Anda di halaman 1dari 4

Nama : Cesalonika elsa digita purba

Nim : 322312230

Kelas : Pendidikan antropologi D-2022

Matkul : Pengantatr antropologi

7 UNSUR KEBUDAYAAN ETNIS SIMALUNGUN

Suku Batak Simalungun, adalah salah satu suku Batak yang bertempat tinggal di kabupaten
Simalungun provinsi Sumatra Utara di kabupaten Tanah Karo dan suku Toba.

1.SISTEM PENGETAHUAN
Masyarakat simalungun menganut sistem patrilineal. Marga diturunkan kepada generasi
berikutnya melalui pihak laki-laki.Dan yang memiliki marga yang sama adalah berarti sebagai
saudara seketurunan sehingga dipantangkan untuk saling menikah.

MARGA dalam suku simalungun terdiri dari 4 marga asli yang sering disebut SISADAPUR
yaitu:

- Sinaga

- Saragih

- Damanik

- Purba

2.SISTEM ORGANISASI SOSIAL


Di tamburea ada perkumpulan yang dinamakan sarikat tolong menolong ( margugu) yang
bertujuan adalah untuk saling membantu masyarakat, maupun di dalam kondisi sukacita ataupun
dukacita, atau pun di dalam memberi nama kepada cucu, pemberkatan rumah baru. Tujuan
perkumpulan ini adalah untuk membantu apabila keluarga yang punya acara tidak myanggupi
membayar catering untuk makan , maka masyarakat yang ikut perkumpulan tolong menolong
akan membantu memasak, lalu ketika ada berita dukcaita maka masyarakat lah yang
membersihkan rumah dukacita agar dapat dilaksanakan nya acara adat. Lalu ketika ada biaya
yang keluarga tidak menyanggupi makan akan saling membantu.
3.KEPERCAYAAN SUKU SIMALUNGUN
Kepercayaan orang Simalungun di masa lalu adalah kepercayaan yang berhubungan dengan
pemakaian mantera-mantera dari DUKUN/DATU disertai persembahan kepada roh-roh nenek
moyang yang selalu dimulai panggilan kepada 3 Dewa yang disebut Naibata, yaitu Naibata di
atas dilambangkan dengan warna Putih,Naibata di tengah dilambangkan dengan warna
Merah,dan Naibata di bawah dilambangkan dengan warna Hitam.Ketiga warna yang mewakili
Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku
Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya. .

Dikatakan Simalungun, bahwa manusia awalnya dikirim oleh oleh Naibata dan
dilengkapi dengan Sinumbah yang bisa berdiam dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur
dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang Simalungun menyebut
roh orang mati sebagai Simagot. Baik Sinumbah maupun Simagot harus diberikan korban-
korban pujaan sehingga mereka akan memperoleh berbagai keuntungan dari kedua sesembahan
yang disembah .

Namun sekarang di tamburea sudah banyak berdiri gereja gkps ( gereja Kristen protestan
simalungun) sudah ada perubahan kepercayaan.

4.BAHASA SUKU SIMALUNGUN


Bahasa Simalungun adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami
Kabupaten Indonesia. Bahasa Simalungun ini sangat unik dan menarik, karena bahasa
simalungun ini sangat mendayu-dayu sekali saat diucapkan. Cengkok pada bahasa simalungun
ini sangat terlihat sekali. Masyarakat selalu menggunakan bahasa simalungun disaat mereka
berbicara dengan sesamanya. Sedikit sekali diantara mereka yang menggunakan bahasa
Indonesia dalam bahasa sehari-hari mereka.

5.SISTEM MATA PENCAHARIAN


Sistem mata pencaharian suku Simalungun yaitu bercocok tanam. Yang jadi bercocok tanam
mereka adalah jagung dan padi. Jagung dan padi ini sangat bermanfaat sekali untuk masyarakat
suku Simalungun. Karena jagung dan padi adalah sumber makanan mereka. Jika jagung habis
maka sumber makanan mereka adalah padi.
6.SISTEM PERALATAN TEKNOLOGI
Sistem peralatan teknologi suku Simalungun masih sederhana. Mereka yang tinggal disitu telah
terbiasa menggunakan teknologi yang sederhana. Contoh dari teknologi sederhana tersebut yaitu
bajak. Bajak ini digunakan untuk membajak sawah atau ladang yang mereka punya. Tetapi ada
sebagian masyarakat dalam membajak menggunakan kerbau. Karena bagi mereka kerbau itu
sangat bagus digunakan untuk membajak sawah atau ladang

7.KESENIAN SUKU SIMALUNGUN


Banyak kesenian yang terdapat pada suku Simalungun .Diantaranya seni musik dan tari. Seni
musik pada suku Simalungun yaitu Gual, seni drama dan seni tari yaitu TORTOR. Seni musik
dalam suku Simalungun ada yang disebut dengan Gonrang atau Gendang yang dimainkan
dengan cara di pukul. Gonrang pada suku Simalungun di bagi dua,yaitu Gonrang sidua-dua dan
Gonrang sipitu-pitu.

Gonrang sidua-dua adalah seperangkat alat musik tradisional simalungun yang terdiri dari satu
buah sarune bolon, dua buah gonrang, dua buah gonrang mongmongan dan dua buah ogung.
Gonrang dalam kebudayaan simalungun disebut juga dengan mardagang yang artinya merantau
atau berpindah-pindah.

Gonrang sipitu-pitu adalah alat musik tradisional Simalungun yang terdiri dari satu buah sarunei
bolon pemainnya disebut parsarune, tujuh buah gonrang pemainnya disebut panggual, dua buah
mong-mongan pemainnya disebut parmongmong dan dua buah ogung yang pemainnya disebut
parogung. Parhata gonrang sipitu-pitu sama dengan gonrang sidua-dua. Masyarakat simalungun
menyebut  gonrang ini dengan nama gonrang bolon untuk upacara adat malas ni uhur (sukaria)
dan menyebutnya gonrang sipitu-pitu untuk upacara adat mandingguri (duka-cita). Gonrang
sipitu-pitu biasa digunakan dalam upacara religi, upacara adat sayurmatua, atau upacara adat
malas ni uhur.

Seni Tari dalam bahasa Simalungun adalah tortor , yaitu ungkapan ekspresi jiwa
seseorang yang dituangkan melalui gerak baik dalam hal suka cita maupun duka cita. Tortor
dahulu selalu terkait dengan ritual yang berhubungan dengan roh dan ketika ada anggota
keluarga yang meninggal dunia, akan tetapi saat ini tortor sudah dijadikan daya tarik wisata dan
dipentaskan dalam berbagai acara sebagai pertunjukan dan hiburan. Suku Simalungun biasa
menggunakan tortor untuk menunjukkan suatu prosesi adat atau proses kegiatan. Tari yang
lainnya adalah Tari Horja Harangan, Tari Haruan Bolon dan Tari Manduda.
Tari harian bolon menggambarkan gotong royong. Misalnya mengolah tanah, menanam,
merawat, serta mengolah padi. Tarian ini ditampilkan oleh muda mudi ketikan malam hari pada
bulan purnama dan ketika selesai panen raya. Sedangkan tari manduda mengandung
kebersamaan dalam melakukan sesuatu di lingkungan masyarakat juga ketika panen tiba.
Mengandung makna lain juga yaitu agar kaum muda menghormati kaum yang lebih tua.

Anda mungkin juga menyukai