high temperatures have faster water time because
they have low viscosity. Vice versa, if the temperature is low, it will make the flow
time slow because of the higher viscosity (thickness).

4.8 Kesimpulan
 Faktor yang mempengaruhi viskositas crude oil :
1. Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
2. Viskositas berbanding lurus dengan densitas.
3. Viskositas berbanding terbalik dengan temperatur.
 Aplikasi lapangannya yaitu untuk menentukan kualitas crude oil, menjaga
kualitas atau viskositas crude oil di flowline, dan aplikasi pada EOR.
 Viskositas mempunyai satuan centistroke dan centipoise.

4.9 Tugas

1. Jelaskan :
a. Pengertian viskositas
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas
Jawab:
a. Viskositas adalah kengganan fluida untuk mengalir, semakin besar
viskositas maka akan semakin kental dan semakin sulit fluida untuk
mengalir.
71

b. Faktor-faktor
 Tekanan = viskositas cairan akan naik dengan adanya kenaikan
tekanan, sedangkn untuk viskositas gas tidak dapat dipengaruhi
oleh tekanan.
 Temperatur = viskositas akan turun dengan naiknya gas,
sedangkan viskositas gas akan naik dengan kenaikannya suhu.
 Kehadiran zat lain = penambahan gula tebu akan meningkatnya
viskositas air. Pada minyak adanya bahan tambahan seperti
bahan suspendi menaikan viskositas air. Pada minyak maupun
gliserin. Adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas
akan turun. Karena gliserin dan minyak akan semakin encer.
Waktu alirnya pun semakin cepat.
2. Tuliskan rumus viskositas menurut pouseulle, jelaskan !
πr 2 t ∆ P
μ=
8 VL
jawab:
dimana di dalam rumus dapat dijelaskan bahwa :
μ = viskositas (poise)
r = jari – jari (cm)
t = waktu pengaliran(detik)
ΔP = Tekanan (dyne/cm)
V = volume ( cc)
L = panjang pipa kapiler (cm)
3. Jelaskan tujuan kita untuk mempelajari percobaan ini terhadap industri migas
Jawab :
Dalam industri migas percobaan ini sangat penting, baik itu dibidang produksi
maupun pemboran. Dalam percobaan ini kita dapat mengetahui laju alir fluida
dalam pipa produksi dan kita juga dapat mengetahui berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan fluida ke atas permukaan. Jika dibidang
72

pemboran kita dapat mengetahui besar viskositasnya agar bisa memastikan di


kedalaman berapa semen formasi dapat kering.
4. Jelaskan perbedaan viskositas kinematik dan viskositas dinamik?
Jawab:
a. Viskositas kinematik merupakan ukuran bagi sifat hambatan bagi
cairan. Viskositas ini di pengaruhi oleh gravitasi.
b. Viskositas dinamik merupakan perkalian antara viskositas kinematik
dengan densitas. Viskositas ini terjadi akibat hubungan SG.
PERCOBAAN V
(EXPERIMENT V)

PENYULINGAN MINYAK MENTAH


(CRUDE OIL DESTILATION)

5.1 Tujuan Percobaan


Untuk Menentukan titik didih serta hasil destilasi minyak mentah. Untuk
mengamati bubble point pressure, initial boiling point, end boiling point serta volume
destilat dan volume total.

5.2 Teori Dasar


Destilasi berfraksi adalah penyulingan serta pengembunan kembali berbagai
macam cairan yang yang mempunyai titik didih berbeda-beda. Yang memiliki titik
didih berlebihan antara alin : gas, bensin (benzene), kerosin. Minyak diesel (solar),
pelumas ringan, pelumas berat dan crude oil ini terdiri dari bermacam-macam fraksi
dengan titik didih yang berlainan ditentukan oleh banyak dan homolognya.
Dengan melakukan destilasi terhadap crude oil tersebut dan mencatat volume
destilat setiap saat atau tahap kenaikan temperatur tertentu, maka kita mempunyai
nomor atom C1 sampai C4, bensin bernomor atom C5 sampai C10, kerosin atau minyak
tanah bernomor atom C18 sampai C25, pelumas berat bernomor atom C26 sampai C35,
sedangkan diatas C36 sampsi C60 dianggap residu.

Setelah kotoran, air dan gas dipisahkan dari crude oil maka selanjutnya crude oil
akan sesuai untuk mendapatkan apa yang disebut “petroleum product”. Proses yang
digunakan meliputi :

73
74

 Physical processing
 Chemical processing
 Refining processing

Dalam percobaan ini hanya dipakai metoda physical processing yaitu destilasi
berfraksi. Jika tekanan barometer tidak menunujukan 760 mmHg, maka setiap
pengukuran destilat perlu dilakukan koreksi temperatur begitu juga pressure loss
untuk pembacaan celcius.

5.3 Alat dan Bahan

5.3.1 Alat

1. Flash destilation : 1 unit


2. Crude oil destilation : 1 unit
3. Termometer : 2 unit
4. Gelas ukur 50 mL : 1 unit
5. Gelas ukur 10 mL : 1 unit
6. Picnometer 25mL : 1 unit
7. Neraca digital : 1 unit
75

Flash Destilator Flash Destilation


76

Neraca Digital Termometer

Gelas Ukur Picnometer

5.3.2. Bahan

1. crude oil

5.1 Prosedur Percobaan


1. Ambil sampel sebanyak 100 cc
2. Tentukan nilai SG sampel dan ° API pada kondisi lab dengan menggunkan
picnometer 50cc
77

3. Timbang flask kosong + termometer


4. Timbang flask berisi sampel
5. Bersihkan dan keringkan gelas ukur, letakkan gelas ukur tersebut
semedikian rupa sehingga ujung outlet masuk sedikit ke dalam gelas ukur
penampung destilat. Tutup gelas ukur tersebut untuk mencegah agar uap
tidak keluar dari tabung.
6. Sirkulasikan cairan pendingin melalui kondensor
7. Jalankan pemanasan dan atur kuat panasnya perlahan-lahan, supaya cairan
destilasi menetes dengan kecepatan tetes/detik
8. Amati temperatur sampai mencapai “initial boiling point” Setelah
mencapai initial boiling point, amati volume destilat untuk setiap
kenaikan temperatur 25℃ , sampai tercapai “End Boiling Point”
9. Hentikan pemanasan pada end boiling point dan biarkan cairan destilat
menetes pada gelas ukur.
10. Setelah pendinginan, catat volume total destilat.
11. Timbang flask + residu + termometer.
12. Ukur SG residu dengan picnpmeter ( 25 ml ) pada kondisi laboratorium
13. Ukur temperature dan tekanan udara laboratorium selama percobaan.

5.5 Hasil Pengamatan

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Penyulingan Minyak Mentah

Temperatur
Massa Densitas Temperatur Massa
Initial
Crude oil Crude Oil Bubble ° API Residu
Boiling
(gr) (gr/cc) Point (℃ ¿ (gr)
Point (℃ ¿

43,97 0,8794 74 120 28,59 79,9


78

5.6 Perhitungan

Dari percobaan ini dapat dihitung :

Crude oil

Diketahui : Massa volumetrik kosong : 40,09 gr


Massa volumetrik berisi : 84,06 gr
Volume crude oil : 50 ml
Ditanya : Massa Jenis
Massa minyak
SG
°API
 Massa crude oil
= volumetrik berisi - volumetrik kosong
= 84,06 gr – 40,09 gr
= 43,97 gr
 Massa jenis
massa crude oil
=
volume crude oil
43,97 gr
=
50 ml
= 0,8794 gr/ml
 SG
141.5
=
131.5+ ° API
141.5
=
131.5+ 29.40
= 0,879
 ° API
141.5
¿ – 131.5
SG
141.5
= – 131.5
0,879
=29.47
Destilat
Diketahui : Gelas ukur kosong = 26.87 gr
Gelas ukur berisi = 28.72
79

Volume destilat = 2.5

Ditanya : Massa destilat


Massa jenis destilat
SG
°API
 Massa destilat
= gelas ukur berisi – gelas ukur kosong
= 28.72 gr – 26.87 gr
= 1.85 gr
 Massa jenis destilat
m
=
v
1.85 gr
=
2.5
= 0.74
 SG
141.5
==
131.5+ ° API
141.5
=
131.5+ 59.71
= 0.74
 API
141.5
¿ – 131.5
SG
141.5
= – 131.5
0.74
= 59.71
Residu
Diketahui : Flask kosong = 209.9 gr
Flask berisi = 289.8 gr
Volume residu = -
Ditanya : Massa residu
= flask berisi – flask kosong
= 289.9 gr – 209.9 gr
= 79.9 gr
80

Konversikan suhu
Temperatur bubble point (74 °C)
°K = °C + 273 °R = °F + 460
= 74 + 273 = 165.2 + 460
= 347 °K = 625 °R

4 9
°Re = × °C °F =( × °C)
5 5
4 9
= × 74 °C =( × 74 °C)
5 5
= 59.2 °Re = 165.2 °F

Temperatur Initial Boiling Point (120 °C)


°K = °C + 273 °R = °F + 460
= 120 °C + 273 = 248 °F + 460
= 393 °K = 708 °R

4 9
°Re = × °C °F =( × °C)
5 5
4 9
= × 120 °C =( × 120 °C)
5 5
=96 °Re = 248 °F

Temperature End Boiling Point (180 °C)


°K = °C + 273 °R = °F + 460
= 180 °C + 273 = 356 °F + 460
= 453 °K = 816 °R
4 9
°Re = × °C °F =( × °C)
5 5
4 9
= × 180 °C =( × 180 °C)
5 5
=144 °Re = 356 °F

5.7 Pembahasan
Dalam penyulingan minyak mentah proses pengolahan minyak bumi terdiri
dari dua jenis proses utama yaitu proses primer dan proses sekunder. Sebagian orang
81

mendefinisikan proses primer sebagai proses fisika sedangkan proses sekunder adalah
proses kimia. Hal ini bisa dimengerti karena pada proses primer biasanya komponen
atau fraksi minyak bumi dipisahkan berdasarkan salah satu sifat fisiknya yaitu titik
didih. Sementara pemisahan dengan cara sekunder atau kimia seperti perengkahan
atau pemecahan maupun konveksi. Dimana didalamnya terjadinya perubahan struktur
kimia.
Rantai hidrokarbon minyak bumi tersebut seperti yang kita ketahui dalam kimia
organik bahwa senyawa hidrokarbon terutama yang parafanik dan aromatik yang
mempunyai trayek titik didih dan densitasnya, semakin panjang rantai hidrokarbon
berbanding lurus dengan densitas dan sifat fisik inilah yang menjadi dasar dalam
proses rantai karbon bervariasi untuk digunakan sebagai bahan bakar, maka
dikelompokkan menjadi beberapa fraksi atau tingkat dengan urutan sederhananya
seperti berikut :

1. Gas dengan rentang rantai C1-C5. Dengan trayek titik didih 0-50°C
peruntukkan gas-gas tabung
2. Gasoline ( bensin ) dengan rantai karbon C6-C8. Trayek titik didih 50°C samapi
85°C. peruntukkan : bahan bakar motor yang bermesin piston
3. Kerosine ( minyak tanah ) rentang rantai carbon C12-C20 trayek titik didih
85°C-105°C. diperuntukkan sebagai bahan bakar industry.
4. Solar, rentang rantai karbon C21-C30 dengan trayek titik didih 105°C -130°C.
diperuntukkan untuk bahan bakar motor dan bahan bakar industri.
5. Minyak berat, rantai karbon dari C31-C40 trayek titik didih 130°C-300°C.
diperuntukkan untuk minyak pelumas,lilin.
6. Residu, rantai karbon diatas C40 trayek titik didih di atas 300°C . diperuntukkan
untuk bahan bakar toiler ( mesin pembangkit uap panas ), aspal, bahan pelapis
anti bocor.

Melihat hasil trayek pembahasan diatas tampak diatas sangat sulit dicapai
karena didalam kandungan minyak bumi banyak mengandung isomer hidrokarbon.
82

Terutama isomer yang paraffin memiliki titik didih dan densitas yang tidak ringan
dibandingkan rantai lurusnya.

Dalam percobaan ini kita memakai metode physical processing yaitu destilasi
berfraksi. Destilasi berfraksi merupakan penyulingan serta pengembunan kembali
berbagai macam cairan yang mempunyai titik didih berbeda-beda. tetapi masih ada 2
proses lagi dalam destilasi yaitu :

a. Chemical Processing : merupakan proses dimana adanya penambahan zat


aditif serta pemutusan rantai carbon untuk menghasilkan produk.
b. Refinering processing : merupakan kegiatan penyulingan atau pemisahan
tahap selanjutnya. Ini biasanya kegiatan di kilang minyak sabagai
pemurnian produk.

Dalam percobaan ini kami mendapatkan hasil dari crude oil dimana massa
crude oil kami mendapatkan 43.97 gr dan untuk massa jenis crude oil kami
mendapatkan hasil 0.8794 gr/ml. kemudian untuk SG hasil yang kami dapatkan 0.879
dan juga untuk hasil dari °API hasil yang didapatkan 29.47 .

Kemudian untuk Destilat, kami mendapatkan hasil dimana massa destilat hasil
yang didapatkan yaitu 1.85 gr dan untuk massa jenis destilat kami mendapatkan hasil
0.74. kemudian untuk SG hasil yang kami dapatkan 0.74 dan juga untuk hasil dari
°API kami mendapatkan hasil 59.71.

Selanjutnya untuk residu kami mendapatkan hasil dimana massa dari residu
yaitu 79.9 gr . kemudian untuk hasil dari suhu yang kami konversikan hasil yang
kami dapatkan yaitu untuk temperature bubble point,initial boiling point dan
temperatur end boiling point dimana untuk temperatur dari masing masing
temperature berbeda-beda yaitu 74 °C, 120°C dan 180°C dan untuk hasilnya telah
dijelaskan pada perhitungan diatas.
83

Aplikasi lapangan dari percobaan ini guna untuk mengetahui klasifikasi dari
crude oil, serta menentukan produk apa saja yang dapat dihasilkan pada temperature
tertentu. Dari percobaan ini kita akan mengetahui produk-produk apa saja yang
dihasilkan.

Discussion
In crude oil refining, the petroleum processing process consists of two main
types of processes, namely the primary process and the secondary process. some
people define primary processes as physical processes while secondary processes are
chemical processes. This is understandable because in the primary process, usually
the components or fractions of petroleum are separated based on one of their
physical properties, namely the boiling point.
While separation by secondary or chemical methods such as cracking or
splitting or convection.Where in the chemical structure changes.The petroleum
hydrocarbon chain, as we know in organic chemistry, that hydrocarbons, especially
those which are para-panic and aromatic, have routes of boiling point and density,
the longer the hydrocarbon chain is directly proportional to its density and physical
properties. as fuel, it is grouped into several fractions or levels in a simple sequence
as follows:

1. Gas with a range of chains C1-C5. With a boiling point 0-50 ° C, it is intended
for tube gases
2. Gasoline (gasoline) with the C6-C8 carbon chain. Route boiling point 50 ° C
until 85 ° C. designation: motor fuel with piston engine
3. Kerosin (kerosene) range of carbon chains C12-C20 route boiling point 85
° C-105 ° C. intended as industrial fuel.
4. Solar, a range of C21-C30 carbon chains with boiling point routes 105 ° C
-130 ° C. intended for motor fuel and industrial fuels.
84

5. Heavy oil, carbon chains from C31-C40 boiling point 130 ° C-300 ° C.
intended for lubricating oil, wax.
6. Residue, the carbon chain above C40 routes boiling points above 300 ° C.
intended for toiler fuel (steam generator), asphalt, leak-proof coating
material.

Seeing the results of the route the discussion above shows above is very difficult
to achieve because in the oil content contains a lot of hydrocarbon isomers.
Especially paraffin isomers have boiling points and densities that are not light
compared to the straight chain.
In this experiment we use the physical processing method, which is diffraction
distillation. Fractionation distillation is a distillation and condensation of various
kinds of liquids that have different boiling points. but there are still 2 more processes
in distillation namely:
a. Chemical Processing: is a process where additives are added and the carbon chain
is terminated to produce a product.
b. Refinering processing: is the activity of distilling or separating the next stage. This
is usually the activity at the oil refinery as a product purification.

In this experiment we get results from crude oil where the mass of our crude oil
gets 43.97 gr and for the density of crude oil we get a yield of 0.8794 gr / ml. then for
SG the results we get are 0879 and also for the results of ° API the results obtained
are 29.47.
Then for Destilat, we get the results where the resultant destylate mass is 1.85
gr and for the destillate mass we get a result of 0.74. then for SG the results we get
are 0.74 and also for the results of the ° API we get 59.71 results.
Furthermore, for the residue we get results where the mass of the residue is 79.9
gr. then for the results of the temperature we convert the results we get are for bubble
point temperature, initial boiling point and temperature end boiling point where for
temperatures of each temperature vary ie 74 ° C, 120 ° C and 180 ° C and for the
85

results are explained in the calculation above.


The field application of this experiment is used to determine the classification of
crude oil, and determine what products can be produced at a certain temperature.
From this experiment we will know what products are produced.

5.1 Kesimpulan
Dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
 Dalam proses penyulingan minyak mentah ini bertujuan untuk
menentukan titik didih serta hasil destilasi minyak mentah. Dan juga
bertujuan untuk mengamati bubble point pressure,initial boiling point
dan end boiling point serta untuk mengamati volume destilat dan
volume total destilat.
 Dalam penyulingan minyak mentah proses pengolahan minyak bumi
terdiri dari dua jenis proses utama yaitu proses primer dan proses
sekunder. Sebagian orang mendefinisikan bahwa proses primer
merupakan proses fisika sedangkan proses sekunder merupakan proses
kimia.
 Pada proses penyulingan minyak mentah ada beberapa fraksi-fraksi atau
tingkat dengan urutan sederhana yang digunakan sebagai bahan bakar .
fraksi-fraksi tersebut yaitu gas, Gasoline, kerosin (minyak mentah),
solar, minyak berat dan residu.

5.1 Tugas
1. Untuk menetukan kualitas minyak, parameter apa saja yang perlu diperhatikan
selain dari SG dan °API? Jelaskan alasan saudara
Jawab :
86

a. Viskositas minyak : viskositas merupakan keengganan suatu fluida untuk


mengalir. Sebaiknya viskositas rendah minyak encer dan mudah mengalir
sehingga minyak nya bagus.
b. Kelarutan gas dalam minyak : dikarenakan minyak bagus itu mudah
mengalir karena banyak mengandung komponen ringan,maka semakin
banyak gas yang terlarut dalam minyak semakin bagus pula kualitas
minyak. (minyak tergolong minyak ringan)
c. Densitas : apabila densitas minyak tersebut tinggi.maka kemungkinan
besar minyak tersebut adalah minyak berat. Densitas juga perlu
diperhatikan dalam menentukan kualitas minyak.
2. Jelaskan klasifikasi minyak bumi berdasarkan specific gravity dan
hubungannya dengan °API ?
Jawab :
specific gravity (SG) dan °API merupakan suatu sifat yang terdapat dalam
suatu minyak yang sangat menentukan kualitas minyak tersebut. Bila derajat
°API tinggi dan SG rendah,maka minyak itu sangat berharga karena banyak
mengandunng bensin. Sedangkan bila °API rendah dan SG nya tinggi maka
harga mutu suatu minyak akan rendah.
3. Tuliskan fraksi-fraksi titik didih dan nomor atom hasil destilasi minyak bumi
dan hasil akhir pengolahan lanjut dari fraksi tersebut !
Jawab :
a. Gas dengan rentang rantai C1-C5. Dengan trayek titik didih 0-50°C
peruntukkan gas-gas tabung
b. Gasoline (bensin) dengan rantai karbon C6-C8. Trayek titik didih 50°C
samapi 85°C. peruntukkan : bahan bakar motor yang bermesin piston
c. Kerosine (minyak tanah ) rentang rantai karbon C12-C20 trayek titik didih
85°C-105°C. diperuntukkan sebagai bahan bakar industry.
d. Solar, rentang rantai karbon C21-C30 dengan trayek titik didih 105°C -
130°C. diperuntukkan untuk bahan bakar motor dan bahan bakar industri.
87

e. Minyak berat , rantai karbon dari C31-C40 trayek titik didih 130°C-
300°C. diperuntukkan untuk minyak pelumas,lilin.
f. Residu , rantai karbon diatas C40 trayek titik didih di atas 300°C .
diperuntukkan untuk bahan bakar toiler (mesin pembangkit uap panas),
aspal, bahan pelapis anti bocor.

4. Apakah Tujuan dari penyulingan minyak mentah dan destilasi ?


Jawab :
Untuk Menentukan titik didih serta hasil destilasi minyak mentah. Untuk
mengamati bubble point pressure, initial boiling point, end boiling point serta
volume destilat dan volume total.
5. Pada proses destilasi diperoleh data sebagai berikut :
Picno kosong = 7.05 gr
Picno Berisi = 16.1 gr
Flask Kosong = 147.4 gr
Flask berisi = 274.3 gr
IBP = 150°C
Volume total destilat = 68 tetes (15 tetes = 0.1875 ml )
EBP = 252°C
Flash + residu + thermometer = 275.5
Picno berisi residu = 14.72
Ditanya = °API ?
Penyelesaian :
massa minyak = picno berisi – picno kosong
= 161.1 gr – 7.05 gr
= 9.05 gr/cc
m
ρo =
v
88

9.05 gr
=
50 cc
= 0.18 gr/cc
141.5
°API = – 131.5
SG
141.5
= – 131.5
0.18
= 654.6 °API
6. Jelaskan beserta diagramnya Low shrinkagr oil, high shrinkage oil, retrograde
condensate gas, dry gas dan wet gas ?
Jawab :
a. low shrinkage oil

Diagram fasa low shrinkage oil

Karakteristik
 GOR     : < 200 scf/STB.
 API    : 35 0API.
 Biasanya berwarna hitam atau sangat bewarna.
 Kondisi separator pada ditunjukkan oleh titik G pada kualitas 85%.
 B0     : < 1,2 bbl/STB
89

b. High shrinkage oil

Diagram fasa High shrinkage oil

Karakteristik
 GOR : 2000-3500 scf/STB.
 Oil gravity : 45 – 55oAPI.
 Berwarna hijau ke orange.
 Kondisi separator yang ditunjukkan oleh titik G pada kualitas 40%.
 Bo : < 2 bbl/ST
90

c. Retrograde condensate

Diagram fasa Retrograde condensate


Karakteristik
 GOR : 8000-7000 scf/stb.
 API  :  >50oAPI.
 Berwarna terang, cerah (water white).
 Suhu reservoir terletak diantara suhu Tc (kritis) dan Tct (cricondenbar)
pada fluida reservoir.

d. Dry gas
91

   

Diagram fasa Dry gas

  Karakteristik :
 GOR  : >100.000 scf /STB.

 API    :  60 0API.


 Suhu reservoir berada di atas cricondenterm

e. Wet gas

Diagram fasa wet gas

Karakteristik :
 GOR  : 60.000 s/d 100.000 scf/STB.
 o
API  : 60 0API.
 Warna : putih/bening (water white).
 Kondisi separator 2 fasa.
 Suhu reservoir terletak di atas Cricondenterm
92
PERCOBAAN VI
(EXPERIMENT VI)

PENENTUAN FLASH POINT DAN FIRE POINT


(FLASH POINT AND FIRE POINT DETERMINATION)

6.1 Tujuan Percobaan


Untuk menentukan titik nyala (flash point) dengan menggunakan Tag
Close Tester dari cairan-cairan yang mempunyai viskositas kurang dari 5,5 cst
(pada 25℃ ) dan titik nyala dibawah 200℉ ,kecuali cairan-cairan yang
cenderung membentuk surface film dibawah kondisi percobaan dan material-
material yang mengandung suspened solid. Untuk keadaan-keadaan terakhir
ini digunakan alat Pneskey Martens.

6.2 Teori Dasar


Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak (uap
minyak) dan produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila terkena
percikan api kemudian mati kembali.
Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan, karena
minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik nyala
tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi kalau
ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai flash point yang
tinggi karena tidak mudah terbakar.
Fire Point adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi dan produknya akan
menyala dan terbakar secara terus-menerus kalau terkena nyala api pada kondisi
tertentu.
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sampel dengan pemanasan yang
tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (Test flame) diarahkan pada

93
permukaan sampel. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sampel dengan
berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena adanya

94
95

tekanan dan api yang terdapat pada Test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan
flash point. Penetuan Fire Point ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana apabila
contoh akan terbakar/menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya sebagai
Fire Point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produk-produk yang
volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena mempunyai flash point
dibawah temperatur normal. Semula penentuan flash point dan fire Point ini
dimaksudkan untuk keamanan dimana orang yang bekerja tanpa khawatir akan
terjadinya kebakaran, tetapi perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah
tidaknya minyak tersebut menguap.

Koreksi untuk tekanan barometer :

Tekanan barometer dicatat pada saat akhir percobaan, bila tekanan tidak sama
dengan 760 mmHg (101,3 kPa), titik nyala dapat dikoreksi sebagai berikut :
a. Cc = C + 0,25 ( 101,3 – P )
b. Cc = F + 0,06 ( 760 – P )
c. Cc = C + 0,0033 ( 760 – P )
Dimana : F = titik nyala yang diamati ( °F )
C = titik nyala yang diamati ( °C )
P = tekanan barometer ( mmHg , kPa )
6.3 Alat dan Bahan

6.3.1 Alat
1. Tag Close Tester
2. Gelas Kimia 100 ml
3. Gelas kimia 50 ml
4. Alumunium Foil
5. Termometer
96

6.3.2 Bahan
1. Crude oil 50 ml

Tag Close Tester Gelas Kimia

Termometer Aluminium Foil


Gambar 6.3 Peralatan Penentuan Flash Point dan Pour Point.
97

6.4 Prosedure Percobaan


1. Persiapkan sampel dengan baik, kemudian periksa tutup dan shutter dalam
keadaan bersih dan bebas dari kontaminasi.
2. Nyalakan panel ke posisi “I” (on)
3. Menyesuaikan suhu kenop temperatur kontrol sambil menekan saklar preset
yang telah ditetapkan sampai meter digital membaca suhu yang diinginkan
(minimal 5°C bawah suhu titik nyala yang telah diketahui dari referensi
sebelumnya)
4. Ketika tampilan digital mencapai suhu yang diinginkan, lampu merah akan
padam. Mungkin perlu untuk membuat sedikit penyesuaian menggunakan
kontrol suhu knob. Lampu merah akan menyala setiap kali alat memanaskan
cup untuk mempertahankan suhu yang kita inginkan.
5. Pastikan bahwa suntik dalam keadaan bersih dan kering. Ambil 2 ml sampel
(uji suhu kurang dari 100°C) atau 4 ml (uji suhu lebih dari 100°C)
6. Membuka katup kontrol gas dan lampu uji nyala. Putar kontrol gas katup
searah jarum jam untuk mengatur besar kecil nyala api. Pilot flame adalah
menjadi ukuran minimum untuk secara otomatis menyala lagi uji nyala.
7. Mengatur timer dengan menekan saklar pada waktu 1 menit (suhu uji kurang
dari 100°C) dan 2 menit (suhu uji lebih tinggi dari 100°C)
8. Setelah timer berhenti, buka lid dan shutter sepenuhnya selama 2.5 detik
sambil mengamati flash. Letupan api relatif besar akan muncul dan menyebar
di atas permukaan cairan. Ketika dekat suhu titik nyala yang sebenarnya,
penerapan api uji dapat menimbulkan lingkaran biru (pita melingkar) ini harus
di abaikan.
9. Tutup kontrol gas valve setelah setiap tes
10. Catat tekanan udara ( barometer )
11. Laporkan flash atau tidak ada flash
98

12. Jika tidak ada flash, maka ganti sample lalu lakukan prosedur 1 sampai 8
kembali dengan kenaikan suhu 1 °C sampai terjadinya flash.
6.5 Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Penentuan Flash Point dan Fire Point
TEMPERATUR°C
ALAT SAMPEL
CRUDE OIL FLASH POINT FIRE POINT

Rapid Tester Crude oil 30°C 34°C 36°C

6.6 Perhitungan
Untuk perhitungan yaitu mengkonversikan temperature crude oil, flash
point,fire point ke derajat °F, °K, °R, °Re
1. Crude Oil (30°C)
4
°F = ¿ × °C ) + 32 °Re = ( × °C)
5
4
= ¿ × 30°C ) + 32 =( × 30°C)
5
= 54 + 32 = 24 °Re
= 86 °F
°K = °C + 273 °R = °F + 460
= 30 °C + 273 = 86 °F + 460
= 303 °K = 546 °R

2. Flash Point ( 34 °C)


4
°F = ¿ × °C ) + 32 °Re = ( × °C)
5
4
= ¿ × 34°C ) + 32 =( × 34°C)
5
= 93.2 °F = 57.2 °Re
99

°K = °C + 273 °R = °F + 460
= 34 °C + 273 = 93.2 °F + 460
= 307 °K = 553.2 °R

3. Fire Point (36 °C)


4
°F = ¿ × °C ) + 32 °Re = ( × °C)
5
4
= ¿ × 36°C ) + 32 =( × 36°C)
5
= 96.8 °F = 28.8 °Re

°K = °C + 273 °R = °F + 460
= 36 °C + 273 = 93.2 °F + 460
= 309 °K = 556.8 °R
6.7 Pembahasan
Flash point atau sering disebut dengan titik nyala yaitu suhu terendah dimana
minyak dan produknya akan menyala apabila terkena percikan api kemudian mati
kembali. Sedangkan, Fire Point yaitu suhu terendah dimana uap minyak dan
produknya akan menyala terus menerus.

Untuk uji flash point, biasanya dibawah 35°C. proses pengujian flash point yaitu
suntik sample crude oil yang ada didalam gelas kimia sebanyak 2 ml, crude oil yang
disuntik tadi tidak boleh ada udara yang tersedot atau terkena angin. Kemudian
masukkan kedalam alat pengujian Rapid Tester. Kemudian atur temperatur 30°C
setiap 1 menit sample di cek atau di control. Setelah timer berhenti, buka lid serta beri
percikan api. Jika api menyala lalu matikan maka itulah flash pointnya. Untuk flash
point hasil yang didapatkan yaitu 34°C
100

Untuk Fire Point ini biasanya dibawah 36°C untuk prosesnya sama dengan
flash point, tapi apabila sample diberi percikan api dan menyala terus menerus maka
itu fire point nya . Untuk hasil fire point yang didapatkan yaitu 36°C
Dilakukan nya flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk keamanan kerja
lapangan agar tidak terjadi nya kebakaran dan juga untuk mendapatkan hasil minyak
apakah menguap apa tidak. Jika minyak yang baik akan mempunyai flash point yang
tinggi karena tidak mudah terbakar.

Discussion
  Flash point or often referred to as flash point is the lowest temperature where oil
and its products will light up when exposed to a spark then die again. Whereas, Fire
Point is the lowest temperature where oil vapor and its products will light up
continuously.
For flash point tests, usually below 35 ° C. the flash point testing process is
injecting a sample of crude oil in a 2 ml beaker, the injected crude oil should not
have any air that is sucked or exposed to angina. Then enter into the Rapid Tester
testing tool. Then set the temperature to 30 ° C every 1 minute the sample is checked
or controlled. After the timer stops, open the lid and give a spark. If the fire turns on
then turn it off then that's the flash point. For the flash point the results obtained are
34°C.
For Fire Point it is usually below 36 ° C for the process to be the same as a flash
point, but if the sample is sprinkled with fire and lights up continuously then that is
the fire point. for the fire point results obtained is 36°C
The Flash Point and Fire Point was conducted to ensure the safety of field work so
that fires do not occur and also to get oil results whether or not to evaporate. If good
oil will have a high flash point because it is not flammable.
101

6.1 Kesimpulan
 Untuk uji flash point dengan menggunakan Rapid tester hasil yang
didapatkan adalah 34°C pada temperature awal pada kondisi lab 30°C.
 sedangkan untuk Fire Point hasil yang didapatkan yaitu 36°C. untuk sample
yang digunakan yaitu crude oil.
 Sifat fisik fluida yaitu: Rs, ρ, µ, Bo, dan compressibility.
 Aplikasi lapangannya yaitu untuk mengetahui suhu yang aman dalam
penyimpanan crude oil.

6.9 Tugas
1. Sebutkan dan jelaskan factor apa saja yang mempengaruhi temperature dari
flash point maupun fire point suatu fluida reservoir
Jawab :
a. Viskositas : apabila viskositas minyak tersebut tinggi maka titik flash point
dan fire point nya tinggi, karena minyak tersebut kental. Dan sebaliknya
jika viskositas minyak rendah maka titik flash point dan fire point nya
rendah.
b. Kelarutan gas dalam minyak (Rs) : Apabila kelarutan gas dalam minyak
tinggi, maka flash point dan fire point rendah dan sebaliknya jika Rs
minyak kecil maka titik flash point dan fire point nya tinggi.
c. Densitas : pada umumnya densitas yang tinggi memiliki suhu flash point
dan fire point yang tinggi dan sebaliknya .
2. Suatu fluida reservoir memiliki temperatur flash point sebesar 50°C.
konversikan temperatur tersebut kedalam satuan K, Ra, Re, F
Jawab :
4
°F = ¿ × °C ) + 32 °Re = ( × °C)
5
4
= ¿ × 50°C ) + 32 =( × 50°C)
5
102

= 122 °F = °Re0

°K = °C + 273 °R = °F + 460
= 50 °C + 273 = 122 °F + 460
= 323 °K = 582 °R
3. Jelaskan aplikasi lapangan percobaan flash point dan fire point fluida
reservoir ?
Jawab : Aplikasi lapangan untuk flash point dan fire point adalah untuk
mencegah agar tidah terjadi nya kebakaran pada saat di lapangan .
4. Gambarkan dan jelaskan hubungan densitas dan viskositas ?
Jawab :

Hubungan densitas dan viskositas berbanding lurus. Semakin tinggi densitas


maka semakin rendah viskositas
PERCOBAAN VII
( EXPERIMENT VII )

PENENTUAN COULD POINT,COLD POINT DAN POUR


POINT
(DETERMINING OF CLOUD POINT,COLD POINT AND POUR
POINT)

7.1 TUJUAN PERCOBAAN


1. Menentukan titik kabut (cloud point) untuk minyak mentah.
2. Menentukan titik tuang (pour point)untuk minyak mentah.
3. Menentukan titik beku (cold point) untuk minyak mentah.

7.2 TEORI DASAR

Pada perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi mengalami


penurunan temperatur. Apabila hal ini tidak diwaspadai, maka akan terjadi pembekuan
minyak di dalam pipa, sehingga tidak bisa lagi untuk mengalir. Penurunan temperatur ini
akan menyebabkan suatu masalah yang akan menjadi besar akibatnya apabila tidak
segera diatasi.
Harus diketahui dimana minyak mengalami perubahan temperatur, agar dapat
mengetahui atau mengantisipasi dan mengambil tindakan yang terbaik agar minyak dapat
ditransportasikan secara lancar dari formasi ke permukaan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, kita dapat mengambil sampel minyak formasi dan
mengadakan uji coba untuk mengetahui titik kabut, titik beku, dan titik tuang minyak
tersebut.
Salah satu sifat hampir semua  minyak adalah membeku menjadi semi fluid atau
massa solid yang sukar bergerak jika padanya terjadi penurunan temperature.Tes titik
kabut umumnya dilakukan pada minyak yang dihasilkan dengan destilasi.Tes ini
menentukan temperatur dimana Wax (lilin paraffin) mulai mengkristal dan terpisah dari
minyak membentuk semacam kabut tipis.
Tes ini dilakukan untuk menentukan temperatur dimana minyak tidak dapat
mengalir lagi. Besarnya pour point berbeda-beda untuk setiap tipe minyak tergantung
pada komposisi zat yang dikandungnya. Untuk melaksanakan tes ini, sampel minyak

103
104

ditempatkan pada botol yang dilengkapi termometer. Kemudian sampel dan yar
diletakkan pada mesin pendingin untuk diamati temperatur dan fluidanya. Untuk
menentukan titik kabut, sample diamati pada tiap penurunan temperatur 2 ˚F (-
16.6667 ˚C) hingga terbentuk endapan (kabut). Sedangkan untuk titik tuang, sample
diamati pada tiap penurunan suhu 5 ˚F (-15 ˚C) hingga minyak tidak mengalir lagi
jika dituangkan.  

7.3. Alat Dan Bahan

7.3.2 Alat :

1. Water bath                  : 1 unit


2. Termometer                 : 1 unit       
3. Tabung reaksi              : 4 unit
4. Rak tabung reaksi        : 1 unit
5. Corong                    : 1 unit
6. Stopwatch                 : 1 unit
7. Aluminium foil            : 1 roll

7.3.2 Bahan :

1. Crude Oil 100 ml
2. Es Batu
3. Garam
105

Water Bath Termometer

Corong Stopwatch

Aluminium Foil Tabung Reaksi


106

7.4 Prosedur Percobaan


A .Penentuan Titik Kabut ( Cloud Point ) dan Titik Beku ( Cold
Point )
1. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam tube sampai garis
batas.
2. Menyiapkan es batu kemudian menambahkan garam secukupnya
untuk agar es batu tidak cepat mencair.
3. Memasukkan thermometer ke dalam bath.
4. Mengamati temperatur dan kondisi sampel yang diteliti setiap 3 menit.
5. Mencatat pembacaan temperatur ( dalam celcius atau Fahrenheit )
pada saat terjadinya kabut atau disebut juga cloud point
6. Kemudian melanjutkannya sampai sampel diyakini telah membeku
atau cold point.

B. Penentuan Titik Tuang ( Pour Point )


1. Setelah mendapatkan titik beku, mengeluarkan tube yang berisi sample
dari dalam bath pada kondisi sample masih beku.
2. Mendiamkan pada temperatur kamar.
3. Mengamati perubahan temperatur pada saat seluruh sample dapat
dituangkan. Melaporkan temperatur tersebut sebagai Pour Point.
7.5 Hasil Pengamatan

Volume Waktu Temperature


( ml ) Cloud Cold Pour Cloud Cold Pour KETERANGAN
poin poin poin poin poin poin

5 41,5 s 4.50 s 7.15 s 19 ⁰C 15 ⁰C 21 ⁰C


107

10 43,5 s 6.10 s 7.58 s 19 ⁰C 18 ⁰C 20 ⁰C

7.6 Perhitungan

Mengkonversikan temperature cloud point , cold point dan pour ⁰K , ⁰F , ⁰Ra ,


⁰R

A.Cloud Point ( titik kabut )

Temperature sample I crude oil 5 ml : 19 ⁰C

Temperature sample II crude oil 10 ml : 19 ⁰C

9 4
 ⁰F = ( X ⁰C ) + 32 ⁰Re = x ⁰C
5 5
9 4
=( X 19 ⁰C ) + 32 = x 18 ⁰C
5 5
= 66,2 ⁰F = 14.4 ⁰Re

 ⁰K = ⁰C + 273 ⁰R = ⁰F + 460
= 19⁰C +273 = 64.4 + 460
= 192 ⁰K = 524.4 ⁰R

3.Pour Point ( titik tuang )

Sample I= 21 ⁰C sample II =20 ⁰C

9 9
 ⁰F = ( X ⁰C ) + 32 ⁰F = ( X ⁰C ) + 32
5 5
9 9
=( X 21 ⁰C ) + 32 =( X 20 ⁰C ) + 32
5 5

= 69,8 ⁰F = 68 ⁰F
108

 ⁰K = ⁰C + 273 ⁰K = ⁰C + 273
= 21⁰C + 273 = 20⁰C + 273

= 294 ⁰K = 293 ⁰K

⁰R = ⁰F + 460 ⁰R = ⁰F + 460

= 69,8 ⁰F + 460 = 69,8 ⁰F + 460

= 529,8 = 528 ⁰R

4 4
⁰Re = x ⁰C ⁰Re = x ⁰C
5 5

4 4
= x 21⁰C = x 20⁰C
5 5

= 16.8 ⁰Re = 1,6 ⁰Re

7.7 Pembahasan

Dalam proses produksi minyak , kita harus waspada atas kemungkinan buruk
yang terjadi seperti pembekuan minyak pada saat menuju ke permukaan. Pada
percobaan ini kami menggunakan water bath diisi dengan es batu. Es batu tersebut di
beri garam agar memperlambat mencairnya es batu. Es batu berfungsi untuk
mengurangi suhu pada water bath yang di isi dengan minyak mentah.

Setelah kita melakukan prosedur percobaan maka yang pertama kali kita temui
adalah titik kabut, selanjutnya baru titik beku. Setelah titik beku titik beku tercapai
maka sampel diletak kan di suhu ruangan agar didapatkan titik tuang hingga minyak
bisa mengalir. Dengan mengetahui titik kabut, titik tuang dan titik beku maka kita
dapatkan waspadai sebelum masalah tersebut terjadi, sehingga proses transportasi
tidak terganggu.
109

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu penentuan cloud poin , cold
poindan pour poin. Yang mempengaruhi besar kecilnya tiga aspek tersebut adalah
jenis dari minyak, serta kandungan atau komponen komponen yang ada di dalam
minyak. Serta ada di dalam minyak. Selain densitas dan viscositas dan Rs ( kelarutan
gas dalam minyak ). Ikut mempengaruh juga . apa bila viskositas dan densitas tinggi
maka temperatur cold point ( titik beku ) itu semakin kecil. Harga butuh sedikit
penurunan suhu maka akan membeku. Hal bertolak belakang dengan Rs, semakin
tinggi atau banyak nya gas yang terlarut dalam minyak, maka dibutuhkan waktu yang
lama suhu yang rendah untuk membeku kan minyak. Jadi apa bila suatu minyak
memiliki titik kabut dan titik beku yang rendah. Maka dapat dipastikan minyak
tersebut memiliki viskositas yang tinggi maka kualitas minyak tersebut buruk.

discussion
The oil production process, we must be aware of the bad possibilities that occur
such as oil freezing when heading to the surface. In this experiment we used a water
bath filled with ice cubes, the ice cubes were given salt to slow the melting of ice
cubes. Ice cubes serve to reduce the temperature of the water bath which is filled with
crude oil.
After we carry out the experimental procedure, the first time we meet is the fog
point, then the freezing point. After the freezing point is reached, the sample is placed
at room temperature to get a pouring point until the oil can flow. By knowing the fog
point, pour point and freezing point, we get beware before the problem occurs, so
that the transportation process is not disturbed.
Based on the experiments that have been done, namely determining cloud
points, cold poetry and pour points. Which affects the size of the three aspects is the
type of oil, and the content or component components that are in oil. And it's in oil. In
addition to density and viscosity and Rs (solubility of gas in oil). Also influential.
what if the viscosity and density are high, the temperature of the cold point (freezing
point) is getting smaller. The price needs a slight decrease in temperature so it will
110

freeze. the opposite of Rs, the higher or even the gas dissolved in oil, the longer it
takes a low temperature to freeze oil. so what if an oil has a low fog and freezing
point. Then it can be ascertained that the oil has a high viscosity so the oil quality is
bad.

7.8 Kesimpulan
 Cloud point adalah suatu keadaan dimana pada suhu tersebut timbul embun –
embun atau yang disebut dengan kabut tipis yang dapat dilihat pada dinding
tabung reaksi yang dihasilkan dari pengkristalan sampel crude oil.
 Cold point adalah suatu keadaan dimana pada temperatur terendah sampel
crude oil mengalami pembekuan dan tidak dapat mengalir lagi.
 Pour point adalah titik pertama dimana crude oil dapat mengalir atau
dituangkan setelah hasil dari proses cold point.
 Faktor yang mempengaruhi cloud point, cold point, dan pour point adalah
volume crude oil yang berbeda-beda, temperatur di sekitar ruangan,
viskositas, densitas, jenis dari crude oil, serta kandungan atau komponen yang
ada di dalam sampel atau crude oil tersebut.
 Aplikasi lapangannya yaitu untuk menentukan karakteristik dari minyak
tersebut dengan cara mengetahui titik kabut, titik beku, dan titik tuang dari
sampel.

7.9 Tugas
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik kabut, titik beku, dan titik tuang
dan apa yang dapat mempengaruhi besar kecilnya derajat cloud
point dan pour point?
Jawab :
Titik kabut adalah temperatur dimana wax (lilin parafin) mulai
mengkristal dan terpisah dari minyak membentuk semacam kabut tipis.
111

Titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak sudah tidak


dapat bergerak atau mengalir di dalam pipa saat diproduksikan dari reservoir
ke permukaan.
Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak yang tadinya
membeku dibiarkan pada temperatur ruangan sampai minyak tersebut
mencapai titik tuangnya (dapat bergerak).
Yang mempengaruhi besar kecilnya derajat cloud point dan pour point :
a. Viskositas : semakin besar viskositas suatu minyak, maka derajat pour
point akan tinggi ( suhu yang lebih tinggi ). Dan untuk cloud point nya
akan semakin rendah.
b. Komposisi minyak : jika banyak terdapat komponen pengotor dan
berat maka titik cloud point akan semakin rendah dan pour pointnya
semakin tinggi.
c. Densitas : apabila densitasnya tinggi, maka titik cloud pointnya akan
rendah, titik pour pointnya tinggi.
d. Volume : volume juga mempengaruhi, berdasarkan penelitian yang
kami lakukan. Volume yang besar mempunyai titik cloud point yang
tinggi dibandingkan yang rendah.
112

2. jelaskan jenis minyak bumi beserta grafiknya ?


a. low shrinkage oil

Diagram fasa low shrinkage oil

Karakteristik
 GOR     : < 200 scf/STB.
 API    : 35 0API.
 Biasanya berwarna hitam atau sangat bewarna.
 Kondisi separator pada ditunjukkan oleh titik G pada kualitas 85%.
 B0     : < 1,2 bbl/STB
b. High shrinkage oil

Diagram fasa High shrinkage oil


113

Karakteristik
 GOR : 2000-3500 scf/STB.
 Oil gravity : 45 – 55oAPI.
 Berwarna hijau ke orange.
 Kondisi separator yang ditunjukkan oleh titik G pada kualitas 40%.
 Bo : < 2 bbl/STB.

c. Retrograde condensate

Diagram fasa Retrograde condensate

Karakteristik
 GOR : 8000-7000 scf/stb.
 API  :  >50oAPI.
 Berwarna terang, cerah (water white).
 Suhu reservoir terletak diantara suhu Tc (kritis) dan Tct (cricondenbar)
pada fluida reservoir
114

d. Dry gas

   

Diagram fasa Dry gas


  Karakteristik :
 GOR  : >100.000 scf /STB.
 API    :  60 0API.
 Suhu reservoir berada di atas cricondenterm.
e. Wet gas

Diagram fasa wet gas

Karakteristik :
 GOR  : 60.000 s/d 100.000 scf/STB.
115

 o
API  : 60 0API.
 Warna : putih/bening (water white).
 Kondisi separator 2 fasa.
 Suhu reservoir terletak di atas Cricondenterm

3. Jelaskan aplikasi lapangan pada percobaan penetuan cloud point, cold poit,
pour point ?
Jawab :
Dalam proses produksi penentuan cold point, could point, dan pour point, ini
sangat penting karena agar tidak terjadi pembekuan pada minyak saat aliran
dari reservoir menuju surface ( permukaan ).

4. Diketahui temperatur cloud poin sampel berikut yaitu 80 ⁰F. Cold point
295 ⁰K dan pour point 24 ⁰Re, konversi suhu sampel tersebut ke dalam `⁰R,
⁰F , ⁰K , ⁰E dan ⁰Ra
Jawab : - Pour Point = 24 ⁰Re
⁰F =Re . 2,25 +32 ⁰R = Re . 2,25 + 491

=24.2,25+32 = 24 . 2,25 + 491


= 86 ⁰F = 545⁰Re

⁰K = ⁰Re / 0.8 +273 ⁰C = ⁰Ra .2,25 + 32


=24 / 0.8 + 273 = 24 . 2,25 + 491
= 303 ⁰K = 545⁰R

- Cloud point = 80 ⁰F
⁰Re = 4/9 (⁰F .32) ⁰C =5/9 (F – 32)
116

= 4/9 ( 80 ⁰F . 32 ) = 5/9 (80⁰F – 32 )


= 21.3 ⁰R = 26.6 ⁰C

⁰K = 5/9 ( F – 32 ) + 278 ⁰R = ⁰F + 459


= 5/9 (⁰F 80 -32 ) + 273 = 80 + 459
=178,3 ⁰K = 519 ⁰R
- Cold point = 295 ⁰K
⁰Re = 4/5 (⁰K – 273) ⁰F = 9/5 ( K – 273 )+32

= 4/5 ( 295 – 273 ) =9/5 ( 295 – 273 ) + 32


= 17.6 ⁰R = 97,2 ⁰F

⁰R = ⁰K . 1.8 ⁰C = K – 273
= 295 . 1.8 = 295 - 273
= 531 ⁰R = 22 ⁰C

5.Jelaskan hubungan antara cloud point, cold point and pour point dengan
viskositas dan densitas.
Jawab :
semakin tinggi nilai viskositas dan densitas suatu fluida maka cloud point ,
cold point serta pour point akan semakin cepat karena apabila nilai
viskositasnya tinggi maka molekul penyusun dari fluida tersebut semakin
tersusun rapat. Yang diharapkan di lapangan yaitu viskositasnya rendah.

6. Bagaimana cara mengontrol / mengatasi minyak berat yang memiliki


viscositas tinggi agar tidak terjadi stock tank di tubing maupun di flowline ?
Jawab :
117

Dengan cara memasang heater ( pemanas ) disepanjang flow line agar panas
di dalam pipa terjaga dan minyak tidak terjadi pembekuan agar proses aliran
tidak mengalami masalah
118
119

Anda mungkin juga menyukai