Mohammad Krismafian
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Jawa Timur, Indonesia
Email: krismafi@gmail.com
Pendahuluan
Perkembangan dunia fashion mengalami peningkatan yang signifikan dibeberapa
dekade terakhir termasuk di Indonesia. Bahkan Indonesia dicanangkan menjadi kiblat
fashion dunia di tahun 2020. Kemajuan teknologi pun menjadi salah satu faktor yang
981
Mohammad Krismafian
membuat industri fashion terus berkembang dari waktu ke waktu. Fashion dewasa ini
dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan yang cukup penting bagi masyarakat
khususnya pakaian yang pada tataran dasarnya berfungsi sebagai penutup dan
perlindungan. Selain itu, fashion juga mempunyai peran penting dalam pembangunan
ekonomi nasional, salah satunya adalah menjadi bagian dari ekonomi kreatif.
Melihat hal diatas maka persaingan antar pelaku industri ini tentunya akan
semakin ketat, tidak hanya di dalam negeri namun juga dari luar negeri. Oleh karena itu
fashion menawarkan berbagai macam pilihan desain sebagai bentuk inovasi. Fashion
tidak terlepas dari desain keduanya saling berkaitan satu sama lain. Misalnya untuk
membuat sebuah gaun hal pertama yang dilakukan adalah membuat sketsa atau desain
awal gaun, begitu pula dengan sebaliknya dengan desain.
Perkembangan fashion yang semakin ketat yang juga diikuti perkembangan
teknologi, menuntut para pembuat desain yang juga termasuk desain gambar untuk lebih
kreatif. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pembajakan
mudah sekali terjadi khususnya dalam dunia fashion. Telah banyak desain, baik model
baju atau sekedar desain gambar yang bermasalah dengan kasus penggandaan ciptaan
dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara meluas untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi. Maka hal tersebut mampu memberikan kerugian
bagi para pencipta.
Menanggapi hal tersebut, untuk menghindari kerugian bagi para pencipta maka
hak cipta saat ini sangat diperlukan oleh para pencipta baik sebagai pelindung ataupun
sebagai jaminan kepastian hukum terhadap karya yang telah dibuat. Pasal 1 Ayat 5
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang menjelaskan terkait
penerima hak dalam hak cipta yaitu pelaku pertunjukan produser fonogram atau
lembaga penyiaran. Pelaku pertunjukan sendiri adalah seseorang yang menampilkan
suatu ciptaan.
Sebagai pencipta tentu tidak ingin dirugikan dengan hasil karya yang telah dibuat
sehingga semua orang tidak dengan mudah menduplikasi semua karya. Maka dari itu
dengan adanya undang-undang yang mengatur mengenai hak cipta hal tersebut mampu
memperkuat perlindungan hukum bagi para pencipta. Dalam Pasal 8 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta juga menjelaskan hak ekonomi bagi para
pencipta sebagai pemegang hak eksklusif untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan.
Hal ini sejalan dengan kasus yang sedang marak dibicarakan akhir-akhir ini yaitu
kasus penggunaan desain jaket Sukajan milik Salah satu Brand yang digunakan serta
diperjual belikan tanpa seizin pemilik desain. Kasus pembajakan tersebut tidak
pertamanya terjadi. Sehingga dengan demikian yang menjadi kendala saat ini adalah
pengetahuan masyarakat tentang hak cipta dan pelanggaran-pelanggarannya masih
kurang, sehingga jika terjadi pelanggaran pun masyarakat belum tentu paham, mungkin
hanya beberapa orang dari kalangan tertentu yang paham jenis pelanggaran yang terjadi.
Seharusnya masyarakat bisa melaporkan tindak pelanggaran terhadap karya desain
grafis mereka dengan mengurus hak cipta desain grafis mereka terlebih dahulu. Demi
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian yuridis
normatif. karena cara yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah meneliti bahan
pustaka yang berkaitan dengan hukum pidana dalam hal kelalaian dan juga
pertanggungjawaban pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan karakter preskriptif ilmu hukum. Penelitian hukum dilakukan
untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Penerbitan Ciptaan
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya
c. Penerjemahan Ciptaan
d. Pengadaptasian, pengarasemenan, pentranformasian Ciptaan
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya
f. Pertunjukan Ciptaan
g. Pengumuman Ciptaan
h. Komunikasi Ciptaan, dan
i. Penyewaan Ciptaan
Menurut analisis penulis, pencipta atau pemegang hak cipta memiliki kebebasan
menggunakan ciptaannya untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Sesuai dengan
Pasal diatas maka penulis mengambil contoh pada ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan yaitu buku, yang berarti dalam hal ini buku merupakan ciptaan. Pengarang
suatu buku teks memiliki hak ekonomi untuk memilih suatu penerbit buku untuk
mengalihkan hak ekonomi pengarang ke penerbit buku. Setelah mendapat persetujuan
dari pengarang, maka penerbit buku dapat menggandakan buku tersebut,
mendistribusikan buku tersebut, dan membagi keuntungan ekonomi dari hasil
penggandaan serta penjualan buku kepada pengarang buku. Contohnya saja yaitu pada
Universitas Gadjah Mada yang memiliki penerbitan buku yang bernama Gadjah Mada
University Perss yang selanjutanya disebut UGM Press. Sebagai sebuah penerbit
akademis, UGM Press telah menerbitkan buku-buku untuk kepentingan akademis,
pendidikan dan kebudayaan sejak Juni 1971-2014, UGM Press telah menerbitkan
sekitar 1500-an judul buku. proses pertama dalam penerbitan suatu buku yaitu
kesepakatan perjanjian yang dilakukan antara pengarang dengan penerbit. Penerbit tidak
hanya akan mengeksploitasi buku saja tetepi penerbit akan memberikan royalti kepada
pencipta. Sementara, penerbit tidak akan bertanggung jawab apabila karya cipta/buku
yang ditulis oleh pencipta terdapat plagiasi sebab sebelum menyerahkan buku, pencipta
tersebut terlebih dahulu harus menyerahkan surat pernyataan bahwa karya tersebut
adalah hasil ciptaanya sendiri (Karo, 2015).
Sementara itu, pada Pasal 9 ayat (3) juga dijelaskan setiap orang yang tanpa izin
pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau
penggunaan secara komersial ciptaan. Dengan demikian, dapat dikatakan pelanggaran
terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta apabila terdapat
orang maupun kelompok yang mencoba untuk menggandakan suatu ciptaan dengan
tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta.
Pada Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
dijelaskan ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
seni dan sastra, terdiri atas:
(a) Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya
tulis lainnya;
(b) Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
(c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu Pengetahuan;
melihat hasil karya dari seorang designer. Tidak hanya satu desain saja yang digunakan
oleh Brand Erigo ini, desain tersebut yaitu berupa gambar singa dan naga (Sukajan)
yang disebut Nora dengan Chinese Dragon.
Sementara, setiap karya cipta selalu memiliki hak ekonomi tanpa harus
didaftarkan terlebih dahulu. Sesuai pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta bahwa Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan. Ciptaan yang
dimaksud pada Pasal ini yaitu telah dijelaskan pada Pasal sebelumnya yaitu setiap hasil
karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata. Sehingga pada kasus ini Pencipta Norapotwora
memiliki hak ekonomi atas desain gambar yang Nora miliki. Terlebih lagi desain
gambar milik seniman Norapotwora ini digunakan untuk jual beli, yang dimana
seharusnya Norapotwora mendapatkan Royalti atau lisensi yang dalam hal ini
merupakan manfaat ekonomi atas desain gambar miliknya yang telah digunakan pada
jaket sukajan milik salah satu brand fashion di Indonesia.
Awal mula seniman tersebut mengetahui bahwa karya yang dibuat telah dibajak
oleh orang lain maka melalui akun Twitternya, Seniman Norapotwora menyebutkan
bahwa “Erigo” sudah melanggar hak cipta dan mencuri karya orang tanpa izin untuk
produknya. Seniman tersebut menyindir salah satu Brand Fashion Indonesia melalui
Twitternya dengan mengakatakan bahwa “Erigo pikir kalau melanggar copyright dan
mengambil karya orang tanpa izin adalah cara yang bagus untuk membuat produk”.
Menanggapi tuduhan tersebut “Erigo” pun langsung meminta maaf dan menjelaskan
kronologi masalahnya dan berusaha akan bertanggung jawab atas hal ini.
Masalahnya bermula dari desain yang diberikan kepada pekerja freelance Erigo
yaitu Yudistiart. Yudistiart merupakan pencipta yang bekerja sama dengan erigo sejak
2017. Namun untuk proyek sukajan yang dikeluarkan oleh Erigo ini bukan dikerjakan
oleh Yudistiart melainkan diserahkan kepada asistennya oleh Yudistiart. Kesalahannya
adalah setelah desain gambar itu sudah jadi atau selesai Yudistiart tidak melakukan
pengecekan kembali terhadap keorisinilan desain tersebut.
Dalam Pasal 95 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta dijelaskan bahwa dalam penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui
alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan. Pengadilan yang berwenang
dalam hal ini yaitu pengadilan niaga. Sehingga sebelum melalui jalur pengadilan,
pihak-pihak yang bersangkutan terlebih dulu melakukan penyelesaian sengketan melalui
mediasi, khususnya dalam wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan diketahui
keberadaannya. Begitu juga pada kasus yang terjadi antara Seniman Norapotwora
dengan salah satu brand fashion di Indonesia yaitu “Erigo” ini berakhir masih pada
tahap awal yaitu penyelesaian sengketa melalui mediasi. Dalam mediasi yang dilakukan
oleh kedua belah pihak tersebut telah ditemukan jalan tengah. Erigo sebagai pihak yang
telah membajak karya Seniman tersebut segera menghubungi Norapotwora dan
menjelaskan jika akan bertanggung jawab penuh atas kesalahannya ini. Erigo juga akan
memberikan hak ekonomi milik seniman Norapotwora atau ganti rugi sepenuhnya
sebagai bentuk tanggung jawab atas karya yang telah dicurinya itu. Tidak hanya itu,
Erigo juga membatalkan penjualan jaket sukajan ini dan berniat untuk memberikan
jaket sukajan dengan desain milik Norapotwora kepada pihak-pihak yang memang
membutuhkan. Kasus ini diselesaikan dengan sangat damai, meskipun kedua belah
pihak tidak di satu negara dan tidak bisa bertatap muka.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYA PENCIPTA DESAIN
GRAFIS DARI PLAGIARISME YANG DILAKUKAN OLEH SALAH SATU
BRAND FASHION DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR
28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan
untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan atau korban, yang dapat diwujudkan
dalam bentuk seperti melalui restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan
hukum (Soekanto, 2014). Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu
gambaran dari fungsi hukum yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan keadilan,
ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian (Mandar, 2014).
Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal mula dari
munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau
aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan
Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa
hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara
hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa
hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari
kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.
Sehingga berdasarkan uraian dan pendapat para pakar di atas dapat simpulkan
bahwa perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat
dan martabat manusia serta terhadap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip
perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep
Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan
terhadap harkat dan martabat manusia. Perlindungan hukum juga dapat disimpulkan
bahwa perbuatan untuk melindungi setiap orang atas perbuatan yang melanggar hukum,
atau melanggar hak orang lain, yang dilakukan oleh pemerintah melalui aparatur
penegak hukumnya dengan menggunakan cara-cara tertentu berdasarkan hukum atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai upaya pemenuhan hak bagi setiap
warga negara, termasuk atas perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan oleh
penguasa (aparatur penegak hukum itu sendiri).
Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta tersebut juga menjelaskan bahwa Norapotwora memiliki hak baik hak moral
maupun hak ekonomi terhadap karya cipta berupa desain pencipta. Namun pada
kenyataanya, masih terjadi pembajakan terhadap karya cipta desain milik Norapotwora
yang dilakukan oleh salah satu brand fashion Indonesia “Erigo”. Pada Pasal 95 ayat (1)
dijelaskan bahwa penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis dalam skripsi yang telah dibahas
sebelumnya maka penulis memberikan keismpulan bahwa sebagai berikut:
a. Bentuk pelanggaran hukum terhadap hak cipta telah dijelaskan dalam Pasal 4
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta yaitu dibagi menjadi dua
yaitu pelanggaran terhadap hak moral dan pelanggaran terhadap hak ekonomi.
Begitu juga dengan desain yang termasuk hak dalam ciptaan yang dilindungi oleh
pemerintah.
b. Perlindungan hukum yang diberikan pemerintah kepada pencipta sebuah karya
atau Pemegang hak cipta merupakan hak ekslusif terdapat pada Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang selanjutnya disingkat menjadi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dapat dilakukan dengan cara,
pertama dengan pengawasan oleh pemerintah dan melibatkan badan hukum yang
sudah memiliki wewenang bedasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014,
peran masyarakat pun penting karena masyarakat dapat melaporkan
pelanggaran-pelanggaran hak cipta atau hak terkait sesuai Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, kedua dengan melakukan sosialisasi baik
terhadap para pencipta sebuah karya atau Pemegang hak cipta dari suatu
produk hak terkait tentang pentingnya mendaftarkan atau pencatatan ciptaan
BIBLIOGRAFI
NN. (2021). Erigo Batalkan Penjualan Jaket Sukajan karena Kasus Plagiarisme
Desain.