Literasi peserta didik yang rendah akibat minat baca peserta didik
yang kurang.
c. Numerasi
2. Kesulitan belajar Guru belum memahami Guru belum memahami dan terampil melakukan proses pembelajaran
siswa termasuk dan terampil melakukan inklusif yang terdapat ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
siswa proses pembelajaran
berkebutuhan inklusif yang terdapat Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, tidak
khusus dan ABK (Anak terkecuali ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Dalam pasal 5 ayat 1
masalah Berkebutuhan Khusus) undang-undang nomor 20 tahun 2003, oleh Permendikbud nomor 70
pembelajaran tahun 2009 mengenai pendidikan inklusif bagi peserta didik di mana
(berdiferensiasi) terdapat instruksi bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki kelainan
di kelas fisik, mental, emosional, intelektual serta sosial yang harus mendapatkan
berdasarkan pendidikan khusus atau pelayanan pendidikan yang khusus.
pengalaman
mahasiswa saat Beberapa tahun belakangan ini, sekolah saya telah menerima ABK sebagai
menjadi guru. siswa di sekolah. Pada awal masuk, diberikan tes pada ABK untuk
mengetahui kemampuan yang dimiliki. Namun, karena keterbatasan
Sumber Daya, terutama Guru yang mumpuni di bidangnya, maka ABK
digabungkan dengan peserta didik normal lainnya.
Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk mengatasi hal ini adalah
dengan memberikan guru pendamping khusus pada ABK sehingga anak
tersebut mendapatkan perhatian khusus. Selain itu, Guru BK juga ikut
membantu dan mengawasi.
Mulyani dan Abidinsyah (2021 : 211) menjelaskan strategi pembelajaran
ABK hendaknya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan. Seperti
strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar, diantaranya:
- Anak kesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan
remedial teaching
- Anak berkesulitan belajar menulis melalui remedial sesuai dengan
tingkat kesalahan
- Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu program remisi yang
sistematis.
3 Membangun Sulitnya membangun Sulitnya membangun komunikasi antara guru dengan wali murid. Wali
relasi/hubungan komunikasi antara guru murid bersikap kurang peduli terhadap perkembangan anak dan proses
dengan siswa dengan wali murid. Wali pembelajaran.
dan orang tua murid bersikap kurang
siswa. peduli terhadap Komunikasi yang baik antara guru, peserta didik, dan orang tua /wali
perkembangan anak dan murid menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran di
proses pembelajaran. sekolah. Menurut Effendi (2001:10) komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk
menimbulkan efek.
Salah satu peserta didik di kelas saya memiliki sifat yang agresif, sehingga
seringkali tanpa sengaja menyakiti teman-temannya. Selaku guru, saya
mencoba menjalin komunikasi dengan orang tua anak tersebut untuk
mencari cara penyelesaian. Namun, orang tua anak tersebut sulit untuk
diajak bertemu dan berkomunikasi.
Pendekatan secara interpersonal dilakukan terhadap peserta didik tersebut
agar dapat menemui akar permasalahannya. Pihak sekolah juga
memfasilitasi anak tersebut untuk dapat berkonsultasi dengan BK untuk
membantu mengatasi permasalahan yang ada. Menurut Pontoh (2013:10)
berkomunikasi dengan siswa dengan cara interpersonal lebih tepat dan
efektif karena masing-masing anak memiliki keunikan.
4 Pemahaman/ Guru cenderung Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses
pemanfaatan menggunakan metode pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi monoton.
model-model ceramah dalam proses
pembelajaran pembelajaran sehingga Setiap guru memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran yang
inovatif pembelajaran menjadi bermakna sekaligus menyenangkan bagi siswa. Menurut UU No. 14 tahun
berdasarkan monoton. 2005 tentang Guru dan Dosen, mendefinisikan guru sebagai pendidik
karakteristik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
materi dan mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
siswa.
Pemilihan metode pembelajaran oleh guru dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Syaiful dan Aswan (2010 : 78), menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi penentuan metode diantaranya: anak didik, tujuan,
situasi, fasilitas, dan kepribadian, latar belakang pendidikan serta
pengalaman guru. Pradana (2016 : 87-88) menyatakan bahwa salah satu
penyebab guru memilih menggunakan metode konvensional adalah
kurangnya pengetahuan tentang variasi model pembelajaran.
5 Materi terkait Siswa tidak terbiasa Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal bertipe HOTS, sehingga
Literasi mengerjakan soal mengalami kesulitan terhadap soal-soal yang melatih berpikir tingkat
numerasi, bertipe HOTS, sehingga tinggi siswa.
Advanced mengalami kesulitan
material, terhadap soal-soal yang Pembelajaran Abad 21 mengutamakan peserta didik untuk
miskonsepsi, melatih berpikir tingkat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Namun pada
HOTS. tinggi siswa. sekolah yang saya ampu, peserta didik merasa kesulitan mengerjakan soal-
soal yang bertipe HOTS.
Arikunto (dalam Ningsih & Annajmi, 2020 :5) menguraikan ketiga tipe soal
HOTS, yakni: 1) Soal analisis. Soal analisis adalah soal yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk menganalisis atau menguraikan sesuatu
persoalan untuk diketahui bagian bagiannya. 2) Soal evaluasi. Soal
evaluasi adalah soal yang berhubungan dengan menilai, mengambil
kesimpulan, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, mengkritik,
mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan dan
mmmenafsirkan. 3) Soal mengkreasi. Soal mengkreasi adalah soal yang
menuntut peserta didik agar memunculkan ide, produk atau cara-cara
baru. Soal yang memancing peserta didik untuk mendesain, mengkonstruk,
merencanakan dan menemukan sesuatu yang baru.
Hal ini sesuai dengan pendapat. Kusuma dan Adna (2021: 158) yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam
mengerjakan soal HOTS yaitu: 1) Kurangnya pemahaman konsep yang
digunakan, 2) tidak mampu memahami soal berupa narasi, 3) salah
mendeskripsikan pertanyaan dari soal, dan 4) kurangnya berlatih.
6 Pemanfaatan Peserta didik tidak Peserta didik tidak terbiasa menggunakan teknologi terkini dalam
teknologi/ terbiasa menggunakan proses pembelajaran di kelas.
inovasi dalam teknologi terkini dalam
pembelajaran. proses pembelajaran di Meskipun terletak di Kabupaten Lampung Utara yang akses teknologi dan
kelas. komunikasi mudah, namun penggunaan teknologi / inovasi pembelajaran
di sekolah kami masih sangat relatif rendah. Peserta didik tidak terbiasa
menggunakan peralatan teknologi seperti gawai ataupun komputer pada
proses pembelajaran, sehingga sumber belajar yang digunakan hanya
berasal dari buku semata.
Di era pembelajaran abad 21, teknologi harusnya bukanlah hal yang asing
digunakan dalam pembelajaran di kelas. Peran teknologi dan inovasi sangat
penting untuk menunjang proses pembelajaran.
Selain itu terdapat juga hambatan teknis yang terjadi, yakni kurangnya
pengetahuan guru dalam menggunakan teknologi atau dikenal dengan
istilah “gaptek”. Seperti pendapat Mirzajani et al (2016) jika guru tidak
memahami pemahaman yang baik tentang menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi dalam mengajar, maka mereka mungkin tidak
memiliki motivasi untuk mengintegrasikan teknologi dengan kegiatan
pembelajaran.